Anda di halaman 1dari 13

PROFIL KEHAMILAN DAN LUARAN PADA BAYI PADA

WANITA TERINFEKSI HIV DI RUMAH SAKIT DR. CIPTO


MANGUNKUSUMO

Junita Indarti, Bella Aprilia, Danang Tejo Pamungkas, Ariel Timy Chiprion, Mega
Aginta Ginting, Saiful Rizal, Citra Dewi, Lieke Handayani
Departement of Obstetrics and Gynecology, dr. Cipto Mangunkusumo Hospital,
Jakarta
Jl Pangeran Diponegoro no 71 Jakarta
junita_indarti@yahoo.com

ABSTRAK
Latar belakang
Infeksi HIV masih merupakan salah satu dari permasalahan kesehatan di dunia yang menyebabkan
kematian. Kondisi ini menyebabkan setiap jumlah kecil infeksi HIV dapat terdeteksi pada wanita yang
hamil, sebelum dan sesudah kehamilan. Oleh karena itu, studi ini dilakukan untuk mengetahui insidensi
ibu hamil dan melahirkan dengan infeksi HIV di Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Metode
Studi ini merupakan studi deskriptif cross-sectional. Sampel diambil dari rekam medis tertanggal mulai
bulan Januari 2013-Desember 2018 termasuk data semua wanita hami yang postitif HIV yang
melahirkan di RSCM.
Result
138 sampel telah dikumpulkan. Data demografis menunjukkan bahwa kebanyakan wanita
berusia 25-29 tahun, ibu rumah tangga, dan memiliki lebih dari satu partner seksual, dengan data
pendidikan yang terbatas. Status obstetric menunjukkan bahwa pasien multigravida, sedang dalam masa
trimester ketiga, janin tunggal, perawatan antenatal lebih dari empat kali, dan melahirkan dengan C-
section. Kebanyakan pasien tidak terdiagnosis sebagai HIV sebelum kehamilan, namun sudah
mengkonsumsi ARV selama lebih dari enam bulan. Sayangnya, data CD4 maternal dan viral load masih
terbatas. Namun, 24% pasien memiliki CD4 kurang dali 200 sel/ml dan 36% memiliki viral load lebih
dari 200 kopi/uL. Data kami menunjukkan bahwa 75.2% bayi lahir dengan berat badan 2500-3500 gr.
Berdasarkan data yang tersedia, semua bayi diberikan profilaksis ARV. Pemeriksaan viral load pada
bayi yang baru lahir hanya dilakukan pada 16 bayi dengan hasil satu bayi memiliki viral load ≥400
kopi/mL. Setelah 6 bulan, pemeriksaan viral load diulangi pada 13 bayi dengan hasil tidak terdeteksi
pada semua bayi. Ditemukan korelasi signifikan antara konsumsi ARV maternal dengan hasil virology
neonatal saat kelahiran (P=0.05). Tingkat CD4 maternal tidak berkorelasi secara signifikan dengan
status virology neonatal (P=0.12)
Kesimpulan
Skrining HIV pada wanita yang hamil merupakan hal yang krusial karena administrasi ARV pada saat
kehamilan awal mengurangi transmisi vertikal secara signifikan. Protokol profilaksis ARV sangat
penting untuk mencegah infeksi HIV pada bayi.

Kata kunci:
HIV in pregnancy, obstetric outcome, infant outcome, Cipto Mangunkusumo Hospital
Latar Belakang
Human Immunodeficiency Virus (HIV) / Acquired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS) merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang meningkat seiring waktu.
Berdasarkan data yang diambil hingga akhir tahun 2015, sebanyak 36.7 juta orang hidup
dengan HIV dengan 1.5 juta kematian karena AIDS. is one of the world's growing and
increasing health problems.1
Saat ini, program untuk menghindari penularan infeksi HIV dari ibu ke anak di
Indonesia belum memasukkan skrining HIV sebagai salah satu pemeriksaan standar selama
perawatan antenatal.5 Terdapat lebih dari 15 juta wanita hamil dengan infeksi HIV di negara
berkembang dan lebih dari 500.000 bayi yang terinfeksi lahir dengan HIV setiap tahun.
Berdasarkan studi terdahulu, diketahui bahwa 2.5% dari 21,103 wanita hamil yang didiagnosis
positif HIV pada tahun 2011 di Indonesia.6 Intervensi untuk mencegah transmisi HIV dari ibu
ke janin dibutuhkan agar tidak meningkatkan jumlah anak yang terinfeksi HIV. Beberapa cara
yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi jumlah wanita hamil dengan infeksi HIV,
menurunkan viral load terendah, dan mengoptimalkan kesehatan dari bayi yang terlahir dari
ibu terinfeksi HIV. Studi ini merupakan studi profil dari ibu terinfeksi HIV yang hamil dan
melahirkan serta luaran pada bayi di rumah sakit tersier yang merupakan rumah sakit rujukan
nasional.
Metode
Studi ini merupakan studi cross sectional. Populasi dari studi adalah semua wanita dengan infeksi
HIV yang hamil dan melahirkan dengan bayi yang dilahirkan di RSUPN Cipto Mangunkusumo
Jakarta periode 2013-2018. Sampling total digunakan pada data sekunder dari rekam medis.
Data yang dikumpulkan dilaporkan distribusinya dengan analisis univariate deskriptif dan
dipresentasikan di tabel dalam bentuk angka dan persentase.
Status demografi maternal dikumpulkan, termasuk usia, pendidikan, pekerjaan, dan
jumlah partner seksual. Status obstetrik meliputi paritas, usia gestasional saat masuk, jumlah
fetus, frekuensi perawatan antenatal, dan metode kelahiran. Status HIV pada ibu didefinisikan
sebagai status HIV sebelum kehamilan, konsumsi ARV, tingkat CD4, tingkat viral load, dan
kemunculan infeksi oportunistik. Status dari bayi meliputi berat badan saat lahir dan profilaksis
ARV yang diberikan. Viral load dari bayi didapatkan saat lahir dan setelah bayi berusia enam
bulan.
Hasil
Total 138 kehamilan pada ibu dengan HIV pada selama tanggal 1 Januari 2013 hingga 31
Desember 2018. Data demografik menunjukkan bahwa kebanyakan wanita berusia 20-29 tahun (n=55,
39.85%), ibu rumah tangga (n=57, 41.30%), lebih dari satu partner seksual (n=70, 50.73%), dengan
data terbatas pada tingkat pendidikan. Data yang lebih detil dari status demografi maternal dapat dilihat
pada Tabel 1.

Table 1. Distribution of maternal characteristics (2013-2018)

Karakteristik Jumlah Subjek


(n = 138) %
Usia
≤20 tahun 10 7.25
20-24 tahun 27 19.56
25-29 tahun 55 39.85
30-34 tahun 36 26.08
≥35 tahun 20 14.49
Pendidikan
SD 0 0
SMP 2 1.45
2 1.45
SMA/Sederajat
1 0.72
D1/D3/D4/Sarjana 133 96.38

Tidak ada data


Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 57 41.30
Karyawan 24 17.39
8 5.80
Wiraswasta 1 0.72
Tidak Bekerja 48 34.79
Tidak ada data
Partner Seksual
Satu 65 47.10
Lebih dari satu 70 50.73
Tidak menikah 1 0.72
Tidak ada data 2 1.45

Status obstetrik menunjukkan bahwa mayoritas pasien multigravida (n=107. 77.5%), datang
saat trimester ketiga (n=136, 98.6%), janin tunggal (n=137, 99.3%), telah menjalani perawatan ANC
lebih dari empat kali (n=67, 48.6%), dan melahirkan dengan C-section (n=116, 84.1%). Data yang
lebih detail pada distribusi dari status kehamilan dapat dilihat di Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi status obstetrik (2013-2018)
Jumlah
Karakteristik
n =138 %
Gravida
1 31 22.5
107 77.5
≥2
Usia gestasional
Trimester 1 0 0
2 1.4
Trimester 2
136 98.6
Trimester 3
Jumlah fetus
Satu Fetus 137 99.3
1 0.7
> Satu fetus

ANC
Tidak ada data 45 32.6
ANC 1-3 kali 26 18.8
67 48.6
ANC ≥ 4 kali

Metode kelahiran
Per vaginam 22 15.9
Cesarean section 116 84.1

Kebanyakan pasien tidak terdiagnosis HIV sebelum kehamilan (n=73, 53%), telah
mengkonsumsi ARV selama lebih dari 6 bulan (n=70, 50.7%), tanpa infeksi oportunistik. (n=63,
64.2%). Data CD4 maternal dan viral load banyak yang tidak tersedia. Distribusi status HIV maternal
dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi status HIV pada ibu (2013 – 2018)


Jumlah
Karakteristik
n = 138 %
Status HIV yang diketahui sebelum
kehamilan 73 53
Tidak 65 47
Ya

ARV pada ibu


32 23
Tanpa ARV
26 19
ARV <6 bulan 70 50
ARV >6 bulan 10 8

NA

Kadar CD4 terakhir


8 7
< 200sel/uL
20 14
200-500 sel/uL 2 1
≥ 500sel/Ul 108 78

NA

Kadar viral load terakhir


14 10
< 50 kopi/mL
2 1
50-400 kopi/mL 0 0
401-1000 kopi/mL 6 5
116 84
>1000 kopi/mL
NA

Infeksi oportunistik
Tidak diketahui 55 40
63 46
Tidak
20 14
Ya

Data dari bayi menunjukkan bahwa kebanyakan bayi lahir dengan berat badan 2500-3500 gr
(n=100, 72.5%) dan diberikan profilaksis ARV (n=135, 97.8%). Distribusi status pada bayi dapat dilihat
pada tabel 4 dan 5.
Pemeriksaan viral load pada bayi menemukan satu bayi dengan viral load ≥400 kopi/mL dan
setelah enam bulan, viral load dari bayi tidak dapat terdeteksi. Analisis bivariate menunjukkan korelasi
signifikan antara konsumsi ARV maternal dengan hasil virologi neonatal saat kelahiran (P=0.05).
Tingkat CD4 maternal tidak berkorelasi secara signifikan dengan status virology neonatal (P=0.12)
Table 4. Distribusi dari status bayi (2013-2018)
Jumlah subjek
Karakteristik
N =138 %
Berat lahir
< 1000 g 1 0.7
1000 s/d <1500 g 3 2.2
1500 s/d <2500 g 24 17.4
2500 s/d <3500 g 100 72.5

≥ 3500g 10 7.2

Konsumsi ARV
3 2
Tidak ada data
135 98
Ya
0 0
Tidak

Table 5. Pemeriksaan viral load pada bayi (2016-2017)

Numbers of subjects
Variable
n %
Pemeriksaan viral load saat lahir

Tidak ada data


Pemeriksaan tidak dilakukan 18 36
< 400 kopi/mL 16 32
≥ 400 kopi/mL 15 30
1 2

Pemeriksaan viral load saat 6 bulan

18 36
No data
Examination not performed 19 38
HIV non-reactive 13 26
HIV reactive
0 0
Diskusi
Berdasarkan dari data yang dikumpulkan dari 1 Januari 2017-31 Desember 2018, terdapat 138
pasien hamil dengan HIV yang melahirkan di RSCM, kebanyakan berusia 20-24 tahun. Data statistic
internasional dari The Joint United Nations Programme on HIV/AIDS memperkirakan bahwa pada
tahun 2017 diperkirakan terdapat 36.7 juta orang diseluruh dunia yang terinfeksi HIV. Perempuan muda
di daerah dengan prevalensi tinggi di seluruh dunia tetap berada pada risiko tinggi HIV dengan 26%
infeksi baru yang terjadi pada perempuan usia 15-25 tahun. Diperkirakan 80% wanita dengan
HIV/AIDS berada dalam usia reproduktif.1 Pada sebuah studi di St Petersburg, dari 158 pasien wanita
dengan HIV 45% di antaranya berusia 20-24 tahun, 31,8% 25-29 tahun, 14,6% berusia 19 tahun.2

Pada studi ini, kita tidak memiliki data pendidikan pada sebagian besar pasien. Terdapat
beberapa kondisi sosial dan budaya yang mempengaruhi risiko HIV pada wanita, salah satunya adalah
pendidikan. WHO menyebutkan bahwa perempuan yang memiliki akses ke pendidikan yang kurang
dan tidak memiliki kesempatan.2 Data dari riset pada tahun 2012 di Amerika Serikat menyatakan bahwa
perempuan dengan HIV yang tidak lulus sekolah tinggi memiliki persentase sebesar 50.8%.3

Mayoritas pasien kami adalah ibu rumah tangga (41.3%). Berdasarkan studi pada 109 pasien
HIV, 17% di antaranya adalah wanita. 55% bekerja dan 45% tidak bekerja. 4 Dalam studi lain di Afrika,
dari 239 wanita, 57.7% di antaranya tidak bekerja, 28.1% bekerja, dan 7.5% di antaranya adalah ibu
rumah tangga.

Untuk partner seksual, kebanyakan pasien memiliki lebih dari satu partner (50,73%). Temuan
ini serupa dengan data dari riset di Amerika Serikat yang menyatakan bahwa 63% perempuan dengan
HIV tidak menikah.3 Pada data lain dari WHO dengan melibatkan 758 pasien di Rusia, terdapat 73.9%
pasien dengan partner lebih dari satu. Berdasarkan studi dari Yang di Kamboja, ditunjukkan bahwa
transmisi HIV dalam hubungan pernikahan meningkat. Studi menyatakan bahwa penyebab dari
transmisi ini adalah pria dengan positif HIV ke istri mereka yang negatif HIV. (1) Masyarakat yang
secara hirarkis didominasi oleh pria, (2) Keterlibatan suami dengan pekerja seks, (3) Nilai budaya yang
terpaku pada nilai wanita Khmer yang ideal (4) Seks yang tidak terlindungi antara suami terinfeksi HIV
dan istri yang tidak terinfeksi.

Studi kami menunjukkan distribusi yang lebih tinggi pada kehamilan lebih dari sekali (77.5%).
Hasil ini serupa dengan studi yang lebih besar di Malawai dengan persentase 87.3% (2426) adalah
wanita dengan >2 kehamilan. Apabila dibandingkan dengan studi lain, studi surveilans di Inggris dan
Irlandia memiliki persentase multigraviditas sebesar 65.7% (n:144 ). Angka ini berhubungan dengan
tingkat konsepsi yang dipengaruhi oleh aktivitas seksual, intensi prokreasi, kesuburan, dan akses untuk
dan penggunaan kontrasepsi. Angka konsepsi yang semakin tinggi merefleksikan perbaikan pada
tatalaksana HIV dan risiko transmisi vertikal.

Dalam studi kami, 99.3% subjek kami hamil dengan satu fetus. Hasil ini sebanding dengan
studi lain. Kreitchmann R et al dalam studi kohort di Amerika Latin dan Karibia menunjukkan Latin
96.7% (n:1483) kehamilan dengan janin tunggal.6 Sementara studi dengan populasi yang lebih besar
menunjukkan persentase kehamilan janin tunggal sebesar 97.8% (n:15.069). Berdasarkan studi dari
Nkenfou CN et al, area dengan tingkat penularan yang lebih rendah juga terlihat pada persalinan kembar
dibandingkan dengan persalinan tunggal, dengan kemungkinan dua kali lipat tidak terinfeksi daripada
bayi yang baru lahir (OR = 0,5% CI 0,378-0,85 p = 0,007) 9. Diprediksikan bahwa semakin banyak
perawatan diberikan pada kehamilan multipel. Ini terjadi dalam studi mereka bahwa lebih banyak
wanita dengan kehamilan multipel yang menjalani pencegahan transmisi dari ibu ke anak (MTCT)
dibandingkan dengan kehamilan tunggal (p=0.02).9 Akan tetapi, studi terbaru menyimpulkan bahwa
kehamilan kembar memiliki risiko transmisi HIV lebih rendah, selama ibu menggunakan terapi highly
active antiretroviral therapy (HAART) atau telah menerima pengobatan ARV yang efektif pada masa
antenatal.11

Studi kami menunjukkan bahwa kunjungan untuk perawatan antenatal telah mencukupi (48.6).
ANC dapat menjadi media untuk meyakinkan bahwa ibu hamil menerima ARV untuk kondisi HIV
mereka sebagai profilaksis untuk transmisis ibu ke anak. Ibu yang tidak mendapatkan profilaksis selama
ANC memiliki risiko tiga kali lipat lebih tinggi dalam penularan HIV ke anak mereka dibandingkan
dengan mereka yang mendapatkan profilaksis selama ANC. (AOR: 3.1; 95% CI: 1.3, 0.9). Kurangnya
profilaksis dapat meningkatkan viral load dan kesempatan untuk penularan HIV ke anak mereka.
Kunjungan ANC sendiri tidak signifikan secara statistic12 Studi kami menunjukkan angka yang lebih
tinggi pada kunjunagn ANC (>4 kunjungan , 48.6%, n: 67), meskipun tidak lebih tinggi secara
signifikan bila dibandingkan dengan angka kunjungan yang lebih rendah. Studi oleh UNAIDS pada
tahun 2013 menunjukkan bahwa 54% wanita yang hamil di negara menengah ke bawah tidak memiliki
tes HIV rutin selama ANC yang merupakan langkah penting dalam mencegah HIV.13 Indonesia sendiri
memiliki angka cakupan rendah perempuan HIV yang hamil untuk mengakses antiretroviral. Meskipun
begitu, terdapat peningkatan dari 9% pada 2010 menjadi 21% pada tahun 2016.2 Kondisi ini
menjelaskan bahwa meskipun ibu dengan HIV menjalani kunjungan ANC yang rutin tidak menjamin
penerimaan profilaksis HIV.

Metode kelahiran dalam studi kami didominasi oleh (84.1%, n: 116), serupa dengan studi di
Pusat Pelayanan Tersier di India 91.5% (n: 194)3 dan Korea dengan 95% (n:15) ibu melahirkan dengan
Cesarean sections.13 Ibu tersebut dikonseling mengenai keuntungan dan risiko tipe kelahiran.
Mayoritas memilih kelahiran C-section untuk mencegah transmisi perinatal.14
Dalam penelitian ini, status HIV pasien (53%) tidak diketahui sebelum kehamilan. Ini karena
tes HIV belum dilakukan secara bersamaan dengan skrining sebelum kehamilan di Indonesia. Data dari
UNAID diperoleh pada tahun 2016; 40% orang yang hidup dengan HIV secara global tidak mengetahui
status HIV mereka.2 Pada 2013, 54% wanita hamil di negara berpenghasilan rendah dan menengah tidak
melakukan tes HIV.15 Costa et al melaporkan bahwa skrining HIV rutin selama kehamilan efektif dan
direkomendasikan untuk mencegah penularan ibu-bayi secara universal (p <0,001). Pada kenyataannya
banyak rumah sakit dan layanan kesehatan primer belum menerapkan program skrining HIV pada
wanita hamil adalah upaya untuk mendeteksi HIV pada wanita hamil.16

Temuan kami menunjukkan bahwa ART diberikan lebih dari 6 bulan sebelum melahirkan
(50%). Ini mirip dengan penelitian sebelumnya di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan pada
2012-2016 berdasarkan durasi penggunaan antiretroviral (ARV), tertinggi ditemukan dalam durasi> 1
tahun yaitu sebanyak 44 orang (97,8%) dan diikuti dengan durasi <6 bulan sebanyak 1 orang (2,2%).
Kemudian ibu hamil HIV / AIDS dengan durasi penggunaan antiretroviral 6-12 bulan dan wanita hamil
HIV / AIDS yang tidak pernah memakai obat antiretroviral masing-masing memiliki jumlah responden
yang sama sebanyak 0 orang (0%).18

Salah satu pertimbangan adalah untuk memungkinkan pasien hamil dengan HIV, antara lain,
jika sistem kekebalan cukup baik, CD4 di atas 500.19 Dalam penelitian sebelumnya di Rumah Sakit
Umum Medan Malik Haji di Medan 2012-2016, ditemukan bahwa ibu hamil HIV / AIDS dengan
jumlah CD4 <350 / mm adalah 22 orang (48,9%). Pada wanita hamil yang mengidap HIV / AIDS
dengan jumlah CD4> 350 / mm3 sebanyak 17 orang (37,8%), dan dalam catatan medis yang tidak
memiliki data diperoleh sebanyak 6 orang (13,3%).18 Penelitian lain di Poli Kebidanan Rumah Sakit
Sanglah Denpasar, Juli 2013 - Juni 2014 menyatakan bahwa ada 25 pasien yang memiliki CD4> 200
(59,5%).10 Dalam penelitian di RSCM pada 2013-2018, ditemukan bahwa wanita hamil yang mengidap
HIV / AIDS dengan CD4 hitung <200 sel / uL adalah 8 orang (8%). Pada ibu hamil HIV / AIDS dengan
jumlah CD4 200-500 sel / uL adalah 20 orang (14%). Pada ibu hamil HIV / AIDS dengan jumlah CD4>
500 sel adalah 2 orang (1%) dan 108 kasus (78%) tidak dapat dihitung.
Pertimbangan untuk memungkinkan orang hamil dengan HIV meliputi: jika sistem kekebalan
cukup baik, viral load minimal / tidak terdeteksi (kurang dari 1.000 kopi / ml).9 Dalam penelitian ini,
pasien dengan tingkat viral load <50 kopi / ml dicatat sebagai sebanyak 14 pasien (10%), tingkat viral
load 50-400 kopi / ml sebanyak 2 pasien (1%), dan tidak dihitung sebanyak 116 (84%).
Dalam penelitian kami, infeksi oportunistik hanya terjadi pada 20 pasien (14%). HIV / AIDS
dicirikan sebagai penyakit imunosupresif berat yang sering dikaitkan dengan infeksi oportunistik. 11
Penelitian sebelumnya di pusat kesehatan Jumpandang baru dan Dr. RSUP Wahidin Sudirohusodo
Makassar periode Mei 2011 - April 2012 menunjukkan bahwa dari 172 kasus HIV-AIDS , 121 orang
(70%) menderita infeksi oportunistik.12 Insiden infeksi non-oportunistik lebih rendah daripada kejadian
infeksi oportunistik di RSCM.
Dalam penelitian kami, 72,5% bayi lahir dengan berat lahir 2500-3500 gr. Hasil ini mirip
dengan penelitian oleh Ahmudu21 di Nigeria, yang menemukan bahwa 81% bayi yang lahir dari ibu
yang HIV-positif memiliki berat lahir lebih dari 2.500 gr. Berdasarkan penelitian oleh European
Collaborative Study berat dan tinggi badan tidak dikaitkan dengan status infeksi HIV pada neonatus.22
Profilaksis ARV diberikan pada 135 bayi (97,8%). Tidak ada data tersedia untuk 3 bayi (2,2%). Menurut
protokol kami, profilaksis ARV wajib untuk semua bayi yang lahir dari ibu dengan infeksi HIV.
Protokol ini mirip dengan rekomendasi WHO bahwa durasi pendek profilaksis antriretroviral (selama
4-6 minggu) diindikasikan untuk bayi yang lahir dari wanita yang terinfeksi HIV yang menerima ART,
untuk lebih mengurangi penularan HIV peripartum dan postpartum, di samping perlindungan yang
diterima dari rejimen ARV ibu.2 Terlepas dari pilihan pemberian makanan bayi, profilaksis bayi
memberikan perlindungan tambahan dari penularan dini pascapersalinan, terutama dalam situasi di
mana perempuan sudah mulai ART di akhir kehamilan, kurang patuh terhadap ART dan belum
mencapai penekanan virus sepenuhnya.
Analisis bivariat menemukan bahwa terapi antriretroviral selama kehamilan dikaitkan dengan
status virologi neonatal. Hasil ini mirip dengan meta-analisis dari Cochrane.23 ARV tripel yang
menggabungkan regimen adalah yang paling efektif untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi.
Risiko efek samping bagi ibu dan bayi tampaknya rendah dalam jangka pendek tetapi kombinasi
antiretroviral dan waktu yang optimal untuk memulai ini untuk memaksimalkan pencegahan
pencegahan tanpa mengorbankan kesehatan ibu atau bayi masih belum jelas. Kursus singkat obat
antiretroviral juga efektif untuk mengurangi penularan HIV dari ibu ke anak dan tidak terkait dengan
masalah keamanan dalam jangka pendek.Dapat disimpulkan bahwa skrining HIV pada wanita yang
hamil merupakan hal yang penting karena administrasi ARV pada kehamilan awal menurunkan angka
transmisi vertikal secara signifikan. Protokol profilaksis ARV juga penting untuk mencegah infeksi
HIV pada bayi.

Konflik kepentingan

Tidak ada konflik kepentingan dalam studi ini

Referensi
1. CDC. HIV/AIDS surveillance report. United States: Department of health and human services,
2009.
2. UNAIDS. Global statistics 2015 2016 [cited 2019 16 January]. Available from:
http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/UNAIDS_FactSheet_en.pdf
3. Finger JL, Clum GA, Trent ME, Ellen JM. Desire for pregnancy and risk behavior in young HIV-
positive women. AIDS Patient Care STDS. 2012;26(3):173-80.
4. Vitry-Henry L, Penalba C, Beguinot B, Dschamps F. Relationship between work and HIV/AIDS
status. Occup. Med. 1999;49(2):115-16.
5. Attanasio L, Kozhimannil K, Kjerulff K. Women's preference for vaginal birth after a first
delivery by cesarean. Birth. 2018(Jul 27).
6. Boatin A, Schlotheuber A, Hosseinpoor A. Within country inequalities in caesarean section rates:
observational study of 72 low and middle income countries. BMJ. 2018;360(k55).
7. Kyaw K, Oo M, Kyaw N, Phyo K, Aung T, Mya T. Low mother-to-child HIV transmission rate
but high loss-to-follow-up among mothers and babies in Mandalay, Myanmar; a cohort study.
Plos one. 2017;12(9):e0184426.
8. Charurat M, Datong P, Matawal B, A Ajene A, Blattner W, Abimiku A. Timing and determinants
of mother-to-child transmission of HIV in Nigeria. Int J Gynaecol Obstet. 2009;106(1):8-13.
9. Nkenfou N, Temgoua E, Ndzi E, Mekue L, Ngoufack M, Dambaya B. Maternal age, infant age,
feeding options, single/multiple pregnancy, type of twin sets and mother-to-child transmission of
HIV. J Trop Pedia. 2018;0:1-7.
10. Eriksson J, Kaiantie E, Osmond C, al' e. Boys live dangerously in the womb. Am J Hum Biol
2010;22:330-5.
11. Makunyane L, Moodley J, Titus M. HIV transmission in twin pregnancy: maternal and perinatal
outcomes. S Afr J Infect Dis. 2017;32(2):54-6.
12. Beyene G, Dadi L, Mogas S. Determinants of HIV infection among children born to mothers on
prevention of mother to child transmission program of HIV in Addis Ababa, Ethiopia: a case
control study. BMC Infect Dis. 2018;18:327.
13. UNAIDS. The gap report-Join united nations programme on HIV/AIDS 2014 [cited 2019 16
January]. Available from:
http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/UNAIDS_Gap_report_en.pdf.
14. ACOG. Labor and delivery management of women with human immunodeficiency virus
infection. J Obstet Gynaecol. 2018;132:e131-37
15. UNAIDS. The gap report-Join united nations programme on HIV/AIDS 2014 [cited
2019 16 January]. Available from:
http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/UNAIDS_Gap_report_en.pdf.
16. Costa Z, Machado G, Avelino M, Gomes C, Macedo J, Minuzzi A, et al. Prevalence
and risk factors for Hepatitis C and HIV-1 infections among pregnant women in Central
Brazil. BMC Infect Dis. 2009;9:116.
17. Money D, Tulloch K, Boucoiran I, Caddy S. Guidelines for the Care of Pregnant
Women Living With HIV and Interventions to Reduce Perinatal Transmission. J Obstet
Gynaecol Can. 2014;36(8 eSuppl A):S1-S46.
18. Tan MK. Karakteristik Ibu Hamil dengan HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan Tahun 2012-2016. J USU. 2017;2(5).
19. DEPKES RI. Modul Pelatihan Pencegahan Penularan HIVdari Ibu ke bayi. 2008.
20. Suherlim R. Karakteristik Penderita HIV pada Ibu Hamil di Klinik Prevention Mother
to Child Transmission (PMTCT) Poli Kebidanan RSUP Sanglah Denpasar Periode Juli 2013
– Juni 2014. Jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura. 2015;1(3).
21. Suhalmi D, Savira M, Krisnadi SR. Pencegahan dan Penatalaksanaan Infeksi HIV
pada Kehamilan. Majalah Kedokteran Bandung. 2009.
22. Zainul AA. Gambaran Faktor Risiko Kejadian HIV-AIDS Pada Usia Produktif di Puskesmas
Jumpandang Baru dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 2011-2012 (tidak
dipublikasi): Universitas Islam Negeri Alaudin; 2012.
23. Siegfried N, van der Merwe L, Brocklehurst P, Sint TT. Antiretrovirals for reducing the risk of
mother-to-child transmission of HIV infection. Cochrane Database of Systematic Reviews 2011,
Issue 7. Art. No.: CD003510. DOI: 10.1002/14651858.CD003510.pub3

Anda mungkin juga menyukai