Anda di halaman 1dari 18

POLITIK ISLAM

29. Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian Dia
menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu.

30. Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak
menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang
yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu
dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.”
Al Baqarah ayat 29-30
Bagaiamana Allah SWT menyampaikan kepada malaikat akan menciptakan seorang
Kholifah. Ayat ini diletakan setelah ayat penciptaan mikrokosmos (manusia) dan alam
semesta (Makrokosmos). Begitu indah, karena dari existensi kepada fungsi. Sehingga
manusia yang hidup di dunia bukan hanya sekedar hidup, tetapi memiliki fungsi yang
sangat penting. Karena makhluk lain tidak memiliki fungsi ini. Dan fungsi khilafah ini
adalah keunggulan (exelency) manusia dari makhluk lain, dan yang membedakanya
(difference) dengan semua ciptaan Allah SWT.
Prof. Dr. Hj. Wuryanti Koentjoro, SE., MM :
Tujuan Islam pada hakekatnya adalah menyelamatkan manusia, baik sebagai individu,
kelompok manusia, serta bangsa-negara agar selamat dari kesesatan dan kerugian.
Perjuangan Islam dalam bentuk gerakan berarti melakukan upaya keras bersama untuk
menyebar luaskan ajaran Islam secara utuh atau kaffah agar dipeluk oleh manusia dan
dipraktekkan dalam kehidupan bermasyarakat untuk kebaikan nasib individu dan
masyarakat itu sendiri.
Penyebaran ajaran Islam terhadap sasaran individu atau pribadi bertujuan untuk
menyelamatkan orang tersebut agar sebagai manusia dia bisa selamat dunia akherat.
Penyebaran ajaran Islam untuk lingkup keluarga dan kelompok kecil masyarakat juga
untuk menyelamatkan keluarga dan kelompok kecil itu dari kemelut keluarga dan
pertikaian antar warga kelompok.

1
Perjuangan sosial Islam dalam lingkup bangsa-negara juga jelas untuk menyelamatkan
bangsa-negara itu dari krisis-krisis sosialnya, dan agar bisa menjadi bangsa yang maju,
bermoral, aman-sejahtera, mendatangkan kemanfaatan pada bangsa lain, bukan
mengekploitasi atau menjajah bangsa lain.
https://media.neliti.com/media/publications/219876-none.pdf

Mengapa? Karena memang manusia adalah makhluk yang diberikan kelengkapan


instrumental makhluk. Dia diberikan hati, Fikiran, fisik, dan nafsu. Berbeda dengan
Malaikat yang hanya memiliki hati, akal, fisik tetapi tak bernafsu. Jin diberika seperti
manusia tetapi sangat lemah hatinya dan dominan nafsunya. Hewanpun demikian, tidak
memiliki kelengkapan instrumental tersebut.
Oleh sebab itu Allah SWT menyebutkan dalam Al Qur’an tentang predikat manusia
sebagai ahsani taqwim (sebaik-baik bentuk).
Dengan kelengkapan hati, akal, fisik dan nafsu manusia adalah satu-satunya makhluk
yang mampu mengelola bumi dan alam semesta, bahkan mengembangkannya menjadi
lebih baik.

2
Dalam sejarah Islam, Umar bin Abdul Aziz adalah salah satu pemimpin dalam
Kekhalifahan islam yang memiliki teladan dan berbagai kebijakan yang membawa
perubahan. Beliau adalah salah satu khalifah pada masa Bani Ummayah, yang ditunjuk
oleh Sulaiman bin Abdul Malik walaupun bukan dari keturunannya. Namun karena
moralitas dan sikapnya yang amanah, ia mampu meneruskan kepemimpunan di Khalifah
Bani Ummayah.

Umar bin Abdul Aziz memegang pemerintahan selama kurang lebih 3 tahun, yaitu pada
tahun 717 M – 720 M. Sebagai pemimpin ia dikenal karena kebijakasanaan, ketegasan,
kedisiplinan, serta perilakunya yang anti korupsi.

Mengutip dari berbagai sumber, salah satu kebijakan yang dibuat Umar bin Abdul Aziz
yakni menyediakan subsidi bagi orang miskin. Dia juga memperbaiki sektor pertanian
dengan membuat irigasi, sumur dan jalan raya.

"Umar Bin Abdul Aziz berusaha memperbaiki segala tatanan yang ada di masa
kekhalifahannya, seperti menaikkan gaji para gubernur, memeratakan kemakmuran
dengan memberi santunan kepada fakir miskin, dan memperbarui dinas pos,

Saat diangkat sebagai khalifah, Umar bin Abzul Aziz segera mengumpulkan rakyatnya
serta memberikan pengumuman penting bahwa ia menyerahkan seluruh harta kekayaan
miliknya dan keluarganya yang tidak wajar kepada kaum muslimin melalui baitul maal.
Harta tersebut terdiri dari tanah-tanah perkebunan di Maroko berbagai tunjangan yang
berdada di Yamamah, Mukaedes, Jabal Al Wars, Yaman dan Fadak, hingga cincin
pemberian Al Walid.

Ia pun tidak mengambil sepeser pun dari baitul maal, termasuk pendapatannya dari hasil
peperangan yang sebenarnya bisa menjadi hal miliknya. Bukan saja tegas terhadap
dirinya, Umar juga memerintahkan bawahannya agar mengembalikan harta yang
bersumber dari sesuatu yang tidak sah.

Dalam masa pemerintahannya, Umar bukan saja menarik zakat dari masyarakat yang
mampu. Ia pun juga menarik dan mendakwahkan tentang pentingnya sedekah. Inilah yang
membuat baitul maal tidak hanya penuh dengan zakat, tapi juga sedekah dari kaum
muslim. Harta umat Islam yang ia himpun tidak membuatnya kaya, tapi membuat seluruh
umat Islam saat itu menjadi kaya. Sungguh berat sekali tentunya untuk menjadi Umar bin
Abdul Aziz karena tidak semua pemimpin bisa melakukan hal yang sama.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, dan diterima dari Zureiq, Maula dari Bani Fuzarah,
bahwa Umar bin Abdul Aziz menulis surat padanya, yakni setelah ia diangkat menjadi
3
khalifah: “Pungutlah dari setiap saudagar Islam yang lewat dihadapanmu – mengenai
harta yang mereka perdagangkan – satu dinar dari setiap empat puluh dinar! Jika kurang,
maka dikurangkan pula menurut perbandingannya, hingga banyaknya sampai dua-puluh
dinar. Jika kurang dari itu walau sepertiga dinarpun, biarkanlah jangan dipungut segurusy-
pun juga! Dan tulislah bukti lunas pembayaran mereka yang berlaku sampai tanggal
tersebut di tahun depan” (Sayyid Sabiq)

Penyaluran zakat di masa Umar bin Abdul Aziz diberikan kepada beberapa kategori
prioritas. Misalnya saja untuk orang sakit, kaum difabel, dan dhuafa. Zakat juga diberikan
kepada mereka yang sedang dihukum dan terlilit hutang. Umar sangat memperhatikan
kamu yang membutuhkan, sampai pernah ia membuatkan rumah makan khusus untuk
kaum fakir, miskin, dan ibnu sabil.

Nama Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang memimpin Dinasti Umayyah pada 717-720
Masehi harum karena dinilai sebagai seorang pemimpin yang cakap dan berhasil
mensejahterakan rakyat.
Dia dianggap banyak berperan dalam mengentaskan kemiskinan.

Umar bin Abdul Aziz atau Umar II adalah khalifah ke delapan yang memimpin Dinasti
Umayyah. Dia lahir dari pasangan Abdul Aziz bin Marwan bin Al-Hakam dan Ummu Ashim
binti Ashim bin Umar bin Al-Khattab.

Tahukah Sahabat, ternyata pada masa Khalifah Umar bin Abdul-Aziz, pengumpulan zakat
mencapai jumlah yang luar biasa. Kesadaran kaum mulimin untuk berzakat pun sangatlah
tinggi. Hingga akhirnya harta dari zakat yang terkumpul di Baitul Mal sangatlah banyak.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz sampai kebingungan untuk menyalurkan zakat yang diterima
karena masyarakat sudah hidup dalam kondisi berkecukupan.
Tahukah Sahabat, ternyata pada masa Khalifah Umar bin Abdul-Aziz, pengumpulan zakat
mencapai jumlah yang luar biasa. Kesadaran kaum mulimin untuk berzakat pun sangatlah
tinggi. Hingga akhirnya harta dari zakat yang terkumpul di Baitul Mal sangatlah banyak.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz sampai kebingungan untuk menyalurkan zakat yang diterima
karena masyarakat sudah hidup dalam kondisi berkecukupan.
Namun, Khalifah tidak ingin ada dana yang tidak digunakan dengan bijaksana. Oleh
karena itu, sang Khalifah pun memerintahkan agar uang tersebut digunakan untuk
membantu orang-orang yang membutuhkan. Khalifah meminta gubernur untuk mencari
orang yang terlilit utang tetapi hidup hemat. Khalifah pun menyuruh membayar utang
mereka. Ketika perintahtelah dilaksanakan, rupanya tetap masih ada uang yang tersisa di
Baitul Mal. Akhirnya Khalifah memerintahkan untuk membantu orang-orang lajang yang
ingin menikah dengan memberikan mereka mahar.
Tak hanya itu, sang Khalifah pun membuat kebijakan untuk membantu masyarakat dalam
membayar pajak dan pajak tanah (jizyah dan kharaj). kebijakannya yakni Khalifah
memerintahkan agar mereka yang kekurangan modal diberikan pinjaman tanpa bunga.
Pengembalian pinjaman tersebut diharapkan hanya setelah dua tahun atau lebih. Hal
tersebut menunjukkan perhatian Khalifah terhadap kesejahteraan dan kemakmuran
rakyatnya.
Khalifah Umar bin Abdul Azis meninggal dunia di Dir Sim'an, sebuah kota di wilayah
Himsh pada 20 atau 25 Rajab 101 Hijriyah dalam usia 36 tahun 6 bulan. Ibnu Katsir
menjelaskan, seseorang pelayan memberikan racun kepada makanan dan minumannya

4
dan dia diberi seribu dinar untuk melakukan itu. Karena itu, Umar bin Abdul Azis akhirnya
menderita penyakit TBC.

Sebelum meninggal dunia, ia sempat memanggil pelayan yang memberinya minum. "Apa
yang mendorongmu memberiku minuman berisi racun?" tanya Umar. "Saya diberi seribu
dinar dan dijanjikan akan dibebaskan dari perbudakan," jawab pelayan tersebut.

Umar memintanya mengambil uang itu dan meletakkannya di Baitul Mal. "Pergilah ke
tempat yang tidak seorang pun tahu!" katanya kepada si pelayan.

'Ketika wafat, beliau meninggalkan uang delapan belas dinar. Untuk membayar
kain kafan lima dinar dan untuk tanah liang kuburnya empat dinar. Sisanya
sembilan dinar diwariskan kepada ahli warisnya. Umar bin Abdul Aziz memiliki
sebelas anak.'' Dikala sakaratul menjemput, ia meninggalkan sebelas anak dan masing-
masing anak mendapat warisan hanya tiga perempat dinar (apabila kurs dinar Rp
3.340.500 maka total Rp 10.856.625 atau hanya 10 juta).

Ketika kematian mendekati Umar bin Abdul Aziz, maka dikatakan kepadanya, Ini adalah
dua belas anak-anakmu. Mengapa engkau tinggalkan anak-anakmu dalam keadaan
miskin? Dia pun berkata:

‫“ ِإَّن َو ِلِّي َي ُهَّللا اَّلِذي َن َّز َل اْلِك َت اَب َو ُه َو َي َت َو َّلى الَّصاِلِحيَن‬Sesungguhnya pelindungku adalah Allah yang telah
menurunkan Kitab (Alquran). Dia melindungi orang-orang saleh” (QS Al Araf ayat 196).

"Demi Allah, saya tidak memberikan hak orang lain kepada mereka! Mereka boleh memilih
salah satu di antara dua yaitu tetap menjadi orang yang saleh, dan Allah niscaya akan
melindungi mereka. Atau menjadi orang-orang yang tidak saleh, dan saya takkan
meninggalkan sesuatu pun yang akan membantu mereka berbuat maksiat kepada Allah?”
Lantas aku menjadi mitra mereka berbuat maksiat setelah kematianku? Tidak akan aku
lakukan itu.

Beberapa waktu kemudian, Umar bin Abdul Aziz pun memanggil anak-anaknya,
berpamitan, menguatkan dan berwasiat kepada mereka dengan pesan ini. Lalu Umar bin
Abdul Aziz berkata, “Pergilah semoga kalian dilindungi Allah, dan semoga Allah
memberikan pengganti kepada kalian.”

Dikisahkan, setelah kematian Umar bin Abdul Aziz, anak-anaknya terlihat menghibahkan
80 kuda untuk kepentingan jihad. Berbeda dengan anak-anak Sulaiman bin Abdul Malik,
yang meski diwarisi harta banyak, tetapi tetap saja meminta-minta ke anak-anak Umar bin
Abdul Aziz.

5
6
Amanah terbagi menjadi dua jenis: kekuasaan dan harta.

7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
AKHLAK

17
18

Anda mungkin juga menyukai