Asfirijal
Nim. 203200015
Khalifah Abu Bakar Al-Shiddiq RA merupakan khalifah pertama setelah wafatnya Rasulullah
SAW. Beliau memerintah hingga akhir hayatnya selama 2 tahun, 3 bulan dan 3 hari (11 H -
13 H). Pada awal kekhalifahannya, khalifah Abu Bakar Al-Shiddiq dihadapkan pada situasi
dalam negeri yang tidak kondusif. Oleh karena itu beliau lebih banyak melakukan konsolidasi
internal untuk menjaga kebersamaan umat sepeninggal Rasulullah SAW.
Dalam bidang perekonomian Khalifah Abu Bakar Al-Shiddiq RA pada awal masa
pemerintahannya dihadapkan pada kondisi dalam negeri dimana terdapat banyak para
pembangkang yang menolak membayar zakat. Al-Ismaili meriwayatkan dari Umar bin
Khatthab mengenai sikap khalifah Abu Bakar untuk memerangi orang-orang yang menolak
membayar zakat sebagai berikut:
"Tatkala Rasulullah SAW wafat, banyak kaum yang murtad dan mereka berkata, 'Kami akan
tetap melakukan shalat namun kami tak akan pernah membayar zakat:' Saya datang menemui
Abu Bakar dan saya katakan kepadanya, 'Satukanlah manusia dan bersikaplah penuh kasih
kepada mereka, karena mereka itu orang-orang yang buas." Abu Bakar menjawab, 'Saya
mengharap bantuanmu, namun yang saya dapatkan adalah pengkhianatanmu. Apakah kamu
yang demikian garang pada zaman jahiliah jadi penakut dalam Islam, wahai Umar? Lalu
dengan apa saya harus satukan mereka, dengan syair yang dibikin-bikin dan sihir yang
dibuat-buat? Tidak!Tidak!. Rasulullah SAW telah wafat dan wahyu telah putus. Demi Allah
saya akan perangi mereka selama pedang masih bisa bertahan di tanganku, Demi Allah saya
akan perangi siapa saja yang memisahkan antara shalat dan zakat. Saya akan perangi mereka
walaupun mereka hanya menolak untuk memberikan seutas tali yang pernah mereka berikan
kepada Rasulullah!' Ternyata saya dapatkan bahwa dia jauh lebih berani dan kuat
keinginannya dan demi Allah saya melihat bahwa Allah telah membukakan dadanya untuk
berperang. Maka tahulah saya bahwa apa yang dikatakannya itu adalah benar.
2. Menegakkan hukum dengan memerangi mereka yang tidak mau membayar zakat. Zakat
dan berbagai bentuk pendapatan negara dalam ekonomi merupakan instrument untuk
redistribusi pendapatan dalam rangka keadilan sosial dan ekonomi.
Hasil pengumpulan zakat oleh Abu Bakar dijadikan sebagai pendapatan negara dan disimpan
(ditampung) dalam Baitul Maal untuk kemudian langsung didistribusikan seluruhnya kepada
kaum Muslimin hingga tidak ada yang tersisa dalam jangka waktu yang tidak lama. Bahkan,
ketika Abu Bakar wafat, hanya ditemukan satu dirham dalam perbendaharaan negara.
5. Tidak menjadikan ahli Badar (orang-orang yang berjihad pada perang Badar) sebagai
pejabat negara. Tentang hal ini, Abu Nu'aim meriwayatkan bahwa dikatakan kepada Abu
Bakar, "Wahai khalifah, tidakkah engkau mengambil ahli Badaz sebagai pejabat? Abu Bakar
berkata, "Saya mengetahui kedudukan mereka, namun saya tidak suka mengotori mereka
dengan dunia.
7. Mengelola barang tambang (rikaz) yang terdiri dari emas, perak, perunggu, besi, dan baja,
sehingga menjadi sumber pendapatan negara.
10. Tidak merubah kebijakan Rasullullah SAW dalam masalah jizyah. Sebagaimana
Rasulullah SAW, Abu Bakar RA tidak membuat ketentuan khusus tentang jenis dan kadar
jizyah. Maka pada masanya, jizyah dapat berupa emas, perhiasan, pakaian, kambing, onta,
kayu-kayu, atau benda- benda lainnya.
Dengan demikian, selama masa kekhalifahan Abu Bakar RA, harta bayt al-mal tidak pernah
menumpuk dalam jangka waktu lama karena langsung didistribusikan kepada seluruh kaum
muslimin. Semua warga negara muslim mendapat bagian yang sama dari bayt al-mal. Ketika
pendapatan bayt al-mal meningkat semua mendapat manfaat yang sama dan tidak ada yang
hidup dalam kemiskinan. " Tatkala Abu Bakar meninggal dunia dan telah dikuburkan, Umar
RA memanggil orang-orang kepercayaannya dan diantaranya Abdurrahman bin Auf dan
Utsman bin Affan RA, mereka masuk kedalam bayt al-mal dan membukanya. Mereka tidak
mendapatkan satu dinar dan dirham pun di dalamnya."