Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan pada komunitas masih menjadi masalah utama kesehatan
masyarakat dunia, disamping mulai meningkatnya masalah penyakit menular dan
tidak menular. Penyakit menular tidak mengenal batas-batas daerah administratif,
sehingga pemberantasan penyakit menular memerlukan kerjasama antar daerah,
misalnya antar propinsi, kabupaten/kota bahkan antar negara.
Di berbagai negara, masalah penyakit menular dan kualitas lingkungan yang
berdampak terhadap kesehatan masih menjadi isu sentral yang ditangani oleh
pemerintah bersama masyarakat sebagai bagian dari misi peningkatan kesejahteraan
rakyatnya. Beberapa penyakit menular yang menjadi masalah utama di Indonesia
adalah penyakit HIV-AIDS, Tuberkulosis Paru, Malaria, Demam Berdarah (DBD),
Diare dan penyakit lainnya. Salah satu penyakit menular yang berbahaya dan bisa
menyebabkan kematian adalah penyakit HIV-AIDS. Jawa Timur menjadi provinsi
yang memiliki jumlah kasus HIV-AIDS tertinggi ketiga setelah DKI Jakarta dan
Papua dengan jumlah kasus sebanyak 2.110 HIV-AIDS. Sementara jumlah kasus
HIV-AIDS di Indonesia sebanyak 18.913 (Ditjen PP dan PL Kemenkes RI, 2012).
Selain itu, Jawa Timur merupakan peringkat kedua di Indonesia dalam kasus
Tuberkulosis (TB) tertinggi (Dinkes, 2012).
Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mencegah dan mengendalikan
penyebaran penyakit menular tersebut, antara lain dengan menyediakan fasilitas
kesehatan seperti Rumah Sakit baik milik pemerintah maupun swasta dan Puskesmas.
Upaya tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan pada pelayanan untuk
masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan
mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes, RI 2004).
Usaha pencegahan penyakit secara umum dikenal berbagai strategi pelaksanaan
yang tergantung pada jenis, sasaran serta tingkat pencegahan. Dalam strategi
penerapan ilmu kesehatan masyarakat dengan prinsip tingkat pencegahan seperti
tersebut di atas, sasaran kegiatan diutamakan pada peningkatan derajat kesehatan
individu dan masyarakat, perlindungan terhadap ancaman dan gangguan kesehatan,
penanganan dan pengurangan gangguan serta masalah kesehatan, serta usaha
rehabilisasi lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Program-Program Kesehatan/Kebijakan Dalam Menanggulangi
Masalah Kesehatan Di Indonesia?
2. Bagaimana Konsep Pembangunan Kesehatan Di Indonesia?

1
3. Bagaimana Sistem Pelayanan Kesehatan Dan Kebijakan Era Otonomi Daerah?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami program-program kesehatan/kebijakan dalam
menanggulangi masalah kesehatan di Indonesia
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami konsep pembangunan kesehatan di
Indonesia
2. Mahasiswa mampu memahami sistem pelayanan kesehatan dan
kebijakan era otonomi daerah

1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami meteri tentang program-program kesehatan/kebijakan
dalam menanggulangi masalah kesehatan di Indonesia sehingga mahasiswa dapat
mengerti dan mengaplikasikannya dalam tindakan keperawatan.

2
3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pembangunan Kesehatan Di Indonesia


Pembangunan Kesehatan merupakan bagian dari pembangunan yang bertujuan
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa
Indonesia baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah. (Taher, Akmal, dkk. 2016)

2.1.1 Tujuan Pembangunan Kesehatan Di Indonesia


Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesahatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa
dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan
dengan prilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan
yang optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia. (Taher, Akmal, dkk. 2016)

2.1.2 Paradigma Sehat


Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembanguan
kesehatan yang memandang masalah kesehatan saling terkait dan mempengaruhi
banyak faktor yang bersifat lintas sektoral dengan upaya yang lebih diarahkan pada
peningkatan, pemeliharaan, serta perlindungan kesehatan, tidak hanya pada upaya
penyembuhan penyakit atau pemulihan kesehatan. (Taher, Akmal, dkk. 2016)

2.1.3 Visi Indonesia Sehat


VISI : Indonesia Sehat
MISI :
1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata
dan terjangkau
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya. (Taher, Akmal, dkk. 2016)

2.1.4 Ciri – Ciri Masyarakat Yang Sehat

4
1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.
2. Mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya peningkatan,
pencegahan, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
3. Peningkatan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan sanitasi dasar
yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan
mutu lingkungan hidup.
4. Peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan status
sosial ekonomi masyarakat.
5. Penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan
penyakit(Taher, Akmal, dkk. 2016)

2.1.5 Indikator Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Masyarakat


Menurut WHO beberapa indikator dari masyarakat sehat adalah degan
keadaan yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat, meliputi:
1. Indikator komprehensif- angka kematian kasar menurun, meliputi :
a. Rasio angka mortalitas proporsial rendah
b. Umur harapan hidup meningkat
2. Indikator spesifik- angka kematian ibu dan anak menurun, meliputi :
a. Angka kematian karena penyakit menular menurun.
b. Indikator pelayanan kesehatan, meliputi :
1) Rasio antara tenaga kesehatan dan jumlah penduduk seimbang.
2) Distribusi tenaga kesehatan merata.
3) Informasi lengkap tentang jumlah tempat tidur di rumah sakit,
fasilitas kesehatan lain, dsb.
4) Informasi tentang jumlah sarana pelayanan kesehtan diantaranya
rumah sakit, puskesmas, rumah bersalin, dsb.

2.1.6 Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Di Indonesia


1. Faktor lingkungan
a. Kurangnya peran serta masyarakat dalam mengatasi kesehatan (masalah-
masalah kesehatan).
b. Kurangnya sebagian besar rasa tanggung jawab masyarakat dalam bidang
kesehatan.
2. Faktor perilaku dan Gaya Hidup masyarakat Indonesia
a. Masih banyak insiden atau kebiasaan masyarakat yang selalu merugikan
dan membahayakan kesehatan mereka.

5
b. Adat istiadat yang kurang atau bahkan tidak menunjang kesehatan.
3. Faktor sosial ekonomi
a. Tingkat pendidikan masyarakat di Indonesia sebagian besar masih
rendah.
b. Kurangnya kesadaran dalam pemeliharaan kesehatan. Budaya sadar sehat
belum merata ke sebagian penduduk Indonesia.
c. Tingkat social ekonomi dalam hal ini penghasilan juga masih rendah dan
memprihatinkan.
4. Faktor pelayanan kesehatan
a. Cakupan pelayanan kesehatan belum menyeluruh dimana ada sebagian
propinsi di indonsia yang belum mendapat pelayanan kesehatan
maksimal dan belum merata.
b. Upaya pelayanan kesehatan sebagian masih beriorientasi pada upaya
kuratif.
c. Sarana dan prasarana belum dapat menunjang pelayanan kesehatan.

2.1.7 Strategi Dan Program Pembangunan Kesehatan Di Indonesia


Strategi pembangunan kesehatan untuk mewujudkan Indonesia Sehat tahun
2010 adalah sebagai berikut.
1. Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan
Semua kebijakan pembengunan nasional yang sedang akan
diselenggarakan harus memiliki wawasan kesehatan. Artinya program
pembangunan nasional harus memberikan konstribusi yang positif terhadap
kesehatan, setidak-tidaknya terdapat dua hal, di antaranya:
a. Pembentukan lingkungan sehat.
b. Pembentukan perilaku sehat
Untuk terselenggarakannya pembangunan berwawasan kesehatan perlu
dilaksanakan kegiatan sosialisasi, orientasi, kampanye, dan pelatihan.
Sehingga semua pihak terkait memahami dan mampu melaksanakan
pembangunan berwawwasan Internasional.
2. Determinan yang berpengarah dalan perencanaan tenaga kesehatan
diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Perkembangan penduduk.
b. Pertumbuhan ekonomi.
c. Kebjaksanaan di bidang kesehatan antara lain: upaya peningkatan kelas
rumah sakit dan deregulasi bidang rumah sakit upaya peninhkatan mutu
unit-unit pelayanan kesehatan, swadaya unit pelayanan kesehatan, serta
pengembangan sector swasta (nasional dan asing).
Dalam penentuan atau perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan
didasarkan atas pertimbangan kombinasi dari tiga prinsip, yaitu:

6
memerhatikan rasio tenaga dengan penduduk; permintaan dan kecenderungan
epidemiologi di lapangan; serta determinan yang ada. Namun, untuk negara
Indonesia yang sangat beragam situasi dan kondisi daerahnya maka keadaan
geografi dan kepadatan penduduk merupakan factor determinan yang perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan tentang kesehatan disamping
determinan yang disebutkan di atas. Ciri daerah yang sangat bervariasi
merupakan satu permasalahan tersendiri dalam melakukan perencanaan
tenaga kesehatan sehingga kemungkinan tidak dapat diperoleh satu formula
yang dapat digunakan untuk semua wilayah Indonesia.

2.1.8 Program Kesehatan Unggulan Di Indonesia


Ditetapkan 10 program kesehatn, sebagai berikut :
1. Program kebijakan kesehatan, pembiayaan kesehatan dan hokum kesehatan.
2. Program perbaikan gizi.
3. Program pencegahan penyakit menular.
4. Program peningkatan prilaku hidup sehat dan kesehatan mental
5. Program lingkungan pemukiman, air dan udara sehat.
6. Program kesehatan keluarga, kesehatan reproduksi dan keluarga berencana.
7. Program keselamatan dan kesehatan kerja.
8. Program anti tembakau, alcohol, dan madat.
9. Program pengawasan obat, bahan berbahaya, makanan.
10. Program pencegahan kecelakaan lalu lintas

2.1.9 Agenda Sustainable Development Goals (SDGs)


1. Tujuan 1 - Tanpa kemiskinan
Pengentasan segala bentuk kemiskinan di semua tempat.
2. Tujuan 2 - Tanpa kelaparan
Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan perbaikan
nutrisi, serta menggalakkan pertanian yang berkelanjutan.
3. Tujuan 3 - Kehidupan sehat dan sejahtera
Menggalakkan hidup sehat dan mendukung kesejahteraan untuk semua
usia.
4. Tujuan 4 - Pendidikan berkualitas
Memastikan pendidikan berkualitas yang layak dan inklusif serta
mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang

7
5. Tujuan 5 - Kesetaraan gender
Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan.
6. Tujuan 6 - Air bersih dan sanitasi layak
Menjamin akses atas air dan sanitasi untuk semua.
7. Tujuan 7 - Energi bersih dan terjangkau
Memastikan akses pada energi yang terjangkau, bisa diandalkan,
berkelanjutan dan modern untuk semua.
8. Tujuan 8 - Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi
Mempromosikan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan inklusif,
lapangan pekerjaan dan pekerjaan yang layak untuk semua.
9. Tujuan 9 - Industri, inovasi dan infrastruktur
Membangun infrastruktur kuat, mempromosikan industrialisasi
berkelanjutan dan mendorong inovasi.
10. Tujuan 10 - Berkurangnya kesenjangan
Mengurangi kesenjangan di dalam dan di antara negara-negara.
11. Tujuan 11 - Kota dan komunitas berkelanjutan
Membuat perkotaan menjadi inklusif, aman, kuat, dan berkelanjutan.
12. Tujuan 12 - Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab
Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan
13. Tujuan 13 - Penanganan perubahan iklim
Mengambil langkah penting untuk melawan perubahan iklim dan
dampaknya.
14. Tujuan 14 - Ekosistem laut
Pelindungan dan penggunaan samudera, laut dan sumber daya kelautan
secara berkelanjutan
15. Tujuan 15 - Ekosistem daratan
Mengelola hutan secara berkelanjutan, melawan perubahan lahan
menjadi gurun, menghentikan dan merehabilitasi kerusakan lahan,
menghentikan kepunahan keanekaragaman hayati.
16. Tujuan 16 - Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh
Mendorong masyarakat adil, damai, dan inklusif
17. Tujuan 17 - Kemitraan untuk mencapai tujuan
Menghidupkan kembali kemitraan global demi pembangunan
berkelanjutan

8
2.1.10 Indikator Keberhasilan Pembangunan Kesehatan Kia
1. Indikator Input : Dapat dilihat dari kebijaksanaan manajemen ( Man,
Money, Material, Method, dsb ).Struktur organisasi serta kondisi keadaan
masyarakat pada saat ini :
a. Komitmen politik mengenai kesehatan bagi semua.
b. Alokasi sumber daya, pembiayaan Kesehatan 5% dari total pembayaan
nasional dan pembiayaan pembangunan daerah.
c. Penyebaran Pendapatan
d. Angka melek huruf orang dewasa.
e. Ketersediaan sarana kesehatan, Penyebaran dan penggunaannya.
f. Tingkat pertumbuhan penduduk
g. Penduduk yang ikut JPKM
h. Kerangka Organisasi dan proses manajerial.
2. Indikator Proses : Adanya kemajuan dalam proses manajemen baik dalam
perencanaan, organisasi, staffing, koordinasi, pelaporan dan pembiayaan,
misalnya :
a. Keterlibatan masyarakat dalam mencapai kesehatan bagi semua.
b. Tingkat desentralisasi pengambilan keputusan, pengembangan dan
penetapan suatu proses manajerial bagi pembangunan kesehatan nasional
atau pembangunan daerah.
c. Wanita hamil yang memeriksakan kehamilan
d. Penduduk yang tidak merokok dan tidak minum minuman keras.
3. Indikator Output : Misalnya :
a. Cakupan :
1) Cakupan pelayanan kesehatan dasar.
2) Cakupan pelayanan rujukan.
b. Status kesehatan :
1) Status gizi dan perkembangan Psikososial anak
2) Angka kematian bayi, angka kematian anak, umur harapan hidup waktu
lahir dan angka kematian ibu.
4. Pengertian Paradigma Sehat
a. Paradigma Sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan
kesehatan yang bersifat holistik.
b. Melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang
bersifat lintas sektor.
c. Upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan
kesehatan.
d. Bukan hanya panyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan

9
5. Perubahan Paradigma
a. Paradigma Sakit: upaya membuat orang sakit menjadi sehat.
b. Paradigma Sehat: upaya membuat orang sehat tetap sehat.
c. Paradigma Sehat : upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan
upaya kuratif dan rehabilitatif
6. Latar Belakang
a. Kesehatan hak azasi manusia, menentukan kualitas hidup SDM.
b. Kesehatan karunia Tuhan, perlu disyukuri.
c. Kesehatan dipengaruhi banyak faktor, yang utama lingkungan dan perilaku.
d. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan pasal 3 menyebutkan bahwa
tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
yang optimal.
7. Visi Kesehatan
Untuk mewujudkan paradigma sehat tersebut ditetapkan visi, yaitu gambaran,
prediksi atau harapan tentang keadaan masyarakat Indonesia pada masa yang
akan datang.

2.2 Sistem Pelayanan Kesehatan dan Kebijakan Era Otonomi Daerah


2.2.1 Sistem Pelayanan Kesehatan
Pelaksanaan otonomi daerah yang luas di seluruh wilayah Indonesia mulai
dilakukan setelah keluarnya Undang-undang No 22 tahun 1999 yang kemudian
di-ubah dengan UU No 32 Tahun 2004 dan per-ubahan terakhir dalam UU No.12
Tahun 2008. Pada UU ini memberikan perluasan wewenang kepada pemerintah
tempatan untuk menjalan-kan pelbagai aktifitas yang selama ini telah
dilaksanakan oleh pemerintah pusat. Otonomi daerah ini, dari sudut pelayanan
publik di-anggap sebagai usaha untuk mengurangkan halangan birokrasi yang
sering menyebabkan pelayanan informasi publik memakan masa dan mahal. Oleh
yang demikian, pemerintah tem-patan dikehendaki supaya dapat menyediakan
pelayanan yang lebih berkualitas tinggi, dalam arti kata yang lebih
berorientasikan kepada aspirasi rakyat.
Badan layanan umum adalah instansi di lingkungan pemerintah yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
barang dan atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan
dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas. Berdasar Peraturan Pemerintah No : 23 tahun 2005 tentang

10
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, tujuan BLU adalah meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam
pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip eknomi dan produktivitas dan
penerapan praktik bisnis yang sehat. Praktik bisnis yang sehat artinya
berdasarkan kaidah manajemen yang baik mencakup perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan pertanggungjawaban.
Secara umum asas badan layanan umum adalah pelayanan umum yang
pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan, tidak terpisah
secara hukum dari instansi induknya, Rumah sakit adalah salah satu sarana
kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memfungsikan
berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan
menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang
baik.
Kebijakan kesehatan sendiri merupakan acuan bagi pelaksanaan tugas-tugas
mengurus dan mengatur oleh pemerintah dalam rangka kewajiban negara
merealisasikan hak atas derajat kesehatan yang optimal. Kebijakan kesehatan
memiliki landasan hukumnya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009.
System pelayanan kesehatan yang ada di daerah saat ini terdiri dari beberapa
rumah sakit daerah, puskesmas dan beberapa puskesmas pembantu. Tercatat
jumlah Puskesmas seluruh Indonesia sebanyak 7.237 unit, Puskesmas Pembantu
21.267 unit, Puskesmas keliling 6.392 unit. Sementara untuk rumah sakit
sebanyak 1.215 unit (420 milik pemerintah; 605 milik swasta; 78 milik BUMN;
112 milik TNI/POLRI). Rasio sarana dan prasarana kesehatan di luar pulau jawa
lebih baik dari di pulau Jawa, tetapi keadaan transportasi di luar pulau Jawa jauh
lebih buruk daripada di pulau Jawa. Diperkirakan baru 30% penduduk yang
memanfaatkan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu.

2.2.2 Kebijakan Era Otonomi Daerah


Kebijakan otonomi daerah dan otonomi di bidang kesehatan membawa
implikasi terhadap perubahan sekaligus tantangan bagi penyelenggaraan
pelayanan kesehatan, termasuk rumah sakit. Salah satu perubahan yang terjadi di
dalam pengelolaan rumah sakit adalah berubahnya sistem pengelolaan keuangan
menjadi rumah sakit swadana. Perubahan rumah sakit menjadi swadana baik

11
secara langsung maupun secara tidak langsung akan berakibat bergesernya rumah
sakit dari fungsi sosial murni berubah menjadi fungsi sosioekonomi.
Rumah sakit pemerintah merupakan salah satu unit yang mempunyai
keharusan mengembangkan unit kerjanya semaksimal dan seoptimal mungkin,
banyak cercaan dan makian yang diterima oleh rumah sakit pemerintah karena
kelambatan penanganan dan jeleknya pelayanan, hal ini terjadi dikarenakan
adanya keterbatasan dana yang dimiliki oleh rumah sakit pemerintah khususnya
yang berada di daerah.
Rumah sakit pemerintah pada saat ini masih banyak yang berbentuk badan
hukum swadana. Hal ini sangat menyulitkan rumah sakit untuk berkembang
menjadi lebih baik. Pada rumah sakit yang berbentuk swadana biasanya
manajemen keuangannya sebagian masih disubsidi oleh pemerintah, namun
selain itu sebenarnya rumah sakit berhak untuk mengelola keuangan atas
keuntungan yang di dapat dari pelayanan terhadap masyarakat, namun pada
kenyataannya keuntungan yang di dapat tidaklah banyak, sehingga menyulitkan
rumah sakit untuk berkembang, Selain itu dalam memenuhi kebutuhannya
khususnya dalam pengadaan barang kesehatan memerlukan birokrasi yang
berbelit-belit karena diharuskan mengajukan pengajuan anggaran kepada
pemerintah yang terkadang sangat memerlukan waktu yang lama.
Pengembangan sumber daya dan fasilitas rumah sakit dapat didukung dengan
sistem manajemen organisasi rumah sakit, dengan dinormatifkannya Undang-
Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara membuka peluang
baru dalam mekanisme basis manajemen rumah sakit dilingkungan pemerintah,
pada Pasal 68 dan 69 pada Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa instansi
pemerintah yang tugas dan pokok serta fungsinya memberikan pelayanan kepada
masyarakat dapat menerapkan pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan
menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas.
Dengan adanya aturan terhadap pengelolaan manajemen rumah sakit dengan
bentuk swadana, Rumah sakit yang berbentuk swadana di dorong untuk dirubah
menjadi rumah sakit dengan bentuk Badan Layanan Umum Daerah (BLUD),
prinisp-prinsip tersebut diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam
pembaharuan manajemen keuangan sektor publik demi meningkatkan pelayanan
pemerintah kepada masyarakat.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Masalah kesehatan pada komunitas masih menjadi masalah utama kesehatan
masyarakat dunia, disamping mulai meningkatnya masalah penyakit menular dan
tidak menular. Penyakit menular tidak mengenal batas-batas daerah administratif,
sehingga pemberantasan penyakit menular memerlukan kerjasama antar daerah,
misalnya antar propinsi, kabupaten/kota bahkan antar negara.
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesahatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa
dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan
dan dengan prilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan
yang optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia.

3.2 SARAN
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebaiknya pihak yang bersangkutan memberikan pengarahan yang
lebih mengenai Keperawatan Komunitas
2. Bagi Mahasiswa
Mengenai makalah yang kami buat, bila ada kesalahan maupun
ketidak lengkapan materi mengenai Proses Keperawatan Komunitas.
Kami mohon maaf, kamipun sadar bahwa makalah yang kami buat
tidaklah sempurna. Oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran
yang membangun.

13
14
DAFTAR PUSTAKA

Sinambela. 2010. Reputasi Pelayanan Publik, Bumi Aksara. Jakarta: Salemba Medika
World Health Organization (2000), “Health Systems: Improving Performance”. World
Health Report 2000. Geneva: World Health Organization.
Taher, Akmal, dkk. 2016. Pedoman Umum Progra Indonesia Sehat Dengan Pendekatan
Keluarga. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

15

Anda mungkin juga menyukai