Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH GANGGUAN ALAM PERASAAN

Disusun oleh : Kelompok 3

1. A Muin Sajad Alfarisi (118142010116)


2. Dimaz Tri Sutrisno (118142010117)
3. Muyassaroh (118142010118)
4. Moh. Basofi Ary Hermawan (118142010119)
5. Moh ghazali (118142010120)
6. Nanik Budiyanti (118142010121)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

STIKES NGUDIA HUSADA MADURA

2019
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya yang berjudul “ GANGGUAN ALAM PERASAAN”.

Makalah ini berisikan tentang informasi tentang bilangan. Diharapkan makalah ini
dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Gangguan Alam Perasaan. Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan kami berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi kita semua.

Bangkalan , 23 mei 2019

Penyusun

[i]
DaftarIsi
Kata Pengantar ................................................................................................................ i

Daftar Isi ........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3. Tujuan ........................................................................................................... 2

1.4. Manfaat ......................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 4

2.1. Definisi .......................................................................................................... 4

2.2. Klasifikasi ..................................................................................................... 5

2.3. Etiologi .......................................................................................................... 6

2.4. Patofisiologi .................................................................................................. 9

2.5. Manifestasi Klinis ......................................................................................... 9

2.6. Pencegahan ................................................................................................. 10

2.7. Pengobatan .................................................................................................. 11

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGANGANGGUAN ALAM


PERASAAN ................................................................................................................ 12

3.1. Pengkajian ................................................................................................... 12

3.2. Masalah Keperawatan ................................................................................. 15

3.3. Diagnosa Keperawatan ............................................................................... 15

3.4. Perencanaan ................................................................................................ 16

3.5. Evaluasi ....................................................................................................... 25

BAB IVPENUTUP ...................................................................................................... 26

4.1. Kesimpulan .................................................................................................... 26

4.2. Saran .............................................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 27

[ii]
[iii]
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruh
seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Menurut Stuart (2006), alam perasaan
adalah perpanjangan keadaan emosional yang mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi
kehifupan seseorang. Gangguan alam perasaan ditandai oleh sindroma depresif sebagian atau
total dan ditandai engan kehilangan minat terhadap aktivitas sehari-hari.

Gangguan alam perasaan depresi dapat disebabkan karena ketidakseimbangan


elektrolit yaitu, natrium dan kalium di dalam neuron (Gibbsons, 1960 di kutip dari Townsend,
M.C 1995). Neurotransmitter yang ada di system syaraf pusat dan perifer juga memiliki
implikasi pada psikiatrik. Transmisi monoamin seperti neropinefrin, dopamine dan serotonin
berimplikasi pada etiologi gangguan emosi tertentu seperti gangguan alam perasaan: depresi
dan mania. Norepinefrin dan dopamine mempunyai implikasi menurunkan derajat depresi
dan meningkatkan derajat mania sedangkan serotonin memiliki implikasi menurunkan kadar
depresi (Suliswati,2005).

Dari penjelasan di atas penting untuk kita ketahui mengenai terjadinya mania oleh
karena mania memiliki psikopatologi yang tidak jauh berbeda dengan depresi, sehingga
berdasarkan uraian-uraian di atas, dalam makalah ini akan dibahas mengenai konsep dasar
asuhan keperawatan dengan gangguan alam perasaan (mania) untuk menunjang pembelajaran
yang akan berguna dalam melakukan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses
keperawatan.

[1]
1.2. Rumusan Masalah
1) Apa definisi dari gangguan alam perasaan ?
2) Apa saja Klasifikasi gangguan alam perasaan?
3) Apa Etiologi dari gangguan alam perasaan ?
4) Bagaimana Patofisiologi dari gangguan alam perasaan?
5) Apa saja Manifestasi klinis dari gangguan alam perasaan
6) Bagaimana Penatalaksanaan Medis dari gangguan alam perasaan?
7) Bagaimana Pencegahan dari gangguan alam perasaan?
8) Apa saja Komplikasi dari gangguan alam perasaan ?
9) Bagaimana Asuhan Keperawatan dari gangguan alam perasaan?

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti seminar tentang gangguan alam perasaan ini peserta diharapkan
mampu untuk mengetahui,melaksanakan dan memahami gangguan alam perasaan beserta
asuhan keperawatannya

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui definisi gangguan alam perasaan.


b. Mengetahui etiologi gangguan alam perasaan.
c. Mengetahui patofisiologi gangguan alam perasaan.
d. Mengetahui manifestasi klinis gangguan alam perasaan.
e. Mengetahui pemeriksaan diasnotik gangguan alam perasaan
f. Mengetahui penatalaksanaan gangguan alam perasaan.
g. Mengetahui komplikasi gangguan alam perasaan..
h. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
alam perasaan.

[2]
1.4. Manfaat
 Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat
meningkatkan pengetahuan dan wawasan penyebabserta upaya pencegahan
gangguan alam perasaan terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.
 Diharapkan bagi pembaca dapat mengetahui tentang gangguan alam perasaan
dalam sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit
tersebut.
 Diharapkan dalam menambah wawasan dan informasi dalam penanganan
gangguan alam perasaan sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
lebih baik.
 Dapat menambah informasi tentang gangguan alam perasaan serta dapat
meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit tersebut.

[3]
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi
seluruh keperibadiaan dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam perasaan ditandai
oleh syndrom depresif sebagian atau penuh, selain itu juga ditandai oleh kehilangan minat
atau kesenangan dalam aktifitas sehari-hari dan rekreasi.

Gangguan Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang


mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi hidup seseorang.

Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan
kegembiraan yang berlebihan, arus berpikir yang cepat, mudah tersinggung dan kegiatan
motorik meningkat, sehingga menyebabkan energi banyak yang keluar (Standar Asuhan
Keperawatan Jiwa, DEPKES).

Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam
perasan yang meningkat, meluas atau keadaan emosional yang mudah tersinggung dan
terangsang. Kondisi ini dapat diiringi dengan perilaku yang berlebihan berupa peningkatan
kegiatan, banyak bicara, ide-ide yang meloncat, senda gurau, tertawa berlebihan,
penyimpangan seksual.

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pola tidur dan nafsu
makan, psikomotor, konsentrasi, keindahan, rasa putus asa dan tidak ber daya, serta gagasan
bunuh diri (Kaplan, Sadock, 1998).

Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kekecewaan pada alam perasaan,
(affective atau mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah
hidup, perasaan tidak berguna, putus asa (Dadang Hawari, 2001)

Depresi ditandai dengan perasaan sedih yang ber lebihan, murung tidak bersemangat,
merasa tak berguna, merasa tak berharga, merasa kosong dan tak ada harapan berpusat pada
kegagalan dan bunuh diri, sering disertai ide dan pikiran bunuh diri klien tidak berniat pada
pemeliharaan diam dan aktivitas sehari-hari (Budi Anna Kaliat, 1996)
[4]
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi adalah gangguan alam
perasaan yang disertai oleh komponen psikologik dan komponen somatik yang terjadi akibat
mengalami kesedihan yang panjang.

2.2. Klasifikasi
2.2.1. Depresi Ringan

Sementara, alamiah, adanya rasa pedih perubahan proses pikir komunikasi sosial
dan rasa tidak nyaman.

2.2.2. Depresi Sedang

a. Afek
Murung, cemas, kesal, marah, menangis
b. Proses pikir
Perasaan sempit, berfikir lambat, berkurang komunikas verbal komunikasi non
verbal meningkat.
c. Pola komunikasi
Bicara lambat, berkurang komunikasi verbal, komunikasi non verbal meningkat
d. Partisipasi sosial
Menarik diri tak mau bekerja sekolah, mudah tersinggung

2.2.3. Depresi Berat

a. Gangguan afek
Pandangan kosong, perasaan hampa, murung, inisiatif berkurang
b. Gangguan proses pikir
c. Sensasi somatik dan aktivitas motoric

Diam dalam waktu lama, tiba-tiba hiperaktif, kurang merawat diri, tak mau makan
dan minum, menarik diri, tidak peduli dengan lingkungan

2.2.4. Rentang Respon

a. Reaksi Emosi Adaptif


1) Respon emosi yang responsif

Keadaan individu yang terbuka mau mempengaruhi dan menyadari


perasaannya sendiri dapat beradaptasi dengan dunia internal dan eksternal.

[5]
2) Reaksi kehilangan yang wajar

Reaksi yang dialami setiap orang mempengaruhi keadaannya seperti:

a) Bersedih
b) Berhenti kegiatan sehari-hari
c) Takut pada diri sendiri
d) Berlangsung tidak lama.
B . Reaksi Emosi Maladaptif

Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan respon ini


dapat dibagi 3 tingkatan yaitu :

1) Supresi
Tahap awal respon maladaptif individu menyangkal perasaannya
dan menekan atau menginternalisasi aspek perasaan terhadap
lingkungan.
2) Reaksi kehilangan yang memanjang
3) Supresi memanjang mengganggu fungsi kehidupan individu.
Gejala : bermusuhan, sedih terlebih, rendah diri.
4) Mania/ Depresi
Gangguan alam perasaan kesal dan dimanifestasikan dengan
gangguan fungsi sosial dan fungsi fisik yang hebat dan menetap
pada individu yang bersangkutan.

2.3. Etiologi
 Kekecewaan
Karena adanya tekanan dan kelebihan fisik menyebabkan seseorang menjadi jengkel
tak dapat berfikir sehat atau kejam pada saat khusus jika cinta untuk diri sendiri lebih
besar dan pada cinta pada orang lain yang menghimpun kita, kita akan terluka, tidak
senang dan cepat kecewa, hal ini langkah per tama depresi jika luka itu direnungkan
terus-menerus akan menyebabkan kekesalan dan keputusasaan.
 Kurang Rasa Harga Diri
Ciri-ciri universal yang lain dari orang yang depresi adalah kurangnya rasa harga diri
sayangnya kekurangan ini cenderung untuk dilebih-lebihkan menjadi ekstrim, karena

[6]
harapan-harapan yang realistis membuat dia tak mampu merestor dirinya sendiri hal
ini memang benar khususnya pada individu yang ingin segalanya sempur na yang tak
pernah puas dengan prestasi yang dicapainya
 Perbandingan yang tidak adil
Setiap kali kita membandingkan diri dengan seseorang yang mempunyai nilai lebih
baik dari kita dimana kita merasa kurang dan tidak bisa sebaik dia maka depresi
mungkin terjadi
 Penyakit
Beberapa faktor yang dapat mencetuskan depresi adalah organik contoh individu yang
mempunyai penyakit kronis seperti Ca Mammae dapat menyebabkan depresi.
 Aktivitas Mental yang Berlebihan
Orang yang produktif dan aktif sering menyebabkan depresi.
 Penolakan
Setiap manusia butuh akan rasa cinta, jika kebutuhan akan rasa cinta itu tak terpenuhi
maka terjadilah depresi.

Dapat timbul karena adanya factor predisposisi dan factor presipitasi yaitu:

a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Genetik
Faktor genetik mengemukakan, transmisi gangguan alam perasaan
diteruskan melalui garis keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan
meningkat pada kembar monozigote.
2) Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri
Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang
dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan
objek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik
menjadi perasaan menyalahkan diri sendiri dan dimunculkan dengan
perilaku mania (sebagai suatu mekanisme kompensasi)
3) Teori Kehilangan
Berhubungan dengan faktor perkembangan, misalnya kehilangan orangtua
yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan.
4) Teori Kepribadian
Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang
mengalami mania.

[7]
5) Teori Kognitif
Mengemukakan bahwa mania merupakan msalah kognitif yang dipengaruhi
oleh penilaian terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan.
6) Model Belajar Ketidakberdayaan
Mengemukakan bahwa mania dimulai dari kehilangan kendali diri lalu
menjadi aktif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudian individu
timbul keyakinan akan ketidakmampuannya mengendalikan kehidupan
sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang adaptif.
7) Model Perilaku
Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya reinforcemant
positif selama berinteraksi dengan lingkungan.
8) Model Biologis
Mengemukakan bahwa dalam keadaan depresi/mania terjadi perubahan
kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya endokrin dan
hipersekresi kortisol.

b. Faktor Presipitasi

Stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi faktor


biologis, psikologis dan sosial budaya.

1) Faktor Biologis
Meliputi perubahan fisiologis yang disebakan oleh obat-obatan atau
berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma, dan
ketidakseimbangan metabolisme.
2) Faktor Psikologis
Meliputi kehilangan kasih sayang, termasuk kehilangan cinta,
seseorang dan kehilangan harga diri.
3) Faktor Sosial Budaya
Meliputi kehilangan peran, perceraian, kehilangan pekerjaan.

[8]
2.4. Patofisiologi
Alam perasaan adalah kekuatan/ perasaan hati yang mempengaruhi seseorang dalam
jangka waktu yang lama setiap orang hendaknya ber ada dalam afek yang tidak stabil tapi
tidak berarti orang tersebut tidak per nah sedih, kecewa, takut, cemas, marah dan sayang
emosi ini terjadi sebagai kasih sayang seseorang terhadap rangsangan yang diterimanya dan
lingkungannya baik interenal maupun eksternal. Reaksi ini bervariasi dalam rentang dari
reaksi adaptif sampai maladaptif.

Pohon Masalah

Resiko mencederai Akibat Akibat

Gangguan Alam Perasaan Core Problem

Koping Maladaktif Penyebab

2.5. Manifestasi Klinis


2.5.1. Gejala Fisik yaitu:

a. Gangguan tidur,
b. Kelesuan fisik,
c. Hilangnya nafsu makan dan
d. Penyakit fisik yang ringan.
2.5.2. Gejala Emosional yaitu:

a. Kehilangan kasih sayang,


b. Kesedihan,
c. Hilangnya kekuatan,
d. Hilangnya konsentrasi,
e. Rasa bersalah,
f. Permusuhan dan
g. Hilangnya harapan.

[9]
2.5.3. Perilaku

Gambaran utama dari mania adalah perbedaan intensitas psikofisiologikal yang


tinggi. Tingkah laku mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang
diakibatkan dari kurang efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan.

Afektif Sedih, cemas apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah,


perasaan ditolak, perasaan bersalah, meras tidak berdaya, putus asa,
merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak berharga.
Kognitif Ambivalence, bingung, ragu-ragu, tidak mampu konsentrasi,
hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, pikiran
merusak diri, rasa tidak menentu, pesimis.
Fisik Sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan,
konstipasi, lemah, lesu, nyeri kepal, pusing, insomnia, nyeri dada,
over acting, perubahan berat badan, gangguan selera makan,
gangguan menstruasi, impoten, tidak berespon terhadap seksual.
Tingkah laku Agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat aktivitas,
kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi social, irritable,
berkesan menyedihkan, kurang spontan, gangguan kebersihan.

2.5.4 Mekanisme koping

Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang adalah
denial dan supresi, hal ini dilakukan untuk menghindari tekanan yang hebat. Pada depresi
mekanisme koping yang digunakan adalah represi, supresi, mengingkari dan disosiasi.
Tingkah laku mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan
karena kurang efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan.

2.6. Pencegahan
1. Usahakan untuk selalu punya seseorang yang dekat untuk bercurah hati. Jangan
pernah untuk menyimpan sendiri beban hidup kita. Karena hal ini dapat memperburuk
depresi yang sdah dialami mapun dapat mengakibatkan depresi
2. Berpartisipasi dalam suatu kegiatan yang dapat membuat diri lebih baik, hal ini dapat
mengalihkan perhatian kita terhadap masalah yang sedang kita hadapi. Ingat kita bkan

[10]
lari dari masalah tetapi labih cenderung menyegarkn pikiran kita sehingga kita lebih
siap untuk menghadapinya lagi nanti.
3. Berpikir realistis, jangan terlalu menghayal dan berimajinasi. Hilangkan kata
“seandainya saya…” dalam hidup kita
4. Melakukan olahraga, aktif dalam kelompok agama dan sosial, kegiatan tersebut
membuat kita lebih jarang melamun
5. Mengubah suasana hati, Usahakan untuk selalu membuat suasan hati kita gembira
karena hal tersebut dapat menghindarkan diri dari menyalahkan diri sendiri
6. Jangan banyak berpengharapan
7. Berpikir positif
8. Lapang hati dan sabar dalam mengadapi segala cobaan hidup dapat menjauhkan diri
kita dari depresi

2.7. Pengobatan
1. Litium karbonat, sebuah obat antimatik, adalah obat pilihan untuk klien yang
menderita gangguan bipolar.
2. Pengobatan antipsikotik digunakan untuk klien yang menderita hiperaktivitas
hebat dan untuk menangani perilaku manik.
3. Antikonvulsan kadang-kadang diberikan karena keefektifannyadalam antimanik.
4. Pengobatan antiansietas, misalnya klonazepam (klonopin) dan lotazepam
(Antivan), kadang-kadangdigunakan untuk klien yang menderita episode manik
akut dan untuk klien yang sulit ditangani.
5. Kombinasi litium antikonvulsan sudah digunakan untuk gangguan bipolar siklus
cepat,

Tiga fase penatalaksanaan farmakologis yang digambarkan dalam panel Pedolaman


Depresi adalah fase akut, fase lanjut, dan fase pemeliharaan. Dalam fase akut gejalanya
ditangan, dosis obat dsisesuaikan untuk mencegah efek yang merugikan, dan klien diberikan
penyuluhan.pada fase lanjut klien dimonitor pada dosis efektif untuk mencegah terjadinya
kambuh. Pada fase pemeliharaan, seorang klien yang berisiko kambuh seringkali tetap diberi
obat baahkan selama waktu remisi. Untuk klien yang dianggap tidak berisikotinggi
mengalami kambuh, pengobatan dihentikan.

[11]
a. Selsctive serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) terbukti sudah sangat berguna untuk
menangani depresi, terutama karena obat tersebut lebih sedikit memiliki efek
antikolinergik yang merugikan, lebih sedikit toksisitas jantung, dan reaksi lebih cepat
daripada antidepresan trisiklik dan inhibitor oksidase monoamin (MAO)
b. Trisiklik dan inhibitor MAO, generasi pertama antidepresan, jarang digunakan sejak
adanya SSRI dan SSRIs atipikal.
c. Antipsikotik kadang-kadang digunakan untuk menangani gangguan tidur dan ansietas
sedang.
d. Dokter dapat memprogramkan, tetapi elektrokonvulsif (ECP) jika terdapat depsresi
hebat, klien sangat ingin mealkukan bunuh diri, atau jika klien tidak berespon
terhadap protokol pengobatan antidepresan.

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

GANGGUAN ALAM PERASAAN

3.1. Pengkajian
3.1.1. Faktor predisposisi

a. Faktor genetic, mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan


melalui garis keturunan.

b. Teori agresi berbalik pada diri sendiri, mengemukakan bahwa depresi


diakibatkan oleh perasaan marah yang yang dialihkan pada diri sendiri. Freud
mengatakan bahwa kehilangan obyek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan
cinta dapat berbalik menjadi perasaan menyalahkan diri sendiri.

c. Teori kehilangan, berhubungan dengan factor perkembangan misalnya kehilangan


orang tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis denagn orang yang
sangat dicintai, individu tidak berdaya mengatasi kehilangan.

[12]
d. Teori kognitif, mengemukakan bahwa depresi terjadi sebagai akibat gangguan
perkembangan terhadap penilaian diri, yaitu penilaian negatif terhadap diri,
sehingga terjadi gangguan proses pikir. Individu menjadi pesimis dan
memandang dirinya tidak adekuat dan tidak berharga serta hidup sebagai tidak
harapan.

e. Model belajar ketidakberdayaan, mengemukakan bahwa depresi terjadi karena


individu mempunyai pengalaman kegagalan-kegagalan, lalu menjadi pasif dan
tidak mampu menghadapi masalah. Akhirnya timbul keyakinan individu akan
ketidakmampuannya mengendalikan kehidupannya sehingga ia tidak berupaya
mengembangkan respons yang adaptif.

f. Model perilaku, mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya


penguatan positif selama bereaksi dengan lingkungan.

g. Model biologis, mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi perubahan


kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya endokrin dan
hipersekresi kortisol.

3.1.2. Faktor Presipitasi

Ada lima stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan:

a. Kehilangan kasih sayang secara nyata atau bayangan, termasuk kehilangan cinta
seseorang, fungsi tubuh, status atau harga diri.
b. Kejadian penting dalam kehidupan seseorang sebagai keadaan yang mendahului
episode depresi dan mempunyai dampak pada masalah saat ini dan kemampuan
individu untuk menyelesaikan masalah.
c. Banyaknya peran dan komplik peran, dilaporkan mempengaruhi berkembangnya
depresi, terutama pada wanita.
d. Sumber koping termasuk status social ekonomi, keluarga, hubungan inter
personal dan organisasi kemasyarakatan. Kurangnya sumber pendukung social,
menambah stress individu.
e. Ketidakseimbangan metabolisme dapat menimbulkan gangguan alam perasaan.
Khususnya obat-obatan anti hipertensi dan gangguan zat adiktif. Kebanyakan
penyakit kronis yang melemahkan sering disertai depresi. Depresi pada usia

[13]
lanjut akan menjadi komplek jika disertai kerusakan organic dan gejala depresi
secara klinik.

3.1.3. Mekanisme koping

Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang


adalah denial dan supresi, hal ini dilakukan untuk menghindari tekanan yang hebat.
Pada depresi mekanisme koping yang digunakan adalah represi, supresi, mengingkari
dan disosiasi. Tingkah laku mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi
yang diakibatkan karena kurang efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan.

3.1.4. Perilaku

Perilaku yang berhubungan dengan mania dan depresi bervariasi. Gambaran


utama dari mania adalah perbedaan intensitas psikologikal yang tinggi. Pada keadaan
depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi.

Perilaku yang berhubungan dengan depresi (Stuart & Sundeen, 1995 hal. 215)

Afektif Sedih, cemas apatis, murung, kebencian, kekesalan,


marah, perasaan ditolak, perasaan bersalah, meras
tidak berdaya, putus asa, merasa sendirian, merasa
rendah diri, merasa tak berharga.

Kognitif Ambivalence, bingung, ragu-ragu, tidak mampu


konsentrasi, hilang perhatian dan motivasi,
menyalahkan diri sendiri, pikiran merusak diri, rasa
tidak menentu, pesimis.

Fisik Sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan


pencernaan, konstipasi, lemah, lesu, nyeri kepal,
pusing, insomnia, nyeri dada, over acting, perubahan
berat badan, gangguan selera makan, gangguan
menstruasi, impoten, tidak berespon terhadap seksual.

Tingkah Agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat


laku aktivitas, kemunduran psikomotor, menarik diri,

[14]
isolasi social, irritable, berkesan menyedihkan, kurang
spontan, gangguan kebersihan.

3.2. Masalah Keperawatan


Masalah keperawatan yang berhubungan dengan respon emosional adalah

1. Ketidakberdayaan
2. Berduka disfungsional
3. Keputusasaan
4. Resiko tinggi terhadap cedera
5. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
6. Defisit perawatan diri
7. Gangguan pola tidur
8. Resiko mencederai diri

3.3. Diagnosa Keperawatan


 Resiko tinggi mencedrai diri berhubungan dengan harga diri rendah, koping
individu tidak efektif.
 Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
selera makan.

[15]
3.4. Perencanaan
Tujuan Umum :

Setelah tindakan perawatan diterapkan, klien dapat berespon emosional


No yang adaptif dan meningkatkan rasa puas serta senang yang dapat diterima
oleh lingkungan.

Tujuan Khusus Rasionalisasi Tindakan

Klien
1 terlindungi dari Klien dengan gangguan Rawat klien
dari upaya alam perasaan berat berada dirumah sakit bila
mencederai diri dalam resiko tinggi untuk ada resiko bunuh
sendiri atau bunuh melakukan bunuh diri diri yang tinggi
diri.

Klien
2 mampu Perubahan lingkungan  Secara terus
mengembangkan diri dapat melindungi klien, menerus
mengurangi stress dan evaluasi klien
memberikan sumber terhadap
pengembangan baru kemungkinan
melakukan
bunuh diri
 Bantu klien
untuk dapat
beradaptasi
dengan
lingkungan
barunya.

Klien
3 mampu Klien depresi biasanya  Lakukan
membina hubungan enggan terlibat dalam pendekatan
terapeutik dengan hubungan terapeutik. yang hangat,
perawat . Diperlukan cara agar klien menerima klien
dapat menerima dan apa adanya dan
bertahan dalam hubungan bersifat empati

[16]
terapeutik.  Mawas diri dan
dapat
mengendalikan
perasaan dan
reaksi diri
perawat sendiri
(misalnya rasa
marah, frustasi
dan empat)

4 Klien Klien depresi  Tunjukkan


mampu mengenali mempunyai kesulitan respon
dan mengekspresikan dalam mengidentifikasi dan emosinal dan
emosinya mengekspresikan menerima klien
perasaannya.  Gunakan
kemampuan
berkomunikasi.
 Berikan respon
empati dengan
berfokus pada
perasaan bukan
pada kenyataan
yang terjadi.
 Mengaku
kesedihan klien
dan berikan
harapan
 Bantu klien
untuk
mengekspresika
n perasaannya.
 Bantu klien
untuk

[17]
mengekspresika
n perasaan
marahnya
dengan tepat
 Bantu klien
untuk
menurunkan
tingkat
kecemasannya :
 Sediakan
waktu untuk
berdiskusi
dan bina
hubungan
yang
sifatnya
supportif.
 Beri waktu
untuk klien
berespon.
 Beri
perawatan
individu
sebagai
manusia
layaknya.

5 Klien mampu Memodifi memodifikasi  Diskusikan


memodifikasi pola pola kognitif yang negatif tentang masalah
kognitif yang negatif akan membantu yang dihadapi
meningkatkan klien tanpa
pengendalian diri, tingkah memintanya
laku dan perubahan harga untuk
menyimpulkann

[18]
diri ya.
 Identifikasi
pemikiran yang
negatif dan
Bantu untuk
menurunkannya
melalui
interupsi atau
substitusi.
 Bantu klien
untuk
meningkatkan
pemikiran yang
positif.
 Evaluasi
ketepatan
persepsi klien,
logika dan
kesimpulan
yang dibuat
klien.
 Identifikasi
persepsi klien
yang tidak
tepat,
penyimpangan
dan
pendapatnya
yang tidak
rasional
 Bantu klien
untuk dapat
merubah tujuan

[19]
yang tidak
realistis
ketujuan yang
realistis.
 Kurangi tujuan-
tujuan yang
tidak mungkin
dicapai.
 Kurangi
penilaian klien
yang negatif
terhadap
dirinya.
 Bantu klien
untuk
menyadari nilai
yang
dimilikinya
atau
perilakunya dan
perubahan yang
terjadi.

6 Klien mampu untuk Penampilan prilaku yang  Beri tanggung


aktif mencapai tujuan baik akan jawab untuk
yang realistik mengurangi/menghilangkan melakukan
perasaan tak berdaya dan terapi tindakan
putus asa. yang
terorientasi.
 Beri dorongan
kepada klien
untuk
melakukan

[20]
kegiatan secara
teratur atau
beri kebebasan
melakukan
kegiatan
sehingga
energi
klien dapat
disalurkan.
 Persiapkan
program yang
dapat
dilakukan
dengan baik.
 Tetapkan
tujuan yang
realistis,
relevan dengan
kebutuhan
klien dan
minatnya serta
difokuskan
pada kegiatan
yang positif.
 Fokuskan
kegiatan pada
saat ini, bukan
kegiatan pada
masa lalu atau
masa dating
 Beri pujian jika
klien berhasil
melakukan

[21]
kegiatan atau
penampilannya
bagus
 Pertahankan
penampilan
atau kegiatan
jika mungkin.
 · Buat jadwal
exercise fisik
dalam rencana
keperawatan.

Klien
7 mampu untuk Sosialisasi akan  Kaji
melakukan hubungan mengurangi kesempatan kemampuan
interpersonal untuk menarik diri dan klien untuk
akan meningkatkan harga bersosialisasi
diri, melalui pemanfaatan dan dukungan
dari dukungan lingkunagn yang
yang tepat dan menerima. diperlukan
serta minat
klien
 Diskusikan
sumber social
yang ada dan
dapat
digunaka.
 Tunjukkan
kemampuan
bersosialisi
yang efektif.
 Gunakan role
play dalam
melakukan

[22]
interaksi social.
 Beri umpan
balik dan
pujian terhadap
kemampuan
klien dalam
melakukan
hubungan
interpersonal
yang efektif.
 Beri dorongan
kepada klien
untuk
meningkatkan
hubungan
sosialnya
dalam
lingkungan
yang lebih
luas.
 Beri dorongan
dengan penuh
kekeluargaan
terhadap
respon
emosional
klien yang
adaptif.
 Beri dukungan
dan libatkan
dalam terapi
keluarga dan
terapi

[23]
kelompok jika
diperlukan.

8 Klien mampu Perawatan fisik dan terapi  Lengkapi


meningkatkan somatic diperlukan untuk pengkajian
kesehatan fisik dan mengatasi perubahan fisik tentang
kesejahteraannya. yang terjadi karena kesehatan
gangguan alam perasaan fisiologi klien.
 Bantu klien
untuk
memenuhi
kebutuhan
perawatan diri
terutam
kebutuhan
nutrisi, dan
kebersihan diri.
 Anjurkan klien
untuk dapat
melakukan
pemenuhan
kebutuhan
perawatan diri
secara mandiri
jika
memungkinkan
.
 Berikan terapi
pengobatan.

[24]
3.5. Evaluasi
1. Semua sumber pencetus stress dan persepsi klien dapat digali.
2. Masalah klien mengenai konsep diri, rasa marah dan hubungan interpersonal
dapat digali.
3. Perubahan pola tingkah laku dan respon klien tersebut tampak.
4. Riwayat individu klien dan keluarganya sebelum fase depresi dapat dievaluasi
sepenuhnya.
5. Tindakan untuk mencegah kemungkinan terjadinya bunuh diri telah dilakukan.
6. Tindakan keperawatan telah mencakup semua aspek dunia klien.
7. Reaksi perubahan klien dapat diidentifikasi dan dilalui dengan baik oleh klien.

[25]
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dari penjelasan di ataas dapat disimpulkan bahwa Alam perasaan adalah keadaan
emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh keperibadiaan dan fungsi
kehidupan seseorang.

Gangguan alam perasaan ditandai oleh syndrom depresif sebagian atau penuh, selain
itu juga ditandai oleh kehilangan minat atau kesenangan dalam aktifitas sehari-hari dan
rekreasi yang di sebabkan oleh.

Karena adanya tekanan dan kelebihan fisik menyebabkan seseorang menjadi jengkel
tak dapat berfikir sehat atau kejam pada saat khusus jika cinta untuk diri sendiri lebih besar
dan pada cinta pada orang lain yang menghimpun kita, kita akan terluka, tidak senang dan
cepat kecewa, hal ini langkah per tama depresi jika luka itu direnungkan terus-menerus akan
menyebabkan kekesalan dan keputusasaan.

4.2. Saran
Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan segala tindakan dalam
menangani masalah keperawatan khususnya dalam menangani kasus gangguan alam
perasaan.Sehingga memberikan nilai positif yaitu sebagai perawat profesional yang
memberikan perawatan secara berkualitas

[26]
DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D. (2001). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta:


EGC

Purwaningsih, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta : Nuha Medika

Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Defli. (2009). Depresi. http://mklh12depresi.blogspot.com. Last update 09 Mei 2012


pukul 09.03

Fauja. (2012). Askep depresi. http://wwwfaujabamuloputra.blogspot.com. Last update


29 April 2012 pukul 16.12

Anonim. (2011). Konsep dasar klien dengan


depresi.http://thefuturisticlovers.wordpress.com. Last update 08 Mei 2012 pukul 20.22

[27]

Anda mungkin juga menyukai