Anda di halaman 1dari 5

Bila Doa Tak Dijawab

Oleh:
Ari Saputra, S.Sos

        


 

     


60. Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri
dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina".

Jamaah sidang sholat jum’at rahimakumullah.


Segala puja dan puji marilah senantiasa kita panjatkan kehadirat
Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang Allah SWT berikan
kepada kita. Marilah sama-sama kita meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kita kepada Allah SWT, agar kita memperoleh keselamatan
di dunia dan akhirat.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada kekasih
Allah, nabi besar Muhammad SAW, sosok manusia yang paling mulia,
serta menjadi suri tauladan bagi ummatnya hingga akhir zaman nanti.

Kaum Muslimin rahimakumullah


Tengah berjalan di tengah kota basyrah, datang seseorang bertanya
pada beliau ya Aba Ishaq, wahai Abu Ishaq, (panggilan buat Imam
Hasan Al-Bisri). Katanya dalam al-Qur’an itu, ud’uni astajiblakum
(berdoalah kepadaku aku akan jawab doamu) begitu janji Allah dalam
Al-Qur’an. Lah kami ini kata si orang tadi, sudah lama berdoa kepada
Allah, sudah banyak kali kami memohon kepadanya, tapi kok doa kami
sampai sekarang engak di jawab/engak dikabulkan. Ini sebenarnya
bagaimana?
Imam Hasan Al Basri, senyum lalu menjawab Ya Ahlal Basyra
(wahai penduduk basyrah) hatimu mati, dari hati yang mati bagaimana
mungkin doa akan terjawab, tidak ada getaran yg dapat sampai kepada
Allah, hatimu mati maka doa mu tidak dikabulkan.
Saudaraku yang mulia, kita renungkan jawaban ini, sederhana doa
tidak di dengarkan Allah. Permohonan tidak dikabulkan olehnya, tapi
kalau kita ingin merenung lebih dalam dan jauh, kemalangan apa yang
lebih besar selain dari pada kalau Allah sudah berpaling dari kita dalam
hidup ini. Permohonan tidak dikabulkan, doa tidak di dengar, maka
kemana lagi langit tempat kita bernaung kemana lagi bumi tempat kita
berpijak. Kalau Allah sudah berpaling dari hidup kita, itulah kemalangan
yang paling besar dalam hidup kita ini.
Nah, apa yang menyebabkan hati itu menjadi mati, sehingga tidak
ada getaran yang menyambung ke arsy yang mengakibatkan Allah
berpaling dari kita. Imam Hasan Al-Bisri menjelaskan beberapa faktor
yang menyebabkan hati menjadi mati:
Pertama, ARAFTUMULLAH WA KHALAQTUHU HAMQAH
(kita kenal allah tapi haknya untuk disembah dan kewajiban kita untuk
menyembah tidak pernah kita laksanakan) bagaimana hati tidak menjadi
mati. Artinya, kita kenal bahwa Allah SWT sebagai pencipta alam
semesta dan pengatur segala-galanya, Tetapi tidak sholat, kita mengenal
Allah tapi haknya untuk disembah dan kewajiban kita untuk menyebah
nyaris tidak kita lakukan. Bukankah sederhana, al-fatihah saja
mengajarkan kita iyyakana’budu waiyyakanasta’in (hanya pada mu
kami menyembah dan hanya kepada mu kami mohon pertolongan).
Tartibul kalimat, na’budu dulu baru nasta’in artinya apa kalau na’budu
terlaksana nasta’in akan lancar. Kalau ibadah beres pertolongan pasti
akan datang.
Kedua, yang menyebabkan hati menjadi mati QARA’TUMUL
QUR’AN WALAMTA’MALU BIH (kita baca Al-Qur’an, kita
dengungkan alquran, kita sanjung al-qur’an walamta’malubih) tapi
isinnya, ajarannya tidak pernah kita laksanakan. Bukankah kita hidup
disuatu zaman dimana tuntunan sudah menjadi tontonan, dan tontonan
sering dianggap sebagai tuntunan. Bukankah kita hidup di suatu masa
orang jujur di khianati, dan penghianat malah diberi amanah. Bukankah
zaman sekarang sudah terjadi pergeseran nilai sedemikian rupa.
Maka dalam Al-Qur’an Allah menggambarkan tiga golongan
manusia dalam menyikapi Al-Qur’an (Al-Fathir:32):

         

        

    


NOTE: Yang dimaksud dengan dzalimul linafsi ialah orang yang
Menganiaya dirinya sendiri, orang yang lebih banyak kesalahannya
daripada kebaikannya, dan muqtasid pertengahan ialah orang-orang
yang kebaikannya berbanding dengan kesalahannya, sedang yang
dimaksud sabiqun bil khairat ialah orang-orang yang lebih dahulu
dalam berbuat kebaikan, orang-orang yang kebaikannya Amat banyak
dan Amat jarang berbuat kesalahan.

Ketiga, Akaltu Ni’mata Rabbikum Walamtayskuruna, kita makan


nikmat Allah tapi tak pernah kita syukuri apa yang diberikan allah.
Tidak pernah sesaatpun dalam hidup ini nikmat Allah pernah berheti
mulai bangun tidur, sampai dengan tidur kembali bahkan tidur itu sendiri
merupakan nikmat dari Allah SWT. Dari sekian banyak nya nikmat-
nikmat yang Allah berikan yang tak mampu untuk kita menghitungnya
Allah hanya mita syukuri
        

   


Artinya: “7. Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka
Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

Keempat, Kultum Analmauta Haqqun Walatasta’iulah. Kita


yakin, kita percaya kita tahu betul, hidup akan berakhir dengan
kematian, namun kita tidak pernah mempersiapkan diri untuk itu. Baik
persiapan untuk kematian atau setelahnya, karena kematian bukanlah
akhir dari kehidupan sesungguhnya. Karena hidup terus berlanjut ke
alam barzah, lalu ke alam mahsyar dan seterusnya. Sepertihalnya kita
kalau ingin berangkat keluar kota yang jauh, tentu kita harus
menyiapkan bekal. Semakin jauh perjalanan semakin banyak bekal yang
harus kita bawa, kalau kita akan berangkat jauh lalu tidak bawa bekal itu
namanya nekat, sampai ke titik tujuan belum tentu, sengsara di jalan
sudah pasti. Begitulah kita sebagai hamba Allah perjalanan panjang.
Belum siap bekal, belum cukul amal ibadah kita. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW:
:‫سهّ َم‬َ ‫عهَ ْي ِه َو‬
َ ‫ص َّم هللا‬ َ ‫سو ُل هللا‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬َ ‫ع ْب ِد هللا ب ِْه أبِي بَ ْك ٍر قَا َل‬ َ ‫عه‬ َ
ُ‫ع َمهُه‬َ ‫احدٌ يَتْبَعُهُ أ َ ْههُهُ َو َمانُهُ َو‬ ِ ‫ت ثَالَ ثَةً فَيَ ْر ِج ُع اِثْن‬
ِ ‫َان َويَ ْبقَي َو‬ َ ِّ‫يَتْبَ ُع ْان َمي‬
َ ‫فَيَ ْر ِج ُع أ َ ْههُهُ َو َمانُهُ َويَ ْبقَي‬
ُ‫ع َمهُه‬
Artinya: “Dari Abdullah bin Abu Bakar, ia berkata: Aku
mendengar Anas bin Malik berkata, Rasulullah SAW bersabda: mayit
diikuti oleh tiga hal, yang dua kembali dan yang satu menetap. Ia diikuti
keluarga, harta, dan amalnya. Keluarga dan hartanya akan kembali
sedangkan amalnya menetap bersamanya. (Shahih Muslim 2960)”.

Kaum Muslimin rahimakumullah


Akhirnya, marilah senantiasa kita mempertahankan keimanan yang
ada dalam diri kita. Kita tanamkan niat yang baik dan tulus karena Allah
semata, supaya amal, dan ibadah yang kita kerjakan diterima Allah
SWT, mudah-mudahan apa yang khatib sampaikan ada manfaatnya bagi
diri kami pribadi dan kaum muslimin sekalian.

Anda mungkin juga menyukai