Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

FISIKA UMUM

“HUKUM OHM”

Tanggal Praktikum : 24 November 2017

Tanggal Pengumpulan: 29 November 2017

Waktu Percobaan : 13.30 - 15.30 WIB

Nama Praktikan : Fakhri

NIM : 11170161000007

Kelas/Kloter : 1A/2

Nama Anggota : 1. Hanifatul Hashina (11170161000009)

LABORATORIUM FISIKA DASAR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JAKARTA

2017
HUKUM OHM

A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat memahami hukum OHM
2. Mahasiswa dapat memahami hubungan antara tegangan dengan kuat arus listrik
3. Mahasiswa dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi arus listrik
4. Mahasiwa dapat menjelaskan cara mengukur kuat arus dan tegangan listrik

B. Dasar Teori

Untuk menghasilkan arus listrik pada rangkaian, dibutuhkan beda potensial. Satu cara
untuk menghasilkan beda potensial ialah dengan baterai. George Simon Ohm (1787-1854)
menentukan dengan eksperimen bahwa arus pada kawat logam sebanding dengan beda
potensial V yang diberikan ke ujung-ujungnya: 𝐼∞𝑉. (Giancoli. 2001:67)

Arus listrik adalah kelajuan muatan listrik mengalir melalui permukaan. Jika aliran
muatan listrik berubah-ubah seiring dengan waktu, maka arus listrik yang mengalir pun
berubah-ubah terhadap waktu. Ungkapan aliran arus listrik umum digunakan, walaupun
ungkapan ini sebenarnya tidak tepat karena arus listrik adalah suatu aliran (muatan listrik).
Kita akan menghindari ungkapan ini dan menggunakan aliran muatan listrik. (Jewett.
2010:361)

Besar aliran arus pada kawat tidak hanya bergantung pada tegangan, tetapi juga pada
hambatan yang diberikan kawat terhadap aliran elektron. Electron-elektron diperlambat
karena adanya interaksi dengan atom-atom kawat. Makin tinggi hambatan ini, makin kecil
arus untuk suatu tegangan (V). Kita kemudian mendefinisikan arus berbanding terbalik
dengan hambatan. (Sutrisno. 2009:146-147)

𝑉 = 𝐼. 𝑅

Dimana R adalah konstanta yang disebut tahanan atau hambatan bahan yang memiliki
satuan V/A, atau ohm (Ω). Tahanan tergantung pada jenis bahan. Bahan-bahan dengan
tahanan rendah yang disebut konduktor yang baik, sedangkan bahan-bahan dengan tahanan
tinggi adalah isolator yang baik, terrgantung pada keadaan bahan. Jika kita menganggap luas
penampang kawat silinder adala A dan panjangnya L, resistivitas didefinisikan sebagai 𝑅 =
𝐿
𝜌 𝐴 dengan satuan resistivitas adalah Ω.m. (Sutarno, M.Sc. 2013:116)

C. Alat dan Bahan


No. Nama Alat dan Bahan Gambar
1. Catu daya

2. Multimeter

3. Kabel penghubung

4. Resistor 50 dan 100 Ohm

5. Saklar
D. Langkah Kerja

No. Langkah Kerja Gambar

Disiapkan alat dan bahan yang akan


1. digunakan untuk membuat rangkaian
praktikum hukum Ohm.

Dilakukan pengecekkan pada kabel


multimeter, hal ini dilakukan agar dapat
diketahui kabel tersebut rusak atau tidak.
2.
dimasukkan salah satu ujung kabel probe ke
lubang bertanda VΩmA (Kutub positif) dan
COM (kutub negative).

Sambungan rangkaian praktikum hukum


3. Ohm, pertama dihubungkan power supply
tegangan DC positif dengan saklar.

Kemudian, dihubungkan saklar pada


4.
rangkaian dengan resistor 50 Ω.

Setelah itu, dihubungkan resistor dengan


multimeter yang berfungsi sebagai pengukur
5. arus pada rangkaian, posisikan kabel probe
ke lubang dan diputar saklar pemilih
multimeter ke posisi bertanda 10A.
Kemudian, disambungkan multimeter
pengukur arus dengan power supply
6.
tegangan DC negative, dari kabel probe
bertanda COM (Kutub Negatif) .

Dihubungkan kembali resistor 50 Ω dengan


multimeter dengan posisi kabel probe secara
7. paralel di lubang bertanda VΩmA kutub
positif dan negatif. Disetel pemutar pemilih
multimeter ke posisi 20V (Voltage).

Kemudian, diputar tegangan yang diatur


pada power supply ( Catu daya ). Tegangan
8. yang digunakan adalah 3,6, dan 9 Volt.
Lakukan sebanyak 5 kali pengambilan data,
dengan dua kali pergantian resistor.

Kemudian, diperhatikan nilai Arus (A) dan


9. Tegangan (V) yang dihasilkan pada
Multimeter.

Dicatat hasilnya pada form laporan


10.
sementara.
E. Data Percobaan

Tabel 1. Pengukuran untuk tegangan 3 Volt resistor 50 ohm

No. Tegangan (V) Kuat Arus (A) Hambatan Terukur (Ω)

1. 3,46 0,06 57,6


2. 3,44 0,06 57,3
3. 3,41 0,06 56,8
4. 3,36 0,06 56
5. 3,38 0,06 56,3
Rerata 56,8

Tabel 2. Pengukuran untuk tegangan 3 Volt resistor 100 ohm

No. Tegangan (V) Kuat Arus (A) Hambatan Terukur (Ω)

1. 3,46 0,03 115,33


2. 3,33 0,03 111
3. 3,42 0,03 100
4. 3,42 0,03 100
5. 3,41 0,03 113,6
Rerata 107,9

Tabel 3. Pengukuran untuk tegangan 6 Volt resistor 50 ohm


No. Tegangan (V) Kuat Arus (A) Hambatan Terukur (Ω)
1. 6,30 0,12 52,5
2. 6,25 0,12 52,08
3. 6,28 0,12 52,3
4. 6,34 0,12 52,8
5. 6,41 0,12 53,41
Rerata 52,6
Tabel 4. Pengukuran untuk tegangan 6 Volt resistor 100 ohm
No. Tegangan (V) Kuat Arus (A) Hambatan Terukur (Ω)
1. 6,30 0,06 105
2. 6,33 0,06 105,5
3. 6,37 0,06 106,1
4. 6,33 0,06 105,5
5. 6,32 0,06 105,3
Rerata 105,4

Tabel 5. Pengukuran untuk tegangan 9 Volt resistor 50 ohm


No. Tegangan (V) Kuat Arus (A) Hambatan Terukur (Ω)
1. 9,15 0,17 53,8
2. 9,02 0,17 53,05
3. 8,89 0,17 52,29
4. 9,03 0,17 53,11
5. 9,00 0,17 52,94
Rerata 53,03

Tabel 6. Pengukuran untuk tegangan 9 Volt resistor 100 ohm

No. Tegangan (V) Kuat Arus (A) Hambatan Terukur (Ω)

1. 9.16 0,08 114,5


2. 9,13 0,08 114,1
3. 9.12 0,08 114
4. 9,15 0,08 114,3
5. 9,17 0,08 114,6
Rerata 114,3
F. Pengolahan Data

1. Pengukuran untuk Tegangan 3 Volt Resistor 50Ω

No. Hambatan Terukur (Ω) Prsentase Kesalahan (%)


1. 3,46 57,6 − 50
𝑅 = 0,06 = 57,6 Ω | | × 100% = 0,152 %
50
2. 3,44 57,3 − 50
𝑅 = 0,06 = 57,3 Ω | | × 100% = 1,14%
50
3. 3,41 56,8 − 50
𝑅 = 0,06 = 56,8 Ω | | × 100% = 0,136%
50
4. 3,36 56 − 50
𝑅 = 0,06 = 56 Ω | | × 100% = 0,12%
50
5. 3,38 56,3 − 50
𝑅 = 0,06 = 56,3 Ω | | × 100% = 0,126%
50

57,6+57,3+56,8+56+56,3
X 𝑅 = = 56,8 Ω
5

2. Pengukuran untuk Tegangan 3 Volt Resistor 100Ω

No. Hambatan Terukur (Ω) Prsentase Kesalahan (%)


1. 3,46 115,3 − 100
𝑅 = 0,03 = 115,3 Ω | | × 100% = 0,0153%
100
2. 3,33 111 − 100
𝑅 = 0,03 = 111 Ω | | × 100% = 0,111%
100
3. 3,42 100 − 100
𝑅 = 0,03 = 100 Ω | | × 100% = 0 %
100
4. 3,42 100 − 100
𝑅 = 0,03 = 100 Ω | | × 100% = 0 %
100
5. 3,41 113,6 − 100
𝑅= = 113,6 Ω | | × 100% = 0,136%
0,03
100

115,3+111+100+100+113,6
X 𝑅 = = 107,9 Ω
5
3. Pengukuran untuk Tegangan 6 Volt Resistor 50Ω

No. Hambatan Terukur (Ω) Prsentase Kesalahan (%)


1. 6,30 52,5 − 50
𝑅 = 0,12 = 52,5 Ω | | × 100% = 0,05 %
50
2. 6,25 52,08 − 50
𝑅 = 0,12 = 52,08 Ω | | × 100% = 0,0416%
50
3. 6,28 52,3 − 50
𝑅 = 0,12 = 52,3 Ω | | × 100% = 0.046%
50
4. 6,34 52,8 − 50
𝑅 = 0,12 = 52,8 Ω | | × 100% = 0.056%
50
5. 6,41 53,41 − 50
𝑅 = 0,12 = 53,41 Ω | | × 100% = 0.0682%
50

52,5+52,08+52,3+52,8+53,41
X 𝑅 = = 52,6 Ω
5

4. Pengukuran untuk Tegangan 6 Volt Resistor 100Ω

No. Hambatan Terukur (Ω) Prsentase Kesalahan (%)


1. 6,30 105 − 100
𝑅 = 0,06 = 105 Ω | | × 100% = 0.05%
100
2. 6,33 105,5 − 100
𝑅 = 0,06 = 105,5 Ω | | × 100% = 0.055%
100
3. 6,37 106,1 − 100
𝑅 = 0,06 = 106,1 Ω | | × 100% = 0,061%
100
4. 6,33 105,5 − 100
𝑅 = 0,06 = 105,5 Ω | | × 100% = 0,055%
100
5. 6,32 105,3 − 100
𝑅 = 0,06 = 105,3 Ω | | × 100% = 0,053%
100

105+105,5+106,1+105,5+105,3
X 𝑅 = = 105,4 Ω
5
5. Pengukuran untuk Tegangan 9 Volt Resistor 50Ω

No. Hambatan Terukur (Ω) Prsentase Kesalahan (%)


1. 9,15 53,8 − 50
𝑅 = 0,17 = 53,8 Ω | | × 100% = 0,076%
50
2. 9,02 53,05 − 50
𝑅 = 0,17 = 53,05 Ω | | × 100% = 0,061%
50
3. 8,89 52,29 − 50
𝑅 = 0,17 = 52,29 Ω | | × 100% = 0,0458%
50
4. 9,03 53,11 − 50
𝑅 = 0,17 = 53,11 Ω | | × 100% = 0.0622%
50
5. 9,00 52,94 − 50
𝑅 = 0,17 = 52,94 Ω | | × 100% = 0,0588%
50

53,8+53,05+52,29+53,11+52,94
X 𝑅 = = 53,03 Ω
5

6. Pengukuran untuk Tegangan 9 Volt Resistor 100Ω

No. Hambatan Terukur (Ω) Prsentase Kesalahan (%)


1. 9,16 114,5 − 100
𝑅 = 0.08 = 114,5 Ω | | × 100% = 0,145%
100
2. 9,13 114,1 − 100
𝑅 = 0.08 = 114,1 Ω | | × 100% = 0,141%
100
3. 9,12 114 − 100
𝑅 = 0.08 = 114 Ω | | × 100% = 0,14%
100
4. 9,15
𝑅 = 0.08 = 114,3 Ω 114,3 − 100
| | × 100% = 0,143%
100
5. 9,17 114,6 − 100
𝑅 = 0.08 = 114,6 Ω | | × 100% = 0,146%
100

114,5 + 114,1 + 114 + 114,3 + 114,6


X 𝑅 = = 114,3 Ω
5
G. Pembahasan

Pada praktikum Hukum Ohm yang kami lakukan, diperoleh data yang menunjukkan bahwa
besar nilai tegangan (V) berbanding lurus dengan nilai kuat arus (I) dan berbanding terbalik
dengan nilai hambatan (Ω). Hasil pengukuran menunjukan bahwa semakin besar tegangan maka
semakin besar pula kuat arus lisrik yang mengalir pada kawat penghantar. Berdasarkan 6 kali
percobaan praktikum yang dilakukan dengan mengubah nilai tegangan beserta hambatan. Pada
percobaan pertama dan kedua yang dilakukan, kami menggunakan tegangan pada catu daya
sebesar 3V serta resistor 50 dan 100 Ohm.

Pada percobaan pertama menggunakan resistor bernilai 50 Ohm, rata-rata kuat arus yang
mengalir pada rangkaian didapati sebesar 0,06 A. Sedangkan hambatan terukur yang didapatkan
berdasarkan data memiliki nilai rata-rata 56,8 Ohm. Rata-rata nilai hambatan sangat jauh berbeda
dengan nilai hambatan yang tertera pada resistor, hal ini dikarenakan hambatan sendiri memiliki
suatu nilai toleransi yang tidak pasti.

Pada percobaan kedua dengan tegangan yang sama, namun menggunakan resistor bernilai
100 Ohm memiliki rata-rata nilai kuat arus sebesar 0,3 A. Hal ini menunjukkan penurunan nilai
arus yang sangat signifikan, dan dapat dikatakan bahwa memang benar kuat arus berbanding
terbalik dengan hambatan yang ada pada rangkaian. Selain itu rata-rata hambatan yang terdapat
pada rangkaian bernilai 107,9 Ohm, nilai tersebut tentu kembali berbeda dengan nilai hambatan
yang tertera pada resistor.

Untuk kembali menguji kebenaran teori Ohm, kami kembali melakukan percobaan dengan
menggunakan tegangan yang berbeda yaitu 6 Volt dengan kembali menggunakan resistor 50 dan
100 Ohm. Pada percobaan yang ketiga, kami menggunakan resistor bernilai 50 Ohm terlebih
dahulu, hasil yang didapatkan arus memiliki rata-rata 0,12 A. Kemudian dengan resistor 100
Ohm, rata-rata arus yang didapatkan bernilai 0,06 A, hal ini kembali membuktikan bahwa kuat
arus berbanding terbalik dengan hambatan, yang dimana apabila semakin besar hambatan maka
akan semakin kecil arus yang mengalir.

Untuk meyakinkan percobaan kami terhadap teori Ohm, kami kembali menguji nya dengan
tegangan bernilai 9 Volt. Dengan pertukaran resistor yang sama dengan percobaan sebelum nya,
kami mendapatkan rata-rata arus yang mengalir pada resistor 50 Ohm adalah 0,17 A. Sedangkan
pada resistor 100 Ohm rata-rata arus yang didapatkan adalah 0,08 A. Dengan melalui 6 tahap
percobaan kami dengan sangat yakin teori yang dikemukakan oleh Ohm adalah benar, bahwa
kuat arus bernilai sebanding dengan tegangan yang mengalir dan berbanding terbalik terhadap
hambatan yang ada.

Namun pada percobaan kali ini saya meyakini bahwa hambatan yang ada bukan hanya ada
dari resistor yang digunakan, namun juga dari kabel-kabel rangkaian yang digunakan. Selain itu
Terkadang multimeter menunjukkan hasil pengukuran tegangan lebih besar dari seharusnya dan
sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena tegangan sebelum terukur oleh multimeter, melalui
resistor yang memiliki nilai toleransi (±).

H. Tugas Pasca Praktikum


1. Buatlah grafik hubungan antara V dan I untuk resistor 50Ω sesuai dengan data
yang diperoleh pada table 1 (Ms. Excel)! Berikan komentar/tanggapanmu
terhadap grafik tersebut!

Tegangan 3 Volt
Hubungan antara V dan I untuk Resistor 50Ω
3.485
3.48
3.48

3.475
Voltase (V)

3.47
3.47

3.465
3.46
3.46

3.455
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Arus listrik I (A)

Tegangan 6 Volt
Hubungan antara V dan I untuk Resistor 50Ω
6.42 6.41

6.4

6.38
Voltase (V)

6.36
6.34
6.34

6.32

6.3
6.28
6.28

6.26
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14
Arus listrik I (A)
Tegangan 9 Volt
Hubungan antara V dan I untuk Resistor 50Ω
9.04 9.03

9.02
9
9
Voltase (V)
8.98

8.96

8.94

8.92

8.9 8.89

8.88
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18
Arus listrik I (A)

Berdasarkan grafik yang telah dibuat, hal ini menunjukkan bahwa kebenaran teori
Ohm akan hubungan Kuat arus dan tegangan adalah sebanding nilainya.

2. Buatlah grafik hubungan antara V dan I untuk resistor 100Ω sesuai dengan data
yang diperoleh pada table 2 (Ms. Excel)! Berikan komentar/tanggapanmu
terhadap grafik tersebut!

Tegangan 3 Volt
Hubungan antara V dan I untuk Resistor 100Ω
3.48
3.46
3.46

3.44
3.42
Voltase (V)

3.42 3.41

3.4

3.38

3.36

3.34 3.33

3.32
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035
Arus listrik I (A)
Tegangan 6 Volt
Hubungan antara V dan I untuk Resistor 100Ω
6.38
6.37
6.37
6.36
6.35
Voltase (V)
6.34
6.33
6.33
6.32
6.32
6.31
6.3
6.3
6.29
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07
Arus listrik I (A)

Tegangan 9 Volt
Hubungan antara V dan I untuk Resistor 100Ω
9.18
9.17
9.17
9.16
9.16
Voltase (V)

9.15
9.15

9.14
9.13
9.13
9.12
9.12

9.11
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09
Arus listrik I (A)

Berdasarkan penggunaan resistor 100 Ohm, kuat arus yang mengalir sangat
berbeda jauh dari penggunaan resistor 50 Ohm, dikarenakan arus pada rangkaian
berbanding terbalik dengan hambatan yang digunakan.
3. Berapakah persentase nilai yang anda peroleh dalam percobaan dengan nilai
hambatan yang sebenarnya (untuk kedua resistor yang digunakan)!
𝑁−𝑛
Rumus : (1 − | |) × 100%
𝑛

 Pengukuran untuk Tegangan 3 Volt Resistor 50Ω

56,8 − 50
(1 − | |) × 100% = 0,864 %
50

 Pengukuran untuk Tegangan 3 Volt Resistor 100Ω

107,7 − 100
(1 − | |) × 100% = 0,846 %
100

 Pengukuran untuk Tegangan 6 Volt Resistor 50Ω

52,6 − 50
(1 − | |) × 100% = 0,948 %
50

 Pengukuran untuk Tegangan 6 Volt Resistor 100Ω

105,4 − 100
(1 − | |) × 100% = 0,946 %
100

 Pengukuran untuk Tegangan 9 Volt Resistor 50Ω

53,03 − 50
(1 − | |) × 100% = 0,93%
50

 Pengukuran untuk Tegangan 9 Volt Resistor 100Ω

114,3 − 100
(1 − | |) × 100% = 0,857 %
100

4. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi besar kecilnya hambatan suatu


kawat penghantar?
Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya hambatan suatu kawat
penghantar adalah hambatan jenis,apabila kawat yang digunakan menghasilkan
hambatan besar, maka arus listrik yang dihasilkan akan semakin kecil. Luas
penampang, semakin kecil luas penampang, makin besar hambatannya dan
Panjang kawat, semakin besar kawat penghantar yang digunakan, hambatan akan
semakin besar.

5. Apa perbedaan yang anda peroleh tersebut sesuai dengan teori yang berlaku
(hukum Ohm)? Kemukakanlah pendapat anda tersebut!
Ya, data yang diperoleh pada praktikum ini sesuai dengan teori hukum
Ohm yang berlaku, dimana nilai kuat arus listrik yang dihasilkan pada tiap
percobaan berbanding lurus dengan tegangan yang diberikan serta berbanding
terbalik dengan hambatan yang digunakan pada rangkaian. Semakin besar nilai
tegangan yang diberikan, maka arus listrik akan semakin besar pula, Namun
apabila nilai hambatan yang digunakan bernilai besar, maka nilai arus listriknya
semakin kecil.

I. Kesimpulan
1. Hukum Ohm adalah hukum tentang kelistrikan yang menyatakan bahwa besarnya
kuat arus listrik (I) yang mengalir melalui sebuah rangkaian berbanding lurus dengan
beda potensial/tegangan (V) yang dialirkan dan berbanding terbalik dengan
hambatannya (R).

2. Nilai tegangan ( V ) berbanding lurus dengan kuat arus ( I ), namun berbanding


terbalik dengan Hambatan ( Ohm ). Sehingga dapat dirumuskan dengan persamaan :
𝑉 = 𝐼. 𝑅
3. Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya kuat arus suatu kawat penghantar adalah
hambatan jenis, luas penampang dan panjang kawat.
4. Cara untuk mengukur kuat arus pada rangkaian adalah dengan membentuk sebuah
rangkaian seri, sedangkan untuk mengukur Tegangan pada rangkaian dapat di ukur
dengan membuat sebuah rangkaian paralel.

J. Komentar/Saran

1. Sebelum melakukan praktikum, praktikan harap mengecek semua alat yang


digunakan apakah berfungsi dengan baik atau tidak.

2. Alat yang telah tidak berfungsi dengan baik harap segera diganti, karna tidak
berfungsinya alat dapat megganggu waktu pengerjaan praktikum.

3. Saat memasuki laboratoriun, praktikan sudah seharusnya memahami teori yang akan
di uji coba.
K. Daftar Pustaka

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi 5 Jilid II. Jakarta: Erlangga


Serway, Jewett. Raymond A. 2010. Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi 6 Buku II.
Jakarta: Salemba Teknika
Sutarno, M.Sc. 2013. Fisika untuk Universitas Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sutrisno dan Tjahjono, Arif. 2009. Fisika Dasar II. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai