Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa perkembangan anatomi dan fisiologi wanita normal melalui enam
tahapan yaitu masa prapubertas, masa pubertas, masa resproduksi, masa
klimakterium dan menapouse serta masa senile. Masa reproduksi merupakan
masa terpenting dalam kehidupan wanita yang. Haid pada masa ini paling
teratur dan bermakna untuk kemungkinan kehamilan. Menjelang berakhirnya
masa repoduksi ini disebut dengan masa klimkaterium yang merupakan masa
peralihan dari masa reproduksi ke masa senium. Masa ini berlangsung
beberapa tahun sebelum dan setelah menopause.
Menopause alami didefinisikan sebagai berhentinya menstruasi secara
permanen akibat hilangnya aktivitas folikel ovarium dan diakui telah terjadi
setelah 12 bulan berturut-turut amenore, yang tidak ada penyebab yang jelas
lain. Masa reproduksi sebelum perimenopause disebut sebagai premenopause.
Proses menopause dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis, dan sosial-
budaya.
Klimakterium merupakan masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi,
berakhir pada awal senium dan terjadi pada wanita berumur tahun. Masa ini
ditandai dengan berbagai macam keluhan endokrinologis dan vegetative.
Secara endokrinologis, masa klimakterium ditandai oleh turunnya kadar
estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin (International
Menopause Society, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan klimakterium dan menopause?
1.2.2 Apa saja etiologi klimakterium?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi klimakterium?
1.2.4 Apa saja manifestasi klinis klimakterium?
1.2.5 Apa saja komplikasi klimakterium?
1.2.6 Apa saja pemeriksaan penunjang klimakterium?

1
1.2.7 Apa saja penatalaksanaan klimakterium
1.2.8 Bagaimana asuhan keperawatan klimakterium?

1.3 Tujuan
1.3.1 Agar mengetahui definisi klimakterium dan menopause
1.3.2 Agar mengetahui etiologi klimakterium
1.3.3 Agar mengetahui patofisiologi klimakterium
1.3.4 Agar mengetahui manifestasi klinis klimakterium
1.3.5 Agar mengetahui komplikasi klimakterium
1.3.6 Agar mengetahui pemeriksaan penunjang klimakterium
1.3.7 Agar mengetahui penatalaksanaan klimakterium
1.3.8 Agar mengetahui asuhan keperawatan klimakterium

1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan penulisan diatas penulis dapat menyimpulkasn mafaat
sebagai berikut:
1.4.1 Bagi penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam menyelesaikan
makalah mengenai tentang keperawatan dan mampu berfikir logis.
1.4.2 Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai
klimakterium.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Klimakterium dan Menopause

Klimakterium (bahasa yunani : tangga) merupakan masa peralihan dari masa


reproduksi dan masa senium. Sedangkan, Menopause adalah haid terakhir atau
saat terjadinya haid terakhir. Bagian klimakterium sebelum menopause diseput
pramenopause dan bagian sesudah menopause disebut pascamenopause.

Periode klimakterik termasuk premenopause, menopause, periode pasca-


menopause adalah fase yang tanda transisi dari usia reproduktif wanita ke era usia
reproduksi pasca (Vanwesenbeeck et al. 2001, Varma et al. 2005). Menopause
adalah penghentian permanen menstruasi sebagai akibat dari hilangnya aktivitas
ovarium (Gonçalves et al. 2009). Meskipun karakteristik yang berbeda dari setiap
periode dalam kehidupan seorang wanita, pubertas dan menopause adalah periode
yang paling penting karena mereka mengubah kualitas hidup perempuan
(Yurdakul et al. 2007).
Menopause adalah haid terakhir, atau saat terjadinya haid terakhir. Diagnosis
menopouse dibuat setelah mendapat amenorea sekurang-kurangnya 1 tahun
berhentinya haid dapat didahului oleh siklus haid yang lebih panjang, dengan
pendarahan yang berkurang. Umur waktu terjadinya menopause dipengaruhi oleh
keturunan, kesehatan umum, dan pola kehidupan. Ada kecenderungan dewasa ini
untuk terjadinya menopause pada umur yang lebih tua. Misalnya, pada tahun 1915
menopause dikatakatan terjadi ketika sekitar umur 4 tahun, sedangkan pada tahun
1950 pada umur yg mendekati 50 tahun. Penelitian agoestina dalam tahun 192
dibandung menunjukkan bahwa pada umur 48 tahun, 50% dari wanita indonesia
telah mengalami menopause.

2.2 Etiologi
Sebelum haid berhenti, sebenarnya pada seorang wanita terjadi berbagai
perubahan dan penurunan fungsi pada ovarium seperti, berkurangnya jumlah
folikel dan menurunnya sintesis steroid seks, penurunan sekresi estrogen.

3
Perkembangan dan fungsi seksual wanita secara normal dipengaruhi oleh
sistem poros hipotalamus-hipofisis-gonad yang merangsang dan mengatur
produksi hormon-hormon seks yang dibutuhkan. Hipotalamus menghasilkan
hormon gonadotropin releasinghormone (GnRH) yang akan merangsang kelenjar
hipofisis untuk menghasilkan folliclestimulatinghormone (FSH) dan
luteinizinghormone (LH). Kedua hormon FSH dan LH ini yang akan
mempersiapkan sel telur pada wanita. FSH dan LH akan meningkat secara
bertahap setelah masa haid dan merangsang ovarium untuk menghasilkan
beberapa follicle (kantong telur). Dari beberapa kantong telur tersebut hanya satu
yang matang dan menghasilkan sel telur yang siap dibuahi. Sel telur dikeluarkan
dari ovarium (disebut ovulasi) dan ditangkap oleh fimbria (organ berbentuk
seperti jari-jari tangan di ujung saluran telur) yang memasukkan sel telur ke tuba
fallopii (saluran telur). Apabila sel telur dibuahi oleh spermatozoa maka akan
terjadi kehamilan tetapi bila tidak, akan terjadi haid lagi. Begitu seterusnya sampai
mendekati masa klimakterium, dimana fungsi ovarium semakin menurun.

Masa pramenopause atau sebelum haid berhenti, biasanya ditandai dengan


siklus haid yang tidak teratur. Pramenopause bisa terjadi selama beberapa bulan
sampai beberapa tahun sebelum menopause. Pada masa ini sebenarnya telah
terjadi aneka perubahan pada ovarium seperti sklerosis pembuluh darah,
berkurangnya jumlah sel telur dan menurunnya pengeluaran hormon seks.
Menurunnya fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium
untuk menjawab rangsangan gonadotropin. Hal ini akan mengakibatkan interaksi
antara hipotalamus-hipofisis terganggu. Pertama-pertama yang mengalami
kegagalan adalah fungsi korpus luteum. Turunnya produksi steroid ovarium
menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus.
Keadaan ini akan mengakibatkan peningkatan produksi dan sekresi FSH dan LH.
Peningkatan kadar FSH merupakan petunjuk hormonal yang paling baik untuk
mendiagnosis sindrom klimakterik. Secara endokrinologis, klimakterik ditandai
oleh turunnya kadar estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin. Pada
wanita masa reproduksi, estrogen yang dihasilkan 300-800 ng, pada masa
pramenopause menurun menjadi 150-200 ng, dan pada pascamenopause menjadi
20-150 ng. Menurunnya kadar estrogen mengakibatkan gangguan keseimbangan

4
hormonal yang dapat berupa gangguan neurovegetatif, gangguan psikis, gangguan
somatik, metabolik dan gangguan siklus haid. Beratnya gangguan tersebut pada
setiap wanita berbeda-beda bergantung pada:

1. Penurunan aktivitas ovarium yang mengurangi jumlah hormon steroid seks


ovarium. Keadaan ini menimbulkan gejala-gejala klimakterik dini (gejolak
panas, keringat banyak, dan vaginitisatrofikans) dan gejala-gejala lanjut
akibat perubahan metabolik yang berpengaruh pada organ sasaran
(osteoporosis).
2. Sosio-budaya menentukan dan memberikan penampilan yang berbeda dari
keluhan klimakterik.
3. Psikologik yang mendasari kepribadian wanita klimakterik itu, juga akan
membe-rikan penampilan yang berbeda dalam keluhan klimakterik.

2.3 Patofisiologi

Seiring dengan pertambahan usia, sistem neurohormonal tidak mampu untuk


berstimulasi periodik pada sistem endokrin yang menyebabkan ovarium tidak
memproduksi progesterone dalam jumlah yang bermakna. Estrogen hanya
dibentuk dalam jumlah kecil melalui aromatisasiandrosteredion dalam sirkulasi.
penurunan fungsi ovarium menyebabkan ovarium mengecil dan akhirnya folikel
juga menghilang.

Tidak adanya estrogen ovarium merupakan penyebab timbulnya perubahan-


perubahan pasca menopause, misalnya: kekeringan vagina, yang dapat
menimbulkan rasa tidak nyaman sewaktu berhubungan seks, dan atrofi gradual
organ-organ genetalia, serta perubahan fisik lainnya. Namun wanita pasca
menopause tetap memiliki dorongan seks karena androgen adrenal mereka. Masih
tidak jelas apakah gejala-gejala emosional yang berkaitan dengan fungsi ovarium,
misalnya depresi dan iritabilitas, disebabkan oleh penurunan estrogen akan
merupakan reaksi psikologis terhadap dampak menopause.

5
2.4 Manifestasi Klinis
Klimakterium ini diawali dengan satu fase pendahuluan atau fase preliminer
yang menandai satu proses “pengahiran”. Munculah tanda-tanda antara lain :
1. Menstruasi menjadi tidak lancar atau tidak teratur, datang dalam interval
waktu yang lebih lambat atau lebih awal.
2. Haid yang keluar banyak sekali, atau malah sedikit sekali.
3. Muncul gangguan vasotoris berupa penyempitan atau pelebaran pembuluh
darah.
4. Merasa pusing-pusing, sakit kepala terus menerus.
5. Berkeringat terus-terusan.
6. Neuralgia atau nyeri syaraf terus-terusan.

Semua gejala ini adalah fenomena klimakteris, akibat perubahan fungsi


kelenjar hormonal. Terjadi pula erosi kehidupan spikis, sehingga terjadilah krisis
yang terwujud dalam gejala-gejala psikologis seperti : depresi (kemurungan),
mudah tersinggung dan meledak marah, banyak kecemasan, sulit tidur, sukar tidur
karena bingung dan gelisah. Gejala-gejala ini dapat dianggap sebagai “jeritan
minta tolong” agar wanita tersebut masih diperbolehkan meneruskan aktivitasnya.

Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala menopause (Angila,
2010):

1. Ketidakteraturan siklus haid


Di sini siklus perdarahan yang keluar dari vagina tidak teratur.
Perdarahan seperti ini terjadi terutama diawal menopause. Perdarahan akan
terjadi dalam rentang waktu beberapa bulan yang kemudian akan berhenti
sama sekali. Gejala ini disebut gejala peralihan.
2. Gejolak rasa panas (hot flash)
Ini gejala klasik yang sekaligus menjadikan para wanita ketika
mengalami menopause mendapatkan perawatan. Pada saat memasuki
menopause wanita akan mengalami rasa panas yang menyebar dari wajah
menyebar keseluruh tubuh. Rasa panas ini terutama terjadi pada dada,
wajah dan kepala. Rasa panas ini sering diikuti timbulnya warna

6
kemerahan pada kulit dan berkeringat. Rasa ini sering terjadi selama 30
detik sampai dengan beberapa menit. Hal ini disebabkan karena
hipotalamus dan terkait dengan pelepasan LH (Leutenizing Hormone).
Diduga disebabkan adanya fluktuasi hormon estrogen. Seperti diketahui,
pada masa menopause kadar hormon estrogen dalam darah menurun
drastis sehingga mempengaruhi fungsi tubuh. Penurunan estrogen akan
mengenai sistem alfa-adrenergik sentral yang selanjutnya berakibat pada
pusat thermoregulasi dan neuron pelepas LH.
Sampai sekarang fenomena ini masih cukup menjadi misteri. Belum
ada hasil riset mendetail membahas masalah ini. Rasa panas terkadang
terjadi bahkan sebelum seorang wanita memasuki masa menopause. Gejala
ini biasanya akan menghilang dalam 5 tahun. Berkas panas yang diderita
ini biasanya berhubungan dengan cuaca panas dan lembab. Selain itu, juga
berhubungan dengan ruang sempit, kafein, alkohol, atau makanan pedas.
Hal yang menyusahkan wanita selain merasa panas dan muncul kemerahan
di tubuhnya, juga keluarnya keringat pada malam hari. Hal ini menjadikan
tidur terasa tidak nyaman.
Keluhan hot flushes mereda setelah tubuh menyesuaikan diri dengan
kadar estrogen yang rendah. Meskipun demikian, sekitar 25 % penderita
masih mengeluhkan hal ini sampai lebih dari 5 tahun. Pemberian estrogen
dalam bentuk terapi efektif dalam bentuk terapi dalam meredakan keluhan
hot flushes pada 90 % kasus.
3. Keluar keringat di malam hari
Keluar keringat di malam hari disebabkan karena hot flushes. Semua
wanita akan mengalami arus panas ini. Arus panas mungkin sangat ringan
dan sama sekali tidak diperhatikan oleh orang lain. Mungkin hanya terasa
seolah-olah suhu meningkat secara tiba-tiba sehingga menyebabkan
kemerahan disertai keringat yang mengucur diseluruh tubuh anda. Arus ini
tidak membahayakan dan akan cepat berlalu. Sisi buruknya adalah tidak
nyaman tetapi tidak pernah disertai rasa sakit.
4. Kekeringan vagina

7
Gejala pada vagina muncul akibat perubahan yang terjadi pada lapisan
dinding vagina. Vagina menjadi kering dan kurang elastis. Ini disebabkan
karena penurunan kadar estrogen. Tidak hanya itu, juga muncul rasa gatal
pada vagina. Yang lebih parah lagi adalah rasa sakit saat berhubungan
seksual, dikarenakan perubahan pada vagina, maka wanita menopause
biasanya rentan terhadap infeksi vagina. Intercourse yang teratur akan
menjaga kelembapan alat kelamin. Kekeringan vagina terjadi karena leher
rahim sedikit sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah
kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis,
lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, keputihan
rasa sakit pada saat kencing (Angila, 2010).
5. Perubahan kulit
Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika mensturasi
berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada
sekitar wajah, leher dan lengan (Hurlock, 2002).
6. Sulit tidur
Insomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu menopause, tetapi hal
ini mungkin ada kaitannya dengan rasa tegang akibat berkeringat malam.
7. Perubahan pada mulut
Pada saat ini kemampuan mengecap pada wanita berubah menjadi
kurang peka, sementara yang lain mengalami gangguan gusi dan gigi
menjadi lebih mudah tanggal.
8. Kerapuhan tulang
Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses osteoporosis
(kerapuhan tulang). Osteoporosis merupakan penyakit kerangka yang
paling umum dan merupakan persoalan bagi yang telah berumur.
Osteoporosis paling banyak menyerang wanita yang telah menopause.
Kehilangan 1% tulang dalam setahun dapat akibat proses penuaan, tetapi
kadang setelah menopause kita kehilangan 2% setahunnya.
9. Badan menjadi gemuk

8
`Banyak wanita menjadi gemuk selama menopause, rasa letih yang
biasanya dialami pada masa menopause, diperburuk dengan perilaku
makan yang sembarangan.
10. Penyakit
Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita
menopause, dari sudut pandang medik ada 2 perubahan paling penting
yang terjadi pada waktu menopause yaitu meningkatnya kemungkinan
terjadi penyakit jantung, pembuluh darah serta hilangnya mineral dan
protein di dalam tulang (osteoporosis).
11. Linu dan nyeri otot sendi
Linu dan nyeri yang dialami wanita menopause berkaitan dengan
pembahasan kurangnya penyerapan kalsium yang telah ditemukan
sebelumnya.
12. Perubahan pada indra prasa
Wanita menopause biasanya akan mengalami penurunan kepekaan
pada indra pengecapnya. Sementara wanita yang memiliki riwayat
penyakit gigi dan gusi, maka kemungkinan giginya akan lebih cepat
tanggal ( Angila, 2010).
Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala
menopause (Angila, 2010).
1. Ingatan menurun
Sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun
sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat.
2. Kecemasan
Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya
kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah di
khawatirkan.
3. Mudah tersinggung
Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih
mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya
dianggap tidak mengganggu ini mungkin disebabkan dengan datangnya

9
menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang
sedang berlangsung dalam dirinya.
4. Stress
Tidak ada yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas,
termasuk para lansia menopause. Di tingkat psikologis, respon orang
erhadap sumber stress tidak bisa di ramalkan, sebagaimana perbedaan
suasana hati dan emosi.
5. Depresi
Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena
kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan
kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena kehilangan daya tarik.
Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai
wanita dan harus menghadapi masa tuanya.

2.4 Komplikasi
Gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan
dalam:
1. Kelainan siklus : Amenorea, Oligomenorea, Polimenorea.
2. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid:
Hipermenorea atau menoragia dan Hipomenorea.
3. Perdarahan di luar haid : Metroragia
1. Amenorea
Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya haid pada seorang wanita. Hal
tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan
menyusui, dan setelah menopause. Amenorea sendiri terbagi dua, yaitu:
a. Amenorea primer, yaitu keadaan tidak terjadinya haid pada wanita
usia 16 tahun.
b. Amenorea sekunder, yaitu tidak terjadinya haid selama 3 siklus
(pada kasus oligomenorea/jumlah darah haid sedikit), atau 6 siklus
setelah sebelumnya mendapatkan siklus haid biasa.
Penyebab
Penyebab tersering dari amenorea primer adalah:

10
a. Pubertas terlambat
b. Kegagalan dari fungsi indung telur
c. Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina)
d. Gangguan pada susunan saraf pusat
e. Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah
haid, dapat dipikirkan apabila wanita memiliki rahim dan vagina
normal

Penyebab terbanyak dari amenorea sekunder adalah kehamilan, setelah


kehamilan, menyusui, dan penggunaan metode kontrasepsi. Jika sebab-sebab
tersebut bisa disingkirkan, maka penyebab lainnya adalah:

a. Obat-obatan
b. Stres dan depresi
c. Nutrisi yang kurang, penurunan berat badan berlebihan, olahraga
berlebihan, obesitas
d. Gangguan hipotalamus dan hipofisis
e. Gangguan indung telur
f. Penyakit kronik
Tanda dan Gejala
Tanda amenorea adalah tidak didapatkannya haid pada usia 16
tahun, dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder (perkembangan
payudara, perkembangan rambut pubis), atau kondisi dimana wanita
tersebut tidak mendapatkan haid padahal sebelumnya sudah pernah
mendapatkan haid. Gejala lainnya tergantung dari apa yang menyebabkan
terjadinya amenorea.
2. Oligomenorea
Oligomenorea merupakan suatu keadaan dimana siklus haid memanjang
lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama. Wanita yang
mengalami oligomenorea akan mengalami haid yang lebih jarang daripada
biasanya. Namun, jika berhentinya siklus haid berlangsung lebih dari 3 bulan,
maka kondisi tersebut dikenal sebagai amenorea sekunder.
Penyebab

11
Oligomenorea biasanya terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan
hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan hormon
tersebut menyebabkan lamanya siklus haid normal menjadi memanjang,
sehingga haid menjadi lebih jarang terjadi. Oligomenorea sering terjadi pada
3-5 tahun pertama setelah haid pertama ataupun beberapa tahun menjelang
terjadinya menopause. Oligomenorea yang terjadi pada masa-masa itu
merupakan variasi normal yang terjadi karena kurang baiknya koordinasi
antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium pada awal terjadinya haid pertama
dan menjelang terjadinya menopause, sehingga timbul gangguan
keseimbangan hormon dalam tubuh. Disamping itu, oligomenorea dapat juga
terjadi pada:
a. Gangguan indung telur, misal : Sindrome Polikistik Ovarium
(PCOS)
b. Stres dan depresi
c. Sakit kronik
d. Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa,
bulimia)
e. Penurunan berat badan berlebihan
f. Olahraga berlebihan, misal atlit
g. Adanya tumor yang melepaskan estrogen
h. Adanya kelainan pada struktur rahim atau serviks yang
menghambat pengeluaran darah haid
i. Penggunaan obat-obatan tertentu

Umumnya oligomenorea tidak menyebabkan masalah, namun pada


beberapa kasus, dapat menyebabkan gangguan kesuburan. Pemeriksaan ke
dokter kandungan harus dilakukan ketika oligomenorea berlangsung lebih
dari 3 bulan dan mulai menimbulkan gangguan kesuburan.

3. Polimenorea
Ketika seorang wanita mengalami siklus haid yang lebih sering (siklus
haid yang lebih singkat dari 21 hari), hal ini dikenal dengan istilah
polimenorea. Wanita dengan polimenorea akan mengalami haid hingga dua

12
kali atau lebih dalam sebulan, dengan pola yang teratur dan jumlah
perdarahan yang relatif sama atau lebih banyak dari biasanya.
Polimenorea harus dapat dibedakan dari metroragia. Metroragia
merupakan suatu perdarahan iregular yang terjadi di antara dua waktu haid.
Pada metroragia, haid terjadi dalam waktu yang lebih singkat dengan darah
yang dikeluarkan lebih sedikit.
Penyebab
Timbulnya haid yang lebih sering ini tentunya akan menimbulkan
kekhawatiran pada wanita yang mengalaminya. Polimenorea dapat terjadi
akibat adanya ketidakseimbangan sistem hormonal pada aksis hipotalamus-
hipofisis-ovarium.
Ketidak seimbangan hormon tersebut dapat mengakibatkan gangguan pada
proses ovulasi (pelepasan sel telur) atau memendeknya waktu yang
dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu siklus haid normal sehingga
didapatkan haid yang lebih sering. Gangguan keseimbangan hormon dapat
terjadi pada:
a. 3-5 tahun pertama setelah haid pertama
b. Beberapa tahun menjelang menopause
c. Gangguan indung telur
d. Stress dan depresi
e. Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa,
bulimia)
f. Penurunan berat badan berlebihan
g. Obesitas
h. Olahraga berlebihan, misal atlit
i. Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antikoagulan, aspirin,
NSAID, dll
Pada umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat sembuh
dengan sendirinya. Penderita polimenorea harus segera dibawa ke dokter jika
polimenorea berlangsung terus menerus. Polimenorea yang berlangsung terus
menerus dapat menimbulkan gangguan hemodinamik tubuh akibat darah
yang keluar terus menerus. Disamping itu, polimenorea dapat juga akan

13
menimbulkan keluhan berupa gangguan kesuburan karena gangguan
hormonal pada polimenorea mengakibatkan gangguan ovulasi (proses
pelepasan sel telur). Wanita dengan gangguan ovulasi seringkali mengalami
kesulitan mendapatkan keturunan.
4. Menoragia atau Hipermenorea
Menoragia atau hipermenorea adalah perdarahan haid yang lebih banyak
dari normal (lebih dari 80ml/hari) atau lebih lama dari normal (lebih dari 8
hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu haid. Siklus haid yang
normal berlangsung antara 21-35 hari, selama 2-8 hari dengan jumlah darah
haid sekitar 25-80 ml/hari.
Gejala
Penderita menoragia dapat mengalami beberapa gejala seperti:
a. Perlu mengganti pembalut hampir setiap jam selama beberapa hari
berturut-turut.
b. Perlunya mengganti pembalut di malam hari atau pembalut ganda di
malam hari.
c. haid berlangsung lebih dari 7 hari.
d. Darah haid dapat berupa gumpalan-gumpalan darah.
e. Haid yang berlangsung berkepanjangan dengan jumlah darah yang
terlalu banyak untuk dikeluarkan setiap harinya dapat menyebabkan
tubuh kehilangan terlalu banyak darah sehingga memicu terjadinya
anemia. Terdapat tanda-tanda anemia, seperti napas lebih pendek,
mudah lelah, pucat, kurang konsentrasi, dll.
Penyebab
Timbulnya perdarahan yang berlebihan saat terjadinya haid (menoragia)
dapat terjadi akibat beberapa hal, diantaranya:
a. Adanya kelainan organik, seperti:
1) Infeksi saluran reporduksi
2) Kelainan koagulasi (pembekuan darah), misal : akibat von
willebrand disease, kekurangan protrombin, idiopatik
trombositopenia purpura (ITP), dll

14
3) Disfungsi organ yang menyebabkan terjadinya menoragia
seperti gagal hepar atau gagal ginjal. Penyakit hati kronik
dapat menyebabkan gangguan dalam menghasilkan faktor
pembekuan darah dan menurunkan hormon estrogen.
4) Kelainan hormon endokrin misal akibat kelainan kelenjar
tiroid dan kelenjar adrenal, tumor pituitari, siklus anovulasi,
Sindrome Polikistik Ovarium (PCOS), kegemukan, dll.
5) Kelainan anatomi rahim seperti adanya mioma uteri, polip,
endometrium, hiperplasia endometrium, kanker dinding
rahim dan lain sebagainya.
6) Iatrogenik : misal akibat pemakaian IUD, hormon steroid,
obat-obatan kemoterapi, obat-obatan anti-inflamasi dan
obat-obatan antikoagulan.
5. Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih
kurang dari biasa. Penyebab Hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan
endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun
gangguan hormonal
6. Metroragia
Metroragia adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada
hubungannya dengan haid. Metroragia merupakan suatu perdarahan iregular
yang terjadi di antara dua waktu haid. Pada metroragia, haid terjadi dalam
waktu yang lebih singkat dengan darah yang dikeluarkan lebih sedikit.
Metroragia tidak ada hubungannya dengan haid, namun keadaan ini sering
dianggap oleh wanita sebagai haid walaupun hanya berupa bercak
Klasifikasi:
a. Metroragia oleh karena adanya kehamilan, seperti abortus,
kehamilan ektopik.
b. Metroragia diluar kehamilan
Penyebab
a. Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak
sembuh, carcinoma corpus uteri, carcinoma cervicitis, peradangan dari

15
haemorrhagis (seperti kolpitis haemorrhagia, endometritis
haemorrhagia), hormonal.
b. Perdarahan fungsional:
1) Perdarahan Anovulatoar, disebabkan oleh psikis, neurogen,
hypofiser, ovarial (tumor atau ovarium yang polikistik) dan
kelainan gizi, metabolik, penyakit akut maupun kronis.
2) Perdarahan Ovulatoar, akibat korpus luteum persisten,
kelainan pelepasan endometrium, hipertensi, kelainan darah
dan penyakit akut ataupun kronis.

2.6 Penatalaksanaan
Dasar penatalaksanaan klimakterium seperti dapat dilihat dalam skema
dibawah ini meliputi :
1. Penatalaksanaan Umum
Perlu ditekankan bahwa masa ini bukan berarti berakhirnya suatu
kehidupan melainkan justru berarti mulainya suatu tingkat kehidupan yang
baru. Proses menjadi tua serta menopause ini sedapat mungkin diterangkan
dalam bahasa yang dapat dimengerti. Hubungan erat yang saling percaya
antara dokter pasien dan sebaliknya sangat membantu mengatasi masalah
ini dan mencegah terjadinya kesalahpahaman. Usaha ini dilakukan pada
fase dengan gejala-gejala yang ringan saja. Beberapa peneliti mengatakan
bahwa psikoterapi dangkal saja sudah akan sangat banyak menolong.
2. Pengobatan simtomatik non-hormonal
Gejala klimakterium yang cukup berat harus diobati baik secara
medikamentosa ataupun dengan cara lain. Pengobatan yang tepat
disesuaikan dengan keadaan penderita. Untuk gejala yang ringan maka
sering dipakai sedatif, spasmolitika, dan bermacam-macam obat
turunannya. Bagi gejala yang berat seperti gejolak panas yang berat, maka
sedatif dan obat depresan lainnya tidak banyak pengaruhnya.
3. Pengobatan hormonal

Pada dasarnya menopause adalah suatu defisiensi hormonal yang


terjadi secara fisiologis. Tujuan pengobatan adalah mencapai

16
keseimbangan hormonal kembali. Pada umumnya yang harus diobati
adalah defisiensi estrogen. Dengan pengobatan substitusi estrogen dapat
ditemukan beberapa keuntungan disamping beberapa kerugian :

a. Pengendalian reaksi vasomotor


b. Pengurangan reaksi emosional
c. Pencegahan dan pengobatan genetalia
d. Pemeliharaan kulit yang baik
e. Pencegahan dan pengendalian osteoporosis
f. Berkurangnya resiko terjadinya aterosklerosis
g. Pencegahan dan pengendalian perdarahan tak teratur.

Mengingat bahwa defisiensi estrogen dalam waktu lama mempunyai


pengaruh yang buruk maka pengobatan substitusi adalah pilihan pengobatan yang
terbaik. Sedangkan sedatif dan obat tranquilizer merupakan obat yang mempunyai
cara kerja yang berlainan sehingga hanya dapat dipakai pada kasus dengan gejala
ringan saja.Pengobatan dengan estrogen konjugasi 1,25 mg perhari selama 20 hari
dengan interval 7-8 hari sebagai pengobatan awal selama bulan pertama,
dilanjutkan dengan dosis sama setiap 4 hari untuk 3 minggu dengan interval 7-8
hari selama bulan ke 2 dan kemudian 1,25 mg setiap 7 hari, untuk 3 minggu
dengan interval yang sama pada bulan ke 3 dan seterusnya, pengobatan ini
merupakan cara yang efektif untuk penanganan kasus-kasus klimakterium.

Krim estrogen bisa dioleskan pada vagina untuk mencegah penipisan


lapisan vagina (sehingga mengurangi resiko terjadinya infeksi saluran kemih dan
beser) dan untuk mencegah timbulnya nyeri ketika melakukan hubungan seksual.
Wanita pasca menopause yang mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron
memiliki resiko menderita kanker endometrium. Resiko ini berhubungan dengan
dosis dan lamanya pemakaian estrogen. Jika terjadi perdarahan abnormal dari
vagina, dilakukan biopsi lapisan rahim. Mengkonsumsi progesteron bersamaan
dengan estrogen dapat mengurangi resiko terjadinya kanker endometrium.

Biasanya terapi sulih hormon estrogen tidak dilakukan pada wanita yang
menderita :

17
a. Kanker payudara atau kanker endometrium stadium lanjut
b. Perdarahan kelamin dengan penyebab yang tidak pasti
c. Penyakit hati akut
d. Penyakit pembekuan darah Porfiria intermiten akut.
Kepada wanita tersebut biasanya diberikan obat anti-cemas, progesteron atau
klonidin untuk mengurangi hot flashes. Untuk mengurangi depersi, kecemasan,
mudah tersinggung dan susah tidur bisa diberikan anti-depresi.
Banyak ahli yang menganjurkan TSH dengan tujuan untuk :
a. Mengurangi gejala menopause yang tidak diinginkan
b. Membantu mengurangi kekeringan pada vagina
c. Mencegah terjadinya osteoporosis.
Beberapa efek samping dari TSH :
a. Perdarahan vagina
b. Nyeri payudara
c. Mual
d. Muntah
e. Perut kembung
f. Kram rahim.
Untuk mengurangi resiko dari TSH dan tetap mendapatkan keuntungan dari
TSH, para ahli menganjurkan:
a. Menambahkan progesteron terhadap estrogen
b. Menambahkan testosteron terhadap estrogen
c. Menggunakan dosis estrogen yang paling rendah.
d. Melakukan pemeriksaan secara teratur, termasuk pemeriksan panggul, dan
Pap smear sehingga kelainan bisa ditemukan sedini mungkin.
4. Pembedahan
Sekitar 40-70% wanita dengan perdarahan abnormal pada masa
premenopause akan sembuh dengan tindakan kuretase saja dan tidak
membutuhkan pengobatan lebih lanjut. Selanjutnya jika terjadi perdarahan
lagi dalam masa 6 bulan dan tidak ada kecurigaan terhadap kemungkinan
keganasan/hyperplasia maka pengobatan substitusi masih ada tempatnya.

18
Sedangkan perdarahan berulang setelah 6 bulan maka perlu dilakukan
kuretase ulang dan bila dianggap perlu dapat dilakukan histerektomia..

2.7 Asuhan Keperawatan

PENGKAJIAN

A. Biodata
1. Identitas klien
Nama : Ny. S
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Poros KDI-KLK No. 124
B. Riwayat Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan Utama
Klien mengeluh tidak haid
2. Riwayat Penyakit
Klien mengeluh tidak haid selama 3 bulan, disertai dengan perasaan
tidak enak, seperti rasa hangat yang menyebar dari badan ke wajah (hot
flushes), merasa nyeri di sekitar vagina bila berhubungan sehingga ia
sering menolak bila diajak berhubungan oleh suaminya. Beberapa bulan
sebelum tidak mendapat haid, klien mengungkapkan haidnya tidak teratur.
C. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Klien tidak pernah mengalami kelainan haid (seperti dysmenarhoe,
menoraghi, metrorhagia, dll.), penyakit kelamin, tumor, dll.
2. Klien pertama kali haid (menarche) pada umur 14 tahun.
3. Klien tidak pernah abortus/keguguran, semua persalinan dibantu oleh
dukun
D. Riwayat Obstetrik

G :5

P :5

A :-

19
H :3

E. Riwayat Kesehatan Keluarga


Tidak ada keluarga yang menderita penyakit kelamin, tumor pada organ
genetalia.
F. Riwayat Psikospritual
1. Klien merasa cemas dan selalu menanyakan keadaannya apa mungkin ia
hamil lagi atau apa ia sudah menopause.
2. Harapan klien: klien berharap dapat mengetahui penyebab ia tidak haid.
3. Konsep diri: klien merasa malu bila ia hamil lagi, tapi bila ia hanya
menopause, ia dapat menerima keadaannya karena ia memang sudah tua.
4. Hubungan dengan keluarga: baik, klien tinggal bersama suami, anak-
anaknya telah menikah semuanya, keluarga sering menjenguknya
terutama pada hari raya.
5. Hubungan dengan masyarakat: baik, klien sering ikut dalam kegiatan
masyarakat di sekitar rumahnya.
6. Kegiatan keagamaan: klien rajin shalat 5 waktu, sering ikut pengajian di
mesjid dekat rumahnya.
G. Kebutuhan dasar
1. Pola makan
Klien makan 3 x sehari dengan komposisi nasi, sayur, lauk, buah,
nafsu makan baik, makanan yang disukai nasi goreng
2. Pola minum
Klien minum ± 6 – 8 gelas/hari (1500 – 2000 cc) dengan minuman
kesukaan teh.
3. Pola eliminasi
a. Eliminasi miksi
Klien miksi lancar dengan frekuensi ± 4 – 5 x/hari (± 1000 – 1500
cc).Tidak ada kelainan saat klien miksi.
b. Eliminasi defekasi
Klien defekasi 1x/hari, konsistensi lunak, tidak ada keluhan sakit
saat defekasi.
4. Pola tidur
Klien tidur malam pukul 21.00 – 05.00

20
Klien tidur siang pukul 13.00 – 15.30

Kesulitan tidur, yaitu klien sering terbangun dan tidak dapat tidur nyenyak
karena hot flash ( perasaan panas dan berkeringat ).

H. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Perubahan mood terjadi karena merasa tidak enak badan
Vital sign: T : 120/90 mmHg RR : 24 x/menit
N : 84 x/menit Suhu : 37,5 ºC
2. Kulit: mulai keriput, tidak ada lesi, kemerahan.
3. Kepala: simetris tegak lurus dengan garis tengah tubuh, kulit kepala
bersih, rambut mulai beruban.
4. Muka: tampak cemas, kemerahan, hangat, tumbuh bercak-bercak
kecoklatan.
5. Mata: ikterus (-), pupil isokhor kiri dan kanan, anemis (-), palpebra hitam
6. Telinga: bentuk simetris kiri dan kanan, pendengaran tidak terganggu.
7. Hidung: bentuk simetris, fungsi penciuman baik, polip (-) tidak ditemukan
darah/cairan keluar dari hidung.
8. Mulut: bibir agak kering, sianosis (-), lidah dapat dijulurkan dengan
maksimal dan dapat bergerak bebas.
9. Leher: tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, dapat digerakkan dengan
bebas.
10. Dada: bentuk dan gerakan simetris, tidak ada nyeri tekan.
11. Abdomen: tidak ada pembesaran hati, limpa
12. Tungkai/ekstremitas: simetris kiri dan kanan, dapat melakukan aktivitas
dengan baik
13. Kuku: pendek, bersih

DAIGNOSIS DAN INTERVENSI

1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur/fungsi seksual


ditandai dengan:
DS:
a) Klien mengeluh nyeri saat berhubungan

21
b) Klien mengeluh sering menolak bila diajak berhubungan.
Tujuan:
Klien mengungkapkan disfungsi seksual teratasi setelah diberi tindakan
keperawatan dengan kriteria:
a) Nyeri hilang bila berhubungan
b) Klien tidak menolak bila diajak berhubungan
Intervensi:
a) Ciptakan lingkungan saling percaya dan beri kesempatan kepada klien
untuk menggambarkan masalahnya dalam kata-kata sendiri.
b) Beri informasi tentang kondisi individu.
c) Anjurkan klien untuk berbagi pikiran/masalah dengan pasangan/orang
dekat.
d) Diskusikan dengan klien tentang penggunaan cara/teknik khusus saat
berhubungan (misalnya: penggunaan minyak vagina).
e) Kolaborasi dengan dokter.
1) Beri obat sesuai indikasi
2) Estrogen pengganti
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hot flash ditandai dengan :
DS :
Klien mengeluh sering terbangun saat tidur karena perasaan panas dan
berkeringat
DO :
Tampak hitam pada palpebra
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien, pola tidur klien
normal. Dengan kriteria hasil :
a) Klien tidak sering terbangun saat tidur
b) Palpebra tidak hitam
Intervensi:
Mandiri :
a) Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat.

22
b) Anjurkan klien untuk menghindari makanan berbumbu, pedas, dan
goreng-gorengan, alkohol.
c) Anjurkan klien untuk menghindari beraktivitas di cuaca yang panas
d) Anjurkan klien untuk mencuci muka saat hot flashes terjadi.
3. Kecemasan berhubungan dengan stres psikologis, perjalanan proses
penyakit, di tandai dengan :
DS :
Klien merasa cemas dengan keadaannya
DO :
Klien tampak cemas
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien, cemas berkurang atau
hilangdengan kriteria hasil:
a) Klien merasa rileks
b) Klien dapat menerima dirinya apa adanya
Intervensi :
a) Kaji tingkat ketakutan dengan cara pendekatan dan bina hubungan
saling percaya.
b) Pertahankan lingkungan yang tenang dan aman serta menjauhkan
benda-benda berbahaya.
c) Libatkan klien dan keluarga dalam prosedur pelaksanaan dan
perawatan.
d) Ajarkan penggunaan relaksasi.
e) Beritahu tentang penyakit klien dan tindakan yang akan dilakukan
secara sederhana.

23

Anda mungkin juga menyukai

  • Resume Jurnal Anak
    Resume Jurnal Anak
    Dokumen4 halaman
    Resume Jurnal Anak
    ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • Maternitas
    Maternitas
    Dokumen38 halaman
    Maternitas
    ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • Kep Jiwa
    Kep Jiwa
    Dokumen24 halaman
    Kep Jiwa
    Husnul Khotimah
    Belum ada peringkat
  • BAB MigrenI
    BAB MigrenI
    Dokumen19 halaman
    BAB MigrenI
    ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi Dalam Komplementer REVISI
    Hipertensi Dalam Komplementer REVISI
    Dokumen42 halaman
    Hipertensi Dalam Komplementer REVISI
    ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • Jiwa
    Jiwa
    Dokumen31 halaman
    Jiwa
    ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • Komplemrnter
    Komplemrnter
    Dokumen44 halaman
    Komplemrnter
    ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • Identifikasi Jurnal
    Identifikasi Jurnal
    Dokumen5 halaman
    Identifikasi Jurnal
    Ely Dewi Agustin
    Belum ada peringkat
  • Kel. 10
    Kel. 10
    Dokumen24 halaman
    Kel. 10
    ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • BAB MigrenI
    BAB MigrenI
    Dokumen19 halaman
    BAB MigrenI
    ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • Sop Skizofrenia
    Sop Skizofrenia
    Dokumen9 halaman
    Sop Skizofrenia
    Annisa Rizqi
    Belum ada peringkat
  • Makalah Pil KB
    Makalah Pil KB
    Dokumen18 halaman
    Makalah Pil KB
    PutuWiryawan
    100% (2)
  • Jiwaaa
    Jiwaaa
    Dokumen19 halaman
    Jiwaaa
    ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • Makalah - Jiwa - Ternew
    Makalah - Jiwa - Ternew
    Dokumen28 halaman
    Makalah - Jiwa - Ternew
    nurul ikmaliyah
    Belum ada peringkat
  • BAB MigrenI
    BAB MigrenI
    Dokumen19 halaman
    BAB MigrenI
    ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • Vertigo
    Vertigo
    Dokumen1 halaman
    Vertigo
    ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • Referat Hipertensi
    Referat Hipertensi
    Dokumen26 halaman
    Referat Hipertensi
    Mardiansyah Dicka
    75% (8)
  • Standar Operasional Prosedur Massage Punggung-1
    Standar Operasional Prosedur Massage Punggung-1
    Dokumen13 halaman
    Standar Operasional Prosedur Massage Punggung-1
    Husnul Khotimah
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi
    Hipertensi
    Dokumen35 halaman
    Hipertensi
    Adinda Rizky Aulia
    Belum ada peringkat
  • Revisi JIWA
    Revisi JIWA
    Dokumen84 halaman
    Revisi JIWA
    ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • Proses
    Proses
    Dokumen2 halaman
    Proses
    Husnul Khotimah
    Belum ada peringkat
  • Penutup
    Penutup
    Dokumen3 halaman
    Penutup
    ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • Pathway Infertilitas
    Pathway Infertilitas
    Dokumen1 halaman
    Pathway Infertilitas
    ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • Askep Retardasi Mental
    Askep Retardasi Mental
    Dokumen23 halaman
    Askep Retardasi Mental
    ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • Proses
    Proses
    Dokumen2 halaman
    Proses
    Husnul Khotimah
    Belum ada peringkat
  • Kel 9 Komunitas
    Kel 9 Komunitas
    Dokumen15 halaman
    Kel 9 Komunitas
    Faidatul Jannah
    Belum ada peringkat
  • Pathway Infertilitas
    Pathway Infertilitas
    Dokumen1 halaman
    Pathway Infertilitas
    ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • Jiwa Gaul
    Jiwa Gaul
    Dokumen12 halaman
    Jiwa Gaul
    ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • Pathway Infertilitas
    Pathway Infertilitas
    Dokumen1 halaman
    Pathway Infertilitas
    ifroh amaliah
    Belum ada peringkat