Anda di halaman 1dari 7

Seminar Nasional Inovasi dan Teknologi (SNIT) 2012

PELAKSANAAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL:


IDENTIFIKASI RESIKO PASIEN JATUH DENGAN
MENGGUNAKAN SKALA JATUH MORSE
DI RUMAH SAKIT “A” BANDUNG

Elizabeth Ari Setyarini


1)
STIKes Santo Borromeus Bandung
elizabeth.rini@yahoo.co.id

Abstrak - Pasien yang dirawat di rumah sakit mempunyai hak untuk mendapatkan asuhan pasien yang aman
melalui suatu sistem yang dapat mencegah terjadinya kejadian yang tidak diharapkan atau KTD. Oleh karena
itu pelaksanaan program patient safety harus dapat diterapkan dengan baik. Dari data diperoleh bahwa sejak
diterapkannya SPO identifikasi pasien dengan risiko jatuh ditemukan pada bulan Januari- Maret 2010 ada 3
orang pasien yang jatuh. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi pelaksanaan Standar Prosedur
Operasional Identifikasi Risiko Pasien Jatuh dengan Menggunakan Skala Jatuh Morse di Rumah Sakit “A”
Bandung. Design penelitian dengan menggunakan deskriptif kuantitatif dengan data yang bersumber dari
perawat ruangan . Instrumen penelitian ini menggunakan observasi saat penerimaan pasien baru setiap hari.
Kesimpulan dari penelitian Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional: Identifikasi Risiko Pasien Jatuh
Dengan Menggunakan Skala Jatuh Morse Di Rumah Sakit “A” Bandung adalah 66.48 % dengan kriteria baik,
8.11% dengan kriteria cukup dan 25.41% dengan kriteria kurang. Rekomendasi pada penelitian ini
meningkatkan kemampuan perawat dalam mengkategorikan pasien berdasarkan skala jatuh morse dan
melakukan pendokumentasikan yang baik sehingga asuhan keperawatan menjadi komprehensif.

Kata kunci : patient safety, standar operasional prosedur, skala jatuh morse

1. Latar Belakang Penelitian keadaan dan berbagai macam kasus penyakit. Tiap-
tiap pasien adalah suatu pribadi yang unik dengan
Program Keselamatan Pasien Rumah Sakit atau yang berbagai kelainan dan kekhasan masing-masing.
lebih terkenal dengan istilah Patient Safety adalah Dalam hal kasus penyakit terdapat juga berbagai
suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan macam kondisi pasien yang akan berpengaruh
pasien menjadi lebih aman. Komponen-komponen terhadap cara pemberian pelayanan dan perawatan
yang termasuk di dalamnya adalah: pengkajian risiko, yang diberikan karena kondisi pasien yang sarat
identifikasi dan pengelolan hal yang berhubungan risiko. Salah satu risiko yang mungkin timbul adalah
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisa insiden, pasien jatuh (fall)
kemampuan belajar dari insiden, dan tindak lanjutnya Untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya pasien
serta implementasi solusi untuk meminimalkan jatuh -dengan atau tanpa cidera- perlu dilakukan
timbulnya risiko. Sistem ini mencegah terjadinya pengkajian di awal maupun kemudian pengkajian
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat ulang secara berkala mengenai risiko pasien jatuh,
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil termasuk risiko potensial yang berhubungan dengan
tindakan yang seharusnya diambil. jadwal pemberian obat serta mengambil tindakan
Pasien yang dirawat di rumah sakit mempunyai hak untuk mengurangi semua risiko yang telah
untuk mendapatkan asuhan pasien yang aman melalui diidentifikasikan tersebut. Pengkajian risiko jatuh ini
suatu sistem yang dapat mencegah terjadinya kejadian telah dapat dilaksanakan sejak pasien mulai
yang tidak diharapkan atau KTD. Kesadaran akan hal mendaftar, yaitu dengan menggunakan skala jatuh.
tersebutlah yang mendasari pelaksanaan program Tim Patient Safety atau Tim Keselamatan Pasien
patient safety. Dalam upaya mencegah terjadinya yang dibentuk oleh Rumah Sakit “A” di Bandung
kejadian yang tidak diharapkan pada pasien yang telah menetapkan Morse Fall Scale (MFS) sebagai
dirawat perlu ditumbuhkembangkan kepemimpinan instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi
dan budaya rumah sakit yang mencakup keselamatan pasien yang berisiko jatuh. Dengan menghitung MFS
pasien dan peningkatan mutu pelayanan. dapat ditentukan risiko jatuh dari pasien tersebut dan
Dalam sarana pelayanan kesehatan -rumah sakit dalam manajemen pencegahan jatuh yang perlu dilakukan
hal ini- terdapat berbagai pasien dengan berbagai sesuai dengan standar prosedur operasional

Proceedings SNIT 2012: Hal. C - 12


Seminar Nasional Inovasi dan Teknologi (SNIT) 2012

pencegahan jatuh yang telah ada dan berlaku di seharusnya dilakukan. (Panduan Nasional
seluruh unit di rumah sakit, ruang rawat inap Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006)
khususnya. Namun, sejauh manakah kepatuhan WHO Health Assembly ke 55 Mei 2002 menetapkan
perawat dalam melaksanakan identifikasi risiko jatuh resolusi yang mendorong (urge) negara untuk
pada pasien sebagai bentuk komitmen perawat dalam memberikan perhatian kepada problem Patient Safety
pelaksanaan patient safety. meningkatkan keselamatan dan sistem monitoring.
Dari hasil studi pendahuluan yang kami lakukan, Pada bulan Oktober 2004, WHO dan berbagai
ditemukan data bahwa sejak diterapkannya Standar lembaga mendirikan “World Alliance for Patient
Prosedur Operasional (SPO) identifikasi pasien Safety” dengan tujuan mengangkat isu Patient Safety
dengan risiko jatuh ditemukan pada bulan Januari- Goal “First do no harm” dan menurunkan morbiditas,
Maret 2010 ada 3 orang pasien yang jatuh, hal ini cedera dan kematian yang diderita pasien. (WHO:
dapat disebabkan karena kemungkinan kesalahan World Alliance for Patient Safety, Forward
dalam menghitung skore dari Instrumen Morse Fall Programme, 2004).
Scale. Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti Tujuan dilakukannya kegiatan Patient Safety di rumah
ingin mengetahui lebih lanjut mengenai kepatuhan sakit adalah untuk menciptakan budaya keselamatan
perawat dalam melaksanakan standar prosedur pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas
operasional : identifikasi resiko pasien jatuh dengan rumah sakit, menurunkan KTD di rumah sakit,
menggunakan skala jatuh Morse di Rumah Sakit “A” terlaksananya program-program pencegahan sehingga
di kota Bandung. tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan seperti tersebut Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan
di atas maka dapat kami rumuskan masalah pada masalah yang penting dalam sebuah rumah sakit,
penelitian ini yakni Bagaimana Kepatuhan Perawat maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah
dalam melaksanakan Standar Prosedur Operasional sakit yang dapat digunakan sebagai acuan bagi rumah
Identifikasi Risiko Pasien Jatuh dengan Menggunakan sakit di Indonesia. Standar keselamatan pasien rumah
Skala Jatuh Morse di Rumah Sakit “A” di Bandung. sakit yang saat ini digunakan mengacu pada “Hospital
Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Join
A. TINJAUAN PUSTAKA Commision on Accreditation of Health Organization
Keamanan dan keselamatan merupakan kebutuhan di Illinois pada tahun 2002 yang kemudian
dasar manusia, yang merupakan kebutuhan prioritas disesuaikan dengan situasi dan kondisi di Indonesia.
kedua setelah kebutuhan fisiologis pada Hirarki Penilaian keselamatan yang dipakai Indonesia saat ini
kebutuhan Maslow. Keamanan tidak hanya dilakukan dengan menggunakan instrumen Akreditasi
pencegahan kecelakaan dan injury tetapi juga Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh KARS.
mengijinkan seseorang untuk merasakan bebas dalam Departemen Kesehatan RI telah menerbitkan Panduan
beraktivitas tanpa bahaya. Keamanan mengurangi Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient
stress, meningkatkan satus kesehatan umum. Safety) edisi kedua pada tahun 2008 yang terdiri dari
Keamanan memungkinkan seseorang untuk dari 7 standar, yakni:
memenuhi kebutuhan dasar mereka seperti dicintai 1. Hak pasien
dan mencintai dan harga diri dan memungkinkan 2. Mendididik pasien dan keluarga
seseorang mencapai kebutuhannya. Dampak positif 3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
dalam kehidupannya adalah menghasilkan status 4. Penggunaan metoda metoda peningkatan kinerja
kesehatan mental yang lebih baik dan fungsi individu untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan
lebih efektif (Craven, 2001 yang dikutip oleh Susanto, keselamatan pasien
2006). 5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan
Keamanan seringkali didefinisikan sebagai keselamatan pasien
keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis, adalah 6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus 7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk
dipenuhi. Lingkungan pelayanan kesehatan dan mencapai keselamatan pasien
komunitas yang aman merupakan hal yang penting
untuk kelangsungan hidup klien. Untuk mencapai ke tujuh standar di atas Panduan
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit Nasional tersebut menganjurkan ’Tujuh Langkah
adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit’ yang
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi terdiri dari:
asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang 1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan 2. Pimpin dan dukung staf
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan 3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk 4. Kembangkan sistem pelaporan
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut 5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yan 6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu keselamatan pasien
tindakan atau tidak melakukan tindakan yang

Proceedings SNIT 2012: Hal. C - 13


Seminar Nasional Inovasi dan Teknologi (SNIT) 2012

7. Cegah cedera melalui implementasi sistem pada pengaturan diantara peralatan, pengaman, tenaga
keselamatan pasien kerja dan sebagainya.
Keamanan aktif termasuk pemberian pengaturan pada
Dalam tahap perkembangan manusia, bahaya yang tingkah laku seseorang yang dapat
mengancam orang lanjut usia adalah jatuh dan cidera menguntungkannya. Keamanan pasif atau automatik
yang diakibatkan oleh proses degenerasi pada sistem termasuk pengaturan yang menggunakan mesin dan
tubuh karena bertambah usia mereka sehingga daya peralatan dan tidak membutuhkan tingkah laku
persepsi dan kognisi mereka mengalami penurunan seseorang yang spesifik untuk menjadi aktif. Kantung
sehingga mengakibatkan terjadi potensial atau risiko udara, pengaman tempat tidur adalah contoh dari
untuk jatuh dan cidera. Salah satu tugas perawat keamanan pasif. Keamanan pasif adalah lebih
adalah mengkaji bahaya yang mengancam keamanan menguntungkan dari pada keamanan aktif dalam
klien dan lingkungan, dan selanjutnya melakukan pengerjaannya, karena tidak membutuhkan penjelasan
intervensi yang diperlukan. Dengan melakukan hal ini, atau pendidikan kepada klien atau individu tersebut.
maka perawat adalah orang yang berperan aktif dalam Salah satu risiko keamanan pasien selama berada
usaha pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan, dalam pelayanan di rumah sakit adalah kemungkinan
dan peningkatan kesehatan. pasien jatuh (fall).
Lingkungan klien mencakup semua faktor fisik dan Morse Fall Scale (MFS) merupakan salah satu
psikososial yang mempengaruhi atau berakibat instrumen yang dapat digunakan untuk
terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup klien. mengidentifikasi pasien yang berisiko jatuh. Dengan
Definisi yang luas tentang lingkungan ini menghitung skor MFS pada pasien dapat ditentukan
menggabungkan seluruh tempat terjadinya interaksi risiko jatuh dari pasien tersebut, sehingga dengan
antara perawat dan klien, contohnya rumah, pusat demikian dapat diupayakan pencegahan jatuh yang
komunitas, klinik, rumah sakit, dan tempat perawatan perlu dilakukan.
jangka panjang. Keamanan yang ada dalam
lingkungan ini akan mengurangi insiden terjadinya Instrumen Morse Fall Scale / Skala Jatuh Morse:
penyakit dan cedera, memperpendek lama tindakan Parameter Status / keadaan Skor
dan/atau hospitalisasi, meningkatkan atau Riwayat jatuh Tidak pernah 0
mempertahankan status fungsi klien, dan (baru-baru ini Pernah 25
meningkatkan kesejahteraan klien. Lingkungan yang atau dalam 3
aman juga akan memberikan perlindungan kepada bulan terakhir
Penyakit Ada 15
stafnya, dan memungkinkan mereka untuk berfungsi
penyerta Tidak ada 0
pada tingkat yang optimal (Potter and Perry, 1995). (Diagnosis
Lingkungan yang aman adalah salah satu kebutuhan Sekunder)
dasar yang terpenuhi, bahaya fisik akan berkurang, Alat bantu Tanpa alat bantu, 0
penyebaran mikroorganisme pathogen akan jalan tidak dapat jalan,
berkurang, sanitasi dapat dipertahankan, dan polusi kursi roda
dapat dikontrol. Kebutuhan dasar manusia, terutama Tongkat 15
kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan penyangga
terhadap oksigen, kelembaban yang optimum, nutrisi (crutch), walker
dan suhu yang optimum, akan mempengaruhi Kursi 30
keamanan seseorang. Pemenuhan kebutuhan dasar Pemakaian Ya 20
infus Tidak 0
fisiologis manusia diperlukan untuk mencapai intravena /
kebutuhan keamanan dan keselamatan. heparin
Pengetahuan tentang pengontrolan injury sangat perlu Cara berjalan Normal, tidak 0
dan dibutuhkan dalam beberapa tahun terakhir ini dapat berjalan
yang ditujukan pada komponen hal-hal yang Lemah 10
membahayakan kemanan yang berkontribusi pada Terganggu 20
injury baik non fatal maupun fatal. Istilah kecelakaan Status mental Menyadari 0
tidak begitu luas akan digunakan dalam diskusi kelemahannya
pencegahan injury, karena kecelakaan diimpilikasikan Tidak menyadari 15
pada kejadian yang terjadi karena kehendak Tuhan kelemahannya
atau keberuntungan yang buruk, yang tidak dapat
diduga, dan yang tidak dapat dicegah. Seperti halnya,
kecelakaan, maka injury memiliki sesuatu cara yang Tingkat risiko Skor Tindakan
harus dicegah. Prinsip pencegahan injury termasuk Morse
Risiko rendah 0 – 24 Tidak ada
pendidikan mengenai hal-hal yang membahayakan
tindakan
keamanan dan strategi pencegahan; pengontrolan Risiko sedang 25 – 44 Pencegahan
lingkungan dan mesin-mesin (keamanan aktif atau Jatuh
pasif dikemudian hari yang mungkin mencegah injury Standar
dari produk atau alat yang digunakan), dan penguatan Risiko tinggi ≥ 45 Pencegahan

Proceedings SNIT 2012: Hal. C - 14


Seminar Nasional Inovasi dan Teknologi (SNIT) 2012

Jatuh Risiko
Tinggi 2. Sumber data, diperoleh dari perawat yang
menerapkan Standar Prosedur Operasional
Tingkatan risiko jatuh dari penilaian MFS terbagi Identifikasi Risiko Pasien Jatuh dengan
menjadi risiko tinggi, sedang dan rendah. Untuk Menggunakan Skala Jatuh Morse di ruang RS
pasien dengan risiko jatuh yang tinggi pada tempat “A” di Bandung.
tidur pasien dipasang kode atau lambang berupa
gambar orang yang akan jatuh dengan latar warna 3. Sampel yang diambil dalam penelitian ini
merah, sedangkan risiko sedang berlatar warna kuning adalah sampel jenuh yang berarti bahwa semua
dan risiko rendah berlatar warna hijau. sampel perawat yang menjadi responden
Kode jatuh ini harus menempel pada tempat tidur diambil dalam penelitian.
pasien dan mudah terlihat oleh petugas. Kode berupa
gambar orang yang akan jatuh tersebut dipasang 4. Instrumen penelitian adalah alat ukur terhadap
menempel pada tempat tidur dengan maksud agar bila variabel yang akan diteliti. Instrumen
pasien pindah maka kode akan terbawa bersama penelitian ini menggunakan observasi saat
pasien. Apabila pasien jatuh maka petugas harus dapat penerimaan pasien baru oleh perawat yang
segera melakukan penanganan pasien jatuh sesuai bertugas setiap shift berdasarkan Standar
dengan SPO yang ada. Buat pelaporan mengenai Prosedur Operasional Identifikasi Risiko
pasien jatuh ke Tim Patient Safety. Dari laporan Pasien Jatuh dengan Menggunakan Skala Jatuh
insiden ini nantinya akan digunakan sebagai bahan Morse.
pembelajaran untuk memperbaiki sistem sehingga
dapat mengurangi atau menekan angka KTD karena 5. Analisa data yang digunakan dengan
jatuh. memberikan skor 1 bila perawat patuh
melaksanakan Standar Prosedur Operasional
Identifikasi Risiko Pasien Jatuh dengan
Menggunakan Skala Jatuh Morse, dan skor 0
bila perawat tidak patuh untuk melaksanakan
standar prosedur operasional tersebut.

6. Pengolahan data yang dialkukan oleh peneliti


secara manual menggunakan cara sebagai
berikut:
a. Editing: pengecekan lembar observasi yang
telah diisi
b.Koding: melakukan pengkodean sesuai
dengan kelompok data yang telah disusun
c. Skoring: melakukan penghitungan terhadap
Resiko jatuh sedang hasil observasi dengan teli pada lebar kertas
d.Prosesing: melakukan entry data dari lembar
observasi
e. Cleaning: kegiatan pengecekan kembali data
yang sudah di-entry untuk menghindari
terjadinya kesalahan data yang bias.

7. Waktu Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1


Juni sampai dengan 30 Juni 2010.

Resiko jatuh tinggi 3. HASIL PENELITIAN

2. METODE PENELITIAN Karakteristik Responden berdasarkan tingkat


pendidikan
1. Desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif kuantitatif dengan mengukur Variabel DIII S1
kepatuhan Perawat dalam melaksanakan Keperawatan Keperawatan
Standar Prosedur Operasional Identifikasi Tingkat 4 orang 4 orang
Risiko Pasien Jatuh dengan Menggunakan pendidikan
Skala Jatuh Morse di Rumah Sakit “A” di Lama 5 – 10 tahun 3 – 4 tahun
Bandung. bekerja

Proceedings SNIT 2012: Hal. C - 15


Seminar Nasional Inovasi dan Teknologi (SNIT) 2012

Diagram 1 Dari diagram 3 diketahui bahwa Kepatuhan Perawat


Distribusi Frekwensi Kepatuhan Perawat Dalam Dalam Melaksanakan Standar Prosedur Operasional:
Melaksanakan Standar Prosedur Operasional: Identifikasi Identifikasi Risiko Pasien Jatuh Dengan
Risiko Pasien Jatuh Dengan Menggunakan Skala Jatuh Menggunakan Skala Jatuh Morse Di Ruang Z Rumah
Morse Di Ruang X Rumah Sakit “A” Bandung
Sakit “A” di Bandung adalah 47.60 % dengan kriteria
baik, kurang baik 42,90%

Diagram 4
Distribusi Frekwensi Kepatuhan Perawat Dalam
Melaksanakan
Standar Prosedur Operasional: Identifikasi Risiko Pasien
Jatuh
Dengan Menggunakan Skala Jatuh Morse
Di Seluruh Ruang di Rumah Sakit “A” di Bandung
Dari diagram 1 diketahui bahwa Kepatuhan Perawat
Dalam Melaksanakan Standar Prosedur Operasional:
Identifikasi Risiko Pasien Jatuh Dengan
Menggunakan Skala Jatuh Morse Di Rumah Sakit
“A” di Bandung adalah 94.70% dengan kriteria baik

Diagram 2
Distribusi Frekwensi Kepatuhan Perawat Dalam
Melaksanakan
Standar Prosedur Operasional: Identifikasi Risiko Pasien
Jatuh
Dengan Menggunakan Skala Jatuh Morse
Di Ruang Y Rumah Sakit “A” Bandung Dari diagram 4 diketahui bahwa Kepatuhan Perawat
Dalam Melaksanakan Standar Prosedur Operasional:
Identifikasi Risiko Pasien Jatuh Dengan
Menggunakan Skala Jatuh Morse Di Seluruh Ruang di
Rumah Sakit “A” Bandung adalah 66.48 % dengan
kriteria baik, 8.11% dengan kriteria cukup dan 25.41%
dengan kriteria kurang

4. PEMBAHASAN
Keamanan adalah prinsip yang paling fundamental
dalam pemberian pelayanan kesehatan maupun
keperawatan, dan sekaligus aspek yang paling kritis
Dari diagram 2 diketahui bahwa Kepatuhan Perawat
dari manajemen kualitas. Keselamatan pasien (patient
Dalam Melaksanakan Standar Prosedur Operasional:
safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
Identifikasi Risiko Pasien Jatuh Dengan
membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah
Menggunakan Skala Jatuh Morse Di Ruang Y Rumah
terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan
Sakit “A” Bandung adalah 57.14% dengan kriteria
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
baik
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa
Diagram 3.
Distribusi Frekwensi Kepatuhan Perawat Dalam Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan Standar
Melaksanakan Prosedur Operasional: Identifikasi Risiko Pasien Jatuh
Standar Prosedur Operasional: Identifikasi Risiko Pasien Dengan Menggunakan Skala Jatuh Morse Di Seluruh
Jatuh Ruang di Rumah Sakit “A” di Bandung adalah 66.48
Dengan Menggunakan Skala Jatuh Morse % dengan kriteria baik, 8.11% dengan kriteria cukup
Di Ruang Z Rumah Sakit “A” di Bandung dan 25.41% dengan kriteria kurang. Ini membuktikan
bahwa perawat di ruangan sudah cukup baik dalam
menerapkan SPO karena perawat senantiasa
memperhatikan :

1. Faktor lingkungan
Perawat senantiasa memperhatikan risiko pasien jatuh
diantaranya: lantai yang licin, penerangan yang
kurang, tidak ada pegangan/tumpuan, adanya tangga
disetiap perbatasan ruangan, adanya furnitur
diruangan yang memungkinkan ruang gerak pasien

Proceedings SNIT 2012: Hal. C - 16


Seminar Nasional Inovasi dan Teknologi (SNIT) 2012

terbatas, alas kaki klien yang licin , tempat tidur yang e. Meminum obat yang membuat kesadaran mereka
disertai dengan pengaman (hek atau side rail). terhadap lingkungan berkurang.
Antisipasi faktor-faktor lingkungan dilakukan f. Berada di tempat gelap.
dengan mengadakan ronde lingkungan di tiap-tiap g. Gangguan status mental (misalnya: Bingung atau
bagian. Dengan ronde lingkungan akan ditemukan disorientasi)
hal-hal yang mungkin akan menjadi risiko untuk h. Gangguan mobilitas (misalnya: gangguan
terjadinya jatuh. Bila ditemukan maka perlu dilakukan berjalan, kelemahan fisik, menurunnya mobilitas
penanganan segera atau diberi tanda (merah/kuning) tungkai bawah, gangguan keseimbangan)
agar dapat terlihat oleh pasien, keluarga maupun i. Riwayat jatuh sebelumnya
petugas sehingga akan lebih hati-hati. Tindakan j. Obat-obatan (sedatif dan penenang, obat-obatan
keperawatan yang perawat ruangan di RS “A” di yang berlebihan)
Bandung dalam melaksanakan ronde lingkungan k. Berkebutuhan khusus dalam hal toileting
adalah : (memerlukan bantuan untuk buang air,
a. Selalu meninggalkan tempat tidur dengan posisi mengalami inkontinensia, diare dan tidak dapat
horizontal terendah (untuk tempat tidur dengan menahan keinginan buang air)
ketinggian yang bisa diubah-ubah) ketika l. Usia lanjut.
perawat sudah selesai memberikan asuhan.
b. Memasang penghalang tempat tidur dan Antisipasi dari faktor pasien adalah melibatkan
memeriksa keamanannya. keluarga / penunggu pasien dalam pencegahan
c. Memeriksa dan menyesuaikan obyek-obyek yang jatuh ini, mengajak untuk terlibat dan berperan
menonjol seperti roda tempat tidur. aktif. Mengajarkan hal-hal atau tindakan yang
d. Membersihkan dan memindahkan alat-alat yang dapat dilakukan untuk mencegah pasien jatuh,
tidak dibutuhkan lagi. misalnya tidak meninggalkan pasien sendiri,
e. Menganjurkan untuk menggunakan pegangan menutup pengaman tempat tidur dan anjurkan
sepanjang dinding koridor pada saat berjalan. keluarga untuk memberitahukan perawat bila akan
f. Mengobservasi pasien ambulasi dengan baik meninggalkan pasien. Segala upaya pencegahan
akan adanya tanda-tanda kelemahan atau gaya jatuh telah perawat lakukan dalam upaya
berjalan yang tidak stabil. meminimalkan dan tidak terjadinya pasien jatuh.
g. Memastikan bahwa ada cukup cahaya, terutama
di waktu senja dan malam hari. 3. Penerapan SPO oleh perawat
Perawat sebagai anggota inti tenaga kesehatan
2. Faktor pasien yang jumlahnya terbesar di rumah sakit (sebesar 40
Faktor pasien yang menjadi perhatian perawat – 60%) dan pelayanan keperawatan yang
ruangan di RS “A” di Kota Bandung antara lain: diberikan merupakan bagian integral dari
obat yang digunakan pasien (multi pharmacy), pelayanan kesehatan, memiliki peran kunci dalam
penglihatan, perubahan status mental/perilaku mewujudkan keselamatan pasien.
pasien, kekurangan cairan dan elektrolit, Dengan latar belakang pendidikan Diploma
kelemahan fisik atau anggota gerak, riwayat atau III Keperawatan dan S1 Keperawatan, perawat
penyakit yang sedang diderita dan lainnya. ruangan sudah dapat menerapkan dengan baik
Untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya dalam melaksanakan Standar Prosedur
pasien jatuh -dengan atau tanpa cidera- perlu Operasional: Identifikasi Risiko Pasien Jatuh
dilakukan pengkajian di awal maupun kemudian Dengan Menggunakan Skala Jatuh Morse, hal ini
pengkajian ulang secara berkala mengenai risiko diketahui bahwa perawat langsung akan menilai
pasien jatuh, termasuk risiko potensial yang pasien baru di ruangan dengan menggunakan skala
berhubungan dengan jadwal pemberian obat serta jatuh Morse dan setelah diperoleh nilainya maka
mengambil tindakan untuk mengurangi semua akan memasang kode jatuh tersebut.
risiko yang telah diidentifikasikan tersebut. Perawat di ruangan sudah memahami tanggung
Pengkajian risiko jatuh ini telah dapat jawab dalam hal :
dilaksanakan sejak pasien mulai mendaftar, yaitu Memberikan informasi pada pasien dan keluarga
dengan menggunakan skala jatuh. Resiko jatuh tentang kemungkinan-kemungkinan resiko :
dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya : a. Melaporkan kejadian-kejadian tak diharapkan
a. Salah memperkirakan jarak dari tempat tidur ke (KTD) kepada yang berwenang
lantai. b. Berperang Aktif dalam melakukan pengkajian
b. Merasa lemah atau pusing pada saat mencoba terhadap keamanan dan kualitas/mutu pelayanan
untuk bangun. c. Meningkatkan komunikasi dengan pasien dan
c. Merubah posisi terlalu cepat dan kehilangan tenaga kesehatan professional lainnya
keseimbangan ketika mencoba untuk bangun dari d. Mengusulkan peningkatan kemampuan staf
kursi. Hal ini umum terjadi khususnya pada yang cukup
pasien lanjut usia. e. Membantu pengukuran terhadap peningkatan
d. Tidak mengenal lingkungan sekelilingnya. patient safety

Proceedings SNIT 2012: Hal. C - 17


Seminar Nasional Inovasi dan Teknologi (SNIT) 2012

f. Meningkatkan standar baku untuk program resioko jatuh dengan menggunakan Skala Jatuh
pengendalian infeksi (infection control) Morse sehingga asuhan keperawatan dapat
g. Mengusulkan SOP dan protocol pengobatan diberikan secara komprehensif.
yang dapat memimalisasi kejadian error
h. Berhubungan dengan badan-badan profesional
yang mewakili para dokter ahli farmasi dan lain- DAFTAR PUSTAKA
lain
i. Meningkatkan cara pengemasan dan pelabelan [1] American Association for the Advancement of
obat Science et al. 1999. Proceedings of Enhancing
j. Berkolaborasi dengan sistem pelaporan Patient Safety and Reducing Errors ini
nasional untuk mencatat, menganalisa dan Health Care. Illinois: National Patient Safety
mempelajari kejadian-kejadian tak diharapkan Foundation.
(KTD) [2] Ellis, J.R., Nowlis, E.A. dan Bens, P.M. 1996.
k. Mengembangkan mekanisme peningkatan Modules for Basic Nursing Skills. 6th edition.
kesadaran, sebagai contoh untuk pelaksanaan Philadelphia: Lipicont-Raven Publisher.
akreditasi [3] Gartinah, T. 2003. Mencegah Clinical Error dalam
l.. Karakteristik dari pemberi pelayanan kesehatan Pelayanan Keperawatan. Kongres PERSI.
menjadi tolok ukur terhadap excellence dalam [4] Kartika, T. 2008. Keselamatan dan Keamanan.
patient safety Makalah.
[5] KKP, PERSI. 2006. Membangun budaya
Setiap hari dengan pembagian 3 shift, perawat keselamatan pasien rumah sakit. Lokakarya
ruangan di Rumah Sakit “A” Bandung melihat program KP-RS. 17 Nopember 2006
perkembangan dari kesehatan pasien, dan jika ada [6] KKP-PERSI. 2008. Hand out Workshop Patient
perubahan kearah lebih baik ataupun kurang baik, Safety. Bandung: KKP-PERSI.
maka perawat akan menghitung skore skala jatuh [7] Kozier, B., Erb., dan Oliver, R. 2004.
morse dan mengganti dari kode jatuh tersebut. Fundamental of Nursing; Consept, Process and
Pendokumentasian dari penghitungan skore Practice. 4th edition. California: Addison-Wesley
dituliskan pada Rekam Medis (RM) 1 dan ada juga Publishing Co.
ruangan yang mendokumentasikannya pada RM [8] Perry, A.G. dan Potter, P.A. 1994. Clinical
VI (catatan perawat). Nursing Skills and Techniques. 3rd edition. St.
Louis: Mosby- Year Book.
5. SIMPULAN : [9] Sitorus, R. 2006. Metode praktik keperawatan
Untuk mewujudkan patient safety dibutuhkan pofessional di rumah sakit. penataan struktur &
upaya dan kerjasama berbagai pihak. Patient safety proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan di
merupakan upaya dari seluruh komponen sarana ruang rawat.EGC. Jakarta.
pelayanan kesehatan, dan perawat memegang [10] Susanto, T. 2006. Keamanan (Safety). Materi
peran kunci untuk mencapainya. Perkuliahan Kebutuhan Dasar Manusia. Jember:
Hasil dari penelitian ini adalah Kepatuhan Perawat Laboratorium Keperawatan Dasar PSIK
Dalam Melaksanakan Standar Prosedur Universitas Jember.
Operasional: Identifikasi Risiko Pasien Jatuh [11] Supranto.2001. Pengukuran tingkat
Dengan Menggunakan Skala Jatuh Morse Di kepuasan pelanggan untuk menaikkan pangsa
Rumah Sakit “A” di Bandung adalah 66.48 % pasar. Jakarta: Rieneka Cipta.
dengan kriteria baik. [12] Taylor C., Lilis C., Lemone P. 1997.
Fundamental of Nursing: The Art and Science of
SARAN : Nursing Care. Philadelphia: Lippincott-Raven
1. Meningkatkan kemampuan perawat dalam Publishers.
mengkategorikan status kesehatan klien dalam [13] Wijono, D. 1999. Manajemen mutu pelayanan
menghitung secara benar dan akurat kesehatan . teori, strategi dan aplikasi. Volume 1
menggunakan Skala jatuh Morse dalam bentuk dan 2. Airlangga University Press. Surabaya.
pelatihan atau kursus dalam Program Patient [14] Yahya, A. A.2007. Kecurangan dalam jaminan
Safety di Rumah Sakit asuransi kesehatan. Fraud dan Patient Safety.
Jakarta.Seminar PAMJAKI. Hotel
2. Pendokumentasian yang baik haruslah lebih
ditingkatkan, untuk itu perawat secara berkala
dan berkesinambungan melakukan pengkajian

Proceedings SNIT 2012: Hal. C - 18

Anda mungkin juga menyukai