Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia membungkus otot-otot dan
organ dalam. Kulit berfungsi melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng
pertahanan terhadap bakteri. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui
vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat. Organ-
organ adneksa kulit seperti kuku dan rambut telah diketahui mempunyai nilai-nilai
kosmetik. Kulit juga merupakan sensasi raba, tekan, suhu, nyeri, dan nikmat berkat
jalinan ujung-ujung saraf yang saling bertautan. Secara mikroskopis kulit terdiri dari tiga
lapisan: epidermis, dermis, dan lemak subkutan. Epidermis, bagian terluar dari kulit
dibagi menjadi dua lapisan utama yaitu stratum korneum dan stratum malfigi. Dermis
terletak tepat di bawah pidermis, dan terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin, dan
retikulin yang tertanam dalam substansi dasar. Matriks kulit mengandung pembuluh-
pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang
sedang tumbuh. Juga terdapat limfosit, histiosit, dan leukosit yang melindungi tubuh
dari infeksi dan invasi benda-benda asing. Di bawah dermis terdapat lapisan lemak
subcutan yang merupakan bantalan untuk kulit, isolasi untuk pertahankan suhu tubuh
dan tempat penyimpanan energi.
Perubahan-perubahan pada kulit lansia, bisa bersifat histologik, fisiologik, maupun
klinik, dan terjadi karena proses penuan, baik bersifat instrinsik, maupun ekstrinsik
(photo aging). Perubahan-perubahan tersebut antara lain bentuk dan ukuran sel,
menurunnya melanosit, penurunan jumlah sel Langerhans. Dermis relative mengalami
penurunan jumlah sel, vaskularisasi, hilangnya fungsi elastisitas, yang berakibat banyak
terjdi kerutan (wringkle). Demikian pula saraf, mikrosirkulasi serta kelenjar keringat
mengalami penurunan secara gradual, yang merupakan predisposisi untuk terjadinya
penurunan termoregulasi, sensitivitas terhadap rasa panas.
Kulit kering merupakan kelainan kulit yang terjadi pada hampir 75% lansia diatas 60
tahun. Kekeringan terjadi karena menurunnya hormon, menurunnya fungsi kelenjar

1
sebasea, berkurangnya jumlah dan fungsi kelenjar keringat, berkurangnya kadar air
dalam epidermis serta paparan sinar matahari yang terlalu lama. Biasanya disertai rasa
gatal, sehingga mudah menggaruk, menggosok, yang akan memudahkan terjadinya
dermatitis.
Salah satu kelainan kulit yang sering dijumpai pada lansia adalah dermatitis.
Dermatitis adalah peradangan kulit pada epidermis dan dermis sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen atau endogen yang menimbulkan gejala klinis
berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal.
Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular.
Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat
mengganggu terutama pada lansia.
Berdasarkan pada uraian diatas maka kelompok ingin membahas tentang “Asuhan
Keperawatan Lansia dengan Dermatitis”

B. Tujuan Penulisan
B.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan lansia dengan dermatitis.
B.2. Tujuan Khusus
 Untuk mengetahui pengkajian keperawatan pada lansia dengan
Dermatitis.
 Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada lansia dengan Dermatitis
 Untuk mengetahui intervensi keperawatan pada lansia dengan Dermatitis
 Untuk mengetahui implementasi keperawatan pada lansia dengan
Dermatitis
 Untuk mengetahui evaluasi keperawatan pada lansia dengan Dermatitis

2
C. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latang belakang, tujuan penulisan, dan
sistematika penulisan

BAB II : Tinjauan teori yang terdiri dari karakteristik kulit menua, pengertian
dermatitis, etiologi dermatitis, patogenesis dermatitis, gejala klinis
dermatitis, pengobatan dermatitis, bentuk dermatitis yang sering dijumpai
pada lansia, personal hygiene, dan perawatan kulit pada lansia.

BAB III : Asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian pada lansia dengan
dermatitis, diagnosa keperawatan pada lansia dengan dermatitis, intervensi
keperawatan pada lansia dengan dermatitis, dan evaluasi keperawatan
pada lansia dengan dermatitis

BAB IV : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Karakteristik Kulit Menua


 Kulit kering, kasar dan bersisik
Kulit kering merupakan kelainan kulit yang terjadi pada hampir 75% lansia diatas 60
tahun. Kulit nampak kering, bersisik, warna lebih gelap, kebau-abuan dan nampak
suram. Kekeringan terjadi karena menurunnya hormon, menurunnya fungsi kelenjar
sebasea, berkurangnya jumlah dan fungsi kelenjar keringat, berkurangnya kadar air
dalam epidermis serta paparan sinar matahari yang terlalu lama. Biasanya disertai
rasa gatal, sehingga mudah menggaruk, menggosok, yang akan memudahkan
terjadinya eksema asteatotik (eczema craquele). Kulit kasar dan bersisik timbul
akibat proses keratinisasi serta perubahan ukuran sel-sel epidermis dimana stratum
korneum mudah lepas dan cenderun untuk mati dan melekat satu sama lain pada
permukaan kulit.
 Kulit berkerut dan kendor
Kulit kendor atau menggelantung dengan kerutan-kerutan dan garis-garis kulit lebih
jelas. Hal ini disebabkan karena penurunan jumlah fibroblast yang menyebabkan
penurunan jumlah serat elastin lebih skelerotik dan menebal sehingga jaringan
kolagen menjadi kendor dan serabut elastin kehilangan dayaa lenturnya, kulit
menjadi kendor dan kurang lentur; Tulang dan otot menjadi atrofi, jaringan lemak
subkutan berkurang, lapisan kulit tipis serta kehilangan daya kenyal sehingga
terbentuk kerutan-kerutan dan garis-garis kulit; Kontraksi otot-otot mimik yang
tidak diikuti oleh kontraksi kuit yang sesuai sehingga mengakibatkan alur-alur
keriput di daerah wajah.
 Gangguan pigmentasi pada kulit
Hal ini disebabkan perubahan-perubahan pada distribusi pigmen melanin dan
proferasi melanosit menurun, serta fungsi melanosit menurun sehingga
penumpukan melanin tidak teratur dalam sel-sel basal epidermis. Disamping itu
epidermal turn over menurun sehingga lapisan sel-sel kulit mempunyai banyak

4
waktu untuk menyerap melanin yang mengakibatkan terjadinya bercak-bercak
pigmentasi pada kulit.

B. Pengertian Dermatitis
Dermatitis merupakan salah satu kelainan kulit yang sering dijumpai pada lansia
setelah ulkus decubitus. Hal ini terjadi karena adanya perubahan karakteristik yang
dialami lansia. Kulit lansia kering, berkurangnya jumlah dan fungsi kelenjar keringat,
berkurangnya kadar air dalam epidermis serta paparan sinar matahari yang terlalu lama
dan hal ini biasanya disertai gatal yang memudahkan lansia menderita dermatitis.
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap
faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal. Tanda
polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa
(oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis.

C. Etiologi Dermatitis
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen misalnya bahan kimia, fisik
(contoh : sinar matahari), mikroorganisme (contoh : bakteri, jamur), dapat pula dari
dalam endogen misalnya dermatitis atopic. Sebagian lain tidak diketahui denan pasti
apa penyebab dari dermatitis.

D. Patogenesis Dermatitis
Banyak macam dermatitis yang belum diketahui patogenesisnya, terutama yang
penyebabnya faktor endogen. Yang telah banyak dipelajari adalah patogenesis dari
dermatitis kontak baik yang tipe alergik maupun iritan primer.

E. Gejala Klinis Dermatitis


Pada umumnya penderia dermatitis mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada
stadium penyakit, batasnya tegas dapat pula tidak tegas, penyebarannya dapat
setempat, generalisata, bahkan universalis.
Pada stadium akut kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan
eksudasi, sehingga tampak basah (maddidans). Stadium subakut, eritema berkurang,

5
eksudat mongering menjadi krusta. Sedang pada stadium kronis tampak lesi kering,
skuama, hiperpigmentasi, likenifikasi, dan papul, mungkin juga terdapat erosi atau
ekskoriasi karena garukan. Stadium tersebut tidak selalu berututan, bisa saja sejal awal
suatu dermatitis memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.
Demikian pula jenis efloresensinya tidak selalu harus polimorfi mungkin hanya
oligomorfi.

F. Pengobatan Dermatitis
Pengobatan yang tepat didasarkan atas kausa, yaitu meningkirkan penyebabnya.
Tetapi seperti diketahui penyebab dermatitis multifactor, kadang juga tidak diketahui
dengan pasti apa penyebabnya, maka pengobatan bersifat simptomatis, yaitu dengan
menghilangkan atau mengurangikeluhan dan menekan peradangan.
Pengobatan sistemik pada kasus ringan dapat diberikan antihistamin atau
antihistamin dikombinasi dengan antiserotinin, antibradikinin, anti-SRA. Pada kasus
akut dapat diberikan kortikosteroid.
Pengobatan topical mempunyai prinsip umum yaitu jika dermatitis akut/basah harus
diobati secara basah (kompres terbuka). Bila subakut diberi lotion (bedak kocok), krim,
pasta, atau linimentum (pasta pendingin). Krim diberikan pada daerah yang berambut,
sedangkan pasta diberikan pada daerah yang tidak berambut. Bila kronik berikan salap.
Makin berat atau akut penyakitnya maka makin rendah persentase obat spesifik.

G. Bentuk Dermatitis yang sering dijumpai pada Lansia


 Eksema nummuler, ditandai dengan lesi berbentuk uang logam, disertai gatal,
biasanya terliat pada tungkai bawah, ekstremitas atas, punggung tangan dan badan.

6
 Dermatitis Statis, terjadi akibat insufiensi vena, edema pada pedis, serta varises.
Pada kulit terlihat kecoklatan akibat disposisi hemosiderin, kulit mudah terjadi
ulserasi maupun slulitis. Ekserbasi akut terhadap kelainan ini bisa menimbulkan
autosensitesasi yang berakibat munculnya lesi papulovesikuler akut yang menyebar
ke seluruh tubuh, sering bersifat simetris.

 Dermatitis Seboroik, dapat dikenal juga sebagai ketombe, sangat umum. Biasanya
menyebabkan kulit bersisik dan gatal. Sering menyerang di kulit kepala, telinga,
wajah, dan region anogenital. Belum diketahui apa penyebabnya.

 Dermatitis Kontak, pada lansia bisa dermatitis kontak iritan maupun alergika yang
biasa dijumpai pada lansia. Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan
oleh bahan (subtansi yang menempel pada kulit. Pada dermatitis kontak iritan
semua bagian tubuh yang terbuka biasanya terkena, tetapi tangan merupakan
tempat yang paling sering terkena (hand eczema) sabun deterjen merupakan iritan
terbanyak disamping bahan lain misalnya pembersih (lisol), pelarut, pemutih.
Dermatitis kontak iritan bisa terjadi pada semua orang sedangkan dermatitis kontak
alergika hanya terjadi pada orang-orang tertentu. Pada dermatitis kontak alergika

7
biasanya lesi kemerahan, disertai papul atau vesikel, dan biasanya ada riwayat
kontak dengan bahan-bahan tertentu. Dermatitis kontak alergika pada lansia sedikit
berbeda dengan penderita muda. Erupsi biasanya kurang meradang, rasa gatal lebih
kurang tetapi berlangsung lama. Hal ini disebabakan karena respon imun seluler
menurun. Keadaan ini akan menyebabkan kesulitan mebedakan antara dermatitis
kontak alergika dan dermatitis kontak iritan pada lansia.

 Liken Simpleks Kronikus (Neurodermatitis), Kelainan ini ditandai oleh plaket yang
menebal karena terjadinya likenifikasi, gatal, okasi terbatasdan perjalana penyakit
kronis. Paling sering diteukan pada daerah pergelangan kaki, tetapi dapat juga
timbul dibagian lain. Kelainan ini disebabkan kebiasaan menggaruk dan menggosok
kulit, paling sering ditemukan pada usia diatas 60 tahun. Biasanya lesi hanya satu
dan daerah predileksinya pada wanita, labia mayora dan tengkuk sedangkan pada
pria daerah perineum dan skrotum. Daerah lain yang sering terkena adalah
pergelangan tangan dan tunkai bawah. Faktor predisposisinya dalah atopi dan kulit
xerotik dimana kelainan ini berhubungan dengan gatal yang kemudian berlajut
dengan siklus gatal-garuk.

 Eksema Asteatotik (Eczema Craquele), Merupakan kenis eksema yang banyak


dijumpai pada usia lanjut, akibat kulit kerin dan umumnya dijumpai pada ektremitas
bawah. Pada penampakan terlihat kulit yang kering dan skuama yang lebar, agak

8
kemerahan, dengan suatu gambaran yang disebut “crazy-paving”. Hal ini
desebabkan hilangnya lubrikasi epidermis. Untuk keadaan ini diperlukan emolirn
atau pelembab, yag digunakan secara teratur. Pemberian koriksteroid sebisa
mungkin dihindari, mengingat latar belakang kulit yang sudah menipis dan mudah
retak.

H. Personal Hygiene
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani, Yaitu personal yang artinya perorangan
dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan dan psikis.
Macam macam personal hygiene adalah perawatan kulit kepala dan rambut; perawatan
mata; perawatan hidung; perawatan telinga, perawatan kuku dan tangan; perawatan
genetalia; perawatan kulit seuruh tubuh; dan perawatan tubuh secara keseluruhan.
Tujuan dari perawatan kebersihan diri adalah meningkatkan derajat kesehatan
seseorang, memelihara kebersiha diri seseorang, memperbaiki personal hygiene yang
kurang, pencegahan penyakit, meningkatkan percaya diri seseorang, menciptakan
keindahan.
Ada beberapa dampak yang diakibatkan karena seseorang tidak menjaga kebersihan
diri, diantaranya dampak fisik. Dampak fisik yang sering terjadi adalah gangguan
integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga serta
gangguan fisik pada kuku. Selain itu ada dampak psikososial, masalah sosial yang
berhubungan dengan masalah kebersihan diri adalah gangguan rasa nyaman,
kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan
interaksi sosial.

9
I. Perawatan Kulit pada Lansia
Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh dan merupakan protector terhadap
stimuli dari luar yang berbahaya dan invasi kuman. Oleh karena itu perawatan kulit
sangat penting sekali, apalagi pada lansia, fungsi-fungsi kulit maupun struktur kulit
mengalami perubahan. Beberapa perawatan kulit ada lansia sebagai berikut :
 Kebersihan. Kulit bagian tubuh harus terjaga kebersihannya, termasuk bebas dari
basah karena keringat, karena akan mengundang infeksi jamur.
 Mengurangi Kekeringan dan Gatal pada Kulit. Dengan adanya penuaan, maka
sekresi minyak dari kuit berkurang, dan akan menyebabkan kulit kering dan gatal.
Garukan ataupun menggunakan air panas, akan memperberat keadaan. Apabila
kering kulit mudah pecah-pecah dan menimbulkan infeksi. Untuk mengelola kulit
kering serta rasa gatal, tindakan utama yang paling penting adalah memberikan
pelembab berkali-kali. Gatal juga akan terpicu dengan penggunaan pakaian dari wol,
oeh karena itu perlu adanya memilih pakaian yang sesuai. Gunakan pakaian katun
yang lembut. Penderia lebih merasa enak dengan memakai piyama tipis.
 Mandi. Air panas akan menghilangkan minyak pada kulit yang masih ada, oleh
karena itu pada lansia hanya boleh menggunakan air hangat, dan mengindari
pembersihan yang berlebihan, oleh karena justru akan menimbukan rasa gatal, dan
berubah menjadi bath itch, dimana pada kulit didapatkan bintk-bintik merah.
Banyak yang menganjurkan mandi cukup 3 kali seminggu (untuk orang barat).
Penggunaan sabun dianjurkan hanya pada tempat-tempat tertentu saja, bagian
tubuh lainnya hanya dibersihkan dengan air hangat saja.
 Menjaga Lingkungan. Suasana lingkungan harus disesuaikan. Bila memungkinkan
jagalah kelembaban ruang tidur atau ruangan lain dirumah dengan memasang
humidifier. Perubahan temperature secara tiba-tiba harus dihindarkan.
 Pengobatan.
a) Untuk menjaga kulit tetap lembab setelah mandi gunakan pelembab. Disamping
pelembab untuk mengatasi kekeringan kulit dapat pula ditambahkan menthol
0.25% untuk mengurangi rasa gatal. Selain tu dapat diberikan minyak alami
misanya krim dengan bahan dasar lanonin atau campuran lanolin dengan
paraffin.

10
b) Dapat diberikan antihistamindan kortikosterid topical yang ringan seperti
hidrkortison 1%. Kortikosteroid lemah dengan dasar urea sangat tepat dan
dianjurkan.
c) Prepara hormone dikatakan dapat memberikan efek yang baik untuk xerosis
cutis disamping dapat menghilangkan keriput.
d) Memilih bentuk kosmetika yang tepat.

 Gizi. Dengan bertambahnya usia kulit kehilangan elsatisitasnya oleh kolagen yang
merupakan jaringan penunjang untuk jaringan ikat, otot, kuit, pembuluh darah dan
lain-lain mengalami proses cross linked yaitu ikatan silang antara molekul-molekul
besar seperti protein, kolagen dan elastin sehingga menyebabkan jaringan ikat
sendi, pembuluh darah menjadi kaku. Dengan pemberian zat gizi dapat
menghambat proses cross linked tersebut dengan vitamin A,B1,B5,B6,E, mineral,
seng dan selenium. Dan juga istirahat dan olahraga ringan yang teratur.

11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN DERMATITIS


A. Pengkajian
1. Data Biografi
Nama :
Usia :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Agama :
Pekerjaan :
2. Anamnesa
- Kapan pertama kali klien mengetahui masalah kulit, termasuk durasi dan
intensitasnya?
- Apakah masalah penyakit kulit ini pernah terjadi sebelumnya?
- Apakah ada gejala yang lainnya?
- Pada bagian mana pertama kali terkena ?
- Bagaimana ruam atau lesi tersebut terlihat ketika muncul untuk pertama kali?
- Seberapa cepat penyebarannya?
- Apakah terdapat rasa gatal, terbakar, kesemutan, atau seperti ada yang
merayap?
- Apakah terdapat gangguan kemampuan untuk merasa?
- Apakah masalah yang dirasakan semakin bertambah parah pada waktu dan
musim tertentu?
- Apakah klien dapat menjelaskan bagaimana kelainan ini berasal?
- Apakah klien memliki riwayat hay fever, asma, biduran, eksema dan alergi?
- Apakah ada keluarga klien yang mengalami masalah kulit, ruam?
- Apakah ada hubungannya antara kejadian tertentu dari episode ruam atau lesi?
- Obat apa yang sedang dikonsumsi?
- Obat oles, (krim, salep, lotion) untuk mengatasi lesi tersebut?

12
- Apakah di lingkungan/sekitar klien terdapat faktor-faktor (tanaman, hewan, zat-
zat kimia, infeksi) yang dapat mencetuskan masalah?
3. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi :
a. Warna kulit : ( ) kuning ( ) coklat ( ) hitam ( ) putih
b. Kekeringan : ( ) kering ( ) tidak kering
c. Tekstur : ( ) lembab ( ) kasar ( ) halus
d. Lesi : ( ) ada ( ) tidak ada
e. Vaskularisasi : ( ) ada ( ) tidak ada
f. Edema : ( ) ada ( ) tidak ada
g. Ikterus : ( ) ada ( ) tidak ada
h. Eritema : ( ) ada ( ) tidak ada
i. Urtikaria : ( ) ada ( ) tidak ada
- Palpasi :
a. Turgor kulit : ( ) lambat ( ) cepat
b. Elastisitas kulit : ( ) elastis ( ) tidak elastis

B. Diagnosa Keperawatan
A. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi kulit
B. Nyeri dan gatal berhubungan dengan lesi kulit
C. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan terapinya

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
lesi kulit
Tujuan dan Kriteria hasil :
 Ruam berkurang atau hilang
 Integritas kulit kembali normal
 Kulit kembali lembab

13
Intervensi Rasional

Mandiri :
1. Kaji lokasi, kondisi sekitar kulit, 1. Memberikan informasi dasar untuk
ukuran lesi, bentuk, eritema, papul, dapat memberikan petunjuk
vesikel. pengobatan.

2. Meningkatkan integritas kulit 2. Dengan adanya cubitan dan


dengan menghindari dari cubitan garukan akan menimbulkan
dan garukan. trauma baru pada kulit.

3. Massage dengan lembut kulit sehat 3. Membantu memperlancar sirkulasi


disekitar yang sakit jangan dan mempercepat kesembuhan.
dilakukan pada area kemerahan.
4. Kelembapan bisa menimbulkan
4. Berikan pelembab pada kulit yang kenyamanan.
mengalami kekeringan

Kolaborasi :

5. Pemberian antihistamin dapat


5. Dengan dokter dalam pemberian
mengurangi rasa gatal dan
antihistamin dan pemberian obat
kortikosteroid salep untuk
topikal (kortikosterid salep)
mengurangi ruam.

Evaluasi Diagnosa 1

1. Ruam pada kulit klien berkurang


2. Kulit klien terlihat lembab
3. Integritas kulit klien mengalami perbaikan
4. Tidak ada lesi baru yang timbul

14
Diagnosa 2 : Nyeri dan gatal berhubungan dengan lesi kulit

Tujuan dan Kriteria Hasil :

 Klien dapat mengidentifikasi aktivitas yang


menigkatkan dan menurnkan nyeri
 Klien dapat megidentifikasi sumber-sumber nyeri
 Tidak terjadi nyeri
 Klien tenang

Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Hindari penggunaan seprei atau 1. Banta dan seprei plastic dapat
bantal plastic meningkatkan ketidaknyamanan
karena seprei plstik meningkatkan
produksi panas.

2. Evaluasi keluhan nyeri atau 2. Mempengaruhi pilihan atau


ketidaknyamanan, perhatikanlokasi pengawasan keefektifan, intervesi,
dan karakteritik termasuk intensitas tingkat ansietas dapat mempengaruhi
persepsi aau reaksi terhadap nyeri

3. Dorong klien untuk mendiskusikan 3. Membantu untuk menghilangkan


masalah sehubungan dengan riritus, ansietas
vesikel dan bula

4. Dorong klien untuk menggunakan 4. Memfokuskan perhatian,


teknik manajeman stress dan meningkatkan rasa control dan dapat
manajemen nyeri meningkatkan kemampuan koping
dalam manajemen nyeri yang
menetap

15
Kolaborasi :
5. Dengan dokter dalam pemberian obat 5. Analgetik dapat menghilangkan nyeri
analgetik sesuai indikasi

Evaluasi Diagnosa 2 :

1. Pasien tidak merasa nyeri kembali


2. Klien tenang

Diagnosa 3 : Kurang Pengetahuan tentang proses penyakit dan

terapinya beruhubungan dengan kurangnya informasi

Tujuan dan Kriteria Hasil :

 Klien menggabarkan tingkat pengetahuan tentang


perawatan dan terapi yang akan diberikan

Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Kaji ulang dan harapan yang akan 1. Memberikan dasar pengetahuan pada
datang klien untk membuat pilihan berdasaran
informasi

2. Diskusikan harapan pasien untuk 2. Pasien sulit untuk memutuskan untuk


kembali beraktivitas normal melakukan aktivitas dan menilai
tindakan normal

3. Diskusikan tentang perawatan kulit 3. Gatal, sensitivitas dapat sembuh dalam


waktu yang tidak terlalu lama

16
4. Tekankan pentingnya pemasukan diet 4. Nutrisi optimal meningkatkan regenarasi
tinggi kaori dan protein jaringan dan penyembuhan dermatitis

Evaluasi Diagnosa 3 :

1. Klien mengerti tentang proses penyakit dermatitis dan terapi yang harus dilakukan
pada dermatitis

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Banyak terjadi perubahan fisiologis pada lansia dan salah satunya adalah
perubahan tekstur kulit. Hal ini menimbulkan gangguan pada kulit salah satunya
dermatitis. Dermatitis adalah peradangan kulit pada epidermis dan dermis sebagai
respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau endogen yang menimbulkan gejala
klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, vesikel, skuama, likenifikasi)
dan gatal. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan
tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak
nyaman dan amat mengganggu terutama pada lansia.
Penatalaksanaan masalah kulit pada lansia menjaga kebersihan kulit supaya
tetap lembab dan makan makanan bergizi dan kaya akan vitamin.

B. Saran
Diharapkan lansia menjaga kelembaban kulit dan kebersihan kulit supaya
kejadian dermatitis tidak terjadi komplikasi yang lebih lanjut. Dan diharapkan
makalah ini dapat bermanfaat bagi dosen, mahasiswa dan pembaca lainnya.

18

Anda mungkin juga menyukai