Anda di halaman 1dari 6

Apa itu "ISTIDRAJ"

Dalam Islam ada istilah istidraj yg bisa diartikan sebagai jebakan kenikmatan yang
diberikan kepada seseorang yang jarang beribadah dan sering melakukan maksiat tetapi
hidupnya terus dilimpahi kenikmatan.

Contoh istidraj dapat berupa berbagai bentuk kenikmatan dunia, seperti harta, kesehatan,
kekuasaan, dan kedudukan. Kenikmatan tersebut sering membuat manusia terlena dan lupa
bahwa semuanya adalah titipan Allah SWT.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al 'Araf: 182-183 yang berbunyi:

‫ َو ُاْمِلْي َلُهْۗم ِاَّن َكْيِد ْي َم ِتْيٌن‬، ‫َو اَّلِذ ْيَن َك َّذ ُبْو ا ِبٰا ٰي ِتَنا َس َنْس َتْد ِر ُج ُهْم ِّم ْن َح ْيُث اَل َيْع َلُم ْو َن‬

Artinya:
"Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan Kami biarkan mereka
berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku
akan memberikan tenggang waktu kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh".

Banyak orang yang terjebak dalam istidraj karena merasa kenikmatan yang didapatkan
adalah anugerah. Padahal, kenikmatan tersebut adalah ujian yang harus dihadapi.

Istidraj sering kali membuat manusia terlena dan lupa kepada Allah SWT, bahkan merasa
tidak membutuhkan-Nya lagi.

Rasulullah SAW pun bersabda mengenai peringatan istidraj yang harus diwaspadai oleh
umat Islam, sebagai berikut.

"Apabila Engkau melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba,
sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari
Allah......
"DOSA PENGHALANG DOA"

‫ال تستبطئ اإلجابة وقد سددت طريقها بالذنوب‬.

"Jangan engkau tuduh bahwa doamu lambat dikabulkan, padahal dirimu sendirilah yang
menutup rapat- rapat jalan terkabulnya doa dengan dosa-dosa."
(Yahya bin Mu'adz)

"Tidak ada yang bisa menolak takdir kecuali doa, dan tidak ada yang bisa menambah umur
kecuali perbuatan baik. Sesungguhnya seseorang boleh jadi terhalang rizkinya karena dosa
yang terus diperbuatnya.”
(HR. Ibnu Majah)

Diantara penyebab doa tidak dikabulkan,


Makan makanan haram, su'udzon kepada Allah dan terburu-buru (misalnya berkata, "Saya
sudah lama berdoa tapi belum dikabulkan juga"), melakukan dosa tertentu,
melalaikan amar makruf nahi mungkar, isi doanya mengandung dosa, mendzalimi orang,
tidak serius berdoa (mulutnya berdoa tapi hatinya kosong)

Perbanyaklah istighfar.
Rasulullah shallallahu'alaihi wa 'ala alihi wa sallam bersabda,
.
‫ َﻭ ِﻣ ْﻦ ُﻛ ِّﻞ ِﺿ ْﻴٍﻖ َﻣ ْﺨ َﺮ ًَﺟ ﺎ َﻭ َﺭ َﺯ َﻗُﻪ ِﻣ ْﻦ َﺣ ْﻴُﺶ َﻻ َﻳْﺤ َﺘِﺴ ُﺐ‬،‫َﻣ ْﻦ َﺃْﻛ َﺸ َﺮ ﺍِﺎْﻟ ْﺳ ِﺘْﻐ َﻔﺎَﺭ َﺟَﻌَﻞ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻟُﻪ ِﻣ ْﻦ ُﻛ ِّﻞ َﻫٍّﻢ َﻓَﺮَﺟ ﺎ‬
.
“Barang siapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah menjadikan untuk setiap
kesedihannya jalan keluar, dan untuk setiap kesempitannya kelapangan, dan Allah akan
memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.”
[ HR Ahmad ]

"Bila kamu ingin berdoa, sementara waktu yang kamu punya begitu sempit, padahal
dadamu dipenuhi oleh banyak keinginan, maka jadikan seluruh isi doamu menjadi istighfar
agar Allah memaafkanmu. Karena, bila Allah memaafkanmu, maka semua keperluanmu
dipenuhiNya tanpa engkau memintanya."
[ Imam Ibnul Qayyim rahimahullah ]

Wallahu a'lam
Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Ibnu Mas’ud bersumpah :
"Demi Allah Yang tidak ada Ilah selain-Nya. Tidaklah satu surat pun yg diturunkan dari
Kitabullah, kecuali saya mengetahui, di mana surat itu diturunkan. Dan tidak ada satu ayat
pun dari Kitabullah kecuali mengetahui, kepada siapa ayat itu diturunkan. Sekiranya aku
tahu, ada orang yg lebih mengetahui tentang Kitabullah dan tempatnya bisa ditempuh oleh
Unta, maka niscaya aku akan berangkat menemuinya."

Ia mengetahui Al Qur'an dan waktu turunnya. Rasulullah memujinya dan menganjurkan


para sahabat lain untuk belajar dan menghafal al Qur'an kepadanya. Sabda Rasulullah
kepada para sahabatnya :
“Ambillah Al Qur'an itu dari empat orang. Yaitu dari Ibnu Mas'ud, Salim, Mu'adz bin Jabal
dan Ubay bin Ka'ab.”
(Hr Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ahmad).

Maka beramai-ramai orang mengambil pelajaran al Qur'an darinya, mengamalkannya,


membaca, menghapal, serta Ibnu Mas’ud menjelaskan dan memperingatkan kepada mereka
masalah yg penting jika terdapat kekeliruan dalam membaca Al Qur'an.

Secara fisik, sahabat Ibnu Mas’ud berpotensi menjadi ejekan bahkan menjadi bahan tawaan
orang lain, karena ia tubuhnya berpostur kecil dan kurus. Ali ra berkata, Rasulullah
memerintahkan Ibnu Mas’ud agar mengambil ranting pohon (untuk siwak). Ketika
memanjat pohon itu, para sahabat melihat betis Abdullah bin Mas’ud sangat kecil dan
kurus, sehingga sahabat pun tertawa.
Sehingga Rasulullah bersabda : "Apa yg kalian tertawakan? Sungguh kaki Abdullah bin
Mas’ud jauh lebih berat dalam timbangan hari Kiamat daripada Gunung Uhud".
(Hr Ahmad).

Secara ekonomi, Abdullah bin Mas’ud adalah seorang yg miskin dan mengalami kesusahan
hidup, sehingga ia merasa orang yg paling berhak untuk mendapatkan sedekah dari istrinya
daripada orang lain. Adalah Zainab Ats Tsaqafiyah ra seorang wanita bangsawan yg kaya,
yg berasal dari kabilah Bani Tsaqif di Thaif. Ia menikah dengan Abdullah bin Mas'ud,
seorang sahabat Rasulullah yg tadinya hanyalah seorang buruh penggembala kambing,
tetapi Islam telah memuliakannya dengan kemampuannya di dalam Al Qur'an, bahkan Nabi
memuji bacaannya, tepat seperti ketika Al Qur'an diturunkan. Tentu saja Ibnu Mas’ud
hanyalah dari kalangan biasa dan miskin, bahkan kondisi fisiknya ada kekurangan seperti
"diatas".

Walau dengan ‘derajat’ duniawiah yg begitu jauh berbeda, Zainab bersedia dinikahi Ibnu
Mas’ud, karena ia menyadari kekayaan dan kebangsawanannya belum tentu bisa menjamin
keselamatannya di akhirat kelak. Tetapi dengan menjadi istri dan pendamping seorang
sahabat yg begitu dimuliakan Rasulullah, ia yakin akan memperoleh "jalur yg tepat" masuk
surga, asal dengan ikhlas mengabdi pada suaminya tersebut.

Suatu ketika Zainab mendengar Rasulullah bersabda : "Wahai kaum wanita, bersedekahlah
kamu sekalian, walaupun harus dengan perhiasanmu."

Ketika tiba di rumah dan bertemu dengan suaminya, Abdullah bin Mas'ud, ia menceritakan
sabda Nabi tersebut dan berkata, "Sesungguhnya engkau adalah orang yg tidak mampu,
tolong datang dan tanyakan kepada Nabi , apa boleh aku bersedekah kepadamu, jika tidak
boleh, aku akan memberikannya kepada orang lain..".

Tetapi Ibnu Mas'ud merasa tidak enak dan malu menanyakan hal tersebut kepada Nabi,
karena ia dalam posisi "berhak tidaknya" menerima sedekah dari istrinya sendiri. Apalagi ia
mempunyai kedekatan khusus dengan beliau. Karena itu ia berkata kepada istrinya, "Kamu
sendiri saja yg datang kepada beliau dan menanyakannya."

Dengan perintah serta ijin suaminya tersebut, Zainab datang ke rumah Nabi, ternyata di
sana telah ada seorang wanita Anshar menunggu Nabi hadir/datang untuk menanyakan hal
yg sama dengan dirinya.

Keluarlah Bilal untuk menemui kami. Kamipun berkata kepada Bilal, ’’Temuilah
Rasulullah dan kabarkanlah beliau kalau ada dua orang wanita yg berada di depan pintu
beliau yg akan bertanya apakah boleh sedekah diberikan kepada suami dan anak-anak yatim
yg diasuh keduanya?.
Dan jangan kamu jelaskan siapa kami ini.’’
Bilal kemudian masuk dan menanyakan hal itu kepada Rasulullah, beliau bertanya :
‘’Siapakah dua wanita itu?
Bilal menjawab : " Seorang wanita Anshar dan Zainab".
’Zainab yg mana?’’ Tanya Rasulullah.
Ia menjawab : "Istri Abdullah.’’

Kemudian Rasulullah bersabda :


"Bagi kedua wanita itu mendapatkan dua pahala, yaitu pahala (menyambung) kerabat dan
pahala sedekah.”
(Hr Bukhari, Muslim).

Hadits di atas memberikan pelajaran penting kepada kita, boleh hukumnya seorang istri
bersedekah kepada suami terutama bila suaminya belum bekerja atau memiliki penghasilan
yg sedikit. Bahkan, seorang istri diperbolehkan mengeluarkan zakat wajibnya kepada
suaminya yg fakir atau miskin atau termasuk dalam kriteria orang yg berhak mendapatkan
zakat. "Itu karena seorang istri tidak memiliki kewajiban menafkahi suaminya".

Bersedekah kepada suami merupakan bagian penting yg harus diperhatikan oleh seorang
istri. Sedekah yg dikeluarkan oleh istri kepada suaminya tidak hanya akan menumbuhkan
jalinan yg harmonis dengan Allah juga menjadi sebab terjalinnya hubungan yg mesra
dengan suami dan anggota keluarganya.
Oleh karena itu, bila seorang istri hendak bersedekah "perhatikan" dulu suaminya apakah ia
layak disedekahi atau tidak sebelum bersedekah kepada orang lain. Karena bersedekah
kepada suami yang fakir harus diutamakan sebelum bersedekah kepada yg lainnya.

Zainab beserta wanita Anshar tersebut sangat gembira. "Ijtihad" mereka tentang shadaqah
ternyata dibenarkan beliau, bahkan memperoleh pahala berlipat.
‫إن المصدقين واْلمصدقات وأْقرضوا هللا قرضا حسنا يضاعف لهم ولهم َأجر كريم‬
“Sesungguhnya orang² yg bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan
kepada Allah pinjaman yg baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada
mereka; dan bagi mereka pahala yg banyak.”
(Qs. Al Hadid 18).

Datang kepada Rasulullah seorang wanita yg kala itu beliau sedang duduk² bersama para
shahabat. Wanita itu berkata, "Ya Rasulullah saya datang kepadamu sebagai utusan seluruh
wanita madinah."

Kemudian Rasulullah mempersilahkan dia duduk dan berbicara.


Wanita itu melanjutkan "Sesungguhnya Allah mengutusmu kepada seluruh laki-laki dan
wanita, maka kamipun para wanita beriman kepadamu dan kepada Tuhanmu. Namun kami
selalu dalam keterbatasan beramal. Kami hanya beraktivitas di dalam rumah, tempat
menyalurkan hasrat suami, mengandung dan merawat anak².

"Sementara kalian kaum laki-laki mengungguli kami dalam amal yg kami tidak mampu
mengerjakannya. Kalian shalat Jum’at, shalat berjamaah di masjid, menjenguk orang sakit,
mengantar jenazah, berhaji kapanpun mau, dan yg lebih utama dari itu yg membuat kami
iri adalah jihad fi sabilillah".
"Padahal bila kalian pergi untuk haji atau berjihad maka kamilah kaum wanita yg menjaga
harta kalian, yg mengurus pakaian kalian dan yg merawat anak-anak. Bisakah kami
mendapatkan pahala seperti kaum lelaki ?”

Nabi berbalik menghadap kepada para sahabat, kemudian beliau bersabda,

‫هل سمعتم مقالة امرأة قط أحسن من مساءلتها في أمر دينها من هذه‬

“Apakah kalian pernah mendengar pertanyaan tentang urusan agama yg lebih baik daripada
pertanyaan wanita ini ?”

Para sahabat menjawab, “Ya Rasulullah, kami tidak pernah menyangka ada wanita yg bisa
bertanya seperti ini.”

Nabi kembali menghadap kepada wanita tersebut seraya bersabda :

‫افهمي أيتها المرأة وأعلمي من خلفك من النساء أن حسن تبعل المرأة لزوجها وطلبها مرضاته واتباعها‬
‫موافقته يعدل ذلك كله‬

“Ketahuilah olehmu, dan sampaikan ini kepada seluruh wanita di belakangmu. Bahwa
ketaatan seorang istri dan ia memperoleh ridho suaminya, itu menyamai semua amal² yg
tadi engkau sebutkan !"
Wanita itu kemudian berlalu dengan wajah berseri-seri, ia bergegas untuk segera
menyampaikan kepada para wanita muslimah kabar gembira tersebut.
‫وهللا اعلم‬

Anda mungkin juga menyukai