Anda di halaman 1dari 3

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN

TELP : (021) 5522250 – (021) 55733740


JL. Dr. SITANALA - TANGERANG 15121 FAX : (021) 5522250

SOP PEMERIKSAAN FISIK SISTEM REPRODUKSI WANITA

A. PENGERTIAN
Pemeriksaan fisik sistem reproduksi merupakan suatu tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien untuk mengetahui kelainan reproduksi yang mungkin terdapat
pada pasien.
B. TUJUAN
1. Menentukan kelainan fisik yang berhubungan dengan kondisi pasien
2. Mengklarifikasi dan memastikan kelainan sesuai dengan keluhan dan riwayat
kesehatan pasien
3. Mendapatkan data untuk menegakkan diagnosa keperawatan
4. Mendapatkan data fisik untuk menetukan status kesehatan pasien.
C. PERSIAPAN ALAT
1. Lampu yang dapat diatur pencahayaannya
2. APD (Sarung tangan dan Masker)
3. Selimut
4. Bengkok
5. Baki + alas
6. Sarung tangan steril
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Fase Orientasi
- Pastikan kebutuhan pasien untuk pemeriksaan sistem reproduksi
- Jelaskan prosedur dan tujuan pada pasien.
2. Persiapan alat-alat
3. Fase Kerja
1. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengosongkan kandung kemih sebelum
memulai pemeriksaan.
2. Dekatkan alat.
3. Tutup sampiran.
4. Cuci tangan dan pakai APD.
5. Minta pasien membuka pakaian bawahnya dan bantu memperoleh posisi
litotomi. Tutupi bagian tubuh yang tidak dikaji.

6. Atur pencahayaan untuk memudahkan pemeriksaan area perineal.


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN

TELP : (021) 5522250 – (021) 55733740


JL. Dr. SITANALA - TANGERANG 15121 FAX : (021) 5522250

7. Amati kuantitas dan penyebaran rambut pubis, kemudian bandingkan dengan


masa perkembangan pasien.
8. Kaji adanya lesi, eritema, fisura, leukoplakia, dan ekskoriasi pada area pubis.
 Lesi yaitu kemerahan pada kulit, dapat berbentuk bermacam – macam
mulai dari bentuk bintik, bercak hingga kemerahan yang meluas di seluruh
tubuh.

 Eritema yaitu kemerahan pada kulit yg disebabkan pelebaran pembuluh


darah yg reversibel

 Fisura ani yaitu sobekan kecil pada jaringan lembab tipis yang melapisi
anus sehingga timbul rasa nyeri saat buang air besar
 Leukoplakia yaitu sebuah kondisi dimana munculnya penebalan, berwarna
putih.
 Ekskoriasi yaitu kehilangan jaringan sampai dengan stratum papilare

9. Inspeksi labia mayora, pada orang dewasa terjadi penumpukan lemak karena
pengaruh hormon estrogen.
10. Inspeksi labia minora menggunakan jari tangan, akan terlihat berwarna lebih
gelap dibandingkan dengan labia mayora.
11. Inspeksi klitoris, mulai dari bentuk, ukuran dan letak dalam vagina.
12. Inspeksi servik dan vagina, normalnya tulang servik bulat, berwarna merah
muda, ukuran 2-3cm, permukaan lembut dan utuh.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN

TELP : (021) 5522250 – (021) 55733740


JL. Dr. SITANALA - TANGERANG 15121 FAX : (021) 5522250

13. Kaji setiap pembengkakan, ulkus, rabas, dan nodul.


 Ulkus yaitu kehilangan jaringan yg lebih dalam dari Ekskoriasi

 Rabas vagina yaitu vagina berbau busuk


 Nodul yaitu benjolan pada kulit atau di bawah kulit yang berukuran lebih
dari 0,5 cm.

14. Palpasi perinium dan otot vagina introitus apabila ada peradangan atau
pengeluaran cairan pada lubang uretra
15. Palpasi uretra untuk mengkaji adanya rabas maupun kekakuan.
16. Palpasi kelenjar Bartolini untuk mengkaji apakah ada bartholinitis atau tidak
17. Lakukan pemeriksaan otot pelvis dengan cara memasukkan jari telunjuk dan
tengah kedalam vagina, anjurkan klien untuk kontraksi ureter
4. Fase Terminasi
- Tanya respon pasien setelah dilakukan pemeriksaan.
5. Lepas sarung tangan dan masker.
6. Rapihkan alat dan pasien.
7. Buka sampiran.
8. Cuci tangan.
9. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai