Anda di halaman 1dari 34

Oleh :

Luh Ade Gina Andriyani, S.Ked


FAB 118 063

Pembimbing:
dr.
dr.Artsanto
ArtsantoRanumiharso,
Ranumiharso,Sp.An
Sp.An
BAGIAN/SMF ANESTESI DAN REAMINASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA/RSUD DORIS SYLVANUS
NOVEMBER
2019
PENDAHULUAN
Intraseluler
• Padat
Tubuh manusia
• Cair Ekstraseluler

Cairan dan Elektrolit

Mekanisme homeostatis tubuh


secara neurohormonal

Keseimbangan fungsi organ vital

Terapi Cairan
CAIRAN TUBUH

Cairan
Ekstraseluler
Cairan
Intraseluler

Cairan
Interstitial

Cairan
Intravaskular
CAIRAN TUBUH
PROSES PERGERAKAN CAIRAN TUBUH

• Bergeraknya molekul melalui

Osmosis membran semipermiabel


(rendah tinggi)

• Melalui pori-pori.

Difusi • Bergerak dari konsentrasi tinggi


 rendah
• Dibantu tekanan hidrostatik

Pompa • Transport memompa ion Na


keluar dr membran sel saat
bersamaan memompa ion K
Na K kdari luar ke dalam.
Pergerakan Air

 Difusi

• Konsentrasi tinggi  konsentrasi rendah.


• Difusi tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan
tekanan hidrostatik.
 Osmosis

• Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui


membran semipermiabel
• Larutan berkadar lebih rendah  berkadar lebih tinggi
hingga kadarnya sama.
TERAPI CAIRAN

“life saving”
Meliputi resusitasi dan terapi rumatan

Keseimbangan cairan dan nutrisi tubuh

KRISTALOID KOLOID
Terapi cairan resusitasi
 Upaya untuk menggantikan kehilangan akut cairan tubuh
atau ekspansi cepat dari cairan intravaskuler, misalnya
pada syok dan luka bakar.
 Tujuan : memperbaiki volume sirkulasi agar tidak terjadi
gangguan perfusi jaringan dan oksigenasi sel.
TERAPI CAIRAN

KRISTALOI
D

• Jumlah elektrolit plasma = konsentrasi


Isotonis • Perpindahan cairan di intravaskular dan sel
tidak signifikan

Hipertonis • Jumlah elektrolit > plasma tubuh


• Menarik cairan dari sel ke intravaskular

• Elektrolit < plasma (kurang terkonsentrasi)


Hipotonis • Cairan cepat berpindah dari intravaskular ke
sel
TERAPI CAIRAN
Berat molekul tinggi  cairan bertahan lama di
KOLOID ruang intravaskular.
“plasma expander”

Koloid • Fraksi protein plasma 5% dan albumin 5%,


25%
Alami • Aktivator Prekallikrein “Hageman’s factor”

Dextran

Hydroxyleth
KOLOID SINTETIK
yl Starch

Gelatin
Kristaloid vs Koloid

Sifat Kristaloid Koloid

Berat molekul Lebih kecil Lebih besar

Distribusi Lebih cepat: 20-30 menit Lebih lama dalam


sirkulasi
(3-6 jam)
Faal hemostasis Tidak ada pengaruh Mengganggu

Penggunaan Dehidrasi Perdarahan masif

Koreksi perdarahan Diberikan 2-3x jumlah Sesuai jumlah


perdarahan perdarahan
Terapi cairan rumatan
 Tujuan : memelihara keseimbangan cairan tubuh dan
nutrisi.
 Kebutuhan cairan basal (rumatan)
I. 10 kg : 4ml/kg/jam
II. 10 kg : 2 ml/kg/jam
III. Sisa BB : 1 ml/kg/jam
 Dewasa rata-rata 30-35 ml/kg/hari
 Cairan: infus cairan elektrolit+karbohidrat, atau yang
mengandung karbohidrat saja
Terapi cairan intraoperatif
 Dihitung berdasarkan kebutuhan dasar
ditambahkehilangan cairan akibat pembedahan.
- 6-8 ml/kg untuk bedah besar
- 4-6 ml/kg untuk bedah sedang
- 2-4 ml/kg untuk bedah kecil
 Prinsipnya kecepatan pemberian cairan selama
pembedahan adalah dapat menjamin tekanan darah stabil
tanpa menggunakan obat vasokonstriktor, dengan
produksi urin mencapai 0,5-1 ml/kgBB/jam.
 Pemberian cairan saat operasi berlangsung :
- Pemberian cairan pada jam pertama operasi
(Kebutuhan basal+kebutuhan intraoperasi+50% x
kebutuhan cairan puasa)
- Pemberian cairan pada jam kedua operasi
(Kebutuhan basal+kebutuhan intraoperasi+25% x
kebutuhan cairan puasa)
- Pemberian cairan pada jam ketiga operasi
(Kebutuhan basal+kebutuhan intraoperasi+25% x
kebutuhan cairan puasa)
Transfusi
 Diperlukan jika kehilangan darah > 50%
 Rumus dasar :
V = (Hb target – Hb inisial) x 80% x BB
TERAPI OKSIGEN
Memperbaiki hipoksia jaringan

Meningkatkan masukan O2 ke
respirasi

Meningkatkan daya angkut oksigen


 sirkulasi

Meningkatkan pelepasan O2 
jaringan
Indikasi Terapi Jangka Pendek

 Indikasi yang sudah direkomendasi :


- Hipoksemia akut (PaO2 <60 mmHg,SaO2
<90%)
- Cardiac arrest dan respiratory arrest
- Hipotensi ( sistolik <100 mmHg)
- Respiratory distress ( frekuensi pernafasan
>24x/min
Indikasi Terapi Oksigen Jangka Panjang
 Pemberian oksigen secara kontinyu
- PaO2 istirahat < 55 mmHg atau saturasi oksigen < 88%
- PaO2 istirahat 56-59 mmHg atau saturasi oksigen 89% pada salah satu
keadaan :
a. Edema yang disebabkan karena CHF
b. P pulmonal pada pemeriksaan EKG (gelombang p > 3 mm pada leads
II,III,avf)
c. Eritrositemia (hematokrit > 56%)
d. PaO2 >59 mmHg atau oksigen saturasi > 89%
 Pemberian tidak kontinyu
- Selama latihan : PaO2 <55 mmHg atau saturasi oksigen < 88 %
- Selama tidur : PaO2 < 55 mmHg atau saturasi oksigen < 88% dengan
komplikasi seperti hipertensi pulmoner,somnolen dan aritmia
METODE PEMBERIAN O2

Konsentrasi
Rendah
Sistem Aliran Rendah
Konsentrasi Tinggi

Konsentrasi
Sistem Aliran Tinggi Rendah

Konsentrasi Tinggi
METODE PEMBERIAN O2

SISTEM
SISTEM
NONREBREATHI
REBREATHING
NG

• Kontak antara udara inspirasi dan • Udara ekspirasi ditampung pada


ekspirasi minimal kantong penampung pada pipa
jalur ekspirasi
No Pemberian Aliran Oksigen Konsentrasi
(liter/menit) (%FiO2)
1. Nasal kateter/kanul 1-2 24-28
3-4 30-35
5-6 38-44

2. Masker sederhana 5-6 40


6-7 50
7-8 60

3. Masker dengan kantong simpan 6 60


7 70
8 80
9-10 90-99

4. Masker venturi 3 24
6 28
9 40
12 40
Head box 15 50
5. Ventilator mekanik 8-10 40
6. Mesin anestesi Bervairasi 21-100
7. inkubator Bervariasi 21-100
8. 3-8 Sampai 40
KESIMPULAN
 Terapi cairan  “life saving”
 Terdiri atas resusitasi cairan dan terapi rumatan
 Tujuan : menjaga keseimbangan cairan dan nutrisi tubuh
 Terapi oksigen  upaya memperbaiki hipoksia jaringan,
terdiri atas terapi jangka pendek dan panjang.
DAFTAR PUSTAKA
 Hall, J. E., 2006. Guyton's Textbook of Medical Physiology. 11 ed. Philadelpia: Elsevier. Chow JL, B. K. a. B. L., 2004.
Critical Care Handbook of the Massachusetts General Hospital. 3rd ed. US: Lippincott Williams & Wilkins.
 Stoelting RK, Rathmell JP, Flood P, Shafer S. Intravenous Fluids and Electrolytes. Dalam Handbook of
Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice 3rd ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Health. 2015; 17 : h. 341
– 49.
 Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Management of Patients with Fluid and Electrolyte Disturbances.
Dalam Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology 5th ed. New York: Mc-Graw Hill. 2013; 4 (49): h. 1107 – 40.
 Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Reaminasi Indonesia. 2010. Panduan Tatalaksana Terapi Cairan
Perioperatif. PP IDSAI, 108-142.
 Hahn RG. Crystalloid Fluids. Dalam Clinical Fluid Therapy in the Perioperative Setting. Cambridge: Cambridge
University Press. 2012; 1 : h. 1 – 10.
 Niemi TT, Miyasitha R, Yamakage M. Colloid solutions: a clinical update. Japanese Society of Anesthesiologist.
2010.
 Gaol, H. L., Tanto, C. & Pryambodho, 2014. Terapi Cairan. In: C. Tando, F. Liwang, S. Hanifati & E. A. Pradipta, eds.
Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius, pp. 561-564.
 Weimann A, Braga M, Harsanyi L, et al: ESPEN Guidelines on Enteral Nutrition: surgery including organ
transplantation. Clin Nutr 2006;25:224.
 Brugnolli, A, RN, MSN, Canzan F, RN, MSN, PhD. 2017. Fluid Therapy Management in Hospitalized Patients:
Results From a Cross-sectional Study
 Voldby AW, Branstrup B. Fluid Therapy in the Perioperative Setting. Journal of Intensive Care. 2016; 4 : h.27 –
39.
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai