Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian
proses penyusunan refarat yang berjudul: “frakrut ankle“ sebagai salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik bedah
Pada kesempatan ini, tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada dokter pembimbing atas bimbingan dan arahannya selama
mengikuti Kepaniteraan Klinik ilmu bedah di Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan, kritik
dan sarannya yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan
refarat ini di kemudian hari. Harapan penulis semoga referat ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan serta dapat menjadi arahan dalam mengimplementasikan
ilmu di klinis dan masyarakat.

Tarutung , November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB 1 .......................................................................................................................... iii
PENDAHULUAN ...................................................................................................... iii
BAB 2 .......................................................................................................................... iv
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. iv
2.1 Anatomi ankle .............................................................................................. iv
2.2 Defenisi ........................................................................................................ vii
2.3. Etiologi ......................................................................................................... vii
2.5 klasifikasi ..................................................................................................... vii
2.6 Patogenesiss ................................................................................................... x
2.7 Penegakan Diagnosa .................................................................................... xii
2.8 Penatalaksanaan ......................................................................................... xiv
2.9 komplikasi ................................................................................................... xvi
2.10 prognosis ..................................................................................................... xvi
BAB 3 ...................................................................................................................... xviii
KESIMPULAN ...................................................................................................... xviii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... xix
BAB 1

PENDAHULUAN

Fraktur ini biasanya disebabkan oleh terpuntirnya tubuh ketika kaki sedang
bertumpu di tanah atau akibat salah langkah yang menyebabkan tekanan yang
berlebihan (overstressing) pada sendi pergelangan kaki. Fraktur yang parah dapat
terjadi pada dislokasi pergelangan kaki. Fraktur ankle itu sendiri yang dimaksudkan
adalah fraktur pada maleolus lateralis (fibula) dan/atau maleolus medialis.
Pergelangan kaki merupakan sendi yang kompleks dan penopang badan
dimana talus duduk dan dilindungi oleh maleolus lateralis dan medialis yang diikat
dengan ligament. Dahulu, fraktur sekitar pergelangan kaki disebut sebagai fraktur
Pott. Fraktur pada pergelangan kaki sering terjadi pada penderita yang mengalami
kecelakaan (kecelakaan lalu lintas atau jatuh). Bidang gerak sendi pergelangan kaki
hanya terbatas pada 1 bidang yaitu untuk pergerakan dorsofleksi dan plantar fleksi.
Manajemen fracture itu sendiri berkisar dari operatif atau nonoperatif,
tergantung pada tingkat keparahan cedera dan pasien status kesehatan dan fungsional
keseluruhan. Meskipun pencitraan mendefinisikan sifat fraktur, riwayat yang cermat
dan fisik juga membantu menentukan rencana perawatan pasien. Manajemen awal
difokuskan pada penyelarasan yang memadai dan imobilisasi yang aman dari cedera.
Manajemen definitive harus memberikan keselarasan anatomi sendi serta
pertimbangan jaringan lunak di sekitarnya. Rehabilitasi setelah operasi atau non
operasi pengobatan bertujuan mengembalikan rentang gerak, kekuatan, kepemilikan,
dan fungsi
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Ankle


Berikut ini merupakan anatomi dari pergelangan kaki

Sendi pergelangan kaki dibentuk oleh tiga tulang: fibula, tibia dan talus.
Bentuk Dua yang pertama sebuah kubah yang cocok di bagian atas ketiga.
Memungkinkan terutama mengubah gerakan maju dan mundur, yang fleksi dan
ekstensi gerakan kaki. Dalam arah lateral, batas maleolus lateral dan medial maleolus,
yang merupakan dua pelengkap tulang yang terus fibula dan tibia di kedua sisi,
mencegah gerakan penuh pergeseran lateral yang tetapi memungkinkan awal. Talus
bersandar pada kalkaneus untuk membentuk agak datar bersama, tanpa banyak
gerakan. Sendi subtalar merupakan sumber konflik dan mendukung transmisi daya
dari berat badan dan gerakan halus stabilitas kaki. Ketika tulang rawan memburuk ini
degenerasi, sendi rematik dan nyeri terjadi, yang kadang-kadang memerlukan
pembedahan untuk menekan atau meringankannya. Talus mengartikulasikan arah
yang mengarah ke jari-jari, dengann avicular dan berbentuk kubus, yang terletak di
kaki bagian dalam dan luar, masing-masing.1
Antara os skafoid dan garis yang dibentuk oleh metatarsal, ada tiga wedges.
Metatarsal adalah basis hampir datar dan kepala bulat untuk mengartikulasikan
dengan falang pertama jari-jari.
1) Ligamen Pada Ankle
Sendi memerlukan ikatan yang menjaga kohesi tulang yang membentuk, mencegah
perpindahan nya, dislokasi dan memungkinkan gerakan tangan lainnya spesifik Anda.
Kapsul sendi di sekitar sendi, menciptakan ruang tertutup, dan membantu
menstabilkan ligamen
dalam misinya.
1. Ligamen lateral yang eksternal. Mulai dari ujung maleolus lateral, ligamentum
agunan lateral dibagi menjadi tiga angsuran (talar posterior peroneal, fibula
kalkanealis dan fibula talar atas), penahan di lereng dan kalkaneus bertanggung jawab
untuk memegang pergelangan kaki lateral.
2. Deltoid ligamen. Sebaliknya, ligamentum ini dari ujung medial dan malleolar
memegang
bagian dalam pergelangan kaki.
3. Sindesmal ligamen, syndesmosis atau ligamen tibiofibular. Ikat bagian distal tibia
dan fibula untuk menahan mereka bersama-sama dalam peran yang telah melompat
permukaan artikular atas kubah talus.
4. Di bagian belakang pergelangan kaki juga ada jaringan ligamen yang
menghubungkan tibia dan fibula (tibiofibular posterior), tibia dan talus. Perlu dicatat
ligamentum transversal yang terluka oleh yang sama syndesmosis mekanisme, yang
dapat dianggap ekstensi kemudian.
2) Otot Pada Ankle Otot-otot ekstrinsik kaki bertanggung jawab untuk gerakan
pergelangan kaki dan kaki. Otot-otot intrinsik jari-jari kaki berada di kaki yang sama,
mendapatkan gerakan jari: (fleksi, ekstensi, penculikan dan adduksi.). Oleh karena itu
terletak di bagian
belakang kaki di betis. Mereka adalah soleus dan gastrocnemius pada tendon Achilles
Fleksor punggung adalah mereka yang mengangkat ke atas kaki dan terletak di
bagian depan kaki. Mereka adalah tibialis anterior, Tertius peroneus dan ekstensor
digitorum. Investor di kaki. Tibialis anterior dimasukkan ke metatarsal pertama dan
baji pertama. Evertors kaki. Para longus peroneus dan peroneus brevis dimasukkan ke
dalam baji pertama dan dasar metatarsal pertama sedangkan peroneal anterior
dimasukkan ke dalam basis keempat dan kelima. Fascia Plantar merupakan struktur
anatomi yang harus diperhitungkan karena, ketika dinyalakan, menimbulkan ke
plantar fasciitis ditakuti, sangat menyedihkan, dan melumpuhkan. Ini adalah struktur
yang membentuk lengkungan lantai plantar dan dimasukkan ke bagian bawah
kalkaneus.Pemegang peranan paling penting pada trauma dari pergelangan kaki
adalah sendi talocrural, karena itu yang biasanya diartikan dengan ankle joint adalah
sendi ini. Penting olehkarena pada sendi talocrural ini os talus diapit oleh kedua
tangkai garpu yang dibentuk olehkedua malleoli. Integrasi peranan tulang dan
ligamenta pada sendi ini unik sekali.Pada sisi medial kita lihat dengan jelas ligamen
deltoid yang amat kuat yang terdiri dari tiga bagian,
mengikat malleolus medialis pada os navicular serta calcaneus dan talus
(Tibionavicular, tibiocalcaneal dan talotibial ). Pada sisi lateral ligamenta yang
tampaknya tidak sekuat ligament deltoid mengikat malleolus lateralis pada calcaneus
dan talus serta tibia (Fibulocalcaneal, Anterior talofibular serta anterior tibiofibular).
Hubungan tibia dan fibula (syndesmosis) dipertahankan oleh Anterior Tibiofibular
dan Posterior Tibiofibular serta ligamen interosseus yang merupakan lanjutan
daripada membrane interossea pada tungkai bawah. Ligamenta ini yang
mempertahankan stabilitas sendi talocruraln dan menentukan gerakan lingkup
sendinya (ROM = Range of Motion)1

2.2 Defenisi
Fraktur (patah tulang) pada ujung distal fibula dan tibia merupakan istilah
yang digunakan untuk menyatakan fraktur pergelangan kaki (ankle fracture). Fraktur
ini biasanya disebabkan oleh terpuntirnya tubuh ketika kaki sedang bertumpu di tanah
atau akibat salah langkah yang menyebabkan tekanan yang berlebihan (overstressing)
pada sendi pergelangan kaki. Fraktur yang parah dapat terjadi pada dislokasi
pergelangan kaki. Fraktur ankle itu sendiri yang dimaksudkan adalah fraktur pada
maleolus lateralis (fibula) dan/atau maleolus medialis.1,2,3

2.3. Etiologi
Fraktur pergelangan kaki paling sering terjadi pada trauma akut, seperti jatuh,
salah langkah, atau cedera saat berolahraga 2. Lesi patologis jarang menyebabkan
fraktur pergelangan kaki Kondisi yang Berkaitan dengan Fraktur Pergelangan Kaki
1. Keseleo pergelangan kaki (sprain ankle)
2. Keseleo PTT (sprain PTT)3

2.5 Klasifikasi
Lauge-Hansen mengklasifikasikan menurut patogenesis terjadinya pergeseran
dari fraktur, yang merupakan pedoman penting untuk tindakan pengobatan atau
manipulasi yang dilakukan. Klasifikasi ini didasarkan dari pengamatan
eksperimental, klinis, dan radiografik.Lauge-Hensen menemukan bahwa cedera
muncul pada pola sekuensial, yang dipisahkan menjadi beberapa tahap. Pada sistem
ini posisi dari kaki (pronasi dan supinasi) pada saat cedera dideskripsikan
terlebih dahulu dan arah gaya yang menyebabkan deformitas
dideskripsikan kemudian.Lebih dari 95% dari cedera pergelangan kaki dapat
digolongkan pada 1 dari 4 kelompok yang ada. Istilah eversi dan inversi yang
digunakan oleh Lauge-Hensen artinya sama dengan exorotasi dan endorotasi dari
kaki. Grup kelima, pronasi-dorsiflexi, ditambahkan kemudian untuk fracture
yang diakibatkan oleh beban aksial.Masing-masing grup ini memiliki
beberapa derajat cedera yang disebutkan pada tabel

Gambar klasifikasi fraktur ankle menurut lauge dan Hansen

Klasifikasi yang sering dipakai adalah klasifikasi dari Danis – Weber yang
berdasarkan pada level fraktur fibula. Klasifikasi lainnya adalah dari AO serta Lauge-
Hansen yang berdasarkan patogenesanya. Klasifikasi Danis – Weber adalah sebagai
berikut :
Gambar klasifikasi menurut weber 5
1. Weber type A
Fraktur fibula dibawah tibiofibular syndesmosis yang disebabkan adduksi atau
abduksi. Medial maleolus dapat fraktur atau deltoid ligamen robek.
2. Weber type B
Fraktur oblique dari fibula yang menuju ke garis syndesmosis. Disebabkan cedera
dengan pedis external rotasi syndesmosisnya intak tapi biasanya struktur dibagikan
medial ruptur juga.
3. Weber type C
Fibulanya patah diatas syndesmosis disebut C1 bila 1/3 distal dan C2 bila lebih tinggi
lagi. Disebabkan abduksi saja atau kombinasi abduksi dan external rotasi.
Syndsmosis & membrana interosseus robek juga.4,5

2.6 Patogenesiss
Pergelangan kaki adalah sendi engsel dengan proksi tibia dan fibula
proksimal/ distal.(Gambar 1). Fraktur pergelangan kaki mengacu pada cedera
malleolar: fibula distal atau malleolus lateral , fibula distal atau malleolus medial,
dan tibia distal posterior atau malleolus posterior. Patah tulang yang melibatkan
banyak sisi disebut sebagai bimalleolar atau trimalleolar. Cedera juga dapat
melibatkan ligament deltoid medial atau ligamen syndesmotic lateral. Lebih dari

60% fraktur pergelangan kaki hanya melibatkan malleolus lateral. Fraktur malleolus
lateral proksimal ke garis sendi sesuai dengan cedera syndesmotic. Yang biasa
digunakan Klasifikasi weber hanya bergantung pada level fraktur malleolar lateral
relatif terhadap garis sendi pergelangan kaki.Mekanisme cedera umumnya
melibatkan puntiran atau membungkuk di sendi, apakah cedera ringan dari twist-
trotoar atau cedera berat seperti kendaraan bermotor . Klasifikasi Lauge-Hansen
yang paling umum digunakan Skema didasarkan pada posisi kaki pada saat trauma.
Lauge Hansen dari Denmark berhasil melakukan pembagian dari jenis-jenis
trauma serta berdasarkan pembagian ini hampir semua fraktur serta trauma dapat
dibagi dalam 5 dasar mekanismenya.
1. Trauma supinasi/Eversi
Dalam jenis ini termasuk lebih dari 60% dari fraktur sekitar sendi talocrural.
2. Trauma Pronasi/Eversi
Tidak begitu sering, hanya kurang lebih 7 -- 8% fraktur sekitar sendi talocrural.
3. Trauma Supinasi/Adduksi
Antara 9 -- 15% dari fraktur sendir talocrural termasuk golongan ini.
4. Trauma Pronasi/Abduksi
Sekitar 6 -- 17% fraktur sendi talocrural.
5. Trauma Pronasi/Dorsifleksi
Sangat jarang terjadi tapi perlu disebutkan.
cedera (supinasi atau pronasi) dan arah
membentuk kekuatan, rotasi eksternal, adduksi, atau penculikan
Fraktur maleolus dengan atau tanpa subluksasi dari talus, dapat terjadi dalam
beberapa macam trauma:
1. Trauma abduksi
Tauma abduksi akan menimbulkan fraktur pada maleolus lateralis yang bersifat oblik,
fraktur pada maleolus medialis yang bersifat avulsi atau robekan pada ligamen bagian
medial.
2. Trauma adduksi
Trauma adduksi akan menimbulkan fraktur maleolus medialis yang bersifat oblik
atau avulsi maleolus lateralis atau keduanya. Trauma adduksi juga bisa hanya
menyebabkan strain atau robekan pada ligamen lateral, tergantung dari beratnya
trauma.
3. Trauma rotasi eksterna
Trauma rotasi eksterna biasanya disertai dengan trauma abduksi dan terjadi fraktur
pada fibula di atas sindesmosis yang disertai dengan robekan ligamen medial atau
fraktur avulsi pada maleolus medialis. Apabila trauma lebih hebat dapat disertai
dengan dislokasi talus.
4. Trauma kompresi vertikal
Pada kompresi vertikal dapat terjadi fraktur tibia distal bagian depan disertai
dengan dislokasi talus ke depan atau terjadi fraktur komun itif disertai dengan
robekan diastasis. Satu hal yang penting yang dapat selalu ditarik dari dasar
pembagian ini adalah kita dapat mengenal mekanismenya dari trauma dan kemudian
setelah melihat penemuan radiologik , menghubungkan trauma yang terdapat pada
ligamen-ligamennya. Mengenai trauma inversi juga telah dilakukan penyelidikan-
penyelidikan eksperimentil dan memang dapat dihasilkan secara eksperimentil tapi
suatu trauma inversi hampir tidak pernah akan ditemukan dalam kehidupan
sehari- hari. Perlu ditekankan kembali bahwa sprain , robekan ligamen serta patah
tulang pada sendi talocrural adalah suatu kesatuan etiologi. Kekuatan-kekuatan
indirek yang sama, tergantung dari kedudukan kaki pada saat itu serta arah rotasi
sendi talocrural/yang bekerja pada setiap jenis trauma.3,6

2.7 Penegakan Diagnosa


Diagnosa pasti mengenai trauma pada sendi talocrural tidak dapat didasarkan
secara radiologik saja, karena pemeriksaan ini hanya akan memberikan keterangan
yang sedikit sekali mengenai kerusakan pada ligamenta. Diagnosa pada sendi
talocrural membutuhkan palpasi secara metodik oleh karena kebanyakan struktur
yang penting berada langsung dibawah permukaan kulit. Lakukanlah palpasi pertama
pada daerah yang paling tidak memberikan rasa nyeri, dan singkirkan kemungkinan
adanya kerusakan dengan tidak terdapatnya nyeri tekan
setempat serta tidak adanya pernbengkakan pada daerah tersebut. Misalnya kedua
malleoli dapat diraba, dan bilamana tidak memberi rasa nyeri pada penekanan maka
kemungkinan fraktur pada kedua nya kecil sekali. Ligamenta yang mudah diperiksa
antara lain adalah Batasan dari gerak atau adanya rasa nyeri harus diperhatikan.
Untuk mengetahui stabilitas sendi talocrural perlu hubungan talus dengan kedua
tangkai garpu malleolar diperiksa2,3
Trimalleolar fracture-dislocation with medial skin tenting by the medial malleolus:
(A) lateral malleolus, (B) medial malleolus, and (C) posterior malleolus.

Pemeriksaan radiologik perlu dilakukan bilamana dicurigai adanya patah


tulang atau disangka adanya suatu robekan ligamen. Biasanya pemotretan dari dua
sudut, anteroposterior dan lateral sudah akan memberikan jawaban adanya hal-hal
tersebut. Pandangan oblique tidak banyak dapat menambah keterangan lain. Untuk
mendapatkan pandangan yang lebih baik mengenai permukaan sendi talocrural, suatu
pandangan anteroposterior dengan kaki dalam inversi dapat dilakukan.
Suatu stress X-ray dapat dibuat untuk melihat berapa luas robekan dari
ligamen, hal ini terutama berguna untuk ligamenta lateral. Diastasis sendi
(syndesmosis) tibiofibular distal penting sekali untuk dikenali. Tapi tidak ada suatu
cara khusus untuk melihat luasnya diastasis ini. Suatu fraktur fibula diatas permukaan
sendi talocrural (dapat sampai setinggi 1/3 proksimal fibula) secara tersendiri (tanpa
fraktur tibia pada ketinggian yang sama), selalu harus diperhatikan akan
kemungkinan adanya suatu diastasis. Diastasis juga jelas bila ada subluksasi talus
menjauhi malleolus medialis. Tapi bila tidak terdapat subluksasi ini, belum berarti
tidak adanya suatu diastasis.3,6
2.8 Penatalaksanaan
Berikut ini merupakan tatalaksana fraktur
1. Reduksi fraktur terbuka atau tertutup
Tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk
kembali seperti letak semula.
2. Imobilisasi fraktur
Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna
3. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan, pemberian analgetik
untuk mengerangi nyeri, status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan
gerakan) dipantau, latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimal
akan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah.
4. Langkah Umum
 Analgesik dan elevasi adalah terapi yang harus dilakukan. Semua fraktur
pergelangan kaki harus dipasan gi splint dalam posisi netral. Fraktur fibula
yang terisolasi atau fraktur malleolus media yang tak bergeser harus dipasangi
casting below-the-knee. Fraktur stabil harus diterapi secara fungsional dengan
splint udara dan peningkatan fungsi weightbearing secara bertahap.
 Kesesuaian sendi pergelangan kaki penting untuk dipikirkan ketika
melakukan
 reduksi pada arthritis post-trauma.
 Dislokasi harus secepatnya di reduksi dengan menggunakan sedasi yang
sesuai.
 Pasien yang mengalami fraktur terbuka harus dimasukan ke ruang operasi
untuk
 dilakukan irigasi, debridement, dan fiksasi dalam jangka waktu 8 jam.
 Pasien dilarang bertumpu pada pergelangan kaki yang mengalami fraktur
hingga
 tidak ada lagi nyeri dan tanda-tanda penyembuhan fraktur telah tampak pada
 gambaran radiologis.
 Fraktur bimalleolar atau fraktur fibula dengan cedera ligament media atau
cedera
 syndesmosis hanya dapat diterapi dengan melakukan operasi..
Aktivitas
 Pergelangan kaki harus diangkat untuk mengurangi pembengkakan.
6. Perawatan
Penggosokan pada splint atau cast sebaiknya tidak dilakukan.
7. Terapi khusus
ROM pada sendi MTP dan, kemudian, pada pergelangan kaki dan
pertengahan kaki
penting dilakukan untuk mencegah kontraktur dan mengurangi parut jaringan lunak.
8. Medikamentosa
 Lini Pertama : Analgesik
 Operasi
 Selain persoalan yang terdapat mengenai tindakan operatip pada fraktur yang
tidak stabil
 ada beberapa trauma pada sendi talocrural yang memang merupakan indikasi
untuk tindakan
 operatif, seperti :
Fraktur Malleolus medialis dengan interposisi jaringan lunak. Diastasis
syndesmosis Tibiofibular inferior (distal). Fraktur Posterior marginal
(VOLKMAN Striangle) daritibia, bilamana lebih dari 1/3 permukaan sendi.
Fraktur Anterior marginal dari Tibia (Pronation/dorsiflexion injury).
9. Follow Up
Gambaran radiografi pasien harus di-follow up tiap 1-2 minggu. Setelah splint
awal dilepaskan, pasien sebaiknya dipasangi cast below-the-knee atau moon
boot selama 4 minggu. Setelah itu gambaran radiografi di-follow up lagi tiap
6 minggu hingga fraktur
sembuh.
10. Disposisi
11. Rujukan
Fraktur tidak stabil atau yang bergeser harus segera dirujuk ke dokter spesialis
ortopedi. 3,7

2.9 komplikasi
1. Vaskuler
Apabila terjadi fraktur subluksasi yang hebat maka dapat terjadi gangguan
pembuluh darah yang segera, sehingga harus dilakukan reposisi secepatnya.
2. Malunion
Reduksi yang tidak komplit akan menyebabkan posisi persendian yang tidak
akurat yang akan menimbulkan osteoarthritis.
3. Osteoartritis
4. Algodistrofi
Algodistrofi adalah komplikasi dimana penderita mengeluh nyeri, terdapat
pembengkakan dan nyeri tekan di sekitar pergelangan kaki. Dapat terjadi
perubahan trofik dan osteoporosis yang hebat.
5. Kekakuan yang hebat pada sendi

2.10 Prognosis
Pada umumnya fraktur pergelangan kaki dapat sembuh tanpa komplikasi dan
pasien dapat kembali beraktivitas sebagaimana biasanya. Pada fraktur yang parah,
lepuhan dapat timbul dan menyebabkan gangguan pada integritas kulit.
Artritis pasca-trauma Terjadi pada 25% pasien yang mengalami fraktur
pergelangan kaki dan membutuhkan fusi pergelangan kaki untuk
mengatasinya.Terjadi peningkatan jumlah pasien yang mengalami nyeri pergelangan
kaki dan arthritis yang berbanding lurus dengan panjangnya ma sa follow up setelah
fraktur. Pengawasan Pasien dilakukan Pemeriksaan radiografi harus dilakukan tiap 2-
6 minggu, tergantung pada pola fraktur dan tanda-tanda penyembuhan3
BAB 3

KESIMPULAN
Fraktur (patah tulang) pada ujung distal fibula dan tibia merupakan istilah
yang digunakan untuk menyatakan fraktur pergelangan kaki (ankle fracture). Fraktur
ini biasanya disebabkan oleh terpuntirnya tubuh ketika kaki sedang bertumpu di tanah
atau akibat salah langkah yang menyebabkan tekanan yang berlebihan (overstressing)
pada sendi pergelangan kaki. Fraktur yang parah dapat terjadi pada dislokasi
pergelangan kaki. Fraktur ankle itu sendiri yang dimaksudkan adalah fraktur pada
maleolus lateralis (fibula) dan/atau maleolus medialis.
Klasifikasi yang sering dipakai adalah klasifikasi dari Danis – Weber yang
berdasarkan pada level fraktur fibula. , Lauge Hansen dari Denmark berhasil
melakukan pembagian dari jenis-jenis trauma serta berdasarkan pembagian ini
hampir semua fraktur serta trauma dapat dibagi dalam 5 dasar mekanismenya, yaitu :
trauma supinasi / eversi, trauma pronasi / eversi, trauma supinasi / adduksi, trauma
pronasi / abduksi, dan trauma pronasi / dorsifleksi.
Perawatan fraktur pergelangan kaki melibatkan pemeriksaan yang cermat.
inasi, pencitraan yang tepat, pemahaman fraktur pola, dan fiksasi atau imobilisasi
suara secara teknis.Sama pentingnya, perawatan pasien dan selanjutnya rehabilitasi
harus disesuaikan dengan medisnya yang lain kondisi dan status fungsional pra-
cedera
DAFTAR PUSTAKA

1. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR, Moore ME. 2013. Anatomi Berorientasi
Klinis. Edisi Ke−5. Jakarta: Erlangga.
2. Sjamsuhidajat.R; De Jong.W, Editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi,
Cetakan Pertama, Penerbit EGC; Jakarta.2012. 1058-1064
3. Raymond Y ,Jason B . Management Of Ankle Fracture .Orthopedic And
Rehabilitation Medical Journal
http://www.rimed.org/rimedicaljournal/2013/05/2013-05-23-ortho-ankle.pdf
4. Jeremy J And Frank P Weber Classification Of Ankle Fracture

https://radiopaedia.org/articles/weber-classification-of-ankle-fractures

5. Classification Of Ankle Fracture

https://www.semanticscholar.org/paper/Classifications-in-Brief%3A-Lauge-
Hansen-of-Ankle/434b14039a68ca0caa0142844077b26f17b44b36

6. Sabiston. DC; alih bahasa: Andrianto.P; Editor Ronardy DH. Buku Ajar Bedah
Bagian 2.Penerbit EGC; Jakarta

7. Fractures (Non-Complex): Assessment And Management . NICE guideline .2016

Anda mungkin juga menyukai