PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang umum
ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang
termasuk Indonesia. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada
dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2015).
Hipertensi disebut sebagai si pembunuh senyap atau The Silent Killer karena
seringkali tidak menimbulkan gejala. Biasanya penderita tidak mengetahui
kalau dirinya mengidap hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi
(Depkes, 2018). Hipertensi dapat berakibat sangat fatal karena dapat
mempengaruhi kinerja berbagai organ. Hipertensi juga menjadi faktor resiko
penting terhadap terjadinya penyakit seperti penyakit jantung koroner, gagal
jantung dan stroke. Apabila tidak ditanggulangi secara tepat, akan terjadi
banyak kerusakan organ tubuh, kecacatan permanen, bahkan kematian
mendadak (WHO, 2013).
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu-waktu bisa jatuh ke
dalam keadaan gawat darurat. Jika tidak terkontrol, hipertensi dapat
menyebabkan terjadinya komplikasi seperti penyakit jantung koroner, gagal
ginjal, gagal jantung, penyakit vaskular perifer dan kerusakan pembuluh darah
retina yang mengakibatkan gangguan penglihatan. Penyandang hipertensi
harus mendukung pengobatan hipertensi pada dirinya dengan cara patuh
minum obat sesuai yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan dan monitoring
kesehatannya secara berkala. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas
hidup agar tidak menimbulkan masalah di masyarakat perlu upaya pencegahan
dan penanggulangan hipertensi dimulai dengan meningkatkan kesadaran
masyarakat dan perubahan pola hidup ke arah yang lebih sehat (Kemenkes RI,
2018).
Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensi yang terus
meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas,
aktivitas yang menurun, dan stress psikososial (WHO, 2000). Hampir 1 milyar
orang diseluruh dunia diketahui memiliki tekanan darah tinggi, serta
diperkirakan pada tahun 2020 sekitar 1,56 miliar orang dewasa akan hidup
dengan hipertensi. Hipertensi bahkan membunuh hampir 8 miliyar orang setiap
tahun di dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahunnya di kawasan Asia
Timur-Selatan. Sekitar sepertiga dari orang dewasa di Asia Timur-Selatan
menderita hipertensi (WHO, 2015).
Berdasarkan Riskesdas 2018, angka kejadian hipertensi di Indonesia adalah
sebesar 8,4%, dimana kasus tertinggi didapatkan di sulawesi utara (13,2%),
sedangkan terendah di Papua sebesar (4,4%).
Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah 2017, penyakit
hipertensi masih menempati proporsi terbesar dari seluruh PTM yang
dilaporkan, yaitu sebesar 64,83 persen.
Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2016, didapatkan yang
menderita hipertensi pada laki-laki sebanyak 9,58 %, sedangkan pada
perempuan sebanyak 11,48 %. Dari rekapan kunjungan pasien pada tahun 2018
yang mengalami hipertensi di posbindu Genuk sebanyak 32%, posbindu
Candirejo sebanyak 37%, posbindu Langensari I sebanyak 34%, posbindu
Langensari II sebanyak 31%, posbindu Gogik sebanyak 26%. Sedangkan
posbindu Ungaran sebanyak 0% dikarenakan belum terbentuknya posbindu.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penjaringan dalam upaya mencegah dan mendeteksi dini hipertensi di posbindu
wilayah UPTD Puskesmas Ungaran.
1.3 Tujuan
1. Agar Menegetahui definisi Hipertensi
2. Agar mengetahui etiologi Hipertensi
3. Agar mengetahui manifestasi klinis Hipertensi
4. Agar mengetahui klasifikasi Hipertensi
5. Agar mengetahui patofisiologi Hipertensi
6. Agar mengeathui pemeriksaan diagnostic Hipertensi
7. Agar mengetahui penatalaksanaan Hipertensi
8. Agar menegetahui komplikasi Hipertensi
9. Agar menegtahui asauhan keperawatan Hipertensi
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam mengembangkan
keterampilan membaca yang efektif dan mampu berfikir logis, kritis dalam
membuat makalah Hipertensi.
2. Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai materi
Hipertensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
2.1 Definisi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes, 2014).
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan pembuluh darah yang persisten
ditandai dengan tekanan sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan diastolik ≥90
mmHg (Chobanian,2003).
2.2 Etiologi
Gambaran klinis seperti sakit kepala adalah serta gejala gangguan fungsi
distolik dan peningkatan tekanan pengsien ventrikel walaupun fungsi distolik
masih normal, bila berkembang terus terjadi hipertensi eksentri dan akhirnya
menjadi dilarasi ventrikel kemudian gejal banyak datang. Stadium ini kadang kala
disertai dengan sirkulasi ada cadangan aliran darah ovoner dan makin membentuk
kelaianan fungsi mekanik/pompa jantung yang selektif. (Mansjor, 2001 : h 442)
2.4 Klasifikasi
h) Stres
Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan
bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa
mendadak menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah, namun
akibat stress berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum dapat
dipastikan.
i) Penggunaan Estrogen
Estrogen meningkatkan risiko hipertensi tetapi secara epidemiologi
belum ada data apakah peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan
karena estrogen dari dalam tubuh atau dari penggunaan kontrasepsi
hormonal estrogen. MN Bustan menyatakan bahwa dengan lamanya
pemakaian kontrasepsi estrogen (± 12 tahun berturut-turut), akan
meningkatkan tekanan darah perempuan.
2.5 Pathway
2.6 Phatofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah
jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac output (Curah jantung) diperoleh
dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantung). Pengaturan
tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon.
Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah
antara lain sistem baro reseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin
angiotensin dan autoregulasi vaskuler.
Sistem Pemeriksaan
Metabolik Glukosa puasa atau HbA1c, profil lipid (kolesterol total, HDL dan LDL,
trigliserida)
Lainnya Darah lengkap, rontgen dan elektrokardiogram
2.8 Penatalaksanaan
2. Penatalaksanaan Farmakologis
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan
oleh JNC 7:
a. Diuretic, terutama jenis Thiazide (Thiaz) Aldosteron Antagonist (Ald Ant)
b. Beta Blocker (BB)
c. Calcium channel blocker atau Calcium antagonist (CCB)
d. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
e. Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 Receptor angiotensint/ blocker (ARB).2
Tabel 4. Indikasi dan Kontraindikasi Kelas-kelas utama Obat Antihipertensi
Menurut ESH.
Mutlak Tidak
mutlak
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan target
tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk
menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan
efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu
jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan
ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah,
dan kemudian darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah
meningkatnya dosis obat tertentu, atau berpindah ke antihipertensi lain dengan rendah.
Efek samping umumnya bisa dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal
maupun kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi
untuk mencapai target tekanan darah, tetapi kombinasi dapat meningkatkan biaya
pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum
bertambah.
2.9 Komplikasi
1. Jantung
Penyakit jantung merupakan penyebab yang tersering menyebabkan kematian pada
pasien hipertensi. Penyakit jantung hipertensi merupakan hasil dari perubahan struktur dan
fungsi yang menyebabkan pembesaran jantung kiri disfungsi diastolik, dan gagal jantung
(Kasper,2008).
2. Otak
Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting terhadap infark dan hemoragik
otak. Sekitar 85 % dari stroke karena infark dan sisanya karena hemoragik. Insiden dari
stroke meningkat secara progresif seiring dengan peningkatan tekanan darah, khususnya
pada usia > 65 tahun. Pengobatan pada hipertensi menurunkan insiden baik stroke iskemik
ataupun stroke hemorgik (Kasper,2008).
3. Ginjal
Hipertensi kronik menyebabkan nefrosklerosis, penyebab yang sering terjadi pada
renal insufficiency. Pasien dengan hipertensif nefropati, tekanan darah harus 130/80 mmHg
atau lebih rendah, khususnya ketika ada proteinuria (Kasper,2008).
2.10 Penelitian
Pengaruh terapi akupresur totok punggung terhadap tekanan darah pada pasien
hipertensi.
Peneliti menduga meningkatnya jumlah penderita hipertensi diakibatkan karena
ketidakpatuhan pasien untuk terus mengkonsumsi obat. Terapi akupresure totok punggung
merupakan salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan untuk melancarkan aliran
darah dan merilekskan pasien, sehingga penelitian ini perlu dilakukan untuk menurunkan
tekanan darah dan merilekskan pasien.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experiment, rancangan
penelitian menggunakan one grup pre test teknik pengambilan sempel. Yang dipakai pada
penelitian ini adalah purposive sampling, sample di ambil dari pasien hipertensi berjenis
kelamin perempuan yang mengikuti PROLANIS di puskesmas bandarhajo semarang,
jumlah sempel yang digunakan sebanyak 16 responden. Instrument yang digunakan untuk
mengukur tekanan darah adalah spyghnomanometer digital. Sebelum dilakukan terapi
akupresur totok punggung pasien diperiksa tekanan darah terlenih dahulu dengan posisi
telungkup kemudian diberikan terapi akupresur totok punggung selama 60 menit
menggunakan jari peneliti dan minyak zaitun dengan posisi responden tiduran
telungkup,setelah terapi akupresur totok punggung selesai mengukur kembali tekanan
darah dengan menggunakan spyghnomanometer digital.
Titik akupunktur Fengchi berada pada titik tengah antara titik akupunktur Fengfu dan daun telinga,
terdapat sepasang titik akupunktur Fengchi, di kiri dan kanan. Titik akupunktur Fengchi dapat
melancarkan darah dan Qi, sering memijatnya bisa berperan mengatur tekanan darah dan
mencegah stroke.
3. Titik akupunktur Taichong
Titik akupunktur Taichong terletak di tengah tengah antara jempol kaki dan jari kedua kaki, karena
ia berada di antara dua tulang, pijatlah dengan sisi jari, menggosok sampai terasa linu / nyeri berarti
benar. Pengobatan Tradisional Tiongkok (PTT) percaya bahwa tekanan darah tinggi disebabkan
oleh ketidakseimbangan antara Yin dan Yang dari organ liver dan ginjal, memijat titik akupunktur
Taichong bisa melancarkan Qi, menyehatkan dan menyeimbangkan liver serta mengurangi risiko
terserang penyakit jantung dan stroke.
3.1 Pengkajian
1. Biodata
Kaji biodata mulai dari nama, alamat, usia, pendidikan, agama.
b. Sistem Integumen
Rambut : Kaji warna dan kebersihannya.
Kulit : Kaji warna dan ada tidaknya lesi.
Kuku : Kaji bentuk dan kebersihannya.
c. Sistem Pernafasan
- Inspeksi : biasanya pada klien bronkhitis terjadi sesak, bentuk dada
barrel chest, kifosis.
- Palpasi : Iga lebih horizontal.
- Auskultasi : Adakah kemungkinan terdapat bunyi napas tembahan,
biasanya terdengar ronchi.
d. Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : Kaji apakah ada pembesaran vena ingularis.
Palpasi : Kaji apakah nadi teraba jelas dan frekwensi nadi.
Auskultasi : Kaji suara s1, s2 apakah ada suara tambahan.
e. Sistem Pencernaan
Inspeksi : Kaji bentuk abdomen, ada tidaknya lesi.
Palpasi : Kaji apakah ada nyeri tekan
Perkusi : Kaji apakah terdengar bunyi thympani
Auskultasi : Kaji bunyi peristaltik usus.
f. Sistem Reproduksi
Kaji apa jenis kelamin klien dan apakah klien sudah menikah.
h. Sistem Persyaratan
Kaji tingkat kesadaran klien dan GCS.
i. Sistem Perkemihan
Kaji apakah ada gangguan eliminasi urin.
C. Diagnosa Keperawatan
a) Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kurang asupan makanan
b) Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d
melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regiu suboksipital. Terjadi
pada saat bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu
c) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum d/d laporan verbal tentang kelebihan atau
kelemahan
d) Cemas b.d kriss situasional sekunder.
e) Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang proses penyakit/
D. Intervensi
I. Diagnosa keperawatan I
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
E. Implementasi
Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategis
keperawatan (tindakan keperawatan) yaitu telah direncanakan (Aziz Alimuml. 2001 : h 11)
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan pencegahan penyakit. Pemulihan kesehatan
dan mempasilitas koping perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan
baik. Jika klien mempunyai keinginan untuk berpatisipasi dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan selama tahap pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan data dan
memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien tindakan.
F. Evaluasi
Diagnosa 1 (Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kurang asupan makanan)
2. Diagnosa 2 (nyeri akut , sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral)
S : 1. P : pasien mengatakan nyeri karena pusing
Q : pasien mengatakan nyeri seperti berdenyut-denyut
R : pasien mengatakan nyeri di sekitar kepala menjalar ke leher
S : pasien mengatakan nyeri berkurang
T : pasien mengatakan nyeri hilang timbul
2. Pasien mengatakan merasa lebih baik setelah melakukan terapi nafas dalam ketika
nyeri muncul
O : 1. Pasien terlihat relax
Td : 130/80 mmHg
N : 80 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S : 36,6 C
2. Pasien terlihat lebih baik
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
PEMBAHASAN
4.2 Saran
1) Bagi institusi pendidikan
Sebaiknya pihak yang bersangkutan memberikan pengarahan yang lebih
mengenai konsep dasar medis dan konsep keperawatan tentang hipertensi.
2) Bagi mahasiswa
Mengenai makalah yang kami buat, bila ada kesalahan maupun
ketidaklengkapan materi mengenai konsep dasar medis dan konsep dasar
keperawatan tentang hipertensi kami mohon maaf, kamipun sadar bahwa makalah
yang kami buat ini tidak sempurna. Oleh karena itu kami mengharap kritik dan
saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo, T. & Hendra . U. (2001) Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit Fkui
Nursing Intervention Classification ( Nic ) 6th Indonesia Edition, By Gloria Bulecheck, Howard
Butcher, Joanne Dochterman And Cheryl Wagner Copyright 2016 Elsevier Singapure Pte Ltd