0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
91 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang penyebab mengapa doa tidak terkabulkan, yaitu karena hati yang mati akibat (1) mengenal Allah tetapi tidak menjalankan ibadah, (2) membaca al-Qur'an tetapi tidak melaksanakannya, dan (3) menikmati nikmat Allah tanpa bersyukur.
Dokumen tersebut membahas tentang penyebab mengapa doa tidak terkabulkan, yaitu karena hati yang mati akibat (1) mengenal Allah tetapi tidak menjalankan ibadah, (2) membaca al-Qur'an tetapi tidak melaksanakannya, dan (3) menikmati nikmat Allah tanpa bersyukur.
Dokumen tersebut membahas tentang penyebab mengapa doa tidak terkabulkan, yaitu karena hati yang mati akibat (1) mengenal Allah tetapi tidak menjalankan ibadah, (2) membaca al-Qur'an tetapi tidak melaksanakannya, dan (3) menikmati nikmat Allah tanpa bersyukur.
60. Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina".
Jamaah sidang sholat jum’at rahimakumullah.
Segala puja dan puji marilah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang Allah SWT berikan kepada kita. Marilah sama-sama kita meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, agar kita memperoleh keselamatan di dunia dan akhirat. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada kekasih Allah, nabi besar Muhammad SAW, sosok manusia yang paling mulia, serta menjadi suri tauladan bagi ummatnya hingga akhir zaman nanti.
Kaum Muslimin rahimakumullah
Tengah berjalan di tengah kota basyrah, datang seseorang bertanya pada beliau ya Aba Ishaq, wahai Abu Ishaq, (panggilan buat Imam Hasan Al-Bisri). Katanya dalam al-Qur’an itu, ud’uni astajiblakum (berdoalah kepadaku aku akan jawab doamu) begitu janji Allah dalam Al-Qur’an. Lah kami ini kata si orang tadi, sudah lama berdoa kepada Allah, sudah banyak kali kami memohon kepadanya, tapi kok doa kami sampai sekarang engak di jawab/engak dikabulkan. Ini sebenarnya bagaimana? Imam Hasan Al Basri, senyum lalu menjawab Ya Ahlal Basyra (wahai penduduk basyrah) hatimu mati, dari hati yang mati bagaimana mungkin doa akan terjawab, tidak ada getaran yg dapat sampai kepada Allah, hatimu mati maka doa mu tidak dikabulkan. Saudaraku yang mulia, kita renungkan jawaban ini, sederhana doa tidak di dengarkan Allah. Permohonan tidak dikabulkan olehnya, tapi kalau kita ingin merenung lebih dalam dan jauh, kemalangan apa yang lebih besar selain dari pada kalau Allah sudah berpaling dari kita dalam hidup ini. Permohonan tidak dikabulkan, doa tidak di dengar, maka kemana lagi langit tempat kita bernaung kemana lagi bumi tempat kita berpijak. Kalau Allah sudah berpaling dari hidup kita, itulah kemalangan yang paling besar dalam hidup kita ini. Nah, apa yang menyebabkan hati itu menjadi mati, sehingga tidak ada getaran yang menyambung ke arsy yang mengakibatkan Allah berpaling dari kita. Imam Hasan Al-Bisri menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan hati menjadi mati: Pertama, ARAFTUMULLAH WA KHALAQTUHU HAMQAH (kita kenal allah tapi haknya untuk disembah dan kewajiban kita untuk menyembah tidak pernah kita laksanakan) bagaimana hati tidak menjadi mati. Artinya, kita kenal bahwa Allah SWT sebagai pencipta alam semesta dan pengatur segala-galanya, Tetapi tidak sholat, kita mengenal Allah tapi haknya untuk disembah dan kewajiban kita untuk menyebah nyaris tidak kita lakukan. Bukankah sederhana, al-fatihah saja mengajarkan kita iyyakana’budu waiyyakanasta’in (hanya pada mu kami menyembah dan hanya kepada mu kami mohon pertolongan). Tartibul kalimat, na’budu dulu baru nasta’in artinya apa kalau na’budu terlaksana nasta’in akan lancar. Kalau ibadah beres pertolongan pasti akan datang. Kedua, yang menyebabkan hati menjadi mati QARA’TUMUL QUR’AN WALAMTA’MALU BIH (kita baca Al-Qur’an, kita dengungkan alquran, kita sanjung al-qur’an walamta’malubih) tapi isinnya, ajarannya tidak pernah kita laksanakan. Bukankah kita hidup disuatu zaman dimana tuntunan sudah menjadi tontonan, dan tontonan sering dianggap sebagai tuntunan. Bukankah kita hidup di suatu masa orang jujur di khianati, dan penghianat malah diberi amanah. Bukankah zaman sekarang sudah terjadi pergeseran nilai sedemikian rupa. Maka dalam Al-Qur’an Allah menggambarkan tiga golongan manusia dalam menyikapi Al-Qur’an (Al-Fathir:32):
NOTE: Yang dimaksud dengan dzalimul linafsi ialah orang yang Menganiaya dirinya sendiri, orang yang lebih banyak kesalahannya daripada kebaikannya, dan muqtasid pertengahan ialah orang-orang yang kebaikannya berbanding dengan kesalahannya, sedang yang dimaksud sabiqun bil khairat ialah orang-orang yang lebih dahulu dalam berbuat kebaikan, orang-orang yang kebaikannya Amat banyak dan Amat jarang berbuat kesalahan.
Ketiga, Akaltu Ni’mata Rabbikum Walamtayskuruna, kita makan
nikmat Allah tapi tak pernah kita syukuri apa yang diberikan allah. Tidak pernah sesaatpun dalam hidup ini nikmat Allah pernah berheti mulai bangun tidur, sampai dengan tidur kembali bahkan tidur itu sendiri merupakan nikmat dari Allah SWT. Dari sekian banyak nya nikmat- nikmat yang Allah berikan yang tak mampu untuk kita menghitungnya Allah hanya mita syukuri
Artinya: “7. Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Keempat, Kultum Analmauta Haqqun Walatasta’iulah. Kita
yakin, kita percaya kita tahu betul, hidup akan berakhir dengan kematian, namun kita tidak pernah mempersiapkan diri untuk itu. Baik persiapan untuk kematian atau setelahnya, karena kematian bukanlah akhir dari kehidupan sesungguhnya. Karena hidup terus berlanjut ke alam barzah, lalu ke alam mahsyar dan seterusnya. Sepertihalnya kita kalau ingin berangkat keluar kota yang jauh, tentu kita harus menyiapkan bekal. Semakin jauh perjalanan semakin banyak bekal yang harus kita bawa, kalau kita akan berangkat jauh lalu tidak bawa bekal itu namanya nekat, sampai ke titik tujuan belum tentu, sengsara di jalan sudah pasti. Begitulah kita sebagai hamba Allah perjalanan panjang. Belum siap bekal, belum cukul amal ibadah kita. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: :سهّ َمَ عهَ ْي ِه َو َ ص َّم هللا َ سو ُل هللا ُ س ِم ْعتُ َرَ ع ْب ِد هللا ب ِْه أبِي بَ ْك ٍر قَا َل َ عه َ ُع َمهُهَ احدٌ يَتْبَعُهُ أ َ ْههُهُ َو َمانُهُ َو ِ ت ثَالَ ثَةً فَيَ ْر ِج ُع اِثْن ِ َان َويَ ْبقَي َو َ ِّيَتْبَ ُع ْان َمي َ فَيَ ْر ِج ُع أ َ ْههُهُ َو َمانُهُ َويَ ْبقَي ُع َمهُه Artinya: “Dari Abdullah bin Abu Bakar, ia berkata: Aku mendengar Anas bin Malik berkata, Rasulullah SAW bersabda: mayit diikuti oleh tiga hal, yang dua kembali dan yang satu menetap. Ia diikuti keluarga, harta, dan amalnya. Keluarga dan hartanya akan kembali sedangkan amalnya menetap bersamanya. (Shahih Muslim 2960)”.
Kaum Muslimin rahimakumullah
Akhirnya, marilah senantiasa kita mempertahankan keimanan yang ada dalam diri kita. Kita tanamkan niat yang baik dan tulus karena Allah semata, supaya amal, dan ibadah yang kita kerjakan diterima Allah SWT, mudah-mudahan apa yang khatib sampaikan ada manfaatnya bagi diri kami pribadi dan kaum muslimin sekalian.