Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN ANALISIS SINTESIS

PIJAT BAYI
DI RUANG PICU/NICU RSUD KRMT WONGSONEGORO

`
DISUSUN OLEH:
KURNIAWAN ADI NUGROHO
NIM. P27220019 214

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2019
LAPORAN ANALISIS SINTESIS TINDAKAN
Pijat Bayi Pada By. E
di Ruang PICU/NICU RSUD KRMT WONGSONEGORO SEMARANG

Hari : Jum’at
Tanggal : 01 November 2019
Jam : 19.00 WIB

A. Keluhan Utama
BAB 3 kali dengan bentuk cair disertai lendir

B. Diagnosa Medis
Diare cair akt dengan dehidrasi berat

C. Diagnosa Keperawatan
Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif

D. Data yang Mendukung Diagnosa Keperawatan


DS : Keluarga pasien mengatakan pasien diare selama 2 hari dengan
frekunsi diare pada hari pertama 5 kali dan hari kedua 10 kali dengan
konsistensi cair dan berlendir.
DO :
- Pasien rewel menangis, KU lemah, kesadaran E4M5V6 ( CM )
- RR: 44 x/menit, CRT < 3 detik, bibir kering, turgor kulit lembab
- SpO2: 98%, HR: 168 x/menit, Suhu: 37,8 oC
- Balance cairan : - 63,1 cc
E. Dasar Pemikiran
Diare adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam dan buang air besar lebih
dari dari 3 kali sehari, buang air tersebut bisa disertai lendir dan
darah.(Nanda Nic Nic, 2015).Diare adalah pengeluaran feses yang tidak
normal dan cair atau buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (Vivian, 2010). Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa diare adalah buang air besar
dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi encer/ cair.
Peran perawat (Nursing Treatment) pada pemijatan adalah untuk
mempengaruhi sistem saraf dari tepi sampai ke pusat. Tekanan pada
reseptor saraf di kulit akan menyebabkan pelebaran vena, arteri dan kapiler
sehingga akan melemaskan tegangan otot, melambatkan detak jantung dan
meningkatkan gerakan usus di saluran cerna, Pijat juga dapat
meningkatkan tonus nervus vagus, pemacuan saraf vagus ini dapat
memacu hormon absorbi/penyerapan makanan seperti insulin dan gastrin
sehingga didiharapkan dari pemijatan penyerapan nutrisi optimal dan diare
berkurang.

F. Prinsip Tindakan Keperawatan


1. Fase Pra Interaksi
a) Cek catatan medis dan perawatan
b) Persiapkan alat:
Body lotion / Minyak telon
2. Fase Interaksi
a) Memberikan salam
b) Melakukan evaluasi/validasi
c) Melakukan kontrak; waktu, tempat, topik.
d) Menjaga privasi klien
3. Fase Kerja
Menurut Wulansari, (2016) Fase kerja pada pijat bayi adalah
a. Kaki

 Bagian ini merupakan bagian yang terbaik untuk memulai

pijatan, karena merupakan bagian yang paling tidak sensitif

diantara bagian tubuh bayi yang lain.

 Colek sedikit minyak, mulai pijat dengan kedua tangan

secara perlahan, mulai dari daerah paha, terus ke bawah.

 Buatlah pijatan secara bergantian antara tangan kanan dan

kiri. Gerakan pijatan harus selembut mungkin, meniru

gerakan memerah susu.

 Pindah ke kaki yang sebelahnya lagi dan lakukan pijatan

yang sama.

b. Telapak Kaki

 Ambil salah satu telapak kakinya dan secara lembut

putarlah beberapa kali kearah kiri, lalu ulangi lagi ke arah

kanan.

 Setelah itu, pijatlah punggung telapak kakinya mulai dari

arah mata kaki ke arah jari-jari kaki.

 Pindah ke telapak kaki satunya dan ulangi seperti itu.

c. Tumit

 Gunakan ibu jari untuk memijat dengan membentuk

lingkaran pada tumit bayi.

d. Jari Kaki
 Bagian ini adalah penutup dari pijatan bagian kaki bayi.

 Peganglah jari mungilnya satu per satu menggunakan ibu

jari dan telunjuk, kemudian secara lembut tariklah searah

dengan jarinya sehingga jari-jari terlepas di ujung jari kaki

bayi.

 Lakukan untuk kesepuluh jari kakinya.

e. Lengan

 Ambil salah satu lengannya dan lakukan gerakan seperti

yang dilakukan terhadap kakinya – gerakan seperti

memerah susu, mulai dari ketiaknya, terus hingga ke

pergelangan tangan.

 Kemudian pegang telapak tangannya, dan putar-putar

secara perlahan beberapa kali, kearah kanan dan kiri.

 Pindah ke lengan satunya lagi dan lakukan hal yang sama.

f. Telapak Tangan

 Dengan menggunakan ibu jari, pijatlah telapak tangan bayi

dengan gerakan memutar.

g. Jari Tangan

 Sama seperti jari-jari kaki, secara lembut ambil satu per

satu jari tangannya menggunakan ibu jari dan telunjuk, lalu

tarik secara perlahan.

h. Dada
 Katupkan kedua telapak tangan (seperti tapak Budha), lalu

letakkan pada dadanya dalam keadaan seperti itu.

 Secara perlahan, buat gerakan ke arah luar tubuh bayi,

sehingga telapak tangan yang terkatup secara perlahan

terbuka menghadap ke bawah, dan telapak tangan akhirnya

menempel dan berjalan di atas dadanya.

 Ulangi beberapa kali.

 Masih pada bagian dada, kali ini letakkan salah satu telapak

tangan menghadap ke bawah, di daerah dada bayi,

kemudian buatlah pijatan lembut ke bawah, ke arah

pahanya.

 Buatlah gerakan ini secara bergantian, dengan tangan kanan

dan kiri.

i. Perut

 Buat pijatan-pijatan kecil melingkar.

 Urut kiri bayi dari bawah iga ke bawah.

 Urut melintang dari kanan bayi ke bawah.

 Urut dari kanan bawah bayi, naik ke kanan atas bayi,

melengkung membentuk U dan turun lagi ke kiri bayi.

 Semua gerakan berakhir di perut bayi.

j. Punggung

 Balikkan tubuh bayi secara perlahan, sehingga ia

tengkurap.
 Posisi yang tepat adalah berada di salah satu sisi bayi.

 Dengan menggunakan jari-jari tangan, buatlah pijatan

lembut melingkar dengan kedua tangan, dimulai dari bawah

lehernya, sampai ke pantat si kecil.

 Pindahlah posisi ke sisi sebelahnya lagi dan lakukan

gerakan yang sama.

 Masih pada bagian punggung, kali ini buatlah pijatan agak

kuat dari sebelumnya, mulai dari bagian bahu, terus hingga

ke kakinya.

4. Fase Terminasi
a) Evaluasi respon klien
b) Rencana tindak lanjut
c) Kontrak yang akan datang; topic, waktu, tempat.

G. Analisis Tindakan
Hasil penelitian oleh Marina dkk, (2017) dengan judul efektifitas
pijat bayi terhadap frekuensi buang air besar (BAB) pada bayi dan anak
dengan diare di SMC RS Telogorejo menyatakan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara frekuensi buang air besar (BAB)
sebelum dan sesudah diberikan pijat bayi atau dapat dikatakan pijat bayi
efektif untuk menurunkan frekuensi buang air besar (BAB) dengan diare.
Penelitian lain oleh Yulia (2016) dengan judul yang sama juga
menunjukkan hasil yang sama yaitu terdapat pengaruh yang signifikan dari
penurunan frekuensi BAB.
Kedua penelitian mengenai pijat bayi terbukti sangat besar
manfaatnya bagi tumbuh kembang bayi. Pijat mempengaruhi sistem saraf
dari tepi sampai ke pusat. Tekanan pada reseptor saraf di kulit akan
menyebabkan pelebaran vena, arteri dan kapiler sehingga akan
melemaskan tegangan otot, melambatkan detak jantung dan meningkatkan
gerakan usus di saluran cerna. Pijat juga dapat meningkatkan tonus nervus
vagus, pemacuan saraf vagus ini dapat memacu hormon
absorbi/penyerapan makanan seperti insulin dan gastrin. Pasien
menunjukkan ekspresi lebih nyaman dan frekuensi BAB sedikit melambat
setelah diberikan tindakan. Adanya pengaruh tindakan pijat bayi terhadap
frekuensi BAB dan kenyamana pasien.

H. Bahaya Dilakukannya Tindakan:


1. Dapat terjadi cidera jika salah dalam melakukan pemijatan
2. Dapat terjadi nyeri tekan jika terlalu keras dalam memijat

I. Tindakan Keperawatan Lain yang Dilakukan


1. Monitoring keadaan umum dan vital sign
2. Monitoring balance cairan
3. Monitoring tanda – tanda dehidrasi

J. Evaluasi
S :-
O : - Pasien masih tampak lebih nyaman
- RR: 43 x/menit
- SpO2: 99%, HR: 120x/menit, Suhu: 36,6 oC
- Tidak terdapat tanda – tanda dehidrasi, mukosa bibir lembab
- Pasien BAB 4 kali dalam 7 jam
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi:
- Monitoring keadaan umum dan vital sign
- Monitoring balance cairan
- Monitoring tanda – tanda dehidrasi
- Anjurkan melakukan pijatan pada orangtua guna menurunkan
frekuensi BAB
- Kolaborasi dengan dokter mengenai terapi cairan dan obat

K. Evaluasi Diri
Tindakan komplementer pijat bayi sudah dilakukan dengan mematuhi
standard operational prosedure.

L. Daftar Pustaka / Referensi


Alie, Y., & Rodiyah. (2013). Pengaruh Efektifitas Pijat Bayi Di Puskesmas
Peterongan Kabupaten Jombang. Jurnal Metabolisme, 2(3), 15–21.
https://doi.org/10.1111/jce.12992.This
Amin Huda Nurarif, H. K. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction.
Illa Nur Hidayah. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Bayi Diare Di Rsud
Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto. Diunduh melalui:
http://repository.stikesppni.ac.id:8080/xmlui/bitstream/handle/123456
789/737/Illa%20Nuur%20Hiidayaah.pdf?sequence=1&isAllowed=y
pada tanggal 21 Oktober 2019.
Price, S., & Wilson, L. (2013). Patofisiologi : Konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: Kedokteran EGC.70
Mariana dkk. (2017). Upaya Memperbaiki Intake Cairan Tubuh. Diunduh
melalui:http://www.stikesayani.ac.id/publikasi/ejournal/filesx/2010/20
1008/201008-003.pdf pada tanggal 21 Oktober 2019.

Anda mungkin juga menyukai