PENDAHULUAN
1
1.2.7 Apa saja penatalaksanaan klimakterium
1.2.8 Bagaimana asuhan keperawatan klimakterium?
1.3 Tujuan
1.3.1 Agar mengetahui definisi klimakterium dan menopause
1.3.2 Agar mengetahui etiologi klimakterium
1.3.3 Agar mengetahui patofisiologi klimakterium
1.3.4 Agar mengetahui manifestasi klinis klimakterium
1.3.5 Agar mengetahui komplikasi klimakterium
1.3.6 Agar mengetahui pemeriksaan penunjang klimakterium
1.3.7 Agar mengetahui penatalaksanaan klimakterium
1.3.8 Agar mengetahui asuhan keperawatan klimakterium
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan penulisan diatas penulis dapat menyimpulkasn mafaat
sebagai berikut:
1.4.1 Bagi penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam menyelesaikan
makalah mengenai tentang keperawatan dan mampu berfikir logis.
1.4.2 Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai
klimakterium.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Etiologi
Sebelum haid berhenti, sebenarnya pada seorang wanita terjadi berbagai
perubahan dan penurunan fungsi pada ovarium seperti, berkurangnya jumlah
folikel dan menurunnya sintesis steroid seks, penurunan sekresi estrogen.
3
Perkembangan dan fungsi seksual wanita secara normal dipengaruhi oleh
sistem poros hipotalamus-hipofisis-gonad yang merangsang dan mengatur
produksi hormon-hormon seks yang dibutuhkan. Hipotalamus menghasilkan
hormon gonadotropin releasinghormone (GnRH) yang akan merangsang kelenjar
hipofisis untuk menghasilkan folliclestimulatinghormone (FSH) dan
luteinizinghormone (LH). Kedua hormon FSH dan LH ini yang akan
mempersiapkan sel telur pada wanita. FSH dan LH akan meningkat secara
bertahap setelah masa haid dan merangsang ovarium untuk menghasilkan
beberapa follicle (kantong telur). Dari beberapa kantong telur tersebut hanya satu
yang matang dan menghasilkan sel telur yang siap dibuahi. Sel telur dikeluarkan
dari ovarium (disebut ovulasi) dan ditangkap oleh fimbria (organ berbentuk
seperti jari-jari tangan di ujung saluran telur) yang memasukkan sel telur ke tuba
fallopii (saluran telur). Apabila sel telur dibuahi oleh spermatozoa maka akan
terjadi kehamilan tetapi bila tidak, akan terjadi haid lagi. Begitu seterusnya sampai
mendekati masa klimakterium, dimana fungsi ovarium semakin menurun.
4
hormonal yang dapat berupa gangguan neurovegetatif, gangguan psikis, gangguan
somatik, metabolik dan gangguan siklus haid. Beratnya gangguan tersebut pada
setiap wanita berbeda-beda bergantung pada:
2.3 Patofisiologi
5
2.4 Manifestasi Klinis
Klimakterium ini diawali dengan satu fase pendahuluan atau fase preliminer
yang menandai satu proses “pengahiran”. Munculah tanda-tanda antara lain :
1. Menstruasi menjadi tidak lancar atau tidak teratur, datang dalam interval
waktu yang lebih lambat atau lebih awal.
2. Haid yang keluar banyak sekali, atau malah sedikit sekali.
3. Muncul gangguan vasotoris berupa penyempitan atau pelebaran pembuluh
darah.
4. Merasa pusing-pusing, sakit kepala terus menerus.
5. Berkeringat terus-terusan.
6. Neuralgia atau nyeri syaraf terus-terusan.
Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala menopause (Angila,
2010):
6
kemerahan pada kulit dan berkeringat. Rasa ini sering terjadi selama 30
detik sampai dengan beberapa menit. Hal ini disebabkan karena
hipotalamus dan terkait dengan pelepasan LH (Leutenizing Hormone).
Diduga disebabkan adanya fluktuasi hormon estrogen. Seperti diketahui,
pada masa menopause kadar hormon estrogen dalam darah menurun
drastis sehingga mempengaruhi fungsi tubuh. Penurunan estrogen akan
mengenai sistem alfa-adrenergik sentral yang selanjutnya berakibat pada
pusat thermoregulasi dan neuron pelepas LH.
Sampai sekarang fenomena ini masih cukup menjadi misteri. Belum
ada hasil riset mendetail membahas masalah ini. Rasa panas terkadang
terjadi bahkan sebelum seorang wanita memasuki masa menopause. Gejala
ini biasanya akan menghilang dalam 5 tahun. Berkas panas yang diderita
ini biasanya berhubungan dengan cuaca panas dan lembab. Selain itu, juga
berhubungan dengan ruang sempit, kafein, alkohol, atau makanan pedas.
Hal yang menyusahkan wanita selain merasa panas dan muncul kemerahan
di tubuhnya, juga keluarnya keringat pada malam hari. Hal ini menjadikan
tidur terasa tidak nyaman.
Keluhan hot flushes mereda setelah tubuh menyesuaikan diri dengan
kadar estrogen yang rendah. Meskipun demikian, sekitar 25 % penderita
masih mengeluhkan hal ini sampai lebih dari 5 tahun. Pemberian estrogen
dalam bentuk terapi efektif dalam bentuk terapi dalam meredakan keluhan
hot flushes pada 90 % kasus.
3. Keluar keringat di malam hari
Keluar keringat di malam hari disebabkan karena hot flushes. Semua
wanita akan mengalami arus panas ini. Arus panas mungkin sangat ringan
dan sama sekali tidak diperhatikan oleh orang lain. Mungkin hanya terasa
seolah-olah suhu meningkat secara tiba-tiba sehingga menyebabkan
kemerahan disertai keringat yang mengucur diseluruh tubuh anda. Arus ini
tidak membahayakan dan akan cepat berlalu. Sisi buruknya adalah tidak
nyaman tetapi tidak pernah disertai rasa sakit.
4. Kekeringan vagina
7
Gejala pada vagina muncul akibat perubahan yang terjadi pada lapisan
dinding vagina. Vagina menjadi kering dan kurang elastis. Ini disebabkan
karena penurunan kadar estrogen. Tidak hanya itu, juga muncul rasa gatal
pada vagina. Yang lebih parah lagi adalah rasa sakit saat berhubungan
seksual, dikarenakan perubahan pada vagina, maka wanita menopause
biasanya rentan terhadap infeksi vagina. Intercourse yang teratur akan
menjaga kelembapan alat kelamin. Kekeringan vagina terjadi karena leher
rahim sedikit sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah
kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis,
lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, keputihan
rasa sakit pada saat kencing (Angila, 2010).
5. Perubahan kulit
Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika mensturasi
berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada
sekitar wajah, leher dan lengan (Hurlock, 2002).
6. Sulit tidur
Insomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu menopause, tetapi hal
ini mungkin ada kaitannya dengan rasa tegang akibat berkeringat malam.
7. Perubahan pada mulut
Pada saat ini kemampuan mengecap pada wanita berubah menjadi
kurang peka, sementara yang lain mengalami gangguan gusi dan gigi
menjadi lebih mudah tanggal.
8. Kerapuhan tulang
Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses osteoporosis
(kerapuhan tulang). Osteoporosis merupakan penyakit kerangka yang
paling umum dan merupakan persoalan bagi yang telah berumur.
Osteoporosis paling banyak menyerang wanita yang telah menopause.
Kehilangan 1% tulang dalam setahun dapat akibat proses penuaan, tetapi
kadang setelah menopause kita kehilangan 2% setahunnya.
9. Badan menjadi gemuk
8
`Banyak wanita menjadi gemuk selama menopause, rasa letih yang
biasanya dialami pada masa menopause, diperburuk dengan perilaku
makan yang sembarangan.
10. Penyakit
Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita
menopause, dari sudut pandang medik ada 2 perubahan paling penting
yang terjadi pada waktu menopause yaitu meningkatnya kemungkinan
terjadi penyakit jantung, pembuluh darah serta hilangnya mineral dan
protein di dalam tulang (osteoporosis).
11. Linu dan nyeri otot sendi
Linu dan nyeri yang dialami wanita menopause berkaitan dengan
pembahasan kurangnya penyerapan kalsium yang telah ditemukan
sebelumnya.
12. Perubahan pada indra prasa
Wanita menopause biasanya akan mengalami penurunan kepekaan
pada indra pengecapnya. Sementara wanita yang memiliki riwayat
penyakit gigi dan gusi, maka kemungkinan giginya akan lebih cepat
tanggal ( Angila, 2010).
Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala
menopause (Angila, 2010).
1. Ingatan menurun
Sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun
sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat.
2. Kecemasan
Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya
kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah di
khawatirkan.
3. Mudah tersinggung
Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih
mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya
dianggap tidak mengganggu ini mungkin disebabkan dengan datangnya
9
menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang
sedang berlangsung dalam dirinya.
4. Stress
Tidak ada yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas,
termasuk para lansia menopause. Di tingkat psikologis, respon orang
erhadap sumber stress tidak bisa di ramalkan, sebagaimana perbedaan
suasana hati dan emosi.
5. Depresi
Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena
kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan
kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena kehilangan daya tarik.
Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai
wanita dan harus menghadapi masa tuanya.
2.4 Komplikasi
Gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan
dalam:
1. Kelainan siklus : Amenorea, Oligomenorea, Polimenorea.
2. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid:
Hipermenorea atau menoragia dan Hipomenorea.
3. Perdarahan di luar haid : Metroragia
1. Amenorea
Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya haid pada seorang wanita. Hal
tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan
menyusui, dan setelah menopause. Amenorea sendiri terbagi dua, yaitu:
a. Amenorea primer, yaitu keadaan tidak terjadinya haid pada wanita
usia 16 tahun.
b. Amenorea sekunder, yaitu tidak terjadinya haid selama 3 siklus
(pada kasus oligomenorea/jumlah darah haid sedikit), atau 6 siklus
setelah sebelumnya mendapatkan siklus haid biasa.
Penyebab
Penyebab tersering dari amenorea primer adalah:
10
a. Pubertas terlambat
b. Kegagalan dari fungsi indung telur
c. Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina)
d. Gangguan pada susunan saraf pusat
e. Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah
haid, dapat dipikirkan apabila wanita memiliki rahim dan vagina
normal
a. Obat-obatan
b. Stres dan depresi
c. Nutrisi yang kurang, penurunan berat badan berlebihan, olahraga
berlebihan, obesitas
d. Gangguan hipotalamus dan hipofisis
e. Gangguan indung telur
f. Penyakit kronik
Tanda dan Gejala
Tanda amenorea adalah tidak didapatkannya haid pada usia 16
tahun, dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder (perkembangan
payudara, perkembangan rambut pubis), atau kondisi dimana wanita
tersebut tidak mendapatkan haid padahal sebelumnya sudah pernah
mendapatkan haid. Gejala lainnya tergantung dari apa yang menyebabkan
terjadinya amenorea.
2. Oligomenorea
Oligomenorea merupakan suatu keadaan dimana siklus haid memanjang
lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama. Wanita yang
mengalami oligomenorea akan mengalami haid yang lebih jarang daripada
biasanya. Namun, jika berhentinya siklus haid berlangsung lebih dari 3 bulan,
maka kondisi tersebut dikenal sebagai amenorea sekunder.
Penyebab
11
Oligomenorea biasanya terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan
hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan hormon
tersebut menyebabkan lamanya siklus haid normal menjadi memanjang,
sehingga haid menjadi lebih jarang terjadi. Oligomenorea sering terjadi pada
3-5 tahun pertama setelah haid pertama ataupun beberapa tahun menjelang
terjadinya menopause. Oligomenorea yang terjadi pada masa-masa itu
merupakan variasi normal yang terjadi karena kurang baiknya koordinasi
antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium pada awal terjadinya haid pertama
dan menjelang terjadinya menopause, sehingga timbul gangguan
keseimbangan hormon dalam tubuh. Disamping itu, oligomenorea dapat juga
terjadi pada:
a. Gangguan indung telur, misal : Sindrome Polikistik Ovarium
(PCOS)
b. Stres dan depresi
c. Sakit kronik
d. Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa,
bulimia)
e. Penurunan berat badan berlebihan
f. Olahraga berlebihan, misal atlit
g. Adanya tumor yang melepaskan estrogen
h. Adanya kelainan pada struktur rahim atau serviks yang
menghambat pengeluaran darah haid
i. Penggunaan obat-obatan tertentu
3. Polimenorea
Ketika seorang wanita mengalami siklus haid yang lebih sering (siklus
haid yang lebih singkat dari 21 hari), hal ini dikenal dengan istilah
polimenorea. Wanita dengan polimenorea akan mengalami haid hingga dua
12
kali atau lebih dalam sebulan, dengan pola yang teratur dan jumlah
perdarahan yang relatif sama atau lebih banyak dari biasanya.
Polimenorea harus dapat dibedakan dari metroragia. Metroragia
merupakan suatu perdarahan iregular yang terjadi di antara dua waktu haid.
Pada metroragia, haid terjadi dalam waktu yang lebih singkat dengan darah
yang dikeluarkan lebih sedikit.
Penyebab
Timbulnya haid yang lebih sering ini tentunya akan menimbulkan
kekhawatiran pada wanita yang mengalaminya. Polimenorea dapat terjadi
akibat adanya ketidakseimbangan sistem hormonal pada aksis hipotalamus-
hipofisis-ovarium.
Ketidak seimbangan hormon tersebut dapat mengakibatkan gangguan pada
proses ovulasi (pelepasan sel telur) atau memendeknya waktu yang
dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu siklus haid normal sehingga
didapatkan haid yang lebih sering. Gangguan keseimbangan hormon dapat
terjadi pada:
a. 3-5 tahun pertama setelah haid pertama
b. Beberapa tahun menjelang menopause
c. Gangguan indung telur
d. Stress dan depresi
e. Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa,
bulimia)
f. Penurunan berat badan berlebihan
g. Obesitas
h. Olahraga berlebihan, misal atlit
i. Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antikoagulan, aspirin,
NSAID, dll
Pada umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat sembuh
dengan sendirinya. Penderita polimenorea harus segera dibawa ke dokter jika
polimenorea berlangsung terus menerus. Polimenorea yang berlangsung terus
menerus dapat menimbulkan gangguan hemodinamik tubuh akibat darah
yang keluar terus menerus. Disamping itu, polimenorea dapat juga akan
13
menimbulkan keluhan berupa gangguan kesuburan karena gangguan
hormonal pada polimenorea mengakibatkan gangguan ovulasi (proses
pelepasan sel telur). Wanita dengan gangguan ovulasi seringkali mengalami
kesulitan mendapatkan keturunan.
4. Menoragia atau Hipermenorea
Menoragia atau hipermenorea adalah perdarahan haid yang lebih banyak
dari normal (lebih dari 80ml/hari) atau lebih lama dari normal (lebih dari 8
hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu haid. Siklus haid yang
normal berlangsung antara 21-35 hari, selama 2-8 hari dengan jumlah darah
haid sekitar 25-80 ml/hari.
Gejala
Penderita menoragia dapat mengalami beberapa gejala seperti:
a. Perlu mengganti pembalut hampir setiap jam selama beberapa hari
berturut-turut.
b. Perlunya mengganti pembalut di malam hari atau pembalut ganda di
malam hari.
c. haid berlangsung lebih dari 7 hari.
d. Darah haid dapat berupa gumpalan-gumpalan darah.
e. Haid yang berlangsung berkepanjangan dengan jumlah darah yang
terlalu banyak untuk dikeluarkan setiap harinya dapat menyebabkan
tubuh kehilangan terlalu banyak darah sehingga memicu terjadinya
anemia. Terdapat tanda-tanda anemia, seperti napas lebih pendek,
mudah lelah, pucat, kurang konsentrasi, dll.
Penyebab
Timbulnya perdarahan yang berlebihan saat terjadinya haid (menoragia)
dapat terjadi akibat beberapa hal, diantaranya:
a. Adanya kelainan organik, seperti:
1) Infeksi saluran reporduksi
2) Kelainan koagulasi (pembekuan darah), misal : akibat von
willebrand disease, kekurangan protrombin, idiopatik
trombositopenia purpura (ITP), dll
14
3) Disfungsi organ yang menyebabkan terjadinya menoragia
seperti gagal hepar atau gagal ginjal. Penyakit hati kronik
dapat menyebabkan gangguan dalam menghasilkan faktor
pembekuan darah dan menurunkan hormon estrogen.
4) Kelainan hormon endokrin misal akibat kelainan kelenjar
tiroid dan kelenjar adrenal, tumor pituitari, siklus anovulasi,
Sindrome Polikistik Ovarium (PCOS), kegemukan, dll.
5) Kelainan anatomi rahim seperti adanya mioma uteri, polip,
endometrium, hiperplasia endometrium, kanker dinding
rahim dan lain sebagainya.
6) Iatrogenik : misal akibat pemakaian IUD, hormon steroid,
obat-obatan kemoterapi, obat-obatan anti-inflamasi dan
obat-obatan antikoagulan.
5. Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih
kurang dari biasa. Penyebab Hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan
endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun
gangguan hormonal
6. Metroragia
Metroragia adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada
hubungannya dengan haid. Metroragia merupakan suatu perdarahan iregular
yang terjadi di antara dua waktu haid. Pada metroragia, haid terjadi dalam
waktu yang lebih singkat dengan darah yang dikeluarkan lebih sedikit.
Metroragia tidak ada hubungannya dengan haid, namun keadaan ini sering
dianggap oleh wanita sebagai haid walaupun hanya berupa bercak
Klasifikasi:
a. Metroragia oleh karena adanya kehamilan, seperti abortus,
kehamilan ektopik.
b. Metroragia diluar kehamilan
Penyebab
a. Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak
sembuh, carcinoma corpus uteri, carcinoma cervicitis, peradangan dari
15
haemorrhagis (seperti kolpitis haemorrhagia, endometritis
haemorrhagia), hormonal.
b. Perdarahan fungsional:
1) Perdarahan Anovulatoar, disebabkan oleh psikis, neurogen,
hypofiser, ovarial (tumor atau ovarium yang polikistik) dan
kelainan gizi, metabolik, penyakit akut maupun kronis.
2) Perdarahan Ovulatoar, akibat korpus luteum persisten,
kelainan pelepasan endometrium, hipertensi, kelainan darah
dan penyakit akut ataupun kronis.
2.6 Penatalaksanaan
Dasar penatalaksanaan klimakterium seperti dapat dilihat dalam skema
dibawah ini meliputi :
1. Penatalaksanaan Umum
Perlu ditekankan bahwa masa ini bukan berarti berakhirnya suatu
kehidupan melainkan justru berarti mulainya suatu tingkat kehidupan yang
baru. Proses menjadi tua serta menopause ini sedapat mungkin diterangkan
dalam bahasa yang dapat dimengerti. Hubungan erat yang saling percaya
antara dokter pasien dan sebaliknya sangat membantu mengatasi masalah
ini dan mencegah terjadinya kesalahpahaman. Usaha ini dilakukan pada
fase dengan gejala-gejala yang ringan saja. Beberapa peneliti mengatakan
bahwa psikoterapi dangkal saja sudah akan sangat banyak menolong.
2. Pengobatan simtomatik non-hormonal
Gejala klimakterium yang cukup berat harus diobati baik secara
medikamentosa ataupun dengan cara lain. Pengobatan yang tepat
disesuaikan dengan keadaan penderita. Untuk gejala yang ringan maka
sering dipakai sedatif, spasmolitika, dan bermacam-macam obat
turunannya. Bagi gejala yang berat seperti gejolak panas yang berat, maka
sedatif dan obat depresan lainnya tidak banyak pengaruhnya.
3. Pengobatan hormonal
16
keseimbangan hormonal kembali. Pada umumnya yang harus diobati
adalah defisiensi estrogen. Dengan pengobatan substitusi estrogen dapat
ditemukan beberapa keuntungan disamping beberapa kerugian :
Biasanya terapi sulih hormon estrogen tidak dilakukan pada wanita yang
menderita :
17
a. Kanker payudara atau kanker endometrium stadium lanjut
b. Perdarahan kelamin dengan penyebab yang tidak pasti
c. Penyakit hati akut
d. Penyakit pembekuan darah Porfiria intermiten akut.
Kepada wanita tersebut biasanya diberikan obat anti-cemas, progesteron atau
klonidin untuk mengurangi hot flashes. Untuk mengurangi depersi, kecemasan,
mudah tersinggung dan susah tidur bisa diberikan anti-depresi.
Banyak ahli yang menganjurkan TSH dengan tujuan untuk :
a. Mengurangi gejala menopause yang tidak diinginkan
b. Membantu mengurangi kekeringan pada vagina
c. Mencegah terjadinya osteoporosis.
Beberapa efek samping dari TSH :
a. Perdarahan vagina
b. Nyeri payudara
c. Mual
d. Muntah
e. Perut kembung
f. Kram rahim.
Untuk mengurangi resiko dari TSH dan tetap mendapatkan keuntungan dari
TSH, para ahli menganjurkan:
a. Menambahkan progesteron terhadap estrogen
b. Menambahkan testosteron terhadap estrogen
c. Menggunakan dosis estrogen yang paling rendah.
d. Melakukan pemeriksaan secara teratur, termasuk pemeriksan panggul, dan
Pap smear sehingga kelainan bisa ditemukan sedini mungkin.
4. Pembedahan
Sekitar 40-70% wanita dengan perdarahan abnormal pada masa
premenopause akan sembuh dengan tindakan kuretase saja dan tidak
membutuhkan pengobatan lebih lanjut. Selanjutnya jika terjadi perdarahan
lagi dalam masa 6 bulan dan tidak ada kecurigaan terhadap kemungkinan
keganasan/hyperplasia maka pengobatan substitusi masih ada tempatnya.
18
Sedangkan perdarahan berulang setelah 6 bulan maka perlu dilakukan
kuretase ulang dan bila dianggap perlu dapat dilakukan histerektomia..
PENGKAJIAN
A. Biodata
1. Identitas klien
Nama : Ny. S
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Poros KDI-KLK No. 124
B. Riwayat Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan Utama
Klien mengeluh tidak haid
2. Riwayat Penyakit
Klien mengeluh tidak haid selama 3 bulan, disertai dengan perasaan
tidak enak, seperti rasa hangat yang menyebar dari badan ke wajah (hot
flushes), merasa nyeri di sekitar vagina bila berhubungan sehingga ia
sering menolak bila diajak berhubungan oleh suaminya. Beberapa bulan
sebelum tidak mendapat haid, klien mengungkapkan haidnya tidak teratur.
C. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Klien tidak pernah mengalami kelainan haid (seperti dysmenarhoe,
menoraghi, metrorhagia, dll.), penyakit kelamin, tumor, dll.
2. Klien pertama kali haid (menarche) pada umur 14 tahun.
3. Klien tidak pernah abortus/keguguran, semua persalinan dibantu oleh
dukun
D. Riwayat Obstetrik
G :5
P :5
A :-
19
H :3
20
Klien tidur siang pukul 13.00 – 15.30
Kesulitan tidur, yaitu klien sering terbangun dan tidak dapat tidur nyenyak
karena hot flash ( perasaan panas dan berkeringat ).
H. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Perubahan mood terjadi karena merasa tidak enak badan
Vital sign: T : 120/90 mmHg RR : 24 x/menit
N : 84 x/menit Suhu : 37,5 ºC
2. Kulit: mulai keriput, tidak ada lesi, kemerahan.
3. Kepala: simetris tegak lurus dengan garis tengah tubuh, kulit kepala
bersih, rambut mulai beruban.
4. Muka: tampak cemas, kemerahan, hangat, tumbuh bercak-bercak
kecoklatan.
5. Mata: ikterus (-), pupil isokhor kiri dan kanan, anemis (-), palpebra hitam
6. Telinga: bentuk simetris kiri dan kanan, pendengaran tidak terganggu.
7. Hidung: bentuk simetris, fungsi penciuman baik, polip (-) tidak ditemukan
darah/cairan keluar dari hidung.
8. Mulut: bibir agak kering, sianosis (-), lidah dapat dijulurkan dengan
maksimal dan dapat bergerak bebas.
9. Leher: tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, dapat digerakkan dengan
bebas.
10. Dada: bentuk dan gerakan simetris, tidak ada nyeri tekan.
11. Abdomen: tidak ada pembesaran hati, limpa
12. Tungkai/ekstremitas: simetris kiri dan kanan, dapat melakukan aktivitas
dengan baik
13. Kuku: pendek, bersih
21
b) Klien mengeluh sering menolak bila diajak berhubungan.
Tujuan:
Klien mengungkapkan disfungsi seksual teratasi setelah diberi tindakan
keperawatan dengan kriteria:
a) Nyeri hilang bila berhubungan
b) Klien tidak menolak bila diajak berhubungan
Intervensi:
a) Ciptakan lingkungan saling percaya dan beri kesempatan kepada klien
untuk menggambarkan masalahnya dalam kata-kata sendiri.
b) Beri informasi tentang kondisi individu.
c) Anjurkan klien untuk berbagi pikiran/masalah dengan pasangan/orang
dekat.
d) Diskusikan dengan klien tentang penggunaan cara/teknik khusus saat
berhubungan (misalnya: penggunaan minyak vagina).
e) Kolaborasi dengan dokter.
1) Beri obat sesuai indikasi
2) Estrogen pengganti
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hot flash ditandai dengan :
DS :
Klien mengeluh sering terbangun saat tidur karena perasaan panas dan
berkeringat
DO :
Tampak hitam pada palpebra
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien, pola tidur klien
normal. Dengan kriteria hasil :
a) Klien tidak sering terbangun saat tidur
b) Palpebra tidak hitam
Intervensi:
Mandiri :
a) Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat.
22
b) Anjurkan klien untuk menghindari makanan berbumbu, pedas, dan
goreng-gorengan, alkohol.
c) Anjurkan klien untuk menghindari beraktivitas di cuaca yang panas
d) Anjurkan klien untuk mencuci muka saat hot flashes terjadi.
3. Kecemasan berhubungan dengan stres psikologis, perjalanan proses
penyakit, di tandai dengan :
DS :
Klien merasa cemas dengan keadaannya
DO :
Klien tampak cemas
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien, cemas berkurang atau
hilangdengan kriteria hasil:
a) Klien merasa rileks
b) Klien dapat menerima dirinya apa adanya
Intervensi :
a) Kaji tingkat ketakutan dengan cara pendekatan dan bina hubungan
saling percaya.
b) Pertahankan lingkungan yang tenang dan aman serta menjauhkan
benda-benda berbahaya.
c) Libatkan klien dan keluarga dalam prosedur pelaksanaan dan
perawatan.
d) Ajarkan penggunaan relaksasi.
e) Beritahu tentang penyakit klien dan tindakan yang akan dilakukan
secara sederhana.
23