Anda di halaman 1dari 5

KISAH DUA RAJA

Dahulu ada seorang Raja yang sepanjang hidupnya hanya berbuat maksiat dan zalim. Kemudian dia
jatuh sakit. Para tabib meminta Raja agar mengucapkan selamat berpisah saja sebab dia tidak bisa
disembuhkan kecuali dengan sejenis ikan. Saat itu bukan musimnya ikan tersebut muncul di permukaan
laut. Tuhan mendengar itu, memerintahkan para malaikat untuk menggiring ikan-ikan agar muncul di
permukaan laut. Singkat cerita akhirnya Raja akhirnya dapat memakan ikan itu. Dia sembuh seperti sedia
kala.
Pada saat yang sama di negeri lainnya, ada seorang Raja yang adil dan saleh, jatuh sakit. Para tabib
menyatakan hal yang sama, bahwa obatnya adalah ikan yang sama. Tapi, jangan kawatir, ujar tabib, saat ini
adalah saat ikan itu bermunculan di permukaan laut. Jadi, dengan mudah akan didapatkan obat bagi
sakitnya sang Raja. Namun Tuhan memerintahkan para malaikat untuk menggiring ikan-ikan itu masuk ke
sarangnya di tempat tersembunyi. Akhir cerita sang Raja yang adil dan saleh itu menghembuskan nafasnya
yang terakhir.
Seperti kita di bumi, konon di alam malakut, para malaikat kebingungan. Mengapa doa Raja yang adil
dan saleh tidak dipenuhi sementara dooa Raja yang zalim dipenuhi? Kemudian Tuhan berfirman,
"Walaupun Raja itu zalim dan banyak berbuat dosa, tapi dia pernah juga berbuat baik. Demi
kasih sayang-KU, aku berikan balasan pahala amal baiknya. Sebelum meninggal dunia,
masih ada amal baiknya yang belum aku balas. Maka aku segerakan membalasnya, supaya
dia datang kepada-KU hanya dengan membawa dosa-dosanya”. Artinya sudah tidak ada lagi
amal salehnya yang harus
dibalas Tuhan.
“Demikian juga dengan Raja yang adil dan saleh itu. Walaupun dia banyak berbuat baik,
tapi dia pernah juga berbuat buruk. Aku balas semua keburukannya dengan musibah.
Menjelang kematiannya, masih ada dosanya yang belum KUbalas. Maka, AKU tolak doanya
untuk mendapatkan kesembuhan, supaya bila dia datang kepada-KU, dia hanya membawa
amal salehnya".
Artinya sudah tidak ada lagi dosanya yang harus dibalas Tuhan.
Sahabatku, Dari kisah dua Raja tersebut yang saya kutip dari buku Kang Jalal tsb di atas, sepertinya
memang Allah Swt merahasiakan sebab dikabulkannya atau ditolaknya suatu doa. Itu kewenangan mutlak
Allah Swt, atau hak prerogatif Allah semata. Jadi bila diantara kita ada orang saleh, orang baik yang selalu
dirundung kemalangan, menderita sakit bertahun-tahun, putus sekolah , cobaan anak, kematian dsb, dan ia
sudah berdoa dan memohon kepada Allah agar kemalangan segera berganti dengan kebahagiaan, atau agar
disembuhkan sakitnya, diberikan rezeki dan sebagainya, namun belum terkabul juga, jangan lah berputus
asa dalam berdoa, dan janganlah putus asa dari rahmat Allah.
Boleh jadi Allah menunda dikabulkannya doanya, karena Allah senang dengan rintihan doanya atau
Allah punya rencana lain percis seperti rencana allah kepada Raja yang adil dan saleh di atas, agar kelak
saat menghadap Allah di yaumil hisab, kita hanya membawa amal2 saleh kita dan tidak ada satu dosapun
yang belum terampuni..
Demikian juga bila diantara kita ada orangb yang zalim dan suka berbuat maksiat tapi sepertinya
senantiasa memperoleh kesenangan dan kebahagiaan, doanya langsung dikabulkan, ia sehat, kaya, sukses,
usahanya maju terus boleh jadi itu hanya kesenangan dunia yang justru membakarnya di api neraka. Atau
Allah punya rencana lain percis seperti rencana allah kepada Raja yang zalim dan suka bermaksiat seperti
kisah di atas, agar kelak saat menghadap Allah di yaumil hisab, ia hanya membawa amal2 buruknya dan
tidak ada satu kebaikanpun yang belum dibalas Allah.
Diriwayatkan dari Ubadah bin Shamit ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda: ”Tidaklah seorang
Muslim yang ada di atas bumi berdoa kepada Allah dengan suatu doa kecuali Dia pasti
mengabulkan doa itu atau menghilangkan keburukan darinya selama ia tidak berdoa untuk
keburukan atau memutuskan hubungan silaturahim.”. Seseorang berkata ,”Bagaimana jika kita
memperbanyak doa?”. Rasulullah Saw bersabda: ”Allah lebih banyak lagi mengabulkan doanya
atau menghilangkan keburukan darinya.” (HR. Tirmizi, Ahmad, Ibn Hibban) Allah SWT tidak segera
mengabulkan doa kita, untuk kebaikan kita sendiri. Adakalanya jika seseorang dikabulkan doanya dengan
segera, mungkin dia akan lupa diri sehingga Allah menunda terkabulnya doa. Tidak sedikit orang yang di
saat miskin ia seorang hamba yang takwa kepada Allah, rajin ibadahnya, namun setelah kaya ia lupa Allah
dan jauh dari Allah. Ingatlah, Allah Maha mengetahui, sedangkan kita tidak. Dan Pilihan Allah untuk kita
adalah pilihan yang terbaik .
AL-HAKIM BIAMRILLAH, SOSOK RAJA ZALIM DARI DAULAH FATIMIYAH
Al-Hakim Biamrillah adalah salah satu dari raja Kerajaan Daulah Fatimiyah. Kerajaan ini berjalan
atas dasar ideologi Syiah Ismailiyah Bathiniyah (sama seperti Basyar al-Asad, Presiden Suriah sekarang
pen.). Hirarki kerajaan menetapkan bahwa yang menjadi raja adalah putra tertua dari raja sebelumnya.
Walaupun umurnya masih belia. Emosi dan pemikirannya belum matang, ia tetaplah raja setelah ayah
mereka wafat. Pemerintahan al-Hakim Biamrillah merupakan salah satu fenomena menarik dalam lembaran
sejarah. Menarik untuk dikaji dan dipelajari. Kemudian dipetik hikmahnya untuk kehidupan saat ini.

Siapakah al-Hakim Biamrillah al-Fathimi?


Dia adalah Abu Ali al-Manshur bin al-Aziz Nizar bin al-Muiz al-Fathimi al-Ubaidi. Gelarnya adalah al-
Hakim Biamrillah yang berarti memerintah dengan perintah Allah. Ia mengaku memiliki kemampuan
rububiyah, mengatur alam semesta. Sebagian rakyatnya ada yang menerimanya dan sebagian yang lain
tidak tahan akan kezalimannya. Sama halnya dengan Presiden Suriah, Basyar al-Asad, sebagian rakyatnya
meyakinin bahwa ia adalah penjelmaan Tuhan di muka bumi. Oleh karena itu, tidak heran, ketika awal
terjadi pergolakan di Suriah di era modern ini, kita lihat pengikut Presiden Basyar al-Asad memuja-mujanya

dengan pujian yang hanya layak diberikan untuk Allah ‫ ﷻ‬dan sujud kepada gambar-gambarnya. Mereka

mengatakan perkataan yang menunjukkan bahwa Basyar al-Asad memiliki andil dalam pengaturan alam
semesta.
Al-Hakim Biamrillah dilahirkan tahun 375 H. Pada tahun 386 H, ayahnya, al-Aziz Billah, wafat. Ia
naik tahta menggantikan sang ayah menjadi raja keenam yang memerintah daulah Syiah Ismailiyah
tersebut. Saat itu usianya baru 11 tahun. Orang-orang dekat ayahnya semisal al-Hasan bin Amarah dan
Barajun, menjadi mentornya dalam memimpin kerajaan. Namun kemudian keduanya ia bunuh karena ia
anggap campur tangan dalam pemerintahannya. Akhirnya ia pun bebas menentukan kebijakan kerajaan
sesuai dengan keinginannya.

Kejahatan al-Hakim Biamrillah


Al-Hakim memiliki kepribadian ganda. Hal itu tampak dalam perkataan, perbuatan, dan kebijakan
yang ia tetapkan. Karena itu, banyak kebijakan-kebijakan aneh yang terjadi pada masa pemerintahannya. Ia
memerintahkan rakyatnya untuk bekerja di malam hari dan tidur di siang hari. Tahun 1005 M, ia
memerintahkan pemasangan –yang zaman sekarang kita sebut- poster dan baliho di area publik yang isinya
menyerukan masyarakat untuk memusuhi Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Aisyah karena menolak Ali

sebagai pemimpin setelah Rasulullah ‫ ﷺ‬wafat. Pada tahun 1010 M, ia mengganti kata “ash-shalatu khoriun

minan naum” yang menurutnya adalah tradisi Sunni, menjadi “hayya ‘ala khoiril amal” (The Druze in the
Midle East oleh Nissim Dana).
Wilayah kekuasaan Daulah Fatimiyah di masa keemasannya. Kezalimannya tidak hanya menindas
muslim Sunni saja, ia juga melakukan hal yang tidak kalah jahat terhadap ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani).
Ia memaksa umat Kristen dan Yahudi mengenakan jubah hitam dan hanya diperbolehkan menunggangi
keledai sebagai kendaraan. Ia memberikan maklumat untuk menghancurkan makam suci, yang diyakini
sebagai makam Yesus dalam keyakinan Nasrani. Tindakan ini merupakan salah satu penyebab utama
terjadinya Perang Salib (History of The Arabs oleh Philip K. Hitti, Hal: 92).
Membaca peristiwa yang terjadi di masa pemerintahannya, mungkin al-Hakim Biamrillah layak kita
sebut psikopat. Dia membangun sebuah madrasah dan sekolah, lalu memerintahkan ahli fikih dan ulama
mengajar di sana. Setelah berada di sana, ia bunuh mereka semua, kemudian menghancurkan madrasah,
dan menjadikan puing-puingnya sebagai kuburan mereka. Ketika ia melihat orang-orang telah menaatinya
dalam segala hal, ia mulai menyeru rakyatnya untuk menyembahnya selain Allah Ta’ala. Dakwah yang
buruk dan keji ini berjalan dengan bantuan dua orang laki-laki Persia: Muhammad bin Ismail ad-Druzi dan
al-Hasan bin Haidarah al-Farghani. Seruan sesat ini dimulai pada tahun 1017 M, dengan cara tertutup
terlebih dahulu. Ia mempersiapkan da’i-da’i Ismailiyah di sebuah madrasah yang disebut Dar al-Hikmah.
Setelah itu pemikiran ini disebarkan ke luar. Apabila namanya disebut di mimbar, maka orang-orang yang
mendengarnya wajib berdiri sebagai bentuk pengagungan.
Hal ini dilakukan di semua wilayah kekuasaannya termasuk dua tanah haram, Mekah dan Madinah.
Untuk orang Mesir secara khusus –karena al-Hakim tinggal di sana- apabila ia berdiri, maka mereka harus
bersujud. Tidak peduli mereka menjumpai al-Hakim di pasar atau tempat-tempat lainnya (Daulah Fatimiyah
fi Misra oleh Ayman Fuad Sayyid Hal: 112).
Menghilangkan nyawa manusia bukanlah perkara besar bagi al-Hakim. Rakyat Mesir tidak tidur
dalam keadaan nyenyak di masanya. Sebagian sejarawan mencatat bahwa ia telah membunuh 18.000 orang
(Qishshatu al-Hakim Biamrillah oleh Raghib as-Sirjani). Baik dari kalangan orang-orang dekatnya, pejabat
pemerintahan, maupun rakyat biasa.
Dengan sosok dan karakter yang sangat zalim ini, al-Hakim masih memiliki sisi kebaikan. Ia
mengharamkan khamr dan melarang wanita ber-ikhtilath (campur-baur) dengan laki-laki di pasar. Tentu hal
ini terkesan aneh. Saat ia membiarkan kezaliman yang paling besar, yakni menggangkat dirinya sebagai
Tuhan selain Allah, bahkan ingin memindahkan ritual haji ke Kairo (Daulah Fatimiyah fi Misra oleh Ayman
Fuad Sayyid Hal: 115), tapi ia masih memperhatikan hal-hal seperti ini. Namun, sebagian penulis sejarah di
zaman ini ada yang membela al-Hakim Biamrillah. Mereka mengakatan bahwa al-Hakim adalah raja yang
baik. Dan mereka menuduh para sejarawan telah memalsukan sejarah al-Hakim Biamrillah. Tentu saja hal
ini tidak benar. Sejarawan telah sepakat bahwa al-Hakim Biamrillah adalah pemimpin yang sesat dan jahat.

Akhit Hayatnya
Di tahun terakhir dalam hidupnya, al-Hakim terbiasa keluar, menyendiri di malam hari. Pergi ke atas
Gunung al-Mokattam di Kairo menikmati indahnya malam di kota kuno itu. Mengetahui kebiasannya ini,
orang-orang yang sudah jengah dengan kezalimannya merencanakan pembunuhannya. Di antara tokoh
utama yang merencanakan pembunuhan al-Hakim adalah Thalib bin Dawwas.
Thalib memerintahkan dua orang budaknya untuk mengintai al-Hakim di malam hari. Di suatu
malam, 27 Syawal 411 H bertepatan dengan 13 Febuari 1021, saat al-Hakim sedang menikmati indahnya
bintang di malam itu, dua orang budak segera mengeksekusinya. Mereka menyembelihnya. Al-Hakim pun
tewas.
Selama beberapa hari berikutnya, orang-orang mencarinya. Mereka tidak tahu dimana ia berada dan
bagaimana keadaannya. Kemudian tersebarlah berita tentang kematiannya. Orang-orang pun bersuka cita
mendengar berita tersebut. Kematiannya adalah sebuah kabar gembira bagi rakyatnya.

Kematian al-Hakim Biamrillah mengingatkan kita pada sebuah hadits Nabi ‫ ﷺ‬:

ِ‫عن‬َ ‫صارىِ ربْعىِ بْنِ قَت َادَِة َ أَبى و‬ َ ‫ّللا َرسو َلِ أ َ َّنِ ي َحدثِ كَانَِ أَنَّهِ األ َ ْن‬ َِّ ‫صلَّى‬ َ ِ‫علَيْهِ للا‬ َ ‫سلَّ َِم‬
َ ‫علَيْهِ م َِّر َو‬
َ ِ‫ل بجنَازَ ة‬َِ ‫ فَقَا‬: ِ‫ م ْست َريح‬، ِ‫ م ْنهِ َوم ْست ََراح‬. ‫ل يَا قَالوا‬ َِّ ‫َما‬
َِ ‫ّللا َرسو‬
ِ‫ل م ْنهِ َو ْالم ْست ََراحِ ْالم ْست َريح‬
َِ ‫ َقا‬: ِ‫ن َي ْست َريحِ ْالمؤْ منِ ْال َعبْد‬
ِْ ‫صبِ م‬ َِّ ، ِ‫ش َجرِ َو ْالبالَدِ ْالع َبادِ م ْنهِ َي ْست َريحِ ْالفَاجرِ َو ْال َعبْد‬
َ َ‫ّللا َرحْ َمةِ إ َلى َوأَذَاهَا الدُّ ْن َيا ن‬ َّ ‫َوالد ََّوابُِّ َوال‬
Dari Abu Qatadah bin Rib’i al-Anshari, dia menceritakan bahwa ada jenazah yang (dipikul) melewati
Rasulullah, maka beliau bersabda, “Orang yang beristirahat, dan orang yang diistirahatkan darinya”. Para
sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah (maksud) orang yang beristirahat, dan orang yang
diistirahatkan darinya?” Beliau menjawab, “Seorang hamba yang mukmin beristirahat dari kepayahan dan
gangguan dunia menuju rahmat Allah. Sedangkan hamba yang fajir (jahat), maka banyak manusia, bumi,
pepohonan, dan binatang, beristirahat darinya”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Pelajaran
Kelompok Syiah Ismailiyah atau Syiah Nushairiyah memiliki kedekatan dengan orang-orang Druz.
Seperti yang terjadi di Suriah. Kekufuran keduanya lebih parah dari Yahudi dan Nasrani. Dan
permusuhannya terhadap Islam dan kaum muslimin pun lebih keras. Orang-orang Yahudi Israel juga
terbiasa menggunakan orang-orang Druz untuk memengari kaum muslimin karena mereka tahu kebencian
orang-orang Druz terhadap umat Islam begitu luar biasa.

Anda mungkin juga menyukai