A. PENGERTIAN
Bayi baru lahir adalah hasil konsepsi yang baru keluar dari rahim seorang ibu melalui
jalan kelahiran normal atau dengan bantuan alat tertentu sampai usia satu bulan.
Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dengan berat badan antara 2500 gram
Neonatus (bayi baru lahir) adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4 minggu lahir
Segera setelah bayi baru lahir, BBL harus diadaptasi dari keadaan yang sangat tergantung
menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang dialmi oleh bayi baru lahir
yang semula berada dalam lingkungan interna ke lingkungan eksterna yang dingin
Periode adaptasi terhadap kehidupan diluar rahim disebut periode transisi. Periode ini
berlangsung selama 1 buan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa system tubuh.
Transisi yang paling cepat terjadi adalah pada system pernapasan dan sirkulasi, system
Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik dari luar rahim yang merangsang
pusat pernafasan di otak. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi
paru selama persalinan yang merangsang masuknya udara ke paru-paru secara mekanis.
kehidupan.
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam
Setelah lahir, darah bayi harus melewati paru untuk mengambil oksigen untuk
kehidupan luar rahim harus terjadi 2 perubahan besar yaitu, penutupan foramen ovale
pada atrium jantung dan penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.
Oksigen menyebabkan pembuluh darah mengubah tekanan dengan cara mengurangi dan
Suhu dingin dilingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit sehingga
mendinginkan darah bayi. Pebentukan suhu tanpa mengigil merupakan usaha seorang
bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui penggunaan
4. Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak membutuhkan gkukosa dalam jumlah tertentu. Pada BBL,
jumlah glukosa dalam darah akan turun dalam waktu cepat. BBL yang tidak dapat
mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen.
5. Gastrointestinal
Reflek gumoh dan batuk yang matang sudah terbentuk pada saat lahir. Kemampuan
menelan dan mencerna makanan terbatas pada bayi. Hubungan antara esophagus
bawahdengan lambung masih belum sempurna. Kapasitas lambung juga terbatas yaitu
kurang dari 30 cc dan akan bertambah secara lambat sesuai dengan pertumbuhan.
6. Kekebalan Tubuh
System imunitas pada BBL belum matang sehingga rentan terhadap infeksi. Kekebalan
Adapun tujuan perawatan bayi baru lahir yang dimaksud dibagi menjadi dua yakni tujuan
a. Tujuan Utama
Tujuan utama perawatan bayi baru lahir yaitu diharapkan agar ibu mampu merawat
b. Tujuan Khusus
perhatian segera.
D. KEBUTUHAN BBL
a. Penilaian Awal
Segera setelah bayi lahir, sambil meletakan bayi di atas kain bersih dan kering yang
telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan penilaian berikut :
Dalam Bagan Alur Manajemen BBL dapat dilihat alur penatalaksanaan BBL mulai
dari persiapan, penilaian dan keputusan serta alternative tindakan apa yang sesuai
dengan hasil penilaian keadaan BBL. Untuk BBL cukup bulan dengan air ketuban
jernih yang langsung menagis atau bernapas spontan dan bergerak aktif cukup
Jika bayi kurang bulan (<37 minggu/259 hari) atau bayi lebih bulan (≥42 minggu/283
hari) dan atau air ketuban bercampur mekonium dan atau tidak bernapas/mengap-
mengap dan atau tonus otot tidak baik lakukan manajemen BBL dengan Asfiksia.
Bayi normal akan menangis sepontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung
menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut.
1. letakan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
2. Gulung sepotong bayi dan letakan dibawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan
3. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang
4. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 – 3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain
kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi segera menangis.
5. Kekurangan zat asam pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kerusakan otak.
Sangat penting membersihkan jalan nafas, sehingga upaya bayi bernafas tidak akan
yang adekuat.
1. Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu menentukan dan
tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir
tidak menangis, maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan
tindakan resusitasi pada bayi. Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dinilai sudah
stabil, maka lakukan pengikatan tali pusat atau jepit dengan klem plastik tali pusat.
2. celupkan tangan (masih menggunakan sarung tangan) kedalam larutan klorin 0,5%
3. Bilas tangan dengan air disinfeksi tingkat tinggi, lalu keringkan dengan handuk atau
atau klem plastik penjepit tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Kunci ikatan
tali pusat dengan simpul mati atau kuncikan penjepit plastik tali pusat.
5. Jika pengikatan dilakukan dengan benang tali pusat, lingkarkan benang di sekeliling
puntung tali pusat dan ikat untuk yang kedua kalinya dengan simpul mati dibagian
yang berlawanan.
6. Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan letakan di dalam larutan klorin 0,5%.
7. Selimuti kembali tubuh dan kepala bayi dengan kain bersih dan kering.
d. Menjaga kehangatan
Mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada bayi baru lahir, belum berfungsi
sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara – cara berikut:
1. Evaporasi, adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi
karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi
sendiri. Ini dikarenakan setelah lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
2. Konduksi, adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi
3. Konveksi, adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar
yang lebih dingi. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang
4. Radiasi, adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat
benda- benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tibuh bayi. Bayi
bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda- benda tersebut menyerap radiasi
1. Berikan bayi kepada ibu secepat mungkin. Kontak dini antara ibu dan bayi penting
untuk :
a. Kehangatan dan mempertahankan panas yang sesuai pada bayi baru lahir
2. Dorongan ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah “siap” (dengan
f. Memberi Vitamin K
proses IMD dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi
vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL. Jika menggunakan sediaan 10 mg/mL
suntikan secara IM di paha kiri anterolateral sebanyak 0,1 mL, sedangkan jika sediaan 2
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah proses IMD dan
atau antibiotika lain. Upaya pencegahan infeksi mata kurang efektif jika diberikan >1 jam
setelah kelahiran.
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL PADA BBL
a. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
b. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan lingkungan
c. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan tali
Perencanaan Keperawatan :
a. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Kriteria hasil:
Rencana tindakan:
3) Anjurkan ibu untuk menyusui pada payudara secara bergantian 5-10 menit.
5) Observasi bayi terhadap adanya indikasi masalah dalm pemberian makanan (tersedak,
Kriteria:
2) Bebas dari tanda-tanda strees, dingin, tidak ada tremor, sianosis dan pucat.
Rencana tindakan:
3) Mandikan bayi dengan air hangat secara tepat dan cepat untuk menjaga air bayi tidak
kedinginan.
4) Perhatikan tanda-tanda strees dingin dan distress pernapasan( tremor, pucat, kulit
dingin).
c. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan tali
Kriteria hasil:
Rencana tindakan :
3) Observasi tali pusat dan area sekitar kulit dari tanda-tanda infeksi.
4) Infeksi kulit setiap hati terhadap ruam atau kerusakan integritas kulit.
1. Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba. SpOG. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
2. Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2002, Yayasan Bina Pusaka. Buku Acuan Pelayanan