Anda di halaman 1dari 4

Buku ini memuat kisah kisah teladan dari seorang khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Seorang khalifah dari Bani Umayyah yang paling melarat. Beliau memerintah dengan
adil selama sekitar 29 bulan. Pada masanya seluruh rakyatnya hidup makmur.

Beliau wafat pada tahun 101 Hijriyah pada hari Jum'at di Hams dalam usia tiga puluh
sembilan tahun enam bulan.

Berikut ini saya kutipkan sebagian dari kisah kisah tersebut. Semoga
bisa menginspirasi para pembaca untuk meneladani perjalanan hidup Umar bin Abdul
Aziz.

[Kisah Tentang Pakaian Umar yang Hanya Satu]


---------------------------------------------
Maslamah bin Abdul Malik mengisahkan:
Suatu hari saya masuk ke kamar Umar bin Abdul Aziz yang sedang sakit untuk
menjenguknya. Saat itu, saya melihatnya memakai baju yang lusuh, maka akupun
berkata kepada Fatimah (istrinya), "Hai Fatimah binti Abdul Malik... hai Fatimah, cucilah
pakaian Amirul Mukminin ini."

Fatimah menyahut, "Insya Allah kami akan melakukannya."

Kemudian saya kembali, namum keadaan pakaian tersebut masih tetap seperti semula.
Maka akupun kembali berkata kepada Fatimah, "Hai Fatimah, bukankah aku sudah
menyuruhmu untuk mencuci pakaian Amirul Mukminin? Sebab orang-orang akan
menjenguknya."

Fatimah menjawab, "Demi Allah, dia tidak mempunyai baju lagi selain itu."

[Kisah Umar Bersama Salah Seorang Keluarganya


Dalam Masalah Buah Apel dan Penyuapan]
-------------------------------------------
Amir bin Muhajir mengisahkan bahwa suatu hari Umar bin Abdul Aziz ingin sekali makan
apel. Lalu salah seorang lelaki dari anggota keluarganya menghadiahkan apel
kepadanya.

Umar berkata, "Betapa harum dan enaknya apel ini." Setelah itu, dia berkata, "Wahai
pelayan, kembalikan apel itu kepada orang yang telah memberikannya dan sampaikan
salam kepada tuanmu, katakan kepadanya: "Hadiahmu telah sampai kepadaku
sebagaimana yang engkau inginkan.'"

Saya (Amir bin Muhajir) pun berkata, "Wahai Amirul Mukminin, yang memberikan ini
adalah anak lelaki pamanmu yang adalah salah seorang lelaki dari keluargamu.
Bukankah engkau juga sudah mendengar kalau Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam
juga memakan hadiah yang diberikan kepadanya?"

Umar berkata, "Celaka kamu. Hadiah pada masa Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam
adalah memang benar benar hadiah, sedangkan hadiah pada hari ini bagi kami adalah
penyuapan."
[Kisah Orang Terkaya di Masa Kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz]
--------------------------------------------------------------
Seorang anak lelaki Zaid bin Al Khathab mengisahkan:
Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah selama dua setengah tahun. Dia meninggal dunia
disaat rakyat semua dalam keadaan sejahtera, sampai sampai saat seorang lelaki
datang kepada kami untuk menyerahkan harta yang banyak dengan pesan, "Bagikan
harta ini kepada orang yang kamu anggap miskin", maka kami tidak menemukannya.
Dia terus menerus mencari orang miskin, namun tetap saja tidak menemukan sehingga
dia kembali lagi sambil membawa hartanya.

Saat dia berniat memberikan hartanya kepada orang yang biasa membagikannya (amil
zakat) kepada para fakir miskin, ternyata dia sudah tidak menemukannya sehingga
diapun kembali sambil membawa harta yang ingin dia bagikan.

Sungguh, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah membuat manusia merasa berkecukupan


(menjadi kaya) melalui kekuasaan Umar bin Abdul Aziz.

[PERSONAL VIEW]
---------------
Khalifah Umar bin Abdul Aziz hidup dalam kesederhaan yang amat sangat. Padahal
beliau adalah seorang khalifah, amirul mukminin, seorang pemimpin negara dengan
wilayah kekuasaan yang sangat luas, tetapi kehidupannya sangat sederhana. Amat
jarang pemimpin yang seperti ini.

Saya pernah membaca pada sebuah harian ibu kota yang mengulas kehidupan seorang
pemimpin di negara Amerika Latin. Wartawannya berdecak kagum dengan
kesederhanaan pemimpin negara tersebut. Sayangnya dia tidak melihat kehidupan para
pemimpin Islam yang adil seperti Umar bin Abdul Aziz. Bila dia melihatnya, tentu dia
akan lebih berdecak kagum dengan kehidupan Umar bin Abdul Aziz. Seorang khalifah
yang hanya mempunyai satu baju yang tidak bisa dicuci karena hanya itu yang dia
punya.

Kemudian beliau meninggalkan rakyatnya dalam keadaan berkecukupan hidup makmur.


Seperti beliau lah seharusnya profil seorang pemimpin sejati.

Ya Allah, semoga suatu saat akan lahir putera Islam yang memimpin dengan adil seperti
Umar bin Abdul Aziz. Semoga ada anak cucu keturunan kita yang menjadi pemimpin
yang adil. Semoga Allah mengabulkan do'a ini
INOPSIS

UMAR ABDUL AZIZ merupakan khalifah kerajaan Bani Umayyah. Walaupun memerintah
dalam jangka waktu yang agak singkat, namun kehadiran beliau sebagai khalifah telah
memberi impak yang cukup besar kepada kehidupan rakyat serta sistem dan pentadbiran
negara. Usaha dan kesungguhan yang dilaksanakan beliau amat mengagumkan. Jelasnya,
segala usaha tersebut bersulamkan keikhlasan dan ketulusan beramal ini menjadi batu asas
yang kukuh dalam melakar kejayaan serta perubahan yang begitu besar lagi berpengaruh.
Semua itu disalut pula dengan doa dan tawakal yang berterusan kepada ALLAH. Tentunya
amalan dan tindakan sedemikian bukan hanya membantu kejayaan beliau dalam mentadbir,
tetapi memberi keberkatan kepada diri juga negara. 

Perubahan yang dilakukan amat ketara serta menyeluruh kerana ia menyangkut seluruh
bidang dan dimensi kehidupan bermasyarakat serta bernegara. Islam yang menjadi teras
kehidupan beliau secara peribadi telah menjangkau dan mewarnai dengan nyata dalam
kehidupan berkeluarga, seterusnya menentukan cara gaya pentadbiran di peringkat negara.
Dalam usaha untuk membina satu kehidupan yang lebih bererti serta mencorak pentadbiran
yang bermaruah juga berintegriti, kehidupan Umar Abdul Aziz amat wajar diselusuri, dikaji
dan diambil iktibar. Ini disebabkan beliau merupakan contoh manusia biasa yang tidak
maksum, tetapi mampu menjadi seorang hamba dan khalifah ALLAH yang bertakwa, lalu
akhirnya menjadi luar biasa dalam setiap keputusan serta tindakan. Namanya harum
semerbak sepanjang zaman yang bukan hanya buat diri beliau, tetapi juga Islam dan ummah.
Tentunya kehidupan insan istimewa seperti Umar Abdul Aziz ini mempunyai pelbagai rahsia
yang perlu dicungkil, difahami dan diambil manfaat daripadanya. 

Umar bin Abdul Aziz (661-750 M), pemimpin kedelapan Dinasti


Umayyah Damaskus, adalah orang yang jujur, cerdas, berani, teguh
pendirian, dan pandai berkomunikasi. Ketika diangkat menjadi
Khalifah, ia mengucapkan "istirja": "Innalillahi wa inna ilaihi roji'un".
Seolah-olah mendapatkan bencana kematian. Bukan bergembira-ria
menyelenggarakan pesta kemenangan berlimpah makanan, minuman,
dan ucapan selamat.

Selama memangku jabatan (717-720), Umar benar-benar bertindak


seperti "mayat" yang sedang menghadapi siksa kubur. Menjauhi semua
hal yang akan mendatangkan petaka di hadapan Allah Azzawajalla.
Dimulai dari diri pribadi menyerasikan niat, ucapan, dan tindakan. Dia
berkeinginan agar tidak ada konflik batin dan goncangan lahiriah yang
berdampak luas bagi khalayak umat.
Ia menyatakan, perang jihad terhadap korupsi. Semua sumber korupsi
dibabat habis. Kewenangan sebagai pemimpin legal formal dengan
kekuasaan kuat berdasarkan mandat umat, digunakan tanpa ragu.
Peringatan Allah SWT dalam QS al-Isra,ayat 16, benar-benar dipatuhi.

Ayat yang menurut para mufassir, mengandung peringatan kepada


para elite (penguasa dan pengusaha) di negeri itu,yang disebut
kelompok "mutrofin" (orang-orang yang hidup mewah berkat segala
fasilitas negara) agar beriman dan bertakwa, mampu menggunakan
kekuasaan dan kekuatannya untuk menegakkan keadilan dan
kesejahteraan rakyat. Namun, mereka merusak keadilan dan
menelantarkan rakyat demi kesenangan mereka sendiri. Allah SWT
menghancurkan negeri itu.

Menurut Umar, sumber korupsi paling besar adalah kolusi dan


nepotisme. Pada seratus hari pertama memerintah, Umar melarang
anak, istri, sanak keluarga, dan siapa yang punya hubungan
persaudaraan dengannya, ikut serta dalam kegiatan bisnis pemerintah.
Mereka dilarang jadi pemasok barang, penyelenggara proyek, dan lain
sebagainya, yang akan menjadi sarana "kongkalikong" antara "kerabat
khalifah" dan para pencari keuntungan di atas gelimang darah dan air
mata umat.

Tentu saja Umar mendapat protes keras dari keluarganya yang selama
dinasti berdiri, hidup dari KKN. Ketika Umar bersikukuh, keluarganya
mengancam akan mengucilkan Umar. Tanpa gentar Umar menjawab,
"silakan, aku lebih takut oleh ancaman azab Allah SWT." Tindakan
tersebut, menjadikan Umar berhasil mendamaikan hati nurani dengan
ucapan dan tindakan nyata. Kebijakannya berpengaruh kepada tatanan
kehidupan masyarakat sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai