Disusun Oleh :
dr. Ahmad Heri Setiawan
DPJP :
dr. Lisnur Saptowati Sp.OG
Pendamping :
dr. Namira
dr. Dyah Ayu Putri Rizki A, Sp. A, M.Kes
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Keluar darah dari jalan lahir
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien perempuan 29 tahun datang dengan keluhan utama perdarahan dari jalan lahir kurang
lebih 1. pasien hamil G2P1A0 dengan usia kehamilan 36 minggu. Perdarahan dirasakan
tanpa rasa nyeri. Darah berwarna merah segar sekitar 1 pembalut. Kurang lebih satu minggu
sebelum masuk rumah sakit pasien telah melakukan pemeriksaan rutin di dokter obsgin
dengan hasil USG Plasenta Previa totalis. Pasien telah diedukasi untuk datang ke IGD ketika
terjadi perdarahan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat persalinan sebelumnya SC atas indikasi ketupan pecah dini. Riwayat asma disangkal
penyakit jantung disangkal
Riwayat Pennyakit Keluarga :
Riwayat penyakit serupa disangkal, DM disangkal, hipertensi disangkal, penyakit jantung
disangkal, alergi disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK :
KU : Sedang CM
Kesadaran : Compos mentis (GCS : E4M6V5)
Vital signs :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 86 x/menit, regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 20 x/menit
Suhu : 36,2 °C per aksilla
SpO2 : 99%
Wajah : sianosis (-)
Mata : konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), Exophtalmus (-)
Hidung : napas cuping hidung (-)
Mulut : bibir tampak sianosis (-)
Leher : limfonodi tidak teraba, jvp tak meningkat
Thoraks :
Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi otot pernafasan (-)
Palpasi : P/ taktil fremitus kanan = kiri
C/ ictus cordis di SIC V 2 jari medial LMCS
Perkusi : P/ sonor di seluruh lapang paru
C/ batas jantung-paru dalam batas normal
Auskultasi : P/ vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
C/ S1-2 reguler, murmur +, gallop -
Abdomen
Inspeksi : cembung gravid, jejas (-), pelebaran pembuluh darah (-), massa (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel
Ekstremitas
Edema - - akral dingin - -
- - - -
Sianosis - -
- -
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Hasil Laboratorium :
Hemoglobin : 9,5 g/dl (L)
Leukosit : 8.100/ul (N)
Hematokrit : 30,4 % (L)
Eritrosit : 4,05x106/ul (L)
Trombosit : 241.000/ul (N)
MCV 76,1 (L)
MCH 23,9 (L)
MCHC 33,1 (N)
Hitung jenis
Neutrofil : 54,2
Limfosit : 36,6
Mix : 9,2
GDS : 91
CT : 4,00
BT : 2,00
DIAGNOSIS
Plasenta Previa Totalis
PPI G2P1A0 36 minggu
TERAPI
IGD :
NK O2 2lpm
IVFD RL 20 tpm
Inj. Dexametason 2x2amp
Po. Amoxicilin 3x1
Po. Nifedipin 2x1
FOLLOW UP
14 Februari 2018
O : CA +/+
P : NK O2 2lpm
IVFD RL 20 tpm
Rencana SC
O : CA +/+
P : dilakukan operasi SC
Bayi lahir pukul 21.46 dengan jenis kelamin laki-laki BB: 2220, PB: 43, LD: 29, LK: 32
PAGAR SCORE 8/9. Plasenta lahir pukul 21.52 lengkap.
Clanexi 3x1gr
Torasix 3x1gr
O : KU baik,CM
TD 120/80
Ca +/+
Luka operasi tertutup balit, rembes (-), kontraksi bagus, ppv + 20cc
HB 8,4
Clanexi 3x1gr
Torasix 3x1gr
16 Februari 2018
O : KU baik,CM
TD 120/80
Ca -/-
Luka operasi tertutup balit, rembes (-), kontraksi bagus, ppv + 15cc
Lactamor 3x1
Neurosanbe 3x1
Mobilisasi
17 Februari 2018
TD 120/80
Ca -/-
Luka operasi tertutup balit, rembes (-), kontraksi bagus, ppv + 15cc
Lactamor 3x1
Neurosanbe 3x1
Boleh pulang
TINJAUAN PUSTAKA
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan diatas 28 minggu atau lebih.
Karena perdarahan antepartum terjadi pada umur kehamilan diatas 28 minggu maka sering disebut atau
digolongkan perdarahan pada trimester ketiga.
Perdarahan antepartum digolongkan sebagai berikut yaitu perdarahan yang ada hubungannya dengan
kehamilan yaitu plasenta previa, solusi plasenta, perdarahan pada plasenta letak rendah, pecahnya sinus
marginalis dan vasa previa. Perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan yaitu pecahnya
varices vagina, perdarahan polip serviks, perdarahan perlukan seviks, perdarahan karena keganasan
serviks.
Frekuensi perdarahan antepartum sekitar 3% sampai 4% dari semua persalinan. Kejadian plasenta previa
bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh kelahiran. Dari seluruh kasus perdarahan antepartum plasenta
previa merupakan penyebab terbanyak. Oleh karena itu, pada kejadian perdarahan antepartum,
kemungkinan plasenta previa harus dipikirkan terlebih dahulu.
Perdarahan obstetrik yang terjadi pada kehamilan trisemester ketiga dan yang terjadi setelah anak atau
plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan yang berat, dan jika tidak mendapat penanganan yang
cepat bisa mendatangkan syok yang fatal. Salah satu sebabnya adalah plasenta previa. Oleh karena itu
perlulah keadaan ini diantisipasi seawal-awalnya sebelum perdarahan belum sampai ke tahap yang
membahayakan ibu dan janin. Pada umumnya penyakit ini berlangsung perlahan diawali gejala dini
berupa perdarahan berulang yang mulanya tidak banyak tanpa disertai rasa nyeri dan terjadi pada waktu
yang tidak tertentu, tanpa trauma. Sering disertai dengan kelainan letak janin atau pada kehamilan lanjut
bagian bawah janin tidak masuk ke dalam panggul, tetapi masih mengambang diatas pintu atas panggul.
Wanita yang menderita plasenta previa harus dibawa ke rumah sakit terdekat tanpa melakukan
pemeriksaan dalam karena tindakan tersebut dapat memprovokasi perdarahan berlangsung cepat dan
deras.
Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga menutupi seluruh
atau sebahagian dari ostium uteri internum. Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan
meluasnya segmen bawah bawah rahim kearah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi
pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta
tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu
bisa mengubah luas permukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada
derajat atau klasifikasi plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam masa antenatal maupun
masa intranatal, baik dengan ultrasonografi maupun pemeriksaan digital. Oleh karena itu pemeriksaan
ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam asuhan antenatal maupun intranatal.
Etiologi
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belumlah diketahui dengan pasti. Mungkin
secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua di daerah segmen bawah rahim.
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan endometrium yang kurang baik, misalnya
karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada :
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk
mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutupi ostoum uteri
internum.
Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih
baik, yaitu di tempat yang lebih rendah dekat ostium uteri internum. Plasenta previa juga dapat terjadi
pada plasenta yang besar dan yang luas seperti pada eritroblastosis, diabetes mellitus, atau kehamilan
multiple.
Insiden
Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh kelahiran. Dari seluruh kasus perdarahan
antepartum, Plasenta previa merupakan penyebab terbanyak. Plasenta previa lebih banyak pada
kehamilan dengan paritas tinggi dari pada usia diatas 30 tahun. Juga lebih sering pada kehamilan ganda
daripada kehamilan tunggal.
Klasifikasi
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum. Pada
jenis ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan secara normal, karena risiko perdarahan sangat hebat.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum. Pada jenis
inipun risiko perdarahan sangat besar, dan biasanya janin tetap tidak dilahirkan secara normal.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri internum.
Hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir. Janin bisa dilahirkan secara normal, tetapi risiko
perdarahan tetap besar.
4. Plasenta letak rendah, plasenta lateralis, atau kadang disebut juga dangerous placenta adalah plasenta
yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2
cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal. Risiko
perdarahan tetap ada namun tidak besar, dan janin bisa dilahirkan secara normal asal tetap berhati-hati.
Faktor Risiko
1. Umur penderita
2. Paritas
Pada paritas yang tinggi kejadian plasenta previa makin besar karena endometrium belum sempat tumbuh.
Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga dan mungkin juga lebih awal oleh
karena mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana
diketahui tampak plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh
menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta
yang berimplantasi di situ sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua pada
tapak plasenta. Demikian pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada
bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi akan terjadi perdarahan yang berasal dari
sirkulasi maternal yaitu dari ruang intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen
bawah rahim itu perdarahan pada plasenta previa betapa pun pasti kan terjadi (unavoidable bleeding).
Perdarahan di tempat itu relative dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan
serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang dimilikinya minimal, dengan
akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti
karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta dimana
perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh karena pembentukan segmen bawah
rahim itu akan berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan mengulang kejadian
perdarahan. Demikian perdarahan akan berulang tanpa sesuatu sebab lain (causeless). Darah yang keluar
berwarna merah segar tanpa rasa nyeri (pain-less).
Pada plasenta yang menutupi seluruh uteri internum perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan
karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu ostium uteri internum.
Sebaliknya pada plasenta previa parsialis atau letak rendah perdarahan baru akan terjadi pada waktu
mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada
perdarahan berikutnya. Perdarahan yang pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30 minggu,
tetapi lebih separuh kejadiannya pada kehamilan 34 minggu ke atas. Berhubung tempat perdarahan
terletak pada dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir keluar rahim
dan tidak membentuk hematom retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan melepaskan
tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian sangat jarang terjadi koagulopati pada
plasenta previa.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang tipis mudah diinvasi oleh
pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering
terjadi plasenta akreta dan inkreta bahkan plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa sampai
menembus buli-buli dan ke rectum bersama plasenta previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih sering
terjadi pada uterus yang sebelumnya pernah bedah sesar. Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh
mudah robek oleh sebab kurangnya elemen otot yang terdapat disana. Kedua kondisi ini berpotensi
meningkatkan kejadian perdarahan pasca persalinan pada plasenta previa, misalnya dalam kala tiga
karena plasenta sukar melepas dengan sempurna (retensio plasenta) atau setelah uri lepas karena segmen
bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik.
Gejala Klinis
Biasanya perdarahan karena plasenta previa baru timbul setelah bulan ketujuh. Hal ini disebabkan oleh:
Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari abortus.
Perdarahan pada plasenta previa disebabkan pergerakan antara plasenta dan dinding rahim.
2. Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim sehingga bagian
terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul.
3. Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada plasenta previa lebih sering disertai
kelainan letak jika perdarahan disebabkan oleh plasenta previa lateral dan marginal serta robekannya
marginal, sedangkan plasenta letak rendah, robekannya beberapa sentimeter dari tepi plasenta.
Diagnosis
Diagnosis plasenta previa ditegakkan berdasarkan pada gejala klinik, pemeriksaan khusus, dan
pemeriksaan penunjang.
b. Sifat perdarahan
- Dapat berulang
- Tampak anemis
- Karena plasenta di segmen bawah rahim, maka dapat dijumpai kelainan letak janin
dalam rahim dan bagian terendah masih tinggi.
c. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan diatas meja operasi dan siap untuk segera mengambil
tindakan. Tujuan pemeriksan dalam untuk:
5. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan ultrasonografi
- Menegakkan diagnosis
Diagnosis plasenta previa (dengan perdarahan sedikit) yang diterapi ekspektatif ditegakkan dengan
pemeriksaan USG. Dengan pemeriksaan USG transabdominal ketepatan diagnosisnya mencapai 95-98%.
Dengan USG transvaginal atau transperineal (translabial), ketepatannya akan lebih tinggi lagi. Magnetic
Resonance Imaging (MRI) juga dapat dipergunakan untuk mendeteksi kelainan pada plasenta termasuk
plasenta previa.
Dengan bantuan USG, diagnosis plasenta previa/plasenta letak rendah sering kali sudah dapat ditegakkan
sejak dini sebelum kehamilan trisemester ketiga. Namun dalam perkembangannya dapat terjadi migrasi
plasenta. Sebenarnya bukan plasenta yang berpindah tetapi dengan semakin berkembangnya segmen
bawah rahim, plasenta (yang berimplantasi di situ) akan ikut naik menjauhi ostium uteri internum.
Komplikasi
Kemungkinan infeksi nifas besar karena luka plasenta lebih dekat pada ostium dan merupakan porte
d’entrée yang mudah tercapai. Lagi pula, pasien biasanya anemis karena perdarahan sehingga daya
tahannya lemah.
1. Anemia dan syok hipovolemik karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka
pelepasan plasenta dari tempat melekatnya diuterus dapat berulang dan semakin banyak dan perdarahan
yang terjadi itu tidak dapat dicegah.
2. Karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat segmen ini yang tipis
mudahlah jaringan trofoblas dengan kemampuan invasinya menorobos ke dalam miometrium bahkan
sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian plasenta inkreta bahkan plasenta perkreta. Paling
ringan adalah plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat tetapi vilinya masih belum masuk ke dalam
miometrium. Walaupun tidak seluruh permukaan maternal plasenta mengalami akreta atau inkreta akan
tetapi dengan demikian terjadi retensio plasenta dan pada bagian plasenta yang sudah terlepas timbullah
perdarahan dalam kala tiga.
Komplikasi ini lebih sering terjadi pada uterus yang yang pernah seksio sesaria. Dilaporkan plasenta
akreta terjadi sampai 10%-35% pada pasien yang pernah seksio sesaria satu kali dan naik menjadi 60%-
65% bila telah seksio sesaria tiga kali.
3. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat potensial untuk robek
disertai dengan perdarahan yang banyak. Oleh karena itu harus sangat berhati-hati pada semua tindakan
manual ditempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen bawah rahim
ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta. Apabila oleh salah satu
sebab terjadi perdarahan banyak yang tidak terkendali dengan cara-cara yang lebih sederhana seperti
penjahitan segmen bawah rahim, ligasi a.uterina, ligasi a.ovarika, pemasangan tampon atau ligasi
a.hipogastrika maka pada keadaan yang sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah melakukan
histerektomi total. Morbiditas dari semua tindakan ini tentu merupakan komplikasi tidak langsung dari
plasenta previa.
4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini memaksa lebih sering diambil
tindakan operasi dengan segala konsekuensinya.
5. Kehamila premature dan gawat janin sering tidak terhindarkan karena tindakan terminasi kehamilan
yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum aterm. Pada kehamilan < 37 minggu dapat dilakukan
amniosintesis untuk mengetahui kematangan paru-paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk
mempercepat pematangan paru janin sebagai upaya antisipasi.
6. Solusio plasenta
9. Infeksi sepsis
Penatalaksanaan
Setiap perempuan hamil yang mengalami perdarahan pada trisemester kedua atau trisemester ketiga
harus dirawat di dalam rumah sakit. Pasien diminta istirahat baring dan dilakukan pemeriksaan darah
lengkap termasuk golongan darah dan factor Rh. Jika rhesus negative RhoGam perlu diberikan pada
pasien yang belum pernah mengalami sensitisasi. Jika kemudian ternyata perdarahan tidak banyak dan
berhenti serta janin dalam keadaan sehat dan janin masih premature, dibolehkan pulang dan dilanjutkan
dengan rawat rumah atau rawat jalan dengan syarat telah mendapat konsultasi yang cukup dengan pihak
keluarga agar dengan segera kembali kerumah sakit bila terjadi perdarahan ulang, walaupun kelihatannya
tidak mencemaskan. Dalam keadaan yang stabil tidak keberatan pasien untuk di rawat di rumah atau
rawat jalan. Pada kehamilan antara 24-34 minggu diberikan steroid dalam perawatan antenatal untuk
pematangan paru janin. Dengan rawat jalan pasien lebih bebas dan kurang stress serta biaya dapat
ditekan. Rawat inap kembali diberlakukan bila keadaan menjadi lebih serius.
Semua pasien dengan perdarahan per vagina pada kehamilan trimester ketiga, dirawat di rumah sakit
tanpa periksa dalam. Jika ada gejala hipovolemia seperti hipotensi dan takikardi pasien tersebut mungkin
telah mengalami perdarahan yang cukup berat, lebih berat dari pada penampakannya secara klinis. Bila
pasien dalam keadaan syok karena pendarahan yang banyak, harus segera diperbaiki keadaan umumnya
dengan pemberian infus atau tranfusi darah.
1. Terminasi
Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa maut, misalnya: kehamilan cukup
bulan, perdarahan banyak, parturien, dan janin mati (tidak selalu).
a. Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta, yang dengan demikian
menutup pembuluh-pembuluh darah yang terbuka (tamponade pada plasenta).
b. Dengan seksio sesarea, dimaksudkan untuk mengosongkan rahim hingga rahim dapat berkontraksi dan
menghentikan perdarahan. Seksio sesarea juga mencegah terjadinya robekan serviks yang agak sering
terjadi pada persalinan pervaginam.
2. Ekspektatif
Dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia luar baginya kecil sekali.
Sikap ekspektatif hanya dapat dibenarkan jika keadaan ibu baik dan perdarahan sudah berhenti atau
sedikit sekali.Penderita plasenta previa juga harus diberikan terapi antibiotic mengingat kemungkinan
terjadinya infeksi yang besar disebabkan oleh perdarahan dan tindakan-tindakan intrauterine. Jenis
persalinan yang kita pilih pada pengobatan plasenta previa dan kapan melaksanakan tergantung pada:
c. Besarnya pembukaan
e. Paritas
Perdarahan yang banyak, pembukaan yang kecil, nullipara dan tingkat plasenta previa yang berat
mendorong kita melakukan seksio sesaria. Sebaliknya perdarahan yang sedang/sedikit, pembukaan yang
sudah besar, multiparitas dan tingkat plasenta previa yang ringan dan anak yang mati cenderung untuk
dilahirkan pervaginam.
Pada perdarahan yang sedikit dan anak masih belum matur dipertimbangkan terapi ekspektatif, dengan
syarat keadaan ibu dan anak baik, Hb normal dan perdarahan tidak banyak. Pada terapi ekspektatif pasien
di rawat di rumah sakit sampai berat anak ± 2500 gram atau kehamilan sudah sampai 37 minggu. Selama
terapi ekspektatif diusahakan untuk menentukan lokalisasi plasenta dengan pemeriksaan USG dan
memperbaiki keadaan umum ibu. Jika kehamilan telah 37 minggu, kehamilan dapat diakhiri dengan cara
vaginal atau seksio sesaria. Dengan cara vaginal dimaksudkan untuk mengadakan tekanan pada plasenta,
yang dengan demikian menutup pembuluh-pembuluh darah yang terbuka (tamponade pada plasenta).
Dengan seksio sesaria dimaksudkan untuk mengosongkan rahim hingga rahim dapat berkontraksi dan
menghentikan perdarahan. Seksio sesaria juga mencegah terjadinya robekan serviks yang agak sering
pada persalinan pervaginam.
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesaria adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin
meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilaksanakan. Adapun tujuan dari
seksio sesaria adalah:
Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan.
Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin dilahirkan pervaginam.
Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga serviks uteri dan segmen
bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek, selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi
sumber perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri.
Lakukan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi dan keseimbangan
cairan masuk-keluar.
Pertolongan persalinan seksio sesarea merupakan bentuk pertolongan yang paling banyak dilakukan.
Bentuk operasi lainnya seperti:
- Menjempit kulit kepala bayi pada placenta previayang ketubannya telah dipecahkan.
- Bertujuan untuk mengadakan tamponade plasenta dengan bokong dan untuk menghentikan perdarahan
dalam rangka menyelamatkan ibu.
Kantong karet dipasang untuk menghentikan perdarahan dan mempercepat pembukaan sehingga
persalinan dapat segera berlangsung.
Dengan kemajuan dalam operasi kebidanan, narkosa, pemberian transfusi, dan cairan maka tatalaksana
pertolongan perdarahan plasenta previa hanya dalam bentuk:
- Memecahkan ketuban
- Untuk bidan segera melakukan rujukan sehingga mendapat pertolongan yang cepat dan tepat.
- Setelah pemecahan ketuban, uterus mengadakan retraksi hingga kepala anak menekan pada plasenta.
- Plasenta tidak tertahan lagioleh ketuban dan dapat mengikuti gerakan dinding rahim hingga tidak terjadi
pergeseran antara plasenta dan dinding rahim.
Prognosis
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika dibandingkan dengan masa lalu.
Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak invasive dengan USG di samping ketersedian transfusi
darah dan infus cairan telah ada di hamper semua rumah sakit kabupaten. Rawat inap yang lebih radikal
ikut berperan terutama bagi kasus yang pernah melahirkan dengan seksio sesaria atau bertempat tinggal
jauh dari fasilitas yang diperlukan. Penurunan jumlah ibu hamil dengan dengan paritas tinggi dan usia
tinggi berkat sosialissasi program keluarga berencana menambah penurunan insiden plasenta previa.
Dengan demikian banyak komplikasi maternal dapat dihindarkan. Namun nasib janin masih belum
terlepas dari komplikasi kelahiran premature baik yang lahir spontan maupun karena intervensi seksio
sesaria. Karena kelahiran premature belum sepenuhnya bisa dihindari sekalipun tindakan konservatif
dilakukan.Karena dahulu penanganan relatif bersifat konservatif maka mortalitas dan morbiditas ibu dan
bayi tinggi. Sekarang penanganan bersifat operasi dini, maka angka kematian dan kesakitan ibu dan
perinatal jauh menurun.i
DAFTAR PUSTAKA
Sastrawinata S. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi II. Jakarta. EGC; 2005. hal. 83-91
Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009. hal.
495-502
Rustam Mochtar, Dr, Prof, Sinopsis Obstetri, Edisi Ke-2, Jilid I, Jakarta 1998 : 269-279.
Winkjosastro, Hanifa, dkk, Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Cetakan Keempat, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1997 : 362-76 ; 606-22.