Anda di halaman 1dari 23

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritis Diskusi Buzz Group

1. Pengertian Metode Diskusi Buzz Group

Di dalam kehidupan segari-hari, manusia sering dihadapkan dengan

persoalan-persoalan yang mengharuskan mereka untuk bermusyawarah dan

bertukar pendapat untuk memecahkannya. Di dalam Alquran, Allah SWT

berfirman agar segala

sesuatu harus didasarkan musyawarah bersama sesuai firman-Nya QS Asy-

Syura ayat 38:

‫والَّ ِذ ي َْن ا ْستَ َجا بُوالِ َربِّ ِه ْم َواَقَا ُم ْوااص َّٰلوةَۖ َواَم ُرهُ ْم ُش ْو ٰرى‬

۳۸ ‫بَ ْينَهُمۖ َو ِم َّما َر َز ْق ٰنهُ ْم يُ ْنفِقُ ْو ۚ َن‬


Artinya: Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan

Tuhan dan melaksanakan sholat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan

musyawarah antara mereka, dan mereka menginfakkan sebagian rezeki yang

Kami berikan kepada mereka.13

Ayat diatas menjelaskan tentang musyawarah untuk menyelesaikan

masalah. Khususnya dalam pembelajaran, musyawarah dalam bisa diterapkan

13
Alquran dan terjemahan, QS. Asy-Syura: 38, (Bogor: Sabiq), h. 487.

12
13

melalui metode pembelajaran yaitu diskusi kelompok. Secara etimologi,

metode berasal dari kata Method yang berarti suatu cara kerja yang sistematis

untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan.

Dalam QS Ali Imran ayat 159, Allah berfirman:

ِ ‫ت فَظًّا َغلِ ْيظً ْالقَ ْل‬


‫ب الَ ْنفَضُّ ْوا ِم ْن‬ َ ‫ت لَهُ ْمۚ َولَ ْو ُك ْن‬
َ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِّم َن هللاِ لِ ْن‬

َ ‫اورْ هُ ْمافِى ااْل َ ْم ۚ ِر فَاِ َذا َع َز ْم‬


‫ت فَتَ َو‬ ِ ‫ف َع ْنهُ ْم َوا ْستَ ْغفِرْ لَهُ ْم َو َش‬
ُ ‫كۖ فَا ْع‬
َ ِ‫َح ْوال‬

۱۵۹ ‫هللاِ اِ َّن هللاَ ي ُِحبُّ ْال ُمتَ َو ِّكلِي َْن‬


ۗ ‫َّكلْ َعلَى‬

Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut

terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah

mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan

mohonkanlah mapunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka

dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka

bertawakkallah kepada Allah. Sungguh Allah mencintai orang yang

bertawakkal.14

Prof Hamka menjelaskan, dalam ayat ini bertemulah pujian yang tinggi

dari Allah terhadap Rasul-Nya, karena sikap Rasulullah yang lemah lembut,

tidak lekas marah kepada umat yang dituntun dan dididiknya.

14
Alquran dan terjemahan, QS. Ali Imran: 159, (Bogor: Sabiq), h. 71
14

Nabi Muhammad selalu bermusyawarah dengan mereka dalam segala

hal, apalagi dalam urusan peperangan. Oleh karena itu, kaum muslimin patuh

melaksanakan putusan-putusan musyawarah itu karena keputusan itu

merupakan keputusan mereka sendiri bersama Nabi.

Relevansi ayat diatas dengan pengajaran Pendidikan Agama Islam bagi

seorang pendidik adalah untuk membina, membimbing, mengarahkan dan

mendidik peserta didiknya sesuai dengan fitrah yang telah diberikan Allah

kepada mereka.

Tanggung jawab seorang pendidik yaitu membentuk insan kamil,

menjadi hamba Allah yang taat, tunduk dan patuh kepada Allah, dan menjadi

manusia yang memiliki keilmuan yang tinggi sehingga bisa menjadi orang

yang bahagia di dunia dan akhirat. 15

Berdasarkan definisi diatas, ayat tersebut menjelaskan bahwa

musyawarah adalah jalan untuk menyelesaikan sebuah urusan atau masalah.

Dalam pembelajaran, musyawarah digunakan dalam penggunaan metode

diskusi kelompok. Metode diskusi merupakan alternatif memberikan jawaban

dalam penyelesaian permasalahan.

E. S Anshari dalam Sodikin menyatakan bahwa Islam bersumber pada

kitab suci, yaitu wahyu Allah Subhannahu Wa Ta’ala untuk umat manusia

diatas planet bumi ini, yaitu dalam bentuknya yang terkahir berupa Alquran

15
Abdul Haris Pito, Metode Pendidikan Dalam Alquran, Andragogi Jurnal Diklat Teknis
Volum VII, No. 1, Januari – Juni 2019, h. 116-117.
15

al-Karim sebagai penyempurna wahyu Allah sebelumnya, sebagai sumber

ajaran Islam dan petunjuk bagi umat manusia. 16

Metode diskusi bukanlah percakapan atau percakap biasa, namun

diskusi muncul karena ada masalah yang memerlukan jawaban atau pendapat

yang beragam dari peserta didik. Pendidik dalam penggunaan metode diskusi

sangat penting untuk menghidupkan suasana berdiskusi dalam pembelajaran

PAI.

Ibnu Arabi Fasus al-Hakim dalam Bayraktar menjelaskan bahwa:

Seorang pendidik yang menggunakan metode partisipan akan mengizinkan


muridnya untuk mendiskusikan semua topik yang ada. Metode diskusi salah
satu metode yang melibatkan partisipan peserta didik, serta sangat relevan
digunakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk melatih kecakapan
berpikir.17

Menurut Gulo dalam Amin:

Metode diskusi merupakan metode pembelajaran yang tepat untuk


meningkatkan kualitas interaksi antara peserta didik. Tujuannya ialah untuk
memperoleh pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang
sesuaatu dan mempersiapkan serta menyelesaikan keputusan bersama.”

Dalam metode diskusi, peran guru tidak begitu dominan. Guru hanya

akan memberikan pengarahan terhadap jalannya diskusi dan membantu

peserta didik membuat kesimpulan. Karenanya diskusi mengandung unsur-

unsur demokratis. Peserta didik diberi kesempatan untuk mengemukanan ide-

ide dan pendapat mereka sendiri.

Diskusi mengandung unsur-unsur demokratis. Siswa diberi kesempatan


16
Ubuy Shodikin, Badruzaman, Metodologi Studi Islam, (Bandung: Tunas Nusantara, 2000), h.
40.
17
Ibid, Sulaiman, h. 174-175.
16

untuk mengemukakan ide-ide mereka sendiri. Tiap siswa diharapakan

memberikan sumbangan pendapat sehingga seluruh kelompok kembali

dengan paham yang dibina bersama, kelompok akan maju dari satu pemikiran

ke pemikiran lain, langkah-langkah untuk sampai kepada pemahaman hasil

karya bersama.18

Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang

sangat signifikan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, penerapan metode

yang tepat sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan, sementara metode

yang tidak tepat akan berakibat terhadap pemakaian waktu yang tidak efisien.

Penggunaan metode dalam suatu mata pelajaran bisa lebih dari satu

mecam. Metode yang variatif dapat membangkitkan motivasi belajar anak

didik. Pemilihan dan penggunaan metode harus mempertimbangkan aspek

efektifitas dan relevansinya dengan materi. Keberhasilan penggunaan suatu

metode merupakan kunci keberhasilan proses pembelajaran, dan akhirnya

menentukan kualitas pendidikan.

Sehingga metode Pendidikan Agama Islam yang diterapkan akan

membawa kemajuan pada bidang ilmu pengetahuan dan keterampilan. Secara

fungsional dapat menerapkan nilai-nilai ideal yang berhubungan dalam tujuan

pendidikan Islam itu sendiri. 19

18
Ibid, Al Fauzan Amin, h. 49-50.
19
Mumtazul Fikri, Konsep Pendidikan Islam (Pendekatan Metode Pengajaran), Jurnal Ilmiah
Islam Futura Volume XI, No. 1, Agustus 1011, Fakultas Tarbiyah, IAIN Ar-Raniry, Banda Aceh, h.
118-119.
17

Metode diskusi merupakan sebuah metode yang menyajikan pelajaran

melalui proses pemikiran kritis dan teliti tentang suatu masalah tertentu

dengan jalan bertukar pikiran, bantah membantah dan memeriksa dengan teliti

hubungan yang terdapat di dalamnya, dengan jalan menguraikan,

membanding-bandingkan, dan mengambil kesimpulan. 20

Salah satu metode diskusi kelompok yang efektif dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam adalah metode diskusi buzz group. Diskusi buzz

group merupakan suatu diskusi kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 orang.

Tempat duduk diatur sedemikian rupa sehingga peserta didik saling

berhadapan untuk memudahkan pertukaran pendapat.

Metode buzz group discussion (BGD) dikenal sebagai “kelompok buzz”

pertama kali digunakan oleh Dr. Donald Phillips di Michigan State University,

yang membagi kelas besar ke dalam kelompok kecil. Adanya kelompok kecil

memungkinkan siswa untuk berkontribusi berbicra secara pribadi yang

nantinya mereka bisa berbicara di depan umum.21

Beberapa jenis metode diskusi, dan dapat dipahami metode diskusi

phillips 66 merupakan bagian dari metode diskusi. Dalam penelitian metode

yang digunakan adalah metode phillips 66. Pada awalnya kelompok diskusi

kecil atau buzz group dikenal dengan nama phillips 66, karena selalu terdiri

dari 6 kelompok yang beranggotakan 6 orang dan berdiskusi selama enam

20
Ibid, Mumtazul Fikri, h. 121.
21
Ibid, Rahmat Hidayat, h. 8.
18

menit.

Metode ini dikenal dengan diskusi phillips 66. Tapi kemudian phillips

66 berubah menjadi buzz group atau buzz seasion karena jumlah tidak selalu

enam kelompok begitu juga anggotanya tidak harus enam, bisa lebih dari

enam orang dan waktu diskusi bisa lebih dari enam menit.

Buzz berasal dari bahasa inggris yang artinya dengung. Jadi bisa

dikatakan buzz group karena saat diskusi ada suara ribut seperti suara

dengungan lebah. 22

Buzz group digunakan dalam kegiatan pembelajaran pemecahan

masalah yang di dalamnya mengandung bagian-bagian khusus masalah

tersebut. Kegiatan belajar dilakukan melalui diskusi di dalam kelompok-

kelompok kecil. Kelompok-kelompok kecil itu melakukan kegiatan diskusi

dalam waktu singkat tentang bagian masalah yang dihadapi.

Buzz group menggambarkan metode diskusi sebagai salah satu yang

memungkinkan interaksi terbuka antara siswa dan siswa serta antara guru dan

siswa. Ini melibatkan percakapan mengalir bebas, memberikan siswa

kesempatan untuk mengapresiasikan pendapat dan ide-ide mereka, mendengar

mereka dan rekan-rekan mereka dan guru. Guru tidak mengambil peran

kepemimpinan. 23

Pada metode buzz group, guru memberikan sebuah konsep yang sesuai
22
Ahmad Mas Mahrus Ali, Implementasi Model Pembelajaran Tipe Buzz Group Pada Mata
Pelajaran Fiqih Kelas XI Di Ma Pim Mujahidin Pati Tahun Ajaran 2016/2017, (Skripsi: Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri Kudus, 2016), h. 11-12.
23
Ibid, Rahmat Hidayat, h. 9.
19

untuk didiskusikan, guru meminta siswa untuk membentuk kelompok 3-8

orang. Guru menginstruksikan mereka untuk memastikan setiap kelompok

berkontribusi setidaknya satu ide untuk di diskusikan. 24

Menurut Hasibuan dan Moedjiono:

Buzz group adalah suatu kelompok besar yang dibagi menjadi beberapa
kelompok kecil, terdiri atas 4-5 orang. Tempat diatur agar siswa dapat
berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan di
tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud menajamkan
kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan. 25

Menurut Ramayulis:

Diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua atau lebih individu yang
berintegrasi secara verbal dan saling berhadap muka mengenai tujuan atau
sasaran melalui cara tukar menukar informasi (information sharing)
mempertahankan pendapat (self maintenance), atau pemecahan masalah
(problem solving).26

Sudjana mengemukakan bahwa:

Metode buzz group digunakan dalam kegiatan pembelajaran pemecahan


masalah yang di dalamnya mengandung bagian-bagian khusus dalam masalah
itu. Kegiatan belajar biasanya melalui diskusi di dalam kelompok-kelompok
kecil (sub-groups) dengan jumlah anggota masing-masing kelompok sekitar 3-
4 orang. Kelompok-kelompok kecil itu melakukan kegiatan diskusi dalam
waktu singkat tentang bagianbagian khusus dari masalah yang di hadapi oleh
kelompok besar. Pemilihan anggota kelompok kecil biasanya dilakukan oleh
seorang peserta didik yang ditunjuk untuk membentuk sub kelompok. Peserta
didik yang mendapat tugas membentuk kelompok kecil itu menunjukan
teman-temannya yang duduk di samping kiri dan kanan serta di bagian depan
atau belakang tempat duduknya. Dalam kelompok kecil tidak ada ketua atau
sekretaris yang di perlukan ialah pelapor atau juru bicara.

24
Ibid, Rahmat Hidayat, h. 10.
25
Ibid, Fitriyah, h. 16.
26
Nita Rahayu, Aplikasi Metode Diskusi Buzz Group Dalam Upaya Meningkatkan Komunikasi
Interpersonal peserta Didik Pada Materi Pendidikan Agama Islam Di SMAN 1 Sukau Lampung Barat,
Skripsi UIN Raden Intan Lampung, 2018, h. 14.
20

Menurut Dimyati & Moedjiono dalam Yulianda, Dwi P. metode diskusi

buzz group adalah salah satu bentuk diskusi kelompok yang beranggotakan 4-

5 orang yang bertemu secara bersama-sama membicarakan suatu topik yang

sebelumnya telah dibahas secara klasikal.

Yulianda, Dwi P. menyatakan bahwa:

Metode diskusi jenis buzz group diaplikasikan dalam proses belajar mengajar
untuk mendorong siswa berpikir kritis, mendorong siswa mengekspresikan
pendapatnya secara bebas mendorong siswa menyumbangkan buah pikirannya
untuk memecahkan masalah bersama dan mengambil satu alterntaif jawaban
atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan
pertimbangan yang seksama.

Roestiyah menyatakan bahwa:

Buzz group adalah suatu metode diskusi kelompok dimana suatu kelompok
besar dibagi menjadi 2 sampai 8 kelompok yang lebih kecil jika diperlukan
kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6 orang untuk mendiskusikan
masalah tertentu dalam waktu yang singkat, misalnya 5 menit atau tidak lebih
dari 15 menit. Sesi buzz kemudian harus ditindaklanjuti dengan diskusi kelas
utuh untuk menyimpulkan hasil temuan. Seorang pemimpin yang telah
ditunjuk oleh masing-masing kelompok buzz melaporkan temuannya ke
kelompok besar. Lalu sebuah daftar dapat dibuat dengan menggabungkan ide-
ide yang berguna dari setiap kelompok. 27

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa diskusi buzz group

adalah suatu diskusi yang membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 3-6

atau 4-8 orang, dengan tempat duduk yang diatur dengan sedemikian rupa

saling berhadapan yang bertujuan untuk memudahkan siswa saling

berinteraksi, memecahkan masalah pembelajaran, musyawarah secara

27
Moch. Agus Krisno Budiyanto, SINTAKS 45 Metode Pembelajaran Dalam Student Centered
Learning (SCL), Malang: UMM Press, 2016, h. 33-34.
21

bersama-sama, bertukar pendapat, menggabungkan gagasan dan ide-ide dan

mencari kesimpulan dari suatu masalah pembelajaran. Kemudian dari hasil

diskusi kelompok kecil tersebut, akan dikemukakan atau dipresentasikan

kepada kelompok besar dalam diskusi kelas.

Buzz group melatih siswa dalam mengembangkan keterampilan dalam

beerkomunikasi, menguji dan memperdalam pemikiran, melatih keberanian

atau rasa percaya diri, dan melatih peserta didik yang setiap orang dalam

mengemukakan pendapat dan berbicara di depan umum mengenai topik

pembahasan dalam pembelajaran.

Jadi, dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam, metode diskusi

adalah metode yang sangat dianjurkan untuk memecahkan masalah

pembelajaran yang melibatkan siswa, melatih siswa aktif dalam belajar,

melatih siswa berargumentasi, menghargai pendapat serta mampu mengambil

kesimpulan dan membuat siswa lebih aktif mengikuti pelajaran dalam kelas.

2. Langkah - langkah Diskusi Buzz Group

Adapun langkah-langkah metode buzz group adalah sebagai berikut:

a. Pendidik, mungkin bersama peserta didik, memilih dan menentukan

masalah dan bagian-bagian masalah yang akan dibahas dan perlu

dipecahkan dalam kegiatan belajar.

b. Pendidik menunjuk beberapa peserta didik untuk membentuk

kelompok kecil. Jumlah kelompok yang akan dibentuk dan banyaknya

peserta dalam setiap kelompok kecil disesuaikan dengan jumlah


22

bagian masalah yang akan dibahas. Biasanya pemimpin kelompok dan

guru memecah anggota menjadi 3-4 kelompok terdiri dari 2-3 orang.

c. Pendidik membagikan bagian-bagian masalah kepada masing-masing

kelompok kecil. Satu kelompok membahas satu bagian masalah.

Selanjutnya, pendidik menjelaskan tentang tugas kelompok yang harus

dilakukan, waktu pembahasan (biasanya 5-15 menit), pemilihan

pelapor, dan lain sebagainya.

d. Kelompok-kelompok kecil berdiskusi untuk membahas bagian

masalah yang telah ditentukan. Para peserta didik dalam kelompok

kecil itu memperjelas bagian masalah, serta memberikan saran-saran

untuk pemecahannya.

e. Apabila waktu yang ditentukan telah selesai, pendidik mengundang

kelompok-kelompok kecil untuk berkumpul kembali dalam kelompok

besar, kemudian mempersilahkan para pelapor dari masing-masing

kelompok kecil secara bergiliran untuk menyampaikan laporannya

kepada kelompok besar.

f. Pendidik, atau seorang peserta didik yang ditunjuk, mencatat pokok-

pokok laporan yang telah disampaikan. Selanjutnya para peserta didik

diminta untuk menambah, mengurangi, atau mengomentari laporan itu.

g. Pendidik dapat menugaskan salah seorang atau beberapa orang peserta

untuk merangkum hasil pembahasan akhir laporan itu.

h. Pendidik bersama peserta didik dapat mengajukan kemungkinan


23

kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil diskusi dan

selanjutnya melakukan evaluasi terhadap hasil diskusi itu.28

3. Tujuan Diskusi Buzz Group

Secara umum, ada beberapa alasan mengapa metode diskusi adalah

metode yang tepat untuk dipraktikkan, diantaranya memiliki tujuan-tujuan

yang tepat dalam pembelajaran, yaitu:

a. metode diskusi sangat tepat digunakan untuk menghidupkan suasana

belajar mengajar di kelas

b. mampu mempertinggi partisipasi siswa untuk mengeluarkan pendapat

c. merangsang siswa mencari solusi atau jawaban-jawaban untuk

memecahkan masalah

d. melatih siswa untuk bersikap dinamis dan kreatif dalam berpikir

e. menumbuhkan sikap toleransi dalam menyampaikan pendapat dan

bersikap

f. hasil diskusi dapat disimpulkan dan mudah untuk dipahami

g. mampu memperluas cakrawala dan wawasan dalam berpikir siswa.29

Menurut Pinheino dan Connors tujuan dari diskusi buzz group adalah:

1) membina kerjasama, 2) meningkatkan partisipasi diantara semua anggota

kelompok, 3) mengaktifkan pengetahuan sebelumnya dari peserta didik, 4)

berfungsi sebagai metode untuk pemecahan masalah, 5) mendorong refleksi

28
Ibid, Moch. Agus Krisno Budiyanto, h. 34-35.
29
Ibid, Mumtazul Fikri, h. 120.
24

kelompok.

Menurut Callahan & Clark, tujuan diskusi buzz group adalah: 1)

menyediakan kesempatan bagi seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam

sebuah kelompok, membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan,

mendengarkan dan juga bicara, 3) membantu melatih berpikir siswa ketika

berinteraksi dengan yang lain.

Pembelajaran dengan penerapan diskusi buzz group bertujuan untuk

mendorong siswa meningkatkan kerja sama mereka, serta dapat meningkatkan

cara berpikir siswa, dan siswa yang lemah dapat terbantu dalam

menyelesaikan soal-soal atau masalah tertentu dalam materi pembelajaran.

Diskusi buzz group sangat berguna untuk kelas yang lebih besar dan

juga mendorong siswa pemalu untuk lebih aktif dan berpartisipasi. Bagi siswa

lainnya, diskusi buzz group dapat memberikan kesempatan untuk

mengungkapkan pikiran mereka, karena siswa memiliki kesempatan untuk

berpartisipasi, berargumen, berkomentar dan menggali ide-ide atau gagasan

dalam kelompok mereka. 30

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan diskusi

buzz group adalah untuk membina kerjasama antar siswa dalam kelompok,

mempererat hubungan pertemanan, melatih siswa menggali ide-ide dan

berpikir untuk memecahkan masalah secara bersama, melatih siswa berani

berargumentasi dan berkomentar ataupun bertanya, serta melatih interpersonal

30
Ibid, Rahmat Hidayat, h. 11-12.
25

antar siswa dengan siswa dan guru dengan siswa.

4. Kelebihan dan Kekurangan Diskusi Buzz Group

Seperti metode-metode lainnya, buzz group juga memiliki kelebihan

dan kekurangan, sebagai berikut:

a. Peserta didik yang kurang bisa menyampaikan pendapat dalam

kelompok belajar, dibantu untuk berbicara dalam kelompok kecil.

b. Menumbuhkan suasana belajar yang akrab, penuh perhatian, saling

membantu, menghargai terhadap pendapat orang lain, dan terciptanya

suasana belajar yang menyenangkan.

c. Dapat menghimpun berbagai pendapat tentang bagian-bagian masalah

dalam waktu singkat.

d. Dapat digunakan bersama teknik lain sehingga penggunaan teknik ini

bervariasi.

e. Melalui diskusi buzz group, peserta didik dapat mengembangkan bakat

kepemimpinan dan mengajarakan keterampilan berdiskusi.

f. Mendidik siswa untuk belajar mengemukakan pendapat.

g. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh penjelasan-

penjelasan dari berbagai sumber data.

h. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menghayati

problem secara bersama-sama.

i. Melatih siswa untuk berdiskusi dibawah asuhan guru.

j. Mengembangkan rasa solidaritas antar peserta didik terhadap pendapat


26

yang bervariasi atau bertentangan.

k. Membina peserta didik untuk berpikir matang matang sebelum

berbicara.

l. Dengan mendengarkan semua kterangan yang dikemukakan oleh

pembicara atau presentasi dari kelompok lain, pandangan dan

pengetahuan siswa mengenai masalah-masalah yang didiskusikan akan

bertambah luas.31

Sedangkan kekurangan diskusi buzz group adalah sebagai berikut:

a. Memungkinkan terjadinya pengelompokkan yang pesertanya terdiri

atas orang-orang yang tidak tahu apa-apa, sehingga kekuatan

kelompok tidak seimbang.

b. Laporan kelompok-kelompok kecil tidak tersusun secara sistematis

dan tidak terarah.

c. Pembicaraan mungkin akan berbelit-belit.

d. Biasanya tidak semua peserta didik berani mengemukakan

pendapatnya, sehingga waktu akan terbuang karena menunggu siswa

mengemukakan pendapat.

e. Membutuhkan waktu untuk mempersiapkan masalah dan untuk

bagian-bagian dalam masalah itu. 32

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Diskusi Buzz Group

31
Ibid, Fitriyah, h. 28.
32
Ibid, Moch. Agus Krisno Budiyanto, h. 36.
27

Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, metode diskusi

sangatlah membantu peserta didik untuk dapat mengetahui lebih banyak

tentang Islam dan dapat menjadikan mereka saling menghargai perbedaan

pendapat.33

Materi yang diberikan juga harus tepat dalam menggunakan metode

ini. Misalnya pada materi pelajaran tentang sejarah nabi atau kisah-kisah di

dalam Alquran, diskusi buzz group sangat tepat dalam membantu siswa

mengetahui lebih banyak tentang materi yang mereka pelajari. Selain

memberikan pemahaman yang mendalam, diskusi buzz group juga mampu

membantu siswa mengingat dan paham dengan pelajarannya.

Penggunaan diskusi buzz group di dalam kelas, membuat suasana

belajar mengajar menjadi efektif dan berkembang. Hal ini dapat dilihat dari

para peserta didik yang berkonsentrasi fokus dengan masalah yang sedang

didiskusikan. Sehingga, partisipasi peserta didik dalam metode ini sangatlah

dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah bersama.34

Adapun faktor yang dapat mendukung penerapan diskusi buzz group

pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut:

a. Siswa yang antusias dalam belajar, sehingga membuat siswa juga

antusias dalam membentuk kelompok.

b. Suasana ruang kelas yang mendukung, tersedianya kursi dan meja

33
Ibid, Al Fauzan Amin, h. 49.
34
Ibid, Al Fauzan Amin, h. 51.
28

yang cukup untuk para siswa membentuk kelompok.

c. Guru Pendidikan Agama Islam yang juga antusias dalam menerapkan

diskusi buzz group.

d. Peserta didik yang tepat waktu.

e. Penggunaan media belajar yang sederhana, Alquran dan terjemahan,

papan tulis, dan alat-alat tulis lainnya.

f. Topik masalah yang tidak terlalu rumit

g. Pengondisian kelas terlebih dahulu sebelum proses belajar mengajar.

h. Adanya kerjasama yang baik antar siswa.35

Sedangkan faktor penghambat penerapan diskusi buzz group pada

mata pelajaran pendidikan Agama Islam adalah:

a. Kedatangan sebagian siswa yang sering terlambat.

b. Kedatangan guru yang juga kadang terlambat.

c. Sebagian siswa yang tetap pasif atau malu mengemukakan

pendapatnya.

d. Tidak adanya kerja sama antar siswa.

e. Memakan waktu lama sehingga membuat presentasi tertunda.

6. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pengertian pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terancana

35
Anirul Kusuma, Implementasi Metode Diskusi Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Kelas XI Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Di Man 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015,
Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015, h. 9-10.
29

dalam menyikapi peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati

hingga mengimani, bertaqwa, dan berkahlak mulia dalam mengamalkan

ajaran agama Islam dari sumber utamanya yaitu Alquran dan Hadits, melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

Dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam

hubungannya dengan kerukunan antar ummat beragama dalam

masyarakathingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. 36

Pendidikan agama Islam, dalam tingkatannya, mempunyai kedudukan

yang penting dalam sistem pendidikan nasional yang bertujuan untuk

mengembangkan kemampuan dan pembentukan watak serta peradaban

bangsa, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbadan sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.37

Menurut Puskur (Pusat Kurikulum) Depdiknas:

Tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk menumbuhkan dan


meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
pengahayatan, pengalaman, dan juga pengalaman peserta didik tentang agama
Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketaqwaan kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat
melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Al-Nahlawi mengatakan bahwa pendidikan Islam adalah sebagai

36
Ibid, Al Fauzan Amin, h. 9.
37
Ibid, Nita Rahayu, h. 43.
30

pengaturan pribadi dan masyarakat sehingga dapat memeluk Islam secara

logis dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun

masyarakat (kolektif).

Sedangkan menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly:

Pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak


peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi
dan kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut, diharapkan akan
terbentuk pribadi peserta didik yang lebih sempurna, baik yang berkaitan
dengan potensi akal, perasaan, maupun perbuatannya.

Dan menurut Ahmad Tafsir, pendidikan Islam adalah bimbingan yang

diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara

maksimal sesuai dengan ajaran Islam.38

Pendidikan agama Islam harus diarahkan untuk meningkatkan

dimensi, komitmen, ritual dan sosial secara terpadu dengan tetap berusaha

mengembangkan sikap menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan

antara umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan

nasional.

Pendidikan agama Islam secara optimal harus mampu mendidik anak

didik agar memiliki kedewasaan atau kematangan dalam berpikir, beriman

dan bertaqwa kepada Allah SWT. Juga mampu mengamalkan nilai-nilai yang

mereka dapatkan dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang

baik dan menjadi pengamal ajaran Islam yang mampu berdialog dengan

38
Ibid, Sulaiman, h. 27-28.
31

perkembangan zaman. 39

Menurut Puskur (Pusat Kurikulum) fungsi pendidikan agama Islam

adalah sebagai berikut:

a. Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai


kebahagaiaan hidup dunia dan akhirat.
b. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta
akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan
lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.
c. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial
melalui pendidikan agama Islam.
d. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik
dalam keyakinan, pengalaman ajaran agama Islam dalam kehidupan
sehari-hari.
e. Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif budaya asing yang akan
dihadapinya sehari-hari
f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam
nyata dan non nyata), sistem dan fungsionalnya.
g. Penyaluran siswa untuk mendalami pendidikan agama ke lembaga
pendidikan yang lebih tinggi. 40

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam

adalah pembelajaran yang merujuk pada Alquran dan Hadits, yang berupaya

untuk menjadikan peserta didik beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT,

berkahlak mulia, berwawasan luas, mampu menjaga diri dari pengaruh-

pengaruh dunia luar dan budaya asing, mampu membentengi diri dari hal-hal

negatif, dan dapat mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-

harinya.

B. Penelitian Terdahulu

Guna memperkuat analisis skripsi ini, calon peneliti mencoba menelaah

39
Ibid, Al Fauzan Amin, h. 10-11.
40
Ibid, Al Fauzan Amin, h. 10.
32

beberapa penelitian skripsi yang mendukung dengan judul skripsi ini antara lain:

1. Skripsi Mahasiswa Fitriyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013. Dengan judul penelitian Penerapan

Metode Buzz Group Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pada Materi

Fikih Kelas VIII Di MTS Ihya’ul Ulum Suci Sugio Lamongan. Hasil

penelitiannya adalah: Data hasil observasi ini diambil dari pengamatan

terhadap sebelum penerapan metode buzz group. Peneliti mengadakan pree

test terlebih dahulu sebagai pemeriksaan terkait prestasi belajar siswa. Metode

yang digunakan adalah metode diskusi, ceramah, presentasi, tanya jawab, dan

penugasan. Setelah guru menyampaikan materi menggunakan metode buzz

group, pada mata pelajaran Fikih Kelas VIII MTS Ihyaul Ulum Suci Sugio

Lamongan, diperoleh skor guru adalah 85 kategori sangat baik dan siswa

sangat baik yaitu dengan nilai rata-rata 89, 75. Dan dari hasil post tes rata-rata

kelas menunjukkan 93, 28. Jadi, dengan penerapan metode diskusi buzz group

dapat mengatasi permasalahan yang muncul , dan meningkatkan hasil belajar

siswa kelas VIII Mts Ihyaul Ulum Suci Sugio Lamongan terhadap materi

hukum Islam tentang makanan dan minuman pada mata pelajaran Fikih.

2. Skripsi Mahasiswa Nita Rahayu, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden

Intan Lampung, 2018. Dengan judul penelitian Aplikasi Metode Diskusi Buzz

Group Dalam Upaya Meningkatkan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik

Pada Materi Pendidikan Agamaislam Di SMAN 1 Sukau Lampung Barat.

Hasil penelitiannya adalah: Penerapan metode diskusi buzz group dalam


33

upaya meningkatkan komunikasi interpersonal peserta didik telah

dilaksanakan oleh pendidik di SMAN 1 Sukau Lampung barat antara lain,

tahap 1 guru menyampaikan tujuan pembelajaran, tahap 2 guru mengarahkan

diskusi, tahap 3 guru menyelanggarakan diskusi,dan tahap ke 4 yaitu menutup

diskusi dengan merangkum hasil diskusi. Mengenai hasil yang dipakai oleh

peserta didik mengenai metode diskusi buzz group dalam upaya meningkatkan

komunikasi interpersonal peserta didik SMAN 1 Sukau dikatakan meningkat.

Dilihat dari hasil akhir diperoleh hasil 70% dengan kategori baik. Ada

perubahan secara individual dari peserta didik, memiliki keberanian mental

untuk tampil berbicara, siswa mampu menjadi lebih cakap dalam komunikasi

dan kreatif dalam memahami suatu permasalahan, sehingga dapat membantu

dalam proses berlajar mengajar.

3. Skripsi Mahasiswa Rahmat Hidayat, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN

Alauddin Makassar, 2019. Dengan judul Perbandingan Penerapan Metode

Buzz Group Discussion Dengan Metode Fishbowl Terhadap Hasil Belajar

Biologi Kelas IX SMP Negeri 4 Bantimurung. Hasil penelitiannya adalah:

Berdasarkan nilai pre-test di kedua kelompok. Pada kelompok yang

eksperimen memperoleh nilai rata-rata 47,37 dan kelompok kontrol

memperoleh nilai rata-rata 46,35. Dengan kata lain kemampuan awal siswa

pada kedua kelompok tersebut nilai rata-ratanya hampir sama. Setelah

diberikan perlakuan (treatment), nilai post-test di kedua kelompok yaitu

kelompok metode buzz groups discussion dan kelompok metode fishbowl


34

menunjukkan peningkatan. Pada kelompok metode buzz groups discussion

memperoleh nilai rata-rata 77,41 sedangkan pada kelompok metode fishbowl

memperoleh nilai rata-rata 73,51 dari skor maksimal yaitu 100. Hasil belajar

sebelum dan setelah dibelajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran

buzz groups discussion menunjukkan adanya perbedaan. Siswa setelah

dibelajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran buzz groups

discussion memiliki nilai rata-rata 77,41 yang masuk dalam kategori baik

yang jika dibandingkan dengan hasil pretest siswa yang memiliki nilai rata-

rata 47,37 yang masuk dalam kategori cukup.

Anda mungkin juga menyukai