Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Pangan
Disusun Oleh :
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Segala Puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun
mampu menyelesaikan tugas makalah mengenai materi vitamin dalam bahan
pangan guna memenuhi tugas mata kuliah Kimia Pangan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Semua orang tentu menginginkan tubuh yang sehat. Agar tubuh sehat tentu
saja perlu mengkonsumsi asupan-asupan makanan yang bergizi. Disamping itu
dalam arti makanan yang bergizi harus cukup mengandung vitamin dan mineral,
karena apabila tubuh kita kekurangan vitamin akan meningkatakan avitamiosis
dengan macam-macam penyakit. Dan apabila tubuh kita kelebihan vitamin yang
diperlukan maka tubuh akan mengalami hipertamiosis. Avitamiosis maupun
hipertamiosis sama-sama menyebabkan gangguan kesehatan dalam tubuh.
Vitamin adalah bahan utama bagi fungsi tubuh dan kesehatan yang
dibutuhkan dalam jumlah takaran yang lebih sedikit namun memiliki manfaat
yang sangat berguna bagi tubuh. Vitamin yang pertama kali ditemukan adalah
vitamin A dan B , dan ternyata masing-masing larut dalam lemak dan larut dalam
air. Kemudian ditemukan lagi vitamin-vitamin yang lain yang juga bersifat larut
dalam lemak atau larut dalam air.
Vitamin yang larut dalam air mempunyai toksisitas rendah, karena jumlah
yang berlabihan cepat diekskresi melalui urin, sebaliknya pemakaian vitamin yang
larut dalam lemak dengan jumlah yang berlebihan akan menyebabkan
tertimbunnya senyawa tersebut dalam tubuh dan dapat menimbulkan efek toksik.
(Tanu Ian, 1969) vitamin yang dapat larut dalam lemak diantaranya viamin A, D,
E, dan K. sedangkan yang dapat laurt dalam air yaitu vitamin B dan C.
Vitamin memiliki peran spesifik di dalam tubuh dan dapat pula
memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh
dpat mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah
sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan makan metabolisme di dalam tubuh
kita akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain.
Gangguan kesehatan ini dikenal dengan istilah avitaminosis. Disamping itu
asupan vitamin juga tidak boleh berlebih karena bisa menyebabkan gangguan
metabolism tubuh. (Yuniastuti, 2008)
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat maka rumusan masalah adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimnakah pengertian dari vitamin?
2. Apakah fungsi dari vitamin?
3. Apa saja jenis-jenis vitamin yang larut dalam air dan juga lemak?
4. Bagimanakah akibat dari kekurangan dan kelebihan asupan vitamin?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan Rumusan masalah di atas, penulis merumuskan tujuan sebagai
berikut:
1. Mengetahui pengertian dari vitamin
2. Mengetahui tentang fungsi dari vitamin
3. Mengetahui jenis-jenis vitamin dari sumber-sumber yang diperoleh
4. Mengetahui akibat dari kekeurangan dan kelebihan dari berbagai vitamin
1.4 Manfaat Penulisan Makalah
Manfaat dari penulisan makalah ini penulis mengarapkan
1. Menambah pengetahuan dan wawasan dalam ilmu kimia pangan
2. Menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap pembelajaran kimia
pangan pada materi vitamin
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
ketika berkonjugasi dengan senyawa nonprotein (koenzim). Koenzim dibuat
didalam tubuh dan mengandung vitamin. Susunan lengkap apoenzim dengan
koenzim disebut haloenzim inilah yang mempunyai aktivitas sebagai katalisator.
Selain itu, vitamin juga berfungsi dalam pertumbuuhan dan pemeliharaan tubuh
(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007 : 75).
a. Sebagai bagian dari suatu enzim atau koenzim yang penting dalam
berbagai reaksi di dalam tubuh
b. Mempertahankan fungsi berbagai jaringan, seperti epitel
c. Membantu proses pertumbuhan dan pembentukan sel-sel baru
d. Membantu pembuatan senyawa tertentu dalam tubuh
(Riyadi, 2015 : 1.57)
4
2.4 Vitamin A
2.4.1 Sejarah
Penyakit mata pada abad ke-19 banyak terdapat di Eropa dan hingga kini
di negara yang sedang berkembang. Penyakit ini merupakan penyakit defisiensi
zat gizi pertama yang diteliti oleh Magendie pada tahun 1816 dengan memberikan
makanan yang hanya terdiri dari gluten gandum, pati, gula, dan minyak zaitun
pada anjing percobaan. Osborne dan Mendel (1912) menemukan bahwa tikus
bertumbuh normal jika diberi makanan yang mengandung lemak susu, bila
dikeluarkan pertumbuhan terganggu yang kemudian disusul dengan penyakit
mata. McCollum dan Davis menemukan bahwa pertumbuhan tikus terganggu bila
sumber lemaknya diberikan dalam bentuk lemak hewan.
5
vitamin A bentuk ester (ester retinil). Di dalam tubuh, bentuk-bentuk vitamin A
tersebut saling berubah menjadi dengan bantuan enzim tertentu.
Retinol merupakan padatan berwarna kuning pucat yang larut dalam minyak
dan lemak tetapi hanya sedikit larut dalam air, sehingga ditemukan dalam bagian
makanan yang berlemak. Vitamin ini mampu bersirkulasi dalam aliran darah
dengan terikat pada protein transpor tertentu.
Vitamin A merupakan suatu kristal alkohol berwarna kuning dan larut dalam
lemak atau pelarut lemak. Dalam makanan vitamin A biasanya terdapat dalam
6
bentuk ester retinil, yaitu terikat pada asam lemak rantai panjang. Vitamin A
berfungsi dalam beberapa bentuk ikatan kimia aktif:
Retinol bila dioksidasi berubah menjadi retinal dan retinal dapat kembali
direduksi menjadi retinol. Selanjutnya, retinal dapat dioksidasi menjadi asam
retinoat. Vitamin A tahan terhadap panas cahaya dan alkali, namun tidak tahan
terhadap asam dan oksidasi. Suhu tinggi untuk menggoreng dapat merusak
vitamin A, begitupula oksidasi yang terjadi pada minyak yang tengik.
Pengeringan buah di matahari dan cara dehidrasi lain menyebabkan kehilangan
sebagian vitamin a.
2.4.4 Fungsi
a. Fungsi Penglihatan
b. Pertumbuhan
7
d. Pembentukan tulang
Saat diferensiasi sel terjadu perubahan bentuk dan fungsi sel yang
berkaitan dengan perubahan perwujudan gen-gen tertentu. Vitamin A bentuk asam
retinoat berperan aktif dalam pengaturan faktor penentu keturunan/gen yang
berpengaruh pada sintesis protein.
Tabel 2.1
8
7-9 thn 500
Pria (tahun)
10-12 600
13-15 600
16-18 600
19-29 600
30-49 600
50-64 600
65+ 600
Wanita (tahun)
10-12 600
13-15 600
16-18 600
19-29 500
30-49 500
50-64 500
65+ 500
Ibu hamil +300
Menyusui
1-6 bln +350
7-12 bln +350
Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004)
A. Defisiensi
9
b. Perubahan pada Mata
Kulit menjadi kering dan kasar. Folikel rambut menjadi kasar, mengeras
dan mengalami keratinisasi yang dinamakan hiperkeratosis folikular.
d. Gangguan Pertumbuhan
e. Lain-lain
B. Toksisitas
Periode awal mulai konsumsi dosis tinggi sampai timbul gejala keracunan
sekitar 6-15 bulan. Gejala keracunan orang dewasa: sakit kepala, mengantuk,
mual-mual, rambut rontok, kulit mengering, dan diare. Pada anak-anak gejala
yang timbul: dermatitis, berat badan menurun, dan sakit pada tulang rangka. Bayi
juga dapat mengalami keracunan akibat kelebihan vitamin A, gejalanya: kepala
10
menonjol dan berair, tekanan di dalam tengkorak meningkat dan mudah marah
(Muchtadi dkk, 2015: 8.14).
Sumber vitamin A adalah hati, kuning telur, susu (di dalam lemaknya) dan
mentega. Minyak hati ikan digunakan sebagai sumber vitamin A yang digunakan
untuk penyembuhan. Sumber karoten adalah sayuran berwarna hijau tua serta
sayuran dan buah-buahan yang berwarna kuning-jingga, seperti daun singkong,
daun kacan, kangkung, bayam, jagung kuning, pepaya, mangga, nangka masak,
dan jeruk. Minyak kelapa sawit yang berwarna merah kaya akan karoten
(Almatsier, 2005: 162).
Tabel 2.2
11
2.5 Vitamin B
A. Sejarah
B. Sifat Kimia
12
Tiamin Tiamin pirofosfat
(kokarboksilase)
Tiamin merupakan kristal putih kekuningan yang larut dalam air. Dalam
keadaan kering tiamin cukup stabil, namun dalam keadaan larut, vitamin B1 hanya
tahan dalam suasana asam. Tiamin mudah rusak oleh panas, suasana alkali, dan
oksidasi. Dalam proses pemasakan dengan air, tiamin akan larut dalam air
(Furkon, 2016: 1.41).
C. Fungsi
D. Defisiensi
Konsumsi tiamin yang dianjurkan per orang per hari menurut Widya Karya
Nasional Pangan dan Gizi, 1978 yaitu 0,4-0,7 mgr untuk anak-anak di bawah 10
tahun; sedang untuk orang dewasa adalah 0,7-1,0 mgr; wanita hamil dan
menyusui perlu 0,2 mgr dan 0,3 mgr.
13
F. Sumber Vitamin B1 dalam Bahan Pangan
Sumber tiamin yang baik yaitu biji-bijian seperti beras PK (pecah kulit)
atau bekatulnya. Daging, unggas, ikan, dan telur juga merupakan sumber tiamin,
meskipun sayuran dan buah-buahan kadar tiaminnya kecil, namun jika
dikonsumsi dalam jumlah besar akan membantu menyediakan tiamin bagi tubuh
(Winarno, 2004: 135).
A. Sejarah
B. Sifat Kimia
Dalam bentuk murni, riboflavin adalah kristal kuning. Riboflavin larut air,
tahan panas, oksidasi dan asam, tetapi tidak tahan alkali dan cahaya terutama sinar
ultraviolet, dalam proses pemasakan tidak banyak yang rusak (Almatsier, 2005:
194)).
C. Fungsi
14
mengubah triptopan menjadi niasin, sedangkan FMN berfungsi membantu fungsi
B6 (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007: 83).
Riboflavin juga berfungsi dalam pertumbuhan, namun pengaruhnya tidak
langsung. Enzim ini diatur oleh hormon tiroksin.
D. Defisiensi
Sumber riboflavin utama berasal dari hasil ternak. Hati, ginjal, dan
jantung mengandung riboflavin dalam jumlah tinggi. Sayuran hijau dan biji-bijian
hanya sedikit mengandung riboflavin. Buah-buahan dan ubi-ubian juga sangat
rendah kandungannya (Winarno, 2004: 137).
A. Sejarah
15
di Spanyol dan Italia. Elvehjem pada tahun 1937 menemukan bahwa penyakit
pelagra pada anjing disebabkan oleh niasin. Bentuk niasin sebagai nikotinamida
kemudian diisolasi dari Nikotinamida Adenin Dinukleotida Fosfat (NADP) dan
Nikotinamida Adenin Dinukleotida (NAD) (Almatsier, 2005: 198)
B. Sifat Kimia
Niasin adalah istilah generik untuk asam nikotinat dan turunan alaminya
nikotinamida (niasin amida).
Niasin amida banyak terdapat dalam jaringan ternak dan lebih larut dalam air,
sedang niasin sangat sedikit larut dalam air dingin dan hanya larut sebagian dalam
air panas (Winarno, 2004: 138-139). Niasin atau asam nikotinat merupakan kristal
putih yang lebih stabil dari tiamin dan riboflavin. Niasin tahan terhadap suhu
tinggi, cahaya, asam, alkali, dan oksidasi. Niasin tidak rusak oleh pengolahan dan
pemasakan normal. Niasin mudah diubah menjadi bentuk aktif nikotinamida.
C. Fungsi
16
D. Defisiensi
Pada tahap awal kekurangan niasin akan terjadi kelemahan otot, anoreksia,
gangguan pencernaan dan kulit memerah. Kekurangan niasin yang parah setelah
beberapa bulan dapat mengakibatkan pelagra dengan gejala: sakit tenggorokan,
lidah, dan mulut, serta terjadi dermatitis yang sangat khas yaitu simetrik siku,
kaki, kulit, serta leher. Mula-mula kulit berwarna merah, bengkak, lunak, dan
menyerupai sunburn. Kemudian jika keadaan terus berlanjut, maka kulit akan
bersisik dan kadang-kadang terjadi luka ( Winarno, 2004: 139).
Sumber asam nikotinat berasal dari hati, ginjal, daging, ikan, ayam,
sayuran daun hijau, tomat, kacang tanah. Sementara itu buah-buahan dan sayuran
sedikit mengandung niasin (Riyadi, 2015: 1.59). Susu dan telur mengandung
sedikit niasin tetapi protein mereka kaya triptofan sehingga mereka merupakan
sumber yang kaya vitamin niasin.
A. Sejarah
B. Sifat Kimia
Asam pantotenat adalah derivatif dimetil dari asam butirat yang berkaitan
dengan beta-alanin.
17
Asam pantotenat adalah kristal putih yang larut air, rasa pahit, lebih stabil dalam
keadaan larut daripada kering, serta mudah terurai oleh asam, alkali dan panas
kering. Dalam larutan netral, asam pantotenat tahan terhadap panas basah.
C. Fungsi
D. Defisiensi
18
2.5.5 Piridoksin, Piridoksal, dan Piridoksamin (Vitamin B6)
A. Sejarah
Sejak tahun 1926, Coldberger dan Lilie menemukan suatu penyakit kulit
pada tikus yang beberapa tahun kemudian diketahui disebabkan oleh kekurangan
vitamin B6. Pada tahun 1939, vitamin ini telah berhasil diisolasi dan dimurnikan
(dikristalkan) dan diketahui bahwa senyawa tersebut memiliki keaktifan biologis
(Winarno, 2004: 140).
B. Sifat Kimia
Piridoksin merupakan kristal putih tidak berbau, larut air dan alkohol.
Piridoksin tahan panas dalam keadaan asam, tidak begitu stabil dalam larutan
alkali dan tidak tahan cahaya.
C. Fungsi
19
kognetial, dan penyakit kronik tertentu. Gejala yang dapat timbul yaitu berkaitan
dengan gangguan metabolisme protein seperti lemah, mudah tersinggung, dan
sukar tidur.
Keperluan vitamin B6 per orang per hari sangat tergantung pada jumlah
protein yang dikonsumsi. Untuk Indonesia belum ditentukan, tetapi sebagai
pedoman untuk manusia standar dipelukan 2,0 mg per orang per hari, sedang
untuk masyarakat dengan konsumsi protein rendah (40-50 g/hari) hanya
diperlukan 1,2-1,5 mg (Winarno, 2004: 140-141).
A. Sejarah
Pada tahun 1930, Parsons dan para asistennya menemukan gejala pada
tikus yang diberi ransum yang mengandung putih telur (albumen) mentah. Tikus-
tikus itu kehilangan rambut terutama di sekitar mata, berat badan turun secara
cepat, kelumpuhan pada kaki belakang dan akhirnya mati. Ternyata gejala
tersebut tidak timbul pada tikus yang diberi ramsum yang putih telurnya dimasak.
Pada tahun 1936, Kogl berhasil mengisolasi biotin dari kuning telur yang identik
dengan faktor pertumbuhan untuk khamir.
B. Fungsi
20
C. Sumber
A. Sejarah
B. Sumber
C. Fungsi
2.6. Vitamin C
Vitamin C adalah salah satu vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh
dan juga memiliki fungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh (sistem imun).
Vitamin C berbentuk Kristal putih yang larut air yang sangat tidak stabil karena
mudah rusak oleh panas dan akibat oksidasi. Vitamin C dikenal dengan nama
kimia dari bentuk utamnya yaitu asam askorbat. (Indra, 2013)
21
Struktur vitamin C
22
sebagai katalisator reaksi hidroksilasi perubahan lisin dan prolin (di dalam
serat kolagen).
c. Ikut serta dalam pembentukan sel-sel darah merah dan sum-sum tulang.
23
tersebut sebaiknya turut dikonsumsi juga. Oleh karena itu sember vitamin C dari
makanan yang paling baik adalah memakan langsung buah-buahan dalam keadaan
segar (khomasan, 2004).
2.6.4 Akibat Kekurangan Vitamin C
Akibat kekurangan vitamin C yaitu menimbulkan penyakit Scorbut.
Namun scorbut dalam bentuk berat sekarang jarang terjadi, karena sudah
diketahui cara mencegah dan mengobatinya. Skorbut atau scurvy adalah suatu
penyakit langka yang terjadi pada saat tubuh kekurangan vitamin C. Vitamin C
atau asam askorbat tidak dapat diproduksi oleh tubuh sehingga perlu asupan
secara rutin dan cukup dari makanan.
Ketergantungan obat.
Kebiasaan minum minuman beralkohol.
Mengalami gangguan mental kompleks, seperti skizofrenia dan depresi
berat.
Menjalani kehamilan atau sedang menyususi sehingga membutuhkan
asupan vitamin lebih banyak.
Menjalani fad diet, yaitu diet yang tidak sehat dan tidak seimbang dengan
tujuan menurunkan berat badan secara instan.
Merokok.
24
Memiliki penyakit yang mengganggu penyerapan nutrisi, seperti kolitis
ulseratif atau penyakit Crohn.
Pada anak-anak atau balita, gejala secorbut yang dapat diamati anatara lain
Jika gejala skorbut pada anak-anak sudah semakin parah, dapat muncul gejala
tambahan sebagai berikut:
1. Nyeri dan pembengkakan pada kaki yang dapat terasa sangat sakit,
terutama celana atau popok mereka sedang diganti
2. Munculnya bintik biru kemerahan seperti gejala skorbut pada orang
dewasa.
25
2.6.5 Akibat Kelebihann Vitamin C
2.7 Vitamin D
Vitamin D juga termasuk dalam vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin
ini diperlukan untuk metabolisme kalsium dan fosfor (pembentukan tulang),
fungsi miorkadium, pemeliharaan sistem saraf, pembekuan darah yang normal
(Febry, dkk. 2013: 8).
26
kalsium dan fosfor akan terhambat sehingga proses mineralisasi (pemadatan)
tulang menjadi terhambat (Furkon, dkk. 2016: 1.36).
Vitamin D diperoleh tubuh melalui sinar matahari dan juga bahan pangan.
Beberapa sumber makanan yang mengandung vitamin D adalah sebagai berikut :
Susu sapi, Asi, Krim, Keju, Yogurt, Kuning telur dan juga mentega (Departemen
Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2007: 48).
27
50 – 64 10
65 + 15
3 Wanita (tahun)
10 – 12 5
13 – 15 5
16 – 18 5
19 – 29 5
30 – 49 5
50 – 64 10
65 + 15
4 Ibu hamil 5
5 Menyusui
1 – 6 bulan 5
7 – 12 bulan 5
28
pada tulang untuk kepentingan bayi yang dikandungnya (Furkon, dkk.
2016: 1.36).
2.8 Vitamin E
Pada tahun 1922, ditemukan suatu zat larut lemak yang dapat mencegah
keguguran atau sterilisasi pada tikus. Pada mulanya zat ini dinamakan faktor anti
sterilisasi dan kemudian vitamin E. Vitamin E kemudian pada tahun 1936 dapat di
isolasi dari minyak kecambah gandum dan dinamakan tokoferol, yang berasal dari
bahasa Yunani yaitu tokos yang berarti kelainan dan pherein berarti
menyebabkan. Sekarang dikenal beberapa bentuk tokoferol dan istilahnya vitamin
E yang biasa digunakan untuk menyatakan setiap campuran tokoferol yang aktif
secara biologik. Hewan tidak dapat mensintesis vitamin E di dalam tubuhnya,
sehingga harus memperolehnya dari makanan nabati. Kekurangan vitamin E pada
hewan dapat menimbulkan berbagai sindroma (Sibagariang, 2010 : 48-49).
Vitamin E atau tokoferol merupakan zat gizi yang penting dan unik.
Penting karena vitamin ini mempunyai sifat antioksidan sehingga zat gizi ini
dapat mencegah atau menghambat terjadinya penyakit degeneratif. Disebut unik,
karena vitamin ini dimasukkan dalam kelompok vitamin, walaupun sebenarnya
tidak mempunyai fungsi sebagai kofaktor untuk reaksi enzim seperti fungsi
vitamin pada umumnya.
Secara fisik vitamin E larut dalam lemak. Vitamin ini tidak dapat disintesa
oleh tubuh sehingga harus dikonsumsi dari makanan dan suplemen. Vitamin E
tahan terhadap suhu tinggi serta asam, tetapi karena bersifat sebagai antioksidan,
vitamin E mudah teroksidasi terutama bila ada lemak yang tengik, timah, dan
garam besi, serta mudah rusak oleh sinar ultraviolet. Selain tokoferol, tokotrienol
juga merupakan nama lain dari vitamin E. Tokoferol dan tokotrienol dikenal
mempunyai aktifitas biologis vitamin E. Di alam ditemukan 8 jenis senyawa yang
mengandung aktifitas vitamin E, yaitu :
29
d alfa tokotrienol, d beta tokotrienol
1. d-Alpha Tocopherol
Kelarutan : Tidak larut dalam air; larut dalam alkohol; larut dengan
30
2. d-Alpha Tocoferil Acetate atau Alpha Tocopherol Acetate
Kelarutan : Tidak larut dalam air; larut dalam alkohol; larut dengan
aseton, dengan kloroform, dengan eter, dan dengan minyak
nabati.
31
kekebalan tubuh. Dari beberapa penelitian, infeksi akan berkurang bila kadar
vitamin E dalam tubuh meningkat. Selain itu, vitamin E dalam tubuh dapat
menghambat konversi nitrit dalam asap rokok menjadi nitrosamin dalam perut.
Nitrosamin dikenal sebagai promotor tumor kanker yang berbahaya. Beberapa
bagian yang terpenting dalam tubuh dimana vitamin E berfungsi sebagai
antioksidan yaitu pada sel membran atau lebih tepatnya pada lipid sel membran,
sirkulasi LDL (Low Density Lipoprotein), paru-paru, hati, dan jaringan adrenalin.
32
Tabel berikut ini menunjukkan kadar vitamin E dari berbagai bahan makanan.
33
5 Buah-buahan :
Apel segar O,46
Pisang segar 0,33
Strawberi segar 0,19
6 Sayuran :
Asparagus 2,68
Bayam segar 2,67
Brokoli, segar 0,69
Kentang, bakar 0,05
Tetapi belum ada satu pun dari khasiat yang diharapkan ini sudah terbukti
efektif pada manusia. Karena itu peranan vitamin E dalam keunggulannya untuk
34
pengobatan bagi berbagai kelainan fungsional tubuh manusta masih sangat
diragukan dan masih merupakan sesuatu yang kontroversial. Bahwa vitamin E
diperlukan oleh tubuh manusia telah dibuktikan bukan saja pada binatang tetapi
juga pada manusia. Dalam jangka lama, pasien pria yang memiliki kandungan
tokoferol yang sangat rendah akan mengalami terjadinya peningkatan hemolisis
butir darah merah. Demikian juga kekurangan vitamin E yang ekstrem pada
manusia dapat menyebabkan jangka hidup butir merah menjadi lebih pendek,
yaitu hanya 110 hari dibanding 123 hari pada kondisi normal. Manusia memang
membutuhkan vitamin E tetapi dalam jumlah yang sedang, dan biasanya telah
dapat dicukupi dari makanan sehari-hari. Pada tahun 1973 National Research
Council (NRC-USA) mengumumkan RDA (Recommended Daily Allowance)
yang baru untuk vitamin E. Sebelum tahun tersebut RDA untuk vitamin E
sebanyak 25 - 30 SI untuk orang dewasa, kini menjadi 12-21 SI saja (Winarno,
2004 : 128-129).
35
2.9 Vitamin K
36
2.9.3 Fungsi Vitamin K
37
vitamin K dalam jumlah lebih sedikit adalah susu, daging, telur, serealia, dan
buah-buahan (pisang, jeruk, dan tomat) (Almatsier 2006).
Jika vitamin K tidak terdapat dalam tubuh, darah tidak dapat membeku.
Hal ini dapat meyebabkan pendarahan atau hemorrhargia. Bagaimanapun,
kekurangan vitamin K jarang terjadi karena hampir semua orang memperolehnya
dari bakteri dalam usus dan dari makanan. Namun kekurangan bisa terjadi pada
38
bayi karena sistem pencernaan mereka masih steril dan tidak mengandung bakteri
yang dapat mensintesis vitamin K, sedangkan air susu ibu mengandung hanya
sejumlah kecil vitamin K. Untuk itu bayi diberi sejumlah vitamin K saat lahir
(Rahayu. 2008).
Inositol banyak terdapat dalam otak, hati, dan otot daging. Peranan belum
diketahui dengan jelas, tetapi senyawa tersebut diperlukan dalam pertumbuhan sel
dalam kultur jaringan. Inositol dapat disintesis dari glukosa (Winarno, 2004: 148-
149).
39
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Vitamin merupakan salah satu bahan utama yang dibutuhkan oleh tubuh
yang umumnya dalam jumlah sedikit dan biasanya tidak dapat dibentuk oleh
tubuh. Vitamin dapat dibedakan menjadi vitamin yang larut dalam air dan
vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang dapat larut dalam air, antara lain:
Vitamin C, dan Vitamin B Kompleks. Sedangkan vitamin yang dapat larut
dalam lemak, antara lain: Vitamin A, Vitamin D, Vitamin E, dan Vitamin K.
Beberapa sumber yang dapat memberikan asupan vitamin pada tubuh kita,
diantaranya : kuning telur, susu, minyak ikan, pepaya, dan lain sebagainya.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah mengenai vitamin dalam bahan pangan ini,
diharapkan para pembaca bisa lebih memperhatikan pola makannya serta dapat
memilah mana makanannya yang baik dan dibutuhkan oleh tubuh kita dan mana
yang tidak dibutuhkan oleh tubuh kita.
40
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama.
Febry, Ayu Bulan, dkk. 2013. Ilmu Gizi Untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Furkon, Amalia Leli. Dkk. 2016.Ilmu Gizi dan Kesehatan. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Lean, Michael E.J. 2013. Ilmu Pangan dan Gizi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muchtadi, Dedi, dkk. 2015. Metabolisme Zat Gizi Pangan. Tnagerang Selatan :
Universitas Terbuka.
Riyadi, Hadi, dan Ali Khomsan. 2015 . Gizi dan Kesehatan Keluarga. Tangerang
Selatan : Universitas Terbuka.
Sibagariang, Eva Ellya. 2010. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta :Trans
Info Media.
41
Sweetman, S.C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference, Thirty Sixth
Edition. New York : Pharmaceutical Press.
Widodo, Rahayu. 2009. Pemberian Makanan, Suplemen, & Obat Pada Anak.
Jakarta : EGC.
Wilson, E.D., K.H. Fisher dan P.A. Gracia. 1979. Principle of Nutrition. New
York: John Wiley & Son,ed.
Winarno, F.G. 1986. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor : PT Gramedia Pustaka
Utama.
42