Anda di halaman 1dari 11

BBL

A. PENGERTIAN

Bayi baru lahir adalah hasil konsepsi yang baru keluar dari rahim seorang ibu melalui

jalan kelahiran normal atau dengan bantuan alat tertentu sampai usia satu bulan.

Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dengan berat badan antara 2500 gram

sampai dengan 4000 gram dengan lama kehamilan antara 37 – 42 minggu.

Neonatus (bayi baru lahir) adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4 minggu lahir

biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu (Wong, D,L, 2003).

B. ADAPTASI FISIOLOGIS/PSIKOLOGIS IBU BERSALIN

Segera setelah bayi baru lahir, BBL harus diadaptasi dari keadaan yang sangat tergantung

menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang dialmi oleh bayi baru lahir

yang semula berada dalam lingkungan interna ke lingkungan eksterna yang dingin

dimana segala kebutuhannya memerlukan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.

Periode adaptasi terhadap kehidupan diluar rahim disebut periode transisi. Periode ini

berlangsung selama 1 buan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa system tubuh.

Transisi yang paling cepat terjadi adalah pada system pernapasan dan sirkulasi, system

termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa.

1. Perubahan Sistem Pernapasan

Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik dari luar rahim yang merangsang

pusat pernafasan di otak. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi

paru selama persalinan yang merangsang masuknya udara ke paru-paru secara mekanis.

Interaksi system pernafasan, kardiovaskuler, dn sisitem saraf pusat menghasilkan


pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk

kehidupan.

Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam

paru-paru, mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali.

2. Perubahan Sistem Peredaran Darah

Setelah lahir, darah bayi harus melewati paru untuk mengambil oksigen untuk

mengantarkannya ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung

kehidupan luar rahim harus terjadi 2 perubahan besar yaitu, penutupan foramen ovale

pada atrium jantung dan penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.

Oksigen menyebabkan pembuluh darah mengubah tekanan dengan cara mengurangi dan

meningkatkan resistensinya hingga mengubah aliran darah.

3. Sistem Pengaturan Suhu

Suhu dingin dilingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit sehingga

mendinginkan darah bayi. Pebentukan suhu tanpa mengigil merupakan usaha seorang

bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui penggunaan

lemak coklat untuk produksi panas.

4. Metabolisme Glukosa

Untuk memfungsikan otak membutuhkan gkukosa dalam jumlah tertentu. Pada BBL,

jumlah glukosa dalam darah akan turun dalam waktu cepat. BBL yang tidak dapat

mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen.

5. Gastrointestinal

Reflek gumoh dan batuk yang matang sudah terbentuk pada saat lahir. Kemampuan

menelan dan mencerna makanan terbatas pada bayi. Hubungan antara esophagus
bawahdengan lambung masih belum sempurna. Kapasitas lambung juga terbatas yaitu

kurang dari 30 cc dan akan bertambah secara lambat sesuai dengan pertumbuhan.

6. Kekebalan Tubuh

System imunitas pada BBL belum matang sehingga rentan terhadap infeksi. Kekebalan

yang dimiliki oleh bayi antara lain :

• Perlindungan kulit oleh membrane mukosa.

• Fungsi jaringan saluran nafas.

• Pembentukan koloni mikroba leh kulit dan usus.

• Perlindungan kimia oleh asam lambung.

C. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN BBL

Adapun tujuan perawatan bayi baru lahir yang dimaksud dibagi menjadi dua yakni tujuan

utama dan tujuan khusus seperti yang diuraikan berikut ini :

a. Tujuan Utama

Tujuan utama perawatan bayi baru lahir yaitu diharapkan agar ibu mampu merawat

bayi baru lahir normal.

b. Tujuan Khusus

1. Mencapai dan mempertahankan jalan nafas dan mendukung pernafasan.

2. Mempertahankan kehangatan dan mencegah hipotermia.

3. Memastikan keamanan dan mencegah cedera atau infeksi

4. Mengidentifikasi masalah-masalah aktual atau potensial yang memerlukan

perhatian segera.
D. KEBUTUHAN BBL

Menurut APN, (2008) kebutuhan dasar bayi baru lahir, diantaranya :

a. Penilaian Awal

Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan :

Sebelum bayi lahir :

1. Apakah kehamilan cukup bulan?

2. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?

Segera setelah bayi lahir, sambil meletakan bayi di atas kain bersih dan kering yang

telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan penilaian berikut :

1. Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak mengap-mengap?

2. Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

Dalam Bagan Alur Manajemen BBL dapat dilihat alur penatalaksanaan BBL mulai

dari persiapan, penilaian dan keputusan serta alternative tindakan apa yang sesuai

dengan hasil penilaian keadaan BBL. Untuk BBL cukup bulan dengan air ketuban

jernih yang langsung menagis atau bernapas spontan dan bergerak aktif cukup

dilakukan manajemen BBL normal.

Jika bayi kurang bulan (<37 minggu/259 hari) atau bayi lebih bulan (≥42 minggu/283

hari) dan atau air ketuban bercampur mekonium dan atau tidak bernapas/mengap-

mengap dan atau tonus otot tidak baik lakukan manajemen BBL dengan Asfiksia.

b. Membersihkan jalan nafas

Bayi normal akan menangis sepontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung

menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut.
1. letakan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.

2. Gulung sepotong bayi dan letakan dibawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan

kepala tidak menekuk. Posisi kepala di atur lurus sedikit kebelakang.

3. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang

dibungkus kasa steril.

4. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 – 3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain

kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi segera menangis.

5. Kekurangan zat asam pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kerusakan otak.

Sangat penting membersihkan jalan nafas, sehingga upaya bayi bernafas tidak akan

menyebabkan aspirasi lendir (masuknya lendir ke paru paru)

6. Bantuan untuk memulai pernapasan mungkin diperlukan untuk mewujudkan ventilasi

yang adekuat.

c. Memotong tali pusat

1. Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu menentukan dan

tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir

tidak menangis, maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan

tindakan resusitasi pada bayi. Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dinilai sudah

stabil, maka lakukan pengikatan tali pusat atau jepit dengan klem plastik tali pusat.

2. celupkan tangan (masih menggunakan sarung tangan) kedalam larutan klorin 0,5%

untuk membersihkan darah dan sekresi lainnya.

3. Bilas tangan dengan air disinfeksi tingkat tinggi, lalu keringkan dengan handuk atau

kain bersih dan kering.


4. Ikat puntung tali pusat dengan jarak sekitar 1 cm dinding perut bayi. Gunakan benang

atau klem plastik penjepit tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Kunci ikatan

tali pusat dengan simpul mati atau kuncikan penjepit plastik tali pusat.

5. Jika pengikatan dilakukan dengan benang tali pusat, lingkarkan benang di sekeliling

puntung tali pusat dan ikat untuk yang kedua kalinya dengan simpul mati dibagian

yang berlawanan.

6. Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan letakan di dalam larutan klorin 0,5%.

7. Selimuti kembali tubuh dan kepala bayi dengan kain bersih dan kering.

d. Menjaga kehangatan

Mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada bayi baru lahir, belum berfungsi

sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan

panas tubuh maka bayi baru lahir dapat mengalami hipotermia.

Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara – cara berikut:

1. Evaporasi, adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi

karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi

sendiri. Ini dikarenakan setelah lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan.

2. Konduksi, adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi

dengan permukaan yang dingin.

3. Konveksi, adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar

yang lebih dingi. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang

dingin akan cepat mengalami kehilangan panas.

4. Radiasi, adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat

benda- benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tibuh bayi. Bayi
bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda- benda tersebut menyerap radiasi

panas tubuh bayi.

e. Kontak dini dengan ibu

1. Berikan bayi kepada ibu secepat mungkin. Kontak dini antara ibu dan bayi penting

untuk :

a. Kehangatan dan mempertahankan panas yang sesuai pada bayi baru lahir

b. Ikatan batin dan pemberian ASI.

2. Dorongan ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah “siap” (dengan

menunjukkan refleks rooting).

f. Memberi Vitamin K

Semua BBL harus diberi vitamin K (Phytomenadione) injeksi 1 mg intramuscular setelah

proses IMD dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi

vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL. Jika menggunakan sediaan 10 mg/mL

suntikan secara IM di paha kiri anterolateral sebanyak 0,1 mL, sedangkan jika sediaan 2

mg/mL maka suntikan vit.K sebanyak 0,5 mL.

g. Memberi obat tetes mata atau salep mata

Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah proses IMD dan

bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi mata tersebut mengandung tentrasiklin 1%

atau antibiotika lain. Upaya pencegahan infeksi mata kurang efektif jika diberikan >1 jam

setelah kelahiran.
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL PADA BBL

a. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

refleks hisap tidak adekuat.

b. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan lingkungan

luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.

c. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan tali

pusat) tali pusat masih basah.

Perencanaan Keperawatan :

a. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

refleks hisap tidak adekuat.

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Kriteria hasil:

1) Penurunan BB tidak lebih dari 10% BB lahir.

2) Intake dan output makanan seimbang.

3) Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi.

Rencana tindakan:

1) Timbang BB setiap hari.

2) Auskultasi bising usus, perhatikan adanya distensi abdomen.

3) Anjurkan ibu untuk menyusui pada payudara secara bergantian 5-10 menit.

4) Lakukan pemberian makanan tambahan.

5) Observasi bayi terhadap adanya indikasi masalah dalm pemberian makanan (tersedak,

menolak makanan, produksi mukosa meningkat).


b. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan lingkungan

luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.

Tujuan: perubahan suhu tidak terjadi.

Kriteria:

1) Suhu tubuh normal 36-370 C.

2) Bebas dari tanda-tanda strees, dingin, tidak ada tremor, sianosis dan pucat.

Rencana tindakan:

1) Pertahankan suhu lingkungan.

2) Ukur suhu tubuh setiap 4 jam.

3) Mandikan bayi dengan air hangat secara tepat dan cepat untuk menjaga air bayi tidak

kedinginan.

4) Perhatikan tanda-tanda strees dingin dan distress pernapasan( tremor, pucat, kulit

dingin).

c. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan tali

pusat) tali pusat masih basah.

Tujuan : infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil:

1) Bebas dari tanda-tanda infeksi.

2) TTV normal:S: 36-370C, N:70-100x/menit, RR: 40-60x/menit

3) Tali pusat mengering

Rencana tindakan :

1) Pertahankan teknik septic dan aseptic.


2) Lakukan perawatan tali pusat setiap hari setelah mandi satu kali perhari.

3) Observasi tali pusat dan area sekitar kulit dari tanda-tanda infeksi.

4) Infeksi kulit setiap hati terhadap ruam atau kerusakan integritas kulit.

5) Ukur TTV setiap 4 jam.

6) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium.


DAFTAR PUSTAKA

1. Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba. SpOG. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana Untuk Pendidikan Bidan.

2. Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2002, Yayasan Bina Pusaka. Buku Acuan Pelayanan

Kesehatan Maternal dan Neonatal.

3. Asuhan Persalinan Normal 2001.

Anda mungkin juga menyukai