Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

KONSEP KURIKULUM

A. Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan


Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik
dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan
Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah,
ataupun masyarakat.
B. Konsep Kurikulum
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan
praktek pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan
yang dianutnya. Kurikulum sebagai suatu sistem menyangkut penentuan segala
kebijakan tentang kurikulum, susunan personalia dan prosedur pengembangan
kurikulum, penerapan, evaluasi, dan penyempurnaannya.
C. Kurikulum dan Teori-Teori Pendidikan
Kurikulum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan teori
pendidikan. Ada empat teori pendidikan yang mendasari pelaksanaan pendidikan,
yaitu:
1. Pendidikan klasik
Pendidikan klasik dapat dipandang sebagai konsep pendidikan tertua.
Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan daripada proses
atau bagaimana mengajarkannya. Ada dua model konsep pendidikan klasik,
perenialisme dan esensialisme.
2. Pendidikan pribadi
Pendidikan pribadi lebih mengutamakan peranan siswa. Konsep
pendidikan ini bertolak dari anggapan dasar bahwa, sejak dilahirkan, anak telah
memiliki potensi-potensi, baik potensi untuk berpikir, berbuat, memecahkan
masalah, maupun untuk belajar dan berkembang sendiri. Teori ini juga memiliki
dua aliran, yaitu pendidikan progresif dan pendidikan romantik.
3. Teknologi pendidikan
Teknologi pendidikan mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik
tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Keduanya juga

1
mempunyai perbedaan, sebab yang diutamakan dalam teknologi pendidikan
adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi bukan pengawetan dan
pemeliharaan budaya lama.
4. Pendidikan interaksional
Konsep pendidikan ini bertolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk
sosial. Kurikulum pendidikan interaksional menekankan baik pada isi maupun
proses pendidikan sekaligus.
BAB 2
TEORI KURIKULUM

A. Apakah Teori Itu?


Menurut kesepakatan yang telah diterima secara umum, bahwa teori
merupakan suatu set atau sistem pernyataan yang menjelaskan serangkaian hal.
1. Apakah fungsi teori?
Minimal ada tiga fungsi teori yang sudah disepakati para ilmuwan, yaitu:
(1) mendeskripsikan, (2) menjelaskan, dan (3) memprediksi. Dalam usaha
mendeskripsikan, menjelaskan, dan membuat prediksi, para ahli terus mencari dan
menemukan hukum-hukum baru dan hubungan-hubungan baru di antara hukum-
hukum tersebut.
B. Teori Pendidikan
Sebagai ilmu terapan, perkembangan teori pendidikan berasal dari
pemikiran- pemikiran filosofis- teoretis, penelitian empiris dalam praktek
pendidikan. Dengan latar belakang seperti itu, beberapa ahli menyatakan bahwa
ilmu pendidikan merupakan ilmu yang “belum jelas”. Teori-teori pendidikannya
yang ada lebih menggambarkan pandangan filosofis, seperti teori pendidikan
Langeveld, Kohnstam, dan sebagainya, atau lebih menekankan pada pengajaran
seperti teori Gagne, Skinner, dan sebagainya.
C. Teori Kurikulum
Telah diuraikan sebelumnya bahwa teori merupakan suatu perangkat
pernyataan yang bertalian satu sama lain, yang disusun sedemikian rupa sehingga
memberikan makna yang fungsional terhadap serangkaian kejadian. Perangkat
pernyataan tersebut dirumuskan dalam bentuk definisi deskriptif atau fungsional,

2
suatu konstruksi fungsional, asumsi-asumsi hipotesis, generalisasi, hukum, atau
teorem-teorem.
1. Konsep kurikulum
Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori
kurikulum adalah konsep kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum,
kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi. Konsep
pertama, kurikulum sebagai suatu substansi, Konsep kedua, adalah kurikulum
sebagai suatu sistem, Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu
bidang studi kurikulum.
2. Perkembangan teori kurikulum
Perkembangan teori kurikulum tidak dapat dilepaskan dari sejarah
perkembangannya. Perkembangan kurikulum telah dimulai pada tahun 1890
dengan tulisan Charles dan McMurry, tetapi secara definitif berawal pada hasil
karya Franklin Babbit tahun 1918. Bobbit sering dipandang sebagai ahli
kurikulum yang pertama, ia perintis pengembangan praktek kurikulum.
a. Sumber Pengembangan Kurikulum
Dari kajian sejarah kurikulum, kita mengetahui beberapa hal yang
menjadi sumber atau landasan inti penyusunan kurikulum. Pengembangan
kurikulum pertama bertolak dari kehidupan dan pekerjaan orang dewasa.
Karena sekolah mempersiapkan anak bagi kehidupan orang dewasa,
kurikulum terutama isi kurikulum diambil dari kehidupan orang dewasa.
b. Desain dan Rekayasa Kurikulum
Telah diutarakan sebelumnya bahwa ada dua sub teori dari teori
kurikulum, yaitu desain kurikulum dan rekayasa kurikulum. Desain
kurikulum merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta proses
belajar yang akan diikuti siswa pada berbagai tahap perkembangan
pendidikan.
BAB 3
LANDASAN FILOSOFIS DAN PSIKOLOGIS PENGEMBANGAN
KURIKULUM
A. Landasan Filosofis

3
Pendidikan berintikan interaksi antarmanusia, terutama antara pendidik
dan terdidik untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara harfiah filosofis (filsafat)
berarti “cinta akan kebijakan”. Ada tiga cabang besar filsafat, yaitu metafisika
yang membahas segala yang ada dalam alam ini, epistemologi yang membahas
kebenaran dan aksiologi yang membahas nilai.
1. Dasar-dasar filsafat Dewey
Ciri utama filsafat Dewey adalah konsepsinya tentang dunia yang selalu
berubah, mengalir. Prinsip ini membawa konsekuensi yang cukup jauh, bagi
Dewey tidak ada yang menetap dan abadi semuanya berubah. Ciri lain filsafat
Dewey adalah anti dualistik. Pandangannya tentang dunia adalah monistik dan
tidak lebih dari sebuah hipotesis.
2. Teori pendidikan Dewey
Apakah pendidikan menurut John Dewey? Pendidikan berarti
perkembangan, perkembangan sejak lahir hingga menjelang kematian. Jadi,
pendidikan itu juga berarti sebagai kehidupan. Bagi Dewey, proses pendidikan itu
tidak mempunyai tujuan di luar dirinya, tetapi terdapat dalam pendidikan itu
sendiri.
B. Landasan Psikologis
Kondisi psikologis merupakan karakteristik psiko fisik seseorang sebagai
individu, yang di nyatakan dalam berbagai bentuk perilaku dalam interaksi
dengan lingkungannya. Perilaku-perilaku tersebut merupakan manifestasi dari
ciri-ciri kehidupannya, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, perilaku
kognitif, afektif, dan psikomotor.
1. Psikologi perkembangan
a. Metode dalam psikologi perkembangan
Pengetahuan tentang perkembangan individu diperoleh melalui
studi yang bersifat longitudinal, cross sectional, psikoanalitik, sosiologik,
atau studi kasus. Studi longitudinal pernah dilakukan oleh Williard C.
Olson. Metode cross sectional pernah dilakukan oleh Arnold Gessel.
Metode sosiologik digunakan oleh Robert Havighurst.
b. Teori perkembangan

4
Dikenal ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan
individu, yaitu pendekatan pentahapan, pendekatan diferensial, dan
pendekatan ipsatif.
2. Psikologi belajar
Psikologi belajar merupakan suatu studi tentang bagaimana individu
belajar. Banyak sekali definisi tentang belajar. Secara sederhana, belajar dapat
diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman.
Menurut Morris L. Bigge dan Maurice P. Hunt, ada tiga rumpun teori belajar,
yaitu:
Pertama, rumpun teori disiplin mental dari kelahirannya atau dari
herediter, (1) Teori disiplin mental theistik. (2) Teori disiplin mental humanistis
(3) Teori naturalisme. (4) Teori Apersepsi, disebut juga Herbartisme.
Kedua, rumpun teori belajar Behaviorisme. Kelompok ini mencakup tiga
teori yaitu: (1) Teori S-R Bond (2) Teori conditioning, (3) Teori reinforcement.
Ketiga, rumpun Cognitive Gestalt Field. Teori belajar pertama dari
rumpun ini adalah teori insight.
BAB 4
LANDASAN SOSIAL-BUDAYA, PERKEMBANGAN ILMU DAN
TEKNOLOGI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

A. Pendidikan dan Masyarakat


Ada tiga sifat penting pendidikan. Pertama, pendidikan mengandung nilai
dan memberikan pertimbangan nilai. Kedua, pendidikan diarahkan pada
kehidupan dalam masyarakat. Ketiga, Sistem sosial budaya mengatur pola
kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat, antara anggota dan
lembaga, serta antara lembaga dan lembaga.
B. Perkembangan Masyarakat
Karena adanya pengaruh dari perkembangan teknologi, terutama teknologi
industri transportasi, komunikasi, telekomunikasi dan elektronika, masyarakat kita
dewasa ini berkembang sangat cepat menuju masyarakat terbuka, masyarakat
informasi dan global.
1. Perubahan pola pekerjaan

5
Karena pengaruh perkembangan teknologi maka terjadi perubahan yang
cukup drastis dalam pola pekerjaan. Masyarakat secara berangsur-angsur,
terutama di perkotaan sering terjadi loncatan, berubah dari kehidupan yang
berpola agraris ke pola kehidupan industri.
2. Perubahan peranan wanita
Dewasa ini jumlah wanita yang berpendidikan relatif seimbang dengan
dengan pria, sebagai akibat emansipasi yang membuka kesempatan kepada kaum
wanita untuk memperoleh pendidikan. Diperkuat dengan perubahan pandangan
tentang kedudukan wanita, wanita tidak lagi hanya bekerja di rumah, mengurus
anak dan keluarga seperti pada pola kehidupan lama.
3. Perubahan kehidupan keluarga
Perkembangan kehidupan keluarga sejalan dengan perkembangan
masyarakat. Pola kerja masyarakat modern (industri) menuntut waktu kerja yang
tidak teratur, melebihi waktu biasa. Dalam masyarakat modern, orang tidak lagi
bekerja dari pukul 7.00 sampai pukul 14.00. Walaupun ketentuan sampai pukul
16.00, kenyataannya jam kerja kadang-kadang sampai pukul 22.00 bahkan lebih.
C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Masa setelah abad pertengahan sering disebut zaman modern.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini banyak didasari oleh penemuan
dan hasil pemikiran para filsuf purba, seperti Thales, Phythagoras, Plato,
Aristoteles, yang hidup sebelum Masehi, sampai kepada A1-Khawarizmi yang
hidup pada abad ke-9. Selama beberapa abad, sampai dengan abad ke-13,
pengembangan ilmu pengetahuan didominasi oleh ilmuwan muslim.
D. Perkembangan Teknologi
Sebenarnya sejak dahulu, teknologi sudah ada atau manusia sudah
menggunakan teknologi. Kalau manusia zaman dulu memecahkan kemiri dengan
batu atau memetik buah dengan galah, sesungguhnya mereka sudah menggunakan
teknologi yaitu teknologi sederhana.
1. Transformasi teknologi
Transformasi teknologi merupakan suatu proses pengalihan,
penerapan,dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara teratur (B.J.
Habibie,1983).

6
2. Perkembangan teknologi di Indonesia
Perkembangan teknologi tinggi yang cukup pesat terjadi pada masa
pembangunan, sejak dilaksanakannya Pelita I. Perkembangan teknologi ini
diawali dengan diluncurkannya Sistem Komunikasi Satelit Domestik Palapa Al,
yang sekarang sudah mencapai generasi C2.
E. Pengaruh Perkembangan Ilmu dan Teknologi
Pengaruh perkembangan ilmu dan teknologi cukup luas, meliputi semua
aspek kehidupan, politik, ekonomi, sosial, budaya, keagamaan, etika, dan estetika,
bahkan keamanan dan ilmu pengetahuan itu sendiri. Ada beberapa bidang ilmu
dan teknologi yang mempunyai pengaruh yang baik secara langsung maupun
tidak langsung, terhadap kehidupan masyarakat. Bidang-bidang tersebut adalah
komunikasi, transportasi, mekanisasi industri dan pertanian, serta persenjataan.

BAB 5
MACAM-MACAM MODEL KONSEP KURIKULUM
A. Kurikulum Subjek Akademis
Model konsep kurikulum ini adalah model yang tertua, sejak sekolah yang
pertama berdiri, kurikulumnya mirip dengan tipe ini. Sampai sekarang, walaupun
telah berkembang tipe-tipe lain, umumnya sekolah tidak dapat melepaskan tipe
ini. Mengapa demikian? Kurikulum ini sangat praktis, mudah disusun, mudah
digabungkan dengan tipe lainnya.
1. Ciri-ciri kurikulum subjek akademis
Kurikulum subjek akademis mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan
tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Ada beberapa pola organisasi isi
(materi pelajaran) kurikulum subjek akademis. Pola-pola organisasi yang
terpenting di antaranya: Pertama, Correlated curriculum. Kedua, Unified atau
Concentrated curriculum. Ketiga, Integrated curriculum. Keempat, Problem
Solving curriculum.
2. Pemilihan disiplin ilmu
Apabila hanya mempelajari sedikit disiplin ilmu maka penguasaan para
siswa akan sangat terbatas, sukar menerapkannya dalam kehidupan masyarakat
secara luas. apabila disiplin ilmunya cukup banyak, maka tahap penguasaannya

7
akan mendangkal. Anak-anak akan tahu banyak tetapi pengetahuannya hanya
sedikit-sedikit (tidak mendalam).
3. Penyesuaian mata pelajaran dengan perkembangan anak
Para pengembang kurikulum subjek akademis, lebih mengutamakan
penyusunan bahan secara logis dan sistematis daripada menyelaraskan urutan
bahan dengan kemampuan berpikir anak. Mereka umumnya kurang
memperhatikan bagaimana siswa belajar dan lebih mengutamakan susunan isi,
yaitu apa yang akan diajarkan.
B. Kurikulum Humanistik
1. Konsep dasar
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan
humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi yaitu
John Dewey dan J.J. Rousseau. Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada
siswa. Ada beberapa aliran yang termasuk dalam pendidikan humanistik yaitu
pendidikan: Konfluen, Kritikisme Radikal, dan Mistikisme modern.
2. Kurikulum konfluen
Kurikulum konfluen dikembangkan oleh para ahli pendidikan
konfluen,yang ingin menyatukan segi-segi afektif (sikap, perasaan, nilai) dengan
segi-segi kognitif (kemampuan intelektual). Pendidikan konfluen kurang
menekankan pengetahuan yang mengandung segi afektif).
3. Beberapa ciri kurikulum konfluen
Kurikulum konfluen mempunyai beberapa ciri utama yaitu: Pertama
Partisipasi, Kedua Integrasi, Ketiga Relevansi, Keempat Pribadi anak, Kelima
Tujuan.
4. Metode-metode belajar konfluen
Pengajaran konfluen juga telah tersusun dalam bentuk rencana-rencana
pelajaran, unit-unit pelajaran yang telah diuji cobakan. Kebanyakan bahan
tersebut diajarkan dengan teknik afektif.
5. Karakteristik kurikulum humanistis
Kurikulum humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan
dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Menurut para humanis,
kurikulum berfungsi menyediakan pengalaman berharga untuk membantu

8
memperlancar perkembangan pribadi murid. Bagi mereka tujuan pendidikan
adalah proses perkembangan pribadi yang dinamis yang diarahkan pada
pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadian, sikap yang sehat terhadap diri
sendiri, orang lain, dan belajar.
C. Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda dengan model-model kurikulum
lainnya. Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema- problema
yang dihadapinya dalam masyarakat.
1. Desain kurikulum rekonstruksi sosial
Ada beberapa ciri dari desain kurikulum ini. Pertama, Asumsi. Kedua,
Masalah-masalah sosial yang mendesak. Ketiga, Pola-pola organisasi.
2. Komponen-komponen kurikulum
Kurikulum rekonstruksi sosial memiliki komponen-komponen yang sama
dengan model kurikulum lain tetapi isi dan bentuk-bentuknya berbeda. Pertama,
Tujuan dan isi kurikulum. Kedua, Metode. Ketiga, Evaluasi.
3. Pelaksanaan pengajaran rekonstruksi sosial
Pengajaran rekonstruksi sosial banyak dilaksanakan di daerah-daerah yang
tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi. Pelaksanaan
pengajaran ini diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan mereka.
D. Teknologi dan Kurikulum
Sejak dahulu teknologi telah diterapkan dalam pendidikan, tetapi yang
digunakan adalah teknologi sederhana seperti penggunaan papan tulis dan kapur,
pena dan tinta, sabak dan grip, dan lain-lain.
1. Beberapa ciri kurikulum teknologis
Kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologi pendidikan,
memiliki beberapa ciri khusus, yaitu: 1) Tujuan. 2) Metode. 3) Organisasi Bahan
ajar. 4) Evaluasi.
2. Pengembangan kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum model lama, menurut para ahli teknologi
pendidikan, penyusunan kurikulum, penyusunan buku-buku serta perangkat
kurikulum lainnya lebih bersifat seni dan didasarkan atas kepentingan politik
daripada landasan-landasan ilmiah dan teknologis.

9
BAB 6
ANATOMI DAN DESAIN KURIKULUM
A. Komponen-Komponen Kurikulum
Kurikulum dapat diumpamakan sebagai suatu organisme manusia ataupun
binatang, yang memiliki susunan anatomi tertentu. Unsur atau komponen-
komponen dari anatomi tubuh kurikulum yang utama adalah: tujuan, isi atau
materi, proses atau sistem penyampaian dan media, serta evaluasi. Keempat
komponen tersebut berkaitan erat satu sama lain.
1. Tujuan
Tujuan kurikulum dirumuskan berdasarkan dua hal. Pertama,
perkembangan tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat. Kedua, didasari oleh
pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofis, terutama
falsafah negara.
2. Bahan ajar
Siswa belajar dalam bentuk interaksi dengan lingkungannya, lingkungan
orang-orang, alat-alat dan ide-ide. Tugas utama seorang guru adalah menciptakan
lingkungan tersebut, untuk mendorong siswa melakukan interaksi yang produktif
dan memberikan pengalaman belajar yang dibutuhkan.
a. Sekuens bahan ajar
Untuk mencapai tiap tujuan mengajar yang telah ditentukan
diperlukan bahan ajar. Bahan ajar tersusun atas topik-topik dan sub-sub
topik tertentu. Pertama, Sekuens kronologis. Kedua, Sekuens kausal.
Ketiga, Sekuens struktural. Keempat, Sekuens logis dan psikologis.
Kelima, Sekuens spiral, Keenam, Rangkaian ke belakang. Ketujuh,
Sekuens berdasarkan hierarki belajar.
3. Strategi mengajar
Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam mengajar. a).
Reception/Exposition Learning-Discovery Learning. b). Rote learning-Meaningful
Learning. c). Group Learning-Individual Learning.
4. Media mengajar

10
Media mengajar merupakan segala macam bentuk perangsang dan alat
yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar. 1) Interaksi insani. 2)
Realia. 3) Pictorial. 4) Simbol tertulis. 5) Rekaman suara.
5. Evaluasi pengajaran
Komponen utama selanjutnya setelah rumusan tujuan, bahan ajar, strategi
mengajar, dan media mengajar adalah evaluasi dan penyempurnaan. Evaluasi
ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta
menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan.
a. Evaluasi hasil belajar-mengajar
Hasil evaluasi formatif ini terutama digunakan untuk memperbaiki
proses belajar mengajar dan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan
belajar siswa.
b. Evaluasi pelaksanaan mengajar
Komponen yang dievaluasi dalam pengajaran bukan hanya hasil
belajar mengajar tetapi keseluruhan pelaksanaan pengajaran, yang meliputi
evaluasi komponen tujuan mengajar, bahan pengajaran, strategi dan media
pengajaran, serta komponen evaluasi mengajar sendiri.
c. Penyempurnaan pengajaran
Hasil-hasil evaluasi, baik evaluasi hasil belajar, maupun evaluasi
pelaksanaan mengajar secara keseluruhan, merupakan umpan balik bagi
penyempurnaan-penyempurnaan lebih lanjut.
B. Desain Kurikulum
Desain kurikulum menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau
komponen kurikulum. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua
dimensi, yaitu dimensi horizontal dan vertikal.
1. Subject centered design
Subject centred design curriculum merupakan bentuk desain yang paling
populer, paling tua dan paling banyak digunakan. Dalam subject centered design,
kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang akan diajarkan.
a. The Subject Design
The subject desing curriculum merupakan bentuk desain paling
murni dari subject centered design.

11
b. The Disciplines Design
Bentuk ini merupakan pengembangan dari subject design,
keduanya masih menekankan kepada isi atau materi kurikulum.
c. The Broad Fields Design
Baik subject design maupun disclipines design masih menunjukkan
adanya pemisahan antar mata pelajaran. Salah satu usaha menghilangkan
pemisahan tersebut adalah dengan mengembangkan The Broad filed
design.
2. Learner-centered design
Desain ini berbeda dengan subject Centered, yang bertolak dari cita-cita
untuk melestarikan dan mewasikan budaya, dan area itu mereka mengutamakan
peranan isi dari kurikulum.
a. The Activity atau Experience Design
Berikut beberapa ciri utama activity atau experience design.
Pertama, struktur kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta
didik. Kedua, struktur kurikulum disusun bersama oleh guru dengan para
siswa.
3. Problem centered design
Problem centered design berpangkal pada filsafat yang mengutamakan
peranan manusia (man centered). Minimal ada dua variasi model desain
kurikulum ini, yaitu:
a. The Areas of Living Design
Dalam prosedur belajar ini tujuan yang bersifat proses dan yang
bersifat isi diintegrasikan. Penguasaan informasi-informasi yang lebih
bersifat pasif tetap dirangsang.
b. The Core Design
The core design kurikulum timbul sebagai reaksi utama kepada
separate subjects design, yang sifatnya terpisah-pisah. Dalam
mengintegrasikan bahan ajar, mereka memilih mata-mata pelajaran/bahan
ajar tertentu sebagai inti.

BAB 7
PROSES PENGAJARANAN

12
A. Keseimbangan Antara Isi dan Proses
Baik dalam uraian tentang model-model konsep kurikulum, maupun dalam
macam-macam desain kurikulum, masalah isi dan proses pengajaran selalu
menjadi tema dan titik tolak. Hal itu disebabkan kedudukan kedua komponen
kurikulum tersebut sangat penting.
B. Isi Kurikulum
Isi kurikulum atau pengajaran bukan hanya terdiri atas sekumpulan
pengetahuan atau kumpulan informasi, tetapi harus merupakan kesatuan
pengetahuan terpilih dan dibutuhkan, baik bagi pengetahuan itu sendiri maupun
bagi siswa dan lingkungannya.
C. Proses Belajar
1. Belajar intuitif
Orang lebih mudah membahas atau melakukan pemikiran analitik yang
lebih bersifat konkret daripada berpikir intuitif yang lebih abstrak. Berpikir
analitik meliputi suatu rentetan langkah-langkah. Langkah-langkah tersebut
bersifat eksplisit dan biasanya dapat disampaikan kepada orang lain.
2. Belajar bermakna
a. Konsep-konsep dasar
Ada dua hal penting dalam konsep belajar bermakna, yaitu: struktur
kognitif dan materi pengetahuan baru.
b. Macam-Macam Belajar Bermakna
Pertama, Belajar represensional. Kedua, Belajar konsep. Ketiga,
Belajar proposisi. Keempat, Belajar diskaveri atau mencari. Kelima,
Belajar pemecahan masalah. Keenam, Belajar kreatif.
c. Hubungan macam-macam belajar dengan taksonomi Bloom
Karena pengetahuan atau knowledge Bloom lebih banyak
berhubungan dengan ingatan maka dapat dikelompokkan sebagai belajar
menghafal. Mulai dari pemahaman sampai dengan evaluasi dapat
dikategorikan sebagai belajar bermakna.
d. Mengingat dan lupa
Mengingat merupakan suatu proses memelihara penguasaan
sesuatu makna baru. Lupa merupakan kemunduran atau kehilangan

13
penguasaan suatu makna yang telah dikuasai. Ada tiga faktor yang
mempengaruhi penguasaan kembali konsep dari ingatan. Pertama,
Kekuatan hubungan antara konsep yang telah ada dengan konsep baru.
Kedua, Efektivitas usaha untuk menguasai kembali konsep yang
terlupakan, baik yang memperkuat penguasaan kembali, maupun yang
menghambat lupa. Ketiga, Macam penguasaan apakah pada tingkat recall
atau recognition.
e. Kelebihan belajar bermakna
Suatu bahan dipelajari secara bermakna atau dihafal bergantung
pada (1) sifat bahan apakah secara potensial bermakna atau tidak
bermakna, (2) kesiapan si pelajar sendiri untuk melakukan
belajar bermakna. Hasil belajar bermakna lebih lama dikuasai daripada
belajar menghafal.
f. Inhibisi proaktif dan retroaktif
Hambatan proaktif merupakan hambatan dalam mengingat sesuatu
karena adanya pengaruh dari bahan yang telah dipelajari lebih dahulu.
Hambatan retroaktif merupakan hambatan dalam mengingat yang lama
karena bahan baru.
D. Kesiapan Belajar
Ada tiga masalah penting berkenaan dengan penyesuaian bahan ajar
dengan perkembangan anak.
1. Perkembangan intelek
Hasil penelitian berkenaan dengan perkembangan intelek anak
menunjukkan, bahwa tiap tingkat perkembangan mempunyai karakteristik tertentu
tentang cara anak melihat lingkungannya dan cara memberi arti bagi dirinya
sendiri.
2. Kegiatan belajar
Belajar sesuatu bidang pelajaran, minimal meliputi tiga proses. Pertama,
proses mendapatkan atau memperoleh informasi baru. Kedua, transformasi.
Ketiga, proses evaluasi.
3. Spiral Kurikulum

14
Kurikulum bukan sesuatu yang statis tertutup, tetapi merupakan spiral
terbuka. Kurikulum memiliki struktur bahan ajar, yang disusun atau dibentuk di
sekitar prinsip-prinsip, masalah-masalah dan nilai-nilai dalam masyarakat.
Kurikulum selalu membutuhkan baik anak didik maupun masyarakat sekitarnya.
4. Minat dan Motif Belajar
Pembangkitan motif belajar pada anak, sukar dilaksanakan apabila proses
belajar lebih menekankan pada satuan-satuan kurikulum, sistem kenaikan kelas,
sistem ujian, serta mengutamakan kontinuitas dan pendalaman belajar.
Pembangkitan minat belajar pada anak, ada yang bersifat sementara
(jangka pendek), dan ada juga yang lebih bersifat menetap (jangka panjang).

BAB 8
PENGEMBANGAN KURIKULUM

A. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum


1. Prinsip-prinsip umum
Ada beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum. Pertama
prinsip relevansi. Kedua, prinsip fleksibilitas, Ketiga, prinsip kontinuitas yaitu
kesinambungan. Keempat, prinsip praktis, Kelima, prinsip efektivitas.
2. Prinsip-prinsip khusus
Ada beberapa prinsip khusus dalam pengembangan kurikulum. Pertama
prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan. Kedua prinsip berkenaan dengan
pemilihan isi pendidikan. Ketiga prinsip berkenaan dengan pemilihan proses
belajar mengajar. Keempat, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat
pengajaran. Kelima, prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.
B. Pengembang kurikulum
1. Peranan para administrator pendidikan
Peranan para administrator di tingkat pusat dalam pengembangan
kurikulum adalah menyusun dasar-dasar hukum, menyusun kerangka dasar serta
program inti kurikulum. Sementara peranan para administrator daerah dan
administrator lokal hanya mengembangkan kurikulum sekolah bagi daerahnya
sesuai dengan kebutuhan daerah.
2. Peranan para ahli

15
Pengembangan kurikulum juga membutuhkan partisipasi para ahli bidang
studi/bidang ilmu yang juga mempunyai wawasan tentang pendidikan serta
perkembangan tuntutan masyarakat sangat diperlukan. Mereka juga sangat
diharapkan partisipasinya dalam menyusun materi ajaran sekuens yang sesuai
dengan struktur keilmuan tetapi sangat memudahkan para siswa mempelajarinya.
3. Peranan guru
Peranan guru bukan hanya menilai perilaku dan prestasi belajar murid-
murid dalam kelas, tetapi juga menilai implementasi kurikulum dam lingkup yang
lebih luas.
4. Peranan orang tua murid
Orang tua juga memiliki peranan dalam pengembangan kurikulum.
Peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal. Pertama, dalam menyusun
kurikulum. Kedua, dalam pelaksanaan kurikulum.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum
1. Perguruan tinggi
Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh dari Perguruan Tinggi.
Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang di
kembangkan di Perguruan Tinggi umum. Kedua, dari pengembangan ilmu
pendidikan dan keguruan.
2. Masyarakat
Sekolah merupakan bagian bagi masyarakat dan mempersiapkan anak
untuk kehidupan di masyarakat. Sebagai bagian dan agen dari masyarakat,
sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkung masyarakat di mana sekolah tersebut
berada.
3. Sistem nilai
Dalam kehidupan masyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral,
keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga
masyarakat juga bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan penerusan nilai-
nilai.
D. Artikulasi dan Hambatan pengembangan Kurikulum
Artikulasi dalam pendidikan berarti “kesatu paduan dan koordinasi segala
pengalaman belajar”. Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa

16
hambatan. Hambatan pertama terletak pada guru dikarenakan kurang waktu,
keluang sesuaian pendapat baik, dan karena kemampuan dan pengetahuan guru
sendiri. Hambatan kedua datang dari masyarakat dan Hambatan yang ketiga
adalah masalah biaya.
E. Model-Model Pengembangan Kurikulum
1. The administratif model
Model pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan
paling banyak dikenal.
2. The grass roots model
Inisiatif dan upaya pembangunan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi
dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah.
3. Beauchamp’s system
Model pengembangan kurikulum ini, dikembangkan oleh Beauchamp
seorang ahli kurikulum.
4. The demonstration model
Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass roots, datang dari bawah.
5. Taba’s inverted model
Model pengembangan kurikulum ini lebih mendorong inovasi dan
kreativitas guru-guru yang bersifat induktif.
6. Roger’s interpersonal relations model
Meskipun Rogers bukan seorang ahli pendidikan tetapi konsep-konsepnya
tentang psikoterapi khususnya bagaimana membimbing individu juga dapat
diterapkan dalam bidang pendidikan dan pengembangan kurikulum.
7. The systematic Action-research model
Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan
kurikulum merupakan perubahan sosial.
8. Emerging technical model
Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai
efisiensi efektivitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model-
model kurikulum. Tumbuh kecenderungan-kecenderungan baru yang didasarkan
atas hal itu, di antaranya; (1) The Behavioral Analysis Model, (2) The sistem
analysis model, (3) The Computer based model.

17
BAB 9
EVALUASI KURIKULUM
A. Evaluasi dan Kurikulum
Evaluasi dan kurikulum merupakan dua disiplin yang berdiri sendiri. Pihak
yang memandang ada hubungan, hubungan tersebut merupakan hubungan sebab-
akibat. Perubahan dalam kurikulum berpengaruh pada evaluasi kurikulum,
sebaliknya evaluasi akan memberi warna pada pelaksanaan kurikulum.
B. Konsep Kurikulum
Secara sederhana teori kurikulum dapat diklasifikasikan atas teori-teori
yang lebih menekankan pada isi kurikulum, pada situasi pendidikan serta pada
organisasi kurikulum. Pertama, penekanan kepada isi kurikulum. Kedua,
penekanan pada situasi pendidikan. Ketiga, penekanan pada organisasi.
C. Implementasi dan Evaluasi Kurikulum
Model evaluasi yang bersifat koperatif atau menekankan pada objektif
sangat sesuai bagi kurikulum yang bersifat rasional dan menekankan isi. Dalam
kurikulum yang menekankan pada situasi sukar disusun evaluasi yang bersifat
koperatif, karena konteksnya bukan terhadap guru atau satu tujuan, tetapi terdapat
banyak tujuan.
D. Peranan Evaluasi Kurikulum
Peranan evaluasi kebijaksanaan dalam kurikulum khususnya pendidikan
umumnya minimal berkenaan dengan tiga hal, yaitu: evaluasi sebagai moral
judgement, evaluasi dan penentuan keputusan, evaluasi dan konsensus nilai.
E. Ujian sebagai Evaluasi Sosial
Sistem ujian yang mempunyai nilai historis ini juga digunakan untuk
mengontrol efisiensi dan efektivitas pelaksanaan sekolah. Apakah sistem ini
dipandang baik atau jelek bergantung pada pandangan yang menggunakannya.
F. Model-Model Evaluasi Kurikulum
1. Evaluasi model penelitian
Model evaluasi kurikulum yang menggunakan model penelitian
didasarkan atas teori dan metode tes psikologis serta eksperimen lapangan.
2. Evaluasi model objektif

18
Perbedaan model objektif dengan model komparatif adalah dalam dua hal.
Pertama, dalam model objektif, evaluasi merupakan bagian yang sangat penting
dari proses pengembangan kurikulum. Kedua, kurikulum tidak dibandingkan
dengan kurikulum lain tetapi diukur dengan seperangkat objektif (tujuan khusus).
3. Model campuran multivariasi
Evaluasi model perbandingan dan model Tylor dan Bloom melahirkan
evaluasi model campuran multivariasi, yaitu strategi evaluasi yang menyatukan
unsur-unsur dari kedua pendekatan tersebut.
BAB 10
GURU DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
A. Guru sebagai Pendidik Profesional
Mendidik adalah pekerjaan profesional, oleh karena itu guru sebagai
pelaku utama pendidikan merupakan pendidik profesional. Sebagai pendidik
profesional, guru bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional,
tetapi juga harus memiliki pengetahuan dam kemampuan profesional.
B. Guru sebagai Pembimbing Belajar
Pada keempat konsep pendidikan yang telah diuraikan terdapat perbedaan
peranan atau kedudukan guru. Dalam konsep pendidikan klasik, guru berperan
sebagai penerus dan penyampai ilmu, sedangkan dalam konsep teknologi
pendidikan, guru adalah pelatih kemampuan. Dalam konsep interaksional, guru
berperan sebagai mitra belajar, sedangkan dalam konsep pendidikan pribadi, guru
lebih berperan sebagai pengarah, pendorong dan pembimbing.
C. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum
Dilihat dari segi pengelolaannya, pengembangan kurikulum dapat
dibedakan antara bersifat sentralisasi, desentralisasi, dan sentral-desentral.
Peranan guru baik dam model sentralisasi maupun desentralisasi dapat dilihat dari
tiga tahap, yaitu: tahap perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat
sentralisasi
Dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi, guru tidak mempunyai
peranan dalam perancangan, dan evaluasi kurikulum yang bersifat makro, mereka
lebih berperan dalam kurikulum mikro. Implementasi kurikulum hampir

19
seluruhnya bergantung pada kreativitas, kecakapan, kesungguhan, dan ketekunan
guru.
2. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat
desentralisasi
peranan guru dalam pengembangan lebih besar dibandingkan dengan yang
dikelola secara sentralisasi. Guru-guru turut berpartisipasi, bukan hanya dalam
penjabaran kurikulum induk ke dalam program tahunan/semester/catur wulan,
atau satuan pelajaran, tetapi juga di dalam menyusun kurikulum yang menyeluruh
untuk sekolahnya.
D. Pendidikan Guru
1. Masalah pendidikan guru
Dalam pendidikan di Indonesia kita menghadapi dua masalah besar, yaitu
masalah kuantitas dan kualitas pendidikan.
2. Standardisasi pendidikan guru
Pendidikan guru perlu memiliki suatu standar, yang akan menjadi acuan,
baik dalam pengembangan, pelaksanaan maupun evaluasi program pendidikan
guru. standar pendidikan guru meliputi lima komponen pendidikan, yaitu:
perencanaan, implementasi, personalia, dan isi program serta keanggotaan dalam
profesi guru.
3. Pendidikan guru berdasarkan kompetensi
Salah satu model pendidikan guru yang mungkin bisa mencapai standar,
adalah model pendidikan guru berdasarkan kompetensi (PGBK) atau Competence
based teacher Education (CBTE).
4. IKIP, FKIP, STKIP sebagai lembaga pendidikan
Di Indonesia dewasa ini, kita mempunyai dua kelompok lembaga
pendidikan guru, yaitu: IKIP, FKIP, dan STKIP yang merupakan lembaga
pendidikan guru pada jenjang perguruan tinggi, dan PGA pada jenjang pendidikan
menengah. Sebelumnya pada jenjang pendidikan menengah juga ada SPG dan
SGO yang menyiapkan calon-calon guru sekolah dasar. Dewasa ini penyiapan
guru-guru sekolah dasar dikerjakan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) yang
merupakan Progam D2 pada IKIP, FKIP, dan STKIP.

20

Anda mungkin juga menyukai