Anda di halaman 1dari 6

Makalah Islam Moderat

Nama: Siti Hajariyah


NIM: 211030073
Kelas: MPI D\4

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)


UIN DATOKARAMA PALU
2020
A.Sikap Moderat yang diajarkan dan di praktikan Nabi Muhammad SAW

1. Memahami realitas. Dikemukakan bahwa Islam itu relevan untuk setiap zaman dan waktu
(shalih li kulli zaman wa makan). Disebutkan juga bahwa ajaran Islam itu ada yang tetap dan
tidak bisa dirubah –seperti shalat lima waktu, dan ada juga yang bisa dirubah karena waktu dan
tempat –seperti zakat fitrah dengan beras, gandum, atau sagu tergantung yang menjadi makanan
pokok pada masyarakat itu. Umat Islam yang bersikap moderat (wasath) adalah mereka yang
mampu membaca dan memahami realitas yang ada. Tidak gegabah atau ceroboh.
Mempertimbangkan segala sesuatu, termasuk kebaikan dan keburukannya. Terkait hal ini kita
bisa belajar banyak dari Nabi Muhammad saw. Beliau adalah orang pandai dalam membaca
realitas. Salah satu contohnya adalah Nabi Muhammad saw. tidak menghancurkan patung-patung
yang ada di sekitar Ka‟bah selama beliau berdakwah di sana. Beliau sadar tidak memiliki
kekuatan untuk melakukannya pada waktu itu. Namun pada saat Fathu Makkah, semua patung
dan kemusyrikan di kota Makkah dihancurkan semua.

2. Memahami fiqih prioritas. Umat Islam yang bersikap moderat sudah semestinya mampu
memahami mana-mana saja ajaran Islam yang wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Mana
yang fardlu „ain (kewajiban individual) dan mana yang fardlu kifayah (kewajiban komunal). Di
samping memahami mana yang dasar atau pokok (ushul) dan mana yang cabang (furu).

3. Memberikan kemudahan kepada orang lain dalam beragama. Ada istilah bahwa agama itu
mudah, tapi jangan dipermudah. Pada saat mengutus Muadz bin Jabal dan Abu Musa al-Asy‟ari
ke Yaman untuk berdakwah, Nabi Muhammad saw. berpesan agar keduanya memberikan
kemudahan dan tidak mempersulit masyarakat setempat. Cerita lain, pada suatu ketika ada
sahabat nabi yang berhubungan badan dengan istrinya pada siang bulan Ramadhan. Lalu sahabat
tersebut mendatangi Nabi Muhammad saw. untuk meminta solusi. Nabi Muhammad saw.
menyebutkan kalau hukuman dari perbuatan sahabatnya itu adalah memerdekakan budak, puasa
dua bulan berturut-turut, atau memberi makan 60 orang fakir miskin. Ternyata sahabat tadi
mengaku tidak mampu untuk menjalankan itu semua karena dia memang miskin dan payah.
Seketika sahabat tadi membawa sekeranjang kurma untuk nabi. Kemudian Nabi Muhammad
saw. menyuruh sahabatnya itu untuk menyedekahkan kurma kepada orang yang paling miskin.
Sahabat tadi menjawab kalau dirinya lah orang yang paling miskin. Lalu Nabi Muhammad saw.
memerintahkan sahabat tadi untuk membawa sekeranjang kurma itu dan menyedekahkan kepada
keluarganya sebagai kafarat atas perbuatannya, jima‟ pada siang bulan Ramadhan.

4. Memahami teks keagamaan secara komprehensif. Perlu dipahami bahwa satu teks dengan
yang lainnya itu saling terkait, terutama teks-teks tentang jihad misalnya. Ini yang biasanya
dipahami separuh-separuh, tidak utuh, sehingga jihad hanya diartikan perang saja. Padahal
makna jihad sangat beragam sesuai dengan konteksnya.
5. Bersikap toleran. Umat Islam yang bersikap moderat adalah mereka yang bersikap toleran,
menghargai pendapat lain yang berbeda –selama pendapat tersebut tidak sampai pada jalur
penyimpangan. Karena sesungguhnya perbedaan itu adalah sesuatu yang niscaya. Intinya sikap
toleran adalah sikap yang terbuka dan tidak menafikan yang lainnya. Para sahabat sangat baik
sekali mempraktikkan sikap toleran. Misalnya Abu Bakar melaksanakan shalat Tahajjud setelah
bangun tidur, sementara Umar bin Khattab tidak tidur dulu saat menjalankan salat Tahajjud. Para
ulama terdahulu juga sangat toleran sekali. Imam Syafi‟i misalnya. Bahkan, dia sampai berkata:
“Kalau pendapatku benar tapi mungkin juga salah. Pendapat orang lain salah tapi mungkin juga
benar.”

6. Memahami sunnatullah dalam penciptaan. Allah menciptakan segal sesuatu melalui proses,
meski dalam Al-Qur‟an disebutkan kalau Allah mau maka tinggal “kun fayakun.” Namun dalam
beberapa hal seperti penciptaan langit dan bumi –yang diciptakan dalam waktu enam masa. Pun
dalam penciptaan manusia, hewan, dan tumbuhan. Semua ada tahapannya. Begitu pun Islam,
orang yang bersikap moderat pasti memahami kalau ajaran-ajaran Islam itu diturunkan dan
didakwahkan secara bertahap. Pada awal-awal, Nabi Muhammad saw. berdakwah secara
sembunyi-sembunyi, lalu terang-terang-terangan. Juga dalam minuman keras (khamr) misalnya.
Ada empat tahapan dalam pelarangan khamr: informasi kalau kurma dan anggur itu mengandung
khamr (an-Nahl: 67), informasi manfaat dan mudarat khamr (al-Baqarah: 219), larangan
melaksanakan shalat saat mabuk (an-Nisa: 43), dan penetapan keharaman khamr (al-Maidah:
90). Memang, pada dasarnya karakter ajaran Islam itu moderat (wasath). Dalam beberapa
kesempatan, KH A Mustofa Bisri, ulama kharismatik Nahdlatul Ulama (NU), juga menegaskan
kalau Islam itu moderat dan kalau tidak moderat berarti itu bukan Islam. Akan tetapi, sifat atau
karakter dasar Islam yang moderat itu tertutup oleh perilaku dan sikap sebagian umat Islam yang
berlebih-lebihan (ghuluw), baik yang radikal, yang fundamental, atau pun yang liberal.
Bukankah sebaik-baiknya urusan adalah yang pertengahan (khoriul umuri awsathuha)?” Wallahu
„alam.

B.Sikap Moderat yang diajarkan dan dipraktikkan Khulafaurasyidin

1.Abu Bakar As Shiddiq (11-13 H / 632-634M)


Abu Bakar As Shiddiq Abu Bakar adalah sahabat yang paling dicintai Nabi. Ia
mengorbankan harta bendanya untuk perjuangan Nabi. Putri Abu Bakar, Siti Aisyah, dinikahkan
dengan Nabi. Gelar As Siddiq yang berarti amat membenarkan diberikan karena Abu Bakar
adalah orang pertama yang membenarkan peristiwa Isra Miraj. Abu Bakar adalah manusia yang
dianggap paling agung dalam sejarah Islam setelah Rasulullah.
Berikut sifat-sifat dan sikapnya yang dikenal:
 Akhlak yang mulia
 Rela mengorbankan harta benda dan kekayaan
 Penyantun
 Tidak pernah berbuat keji
 Bijaksana menyelesaikan masalah umat
 Tenang dalam menghadapi kesukaran
 Rendah hati ketika berkuasa
 Tutur bahasa yang lembut
Abu Bakar As Siddiq Abu Bakar disebut mengorbankan seluruh harta bendanya untuk menebus
orang-orang yang ditawan di zamannya. Ia memerdekakan budak muslim dengan cara
membelinya. Salah satu hamba Allah yang dimerdekakannya yakni Bilal bin Rabah.

2. Umar Bin Khattab (13-23 H / 634-644 M)


Umar terlahir dari keluarga duta besar dan pedagang. Ia kerap ikut orangtuanya
berdagang ke luar negeri. Ketika menginjak dewasa, Umar sering mengikuti lomba pacuan kuda.
Keberaniannya membuat ia dijuluki Singa Padang Pasir. Karena kecerdikannya berdiplomasi
seperti moyangnya, ia juga mendapat julukan Abu Faiz. Umar masuk Islam di usia 27 tahun.
Sebelumnya, ia memusuhi Nabi dan para pengikutnya. Menurut Ibnu Abbas, Umar kemudian
menjadi pembela Islam. Ia melindungi anak yatim. Di antara akhlah mulia Umar bin Khattab,
yang menonjol di antaranya:
 Perhatian terhadap rakyatnya
 Hidup sederhana
 Menepati janji
 Adil
 Cermat

3. Usman Bin Affan (23-35 H / 644-656 M)


Usman bin Afaan punya julukan Zunnuarain Walhijratain. Artinya memiliki dua cahaya
dan dua kali hijrah. Ia menikahi dua putri Nabi, Rukayah dan Umi Kulsum. Usman juga dua kali
hijrah yakni ke Hasby dan Madinah. Usman disegani karena berasal dari keturunan bangsa
saudagar yang kaya raya. Beberapa sifatnya yang terkenal yaitu:
 Tampan dan gagah
 Tekun dan ulet
 Pemalu Sabar dan tawakal menghadapi cobaan
 Takut azab dan siksa Allah
 Suka membantu
 Dermawan

4. Ali Bin Abi Talib (35-40 H / 656-661 M)


Ali adalah satu-satunya sahabat yang dididik oleh Rasul sejak kecil. Ia adalah orang
kedua yang menerima dakwah Islam setelah Khadijah, istri Rasul. Ali dianugerahi kecerdasan
yang luar biasa. Ia juga diketahui menguasai banyak masalah keagamaan yang mendalam. Sifat
lainnya yakni:
 Sabar
 Tabah
 Pemberani
C. Ayat dan Hadist tentang sikap Moderat dalam beragama

Islam adalah agama yang moderat (wasathiyah). Eksistensinya bukan agama yang ekstrim kiri
maupun ekstrim kanan. Dalam Al-Qur'an pun Allah banyak memberi isyarat akan kemoderatan
Islam sebagai suatu agama. Sebagai berikut:

Ayat pertama,

(١٤٣)

Artinya: “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan
pilihan, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi
saksi atas (perbuatan) kamu”. (Qs. Al-Baqoroh: 143).

Ayat kedua,

(١٤٣)

Artinya: “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu
terlalu mengulurkannya, karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal”. (Qs. Al-Isro`: 143).

Ayat ketiga,

(١١٠)

Artinya: “Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula
merendahkannyadan carilah jalan tengah di antara kedua itu”. (Qs. Al-Isro`: 110).

Dan ayat keempat

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah swt kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagianmu dari (kenikmatan) duniawi. Dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berbuat kerusakan”. (Qs. Al-Qoshosh: 77).

Itulah ayat-ayat Al-Qur'an tentang keniscayaan bahwa Islam adalah agama yang moderat. Islam
bukan agama yang ekstrim baik ekstrim kiri maupun ekstrim kanan. Wallahu A'lam. Adapun
Menurut al-Qurtubi dalam kitabnya al-Jami' al-ahkam, firman "Wa kalika ja'alnkum ummataw
wasaan" Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil". Makna dari firman Allah
ini adalah, sebagaimana kabah merupakan tengah-tengah bumi, maka demikian pula kami
menjadikan kalian umat yang pertengahan. Yakni kami jadikan kalian dibawah para nabi tapi di
atas umat-umat yang lain. Makna al-wast adalah adil. Asal dari kata ini adalah bahwa sesuatu
yang paling terpuji adalah yang pertengahan.

Menurut hadits riwayat al-Bukhari dan Ahmad, ayat tersebut turun berkaitan dengan sabda Nabi
Saw yang artinya: "Di hari kiamat kelak Nabi Nuh As. akan dipanggil (Allah) lalu ditanya:
"Apakah Engkau telah menyampaikan (wahyu)? Ia lalu menjawab: ya, sudah. Kaumnya lalu
dipanggil dan ditanya: "Apakah dia (Nuh) telah menyampaikan kepada kalian?" Mereka
menjawab: "Tidak seorang pemberi peringatan pun datang kepada kami." Lalu Nuh ditanya lagi,
"Siapa yang bersaksi kepadamu?" Ia menjawab: "Muhammad dan ummatnya", lalu turunlah ayat
tersebut.

Menurut Ibn Taimiyah, Islam itu agama moderat, jalan tengah. Umat Islam berada di tengah-
tengah di kalangan para Nabi dan Rasul, serta orang-orang shalih, tidak berlebih-lebihan. Seperti
orang-orang Nashrani, yang "mereka itu menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka
sebagai tuhan selain Allah, dan mereka juga mempertuhankan Isa bin Maryam; padahal mereka
hanya disuruh menyembah Tuhan yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia. Maha Suci Allah
dari apa yang mereka sekutukan." (QS. At-Taubah/9: 31)

Menurut Ibn Taimiyah, jalan lurus dan benar merupakan puncak moderasi karena berada di jalan
yang benar berarti berada di tengah-tengah kebenaran, tidak menyimpang, dan tidak pula
ekstrim.

Anda mungkin juga menyukai