Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(HUKUM OHM)

(PERCOBAAN-LM1)

Nama : Audrina Chatlya Anggraini

NIM : 205090801111006

Fak/Jurusan : MIPA/Fisika

Kelompok : 06

Tgl.Praktikum : Senin, 12 April 2021

Nama Asisten : Rieke Dyah Astiwi

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2021
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(HUKUM OHM)

Nama : Audrina Chatlya Anggraini

NIM : 205090801111006

Fak/Jurusan : MIPA/Fisika

Kelompok : 06

Tgl. Praktikum : Senin, 212 April 2021

Nama Asisten : Rieke Dyah Astiwi

Catatan :

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

Paraf Paraf Nilai


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan Percobaan
Setelah percobaan praktikum dilaksanakan diharapkan konsep tentang hukum ohm
dapat dipahami dan dimengerti dengan baik oleh para praktikan, serta ditentukannya
besar arus dan tegangan listrik dalam suatu rangkaian.

1.2. Dasar Teori


Hukum Ohm adalah penegasan bahwa sebuah perangkat yang dilalui oleh suatu
arus nilainya selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan pada
perangkat tersebut. Pernyataan ini hanya berlaku pada situasi tertentu yaitu ketika suatu
perngkat tidak bergantung pada magnitudo dan polaritas beda potensial yang diterapkan
pada perngkat (Haliday, 2017).

Untuk dihasilkan arus litrik pada sebuah rangkaian diperlukan beda potensialnya,
salah satu cara yang dapat digunakan untuk dihasilkan beda potensial yaitu dengan
dihubungkannya setiap ujung terminal kabel yang berlawanan muatan dengan baterai.
Telah dibuktikan dan ditetapkan secara ekperimental oleh salah satu ilmuwan yaitu
George Simon Ohm bahwa arus dalam sebuah kawat logam nilainya sebanding dengan
beda potensialnya yang terdapat pada kedua ujung kabel 𝐼 ∝ 𝑉 (Giancolli, 2014).

Contoh, jika sebuah kabel yang kedua ujungnya dihubungkan ke baterai 6-V, arus
yang mengalir pada kabel akan bertambah jadi dua kali lipat dibandingkan dengan kabel
yang kedua ujungnya dihubungkan pada baterai 3-V. Ditemukan juga bahwa apabila
tanda tegangan dibalik maka besar arusnya tidak terpengaruhi, besar arus yang mengalir
pada kabel tidak bergantung pada tegangan pada ujung-ujung kabel, namun besar arus
yang mengalir bergantung pada resistensi yang diberikan kawat pada aliran elektron.
Dapat ditentukan nilai hambatan listrik R sebagai salah satu faktor antara tegangan V dan
arus I. Pada konduktor logam, R adalah konstanta independent dari V, dari kedua hasil
tersebut ditemukan lah rumus Hukum Ohm untuk perhitungan nilai arus yang mengalir
(Giancolli, 2014).

𝑉 = 𝐼𝑅 (…1)
Arus yang berada dalam konduktor digerakkan oleh medan listrik dengan cara
diberikan tegangan. Didalam konduktor dengan keadaan kesetimbangan elektrostatis
nilai medan listrik harus bernilai nol, namun apabila di dalam konduktor terdapat arus
maka konduktor berada dalam keadaan setimbang elektrostatis. Arah dari sebuah arus
tergantung pada arah vector kerapatan arus. Satuan resistensi dari volt per ampere disebut
ohm. Hukum Ohm bukan hukum fudramental alam seperti hukum Newton dan hukum
Termodinamika, namun hukum Ohm adalah deskripsi empiris dari benda yang dimiliki
oleh alam dalam kondisi tertentu (Tippler, 2008).

1𝑉
1Ω = (…2)
𝐴

Hambatan sebuah kawat konduksi berbanding lurus dengan panjang kawatnya,


namun berbanding terbalik dengan luas penampangnya. Dimana kondisi tersebut disebut
sebagai resistivitas hantaran, satuan dari resistivitas hantaran yaitu Ohm-meter.
Persamaan dari kondisi tersebut dituliskan:

𝐿
𝑅 = 𝜌𝐴 (…3)

Pernyataan hukum Ohm yaitu V = IR sering menjadi perdebatan, dikatakan bahwa


pernyataan tersebut tidaklah benar. Mereka mendifinisikan bahwa persamaan tersebut
adalah persamaan pendefinisi untuk resistensi dan berlaku pada semua peranti konduksi.
Jika beda potensial V diukur, dan arus I yang melalui peranti dapat ditemukan nilai
resistensinya pada nilai V tersebut sebagai R = V/I. Pada hukum Ohm plot I terhadap V
adalah linier, sehingga R tidak bergantung pada V. Dikatakan mematuhi hukum Ohm
ketika material konduksi memiliki nilai resistivitas yang tidak bergantung pada
magnitudonya dan medan listrik yang diterapkan (Haliday, 2017).

Dalam hukum Ohm, besar arus pada rangkaian berbanding lurus dengan tegangan
yang diberikan, namun berbanding terbalik dengan jumlah tahanan pada rangkaian. Yang
artinya bahwa apabila besar arus pada rangkaian meningkat maka tegangannya pun
meningkat, namun apabila besar tahanannya naik maka besar arus turun (Muji, 2017).
Hukum Ohm sering diaplikasikan pada kawat lurus dengan luas penampang A dan arus I
yang seimbang. Beda potensial yang dipertahankan pada kawat akan membentuk medan
listrik dan arus pada kawat (Somanathan, 2013). Persamaan hubungan antara beda
potensial dengan bidang keeping dapat ditulis menjadi :

∆𝑉 = 𝐸𝑙 (…3)

Dari persamaan tersebut dapat ditentukan nilai besar kerapatan arus :

∆𝑉
𝐽=𝜎 (…4)
𝑙

Dan dari kedua persamaan tersebut dapat dicari nilai beda potensialnya :

𝑙 ∆𝑉
∆𝑉 = 𝜎𝐴 = (…5)
𝑙

Suatu benda atau rangkaian yang mengikuti hukum Ohm dinamakan Ohmik. Ciri-
ciri dari benda atau rangkaian yaitu resistivitasnya bergantung pada suhu dan bahannya,
resistansinya bergantung pada geometrinya. Benda yang memiliki sifat Ohmik yang
sempurna biasanya berbahan tembaga atau perak (Raymond, 2012).
BAB II
METODOLOGI
2.1. Alat dan Bahan
Dalam praktikum ini digunakan alat dan bahan seperti power supply, papan
rangkaian, multimeter, resistor, dan kabel penghubung. Alat dan bahan tersebut
digunakan untuk setiap tahap percobaan yang dilakukan pada praktikum hukum Ohm.

2.2. Tatalaksana Percobaan

Rangkaian disusun seperti yang ada di diktat.

Kemudian power supply dinyalakan dan diatur hingga R = 1kΩ, hingga voltmeter
menunjukkan nilai yang telah ditentukan.

Ketika voltmeter telah menunjukkan angka yang ditentukan, dilakukan pencatatan


nilai arus yang di dapatkan oleh ampermeter.

Nilai resistor diubah kemudian dilakukan pengukuran kembali. Semua tahap


dilakukan secara berulang untuk setiap nilai resistor yang digunakan.

Gambar 1. Susunan Rangkaian Praktikum


BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1. Data Hasil Percobaan
I (A)
V (volt)
R = 100 Ω R = 220 Ω R = 300 Ω
0 0 0 0
2 20.3 × 10-3 9.2 × 10-3 7.6 × 10-3
4 40.7 × 10-3 18.5 × 10-3 15.3 × 10-3
6 60.5 × 10-3 28 × 10-3 23.3 × 10-3
8 81.4 × 10-3 37.3 × 10-3 31.5 × 10-3
10 102.4 × 10-3 46.6 × 10-3 40.2 × 10-3

3.2. Perhitungan
I (A)
Volt
100 220 300
0 0 0 0
2 0.02 0.0090909 0.00666667
4 0.04 0.0181818 0.01333333
6 0.06 0.0272727 0.02
8 0.08 0.0363636 0.02666667
10 0.1 0.0454545 0.03333333

3.2.1. Resistor 100 Ω


𝑉
𝐼=𝑅

𝐼1 = 0 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒 𝐼5 = 0.08 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒 𝐾𝑟 = 0.75%

𝐼2 = 0.02 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒 𝐼6 = 0.10 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒

𝐼3 = 0.04 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒 𝐼 = 0.05 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒

𝐼4 = 0.06 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒 𝛿 = 0.037


3.2.2. Resistor 220 Ω
𝑉
𝐼=𝑅

𝐼1 = 0 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒 𝐼5 = 0.036 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒 𝐾𝑟 = 0.75%

𝐼2 = 0.009 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒 𝐼6 = 0.045 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒

𝐼3 = 0.018 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒 𝐼 = 0.023 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒

𝐼4 = 0.027 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒 𝛿 = 0.017

3.2.3. Resistor 300 Ω


𝑉
𝐼=𝑅

𝐼1 = 0 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒 𝐼5 = 0.027 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒 𝐾𝑟 = 0.75%

𝐼2 = 0.007 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒 𝐼6 = 0.033 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒

𝐼3 = 0.013 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒 𝐼 = 0.017 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒

𝐼4 = 0.020 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒 𝛿 = 0.012

3.3. Grafik

Gambar 3.3.1. Grafik Untuk Resistor 100 Ω


Gambar 3.3.2. Grafik Untuk Resistor 220 Ω

Gambar 3.3.3. Grafik Untuk Resistor 300 Ω


3.4. Pembahasan
3.4.1. Analisa Prosedur
3.4.1.1. Fungsi Alat
Pada praktikum percobaan digunakan alat dan bahan, dimana
masing-masingnya dimiliki fungsi alat. Alat dan bahan yang digunakan
yaitu power supply, pada praktikum ini jenis power supply yang
digunakan yaitu bersifat analog dimana fungsi dari power supply
sendiri yaitu memberikan energi atau daya kepada rangkaian, ada
breadboard atau papan rangkaian yang berfungsi sebagai media tempat
untuk membuat suatu rangkaian.

Multimeter pada percobaan ini ada dua yaitu voltmeter yang


berfungsi untuk pengukuran besar tegangan pada rangkaian, dan
ampermeter yang berfungsi untuk pengukuran kuat arus listrik pada
suatu rangkaian, tidak hanya itu multimeter juga bisa digunakan untuk
pengukuran daya atau hambatan pada suatu rangkaian. Resistor yang
berfungsi sebagai pengaman agar arus listrik pada rangkaian tidak
mengalir atau mencemari rangkaian yang lainnya.

Dan kabel penghubung, pada praktikum ini kabel penghubung


yang digunakan ada 3 warna yaitu hitam, merah dan biru yang berfungsi
sebagai penghubung suatu rangkaian ke rangkaian yang lainnya, setiap
warna yang ada memiliki nilainya sendiri yaitu warna merah bernilai
positif, hitam sebagai kabel ground (dimana tegangan di nolkan), dan
biru bernilai negative.

3.4.1.2. Fungsi Perlakuan


Setiap tahap pada praktikum ini dimiliki fungsi perlakuannya
masing-masing. Pada tahap awal praktikum alat dan bahan disusun
diatas papan rangkaian agar dapat diketahui jenis rangkaian apa yang
digunakan, kemudian power supply dinyalakan agar energi atau daya
yang mengalir dapat menghasilkan nilai tegangan dan arus listrik pada
rangkaian. Ketika seluruh tahap sudah dilaksanakan diambilah data
nilai arus, tegangan, serta hambatan yang terdapat pada rangkaian agar
dapat dilakukan perhitungan.

3.4.2. Analisa Hasil


Pada percobaan kali ini didapatkan data berupa besar arus dan hambatannya,
terdapat 3 jenis data yang digunakan. Yang pertama ada resistor 100 Ω, resistor
220 Ω, dan resistor 300 Ω, pada setiap resistor diberikan nilai tegangan yang
berbeda-beda. Ini bertujuan untuk diketahuinya besar arus yang mengalir pada
rangkaian. Pada hasil perhitungan dapat diketahui bahwa data yang didapatkan
dari hasil percobaan sesuai dengan hukum Ohm, dimana besar arus yang mengalir
berbanding lurus dengan nilai tegangannya dan berbanding terbalik dengan nilai
tahanannya. Pada percobaan untuk resistor 100 Ω yang diberi tegangan sebesar 2
volt menghasilkan nilai besar arus sebesar 0,02, namun pada resistor 220 Ω yang
dialiri tegangan 2 volt menghasilkan nilai besar arus 0,009, ini berarti bahwa
semakin besar hambatan yang diberikan maka semakin kecil nilai tegangannya
dan semakin besar arus yang dihambat.

Selain perhitungan yang dilakukan, dibuat grafik agar perbedaan dari setiap
data dapat dilihat lebih baik. Antara perhitungan dan grafik terlihat perbedaan
besar sudut atau arah dari arus yang mengalir. Meskipun pada dasarnya besar arus
ataupun tegangan tidak bergantung pada arah arus yang mengalir, tetap saja arah
arus yang mengalir mempengaruhi nilai hambatan atau reaktansi induktif suatu
rangkaian. Pada grafik resistor 100 Ω besar arus pada setiap tegangan yang
diberikan memiliki selisih 0,02 dan untuk resistor 220 Ω besar arus yang diberikan
pada setiap tegangan memiliki selisih 0.09 serta pada resistor 300 Ω besar arus
pada setiap tegangan yang diberikan memiliki selisih 0,07.

Hukum Ohm ditemukan oleh seorang fisikawan dari Jerman yang bernama
Georg Simon Ohm pada tahun 1789-1854. Ia menyatakan bahwa besar arus listrik
suatu rangkaian sebanding dengan nilai tegangan pada setiap ujung rangkaiannya
dan berbanding terbalik dengan besar hambatannya. Ada 3 simbol yang
digunakan, yaitu V sebagai besar tegangan, I sebagai besar arus, dan R sebagai
besar hambatannya.
Ketika suatu rangkaian memiliki nilai hambatan atau resistensi yang lebih
besar, maka arus yang mengalir semakin kecil. Begitu pula dengan daya dan
bebannya, apabila daya yang diberikan semakin besar maka beban yang diberikan
harus mampu menerima daya yang besar pula, karena jika beban tak mampu
menerima daya tersebut akan terjadi overload atau kerusakan pada komponen.
Maka dari itu biasanya pada suatu rangkaian diberi komponen yang bernama
resistor agar tidak terjadi overload. Karena fungsi resistor itu sendiri adalah
memberikan hambatan pada rangkaian, agar arus yang mengalir tidak mengalami
overload.

Pada hukum Ohm, dibagi dua jenis golongan bahan yaitu bahan ohmik dan
non-ohmik. Dimana hanya bahan ohmik yang dapat diterapkan dalam hukum
Ohm, contoh bahan ohmik yaitu resistor. Ada karakteristik dari bahan ohmik yaitu
nilai resistansinya bergantung pada suhu benda dan sifat dari benda tersebut, tidak
hanya itu resistansinya bergantung pada bentuk dari benda tersebut. Ada dua jenis
bahan ohmik yang sering digunakan yaitu silicon dengan nilai hambatan 0.6-0.7,
dan germanio dengan nilai hambatan 0,3-0,4.

Pada saat kita mengisi daya ponsel, kabel yang bagus digunakan yaitu kabel
pendek karena panjang kabel menentukan kecepatan hantar sinyal. Semakin
panjang kabel, semakin tinggi tingkat hambatan sehingga kecepatan hantaran
makin berkurang. Panjang ideal kabel charging adalah 1 – 2 meter. Jangan terlalu
pendek karena membatasi gerak kita.

Pada percobaan rangkaian yang dibuat berupa rangkaian diode, dimana arus
akan di blok apabila tidak sesuai arah dan jalurnya. Arus akan mengalir dari postif
menuju negative, namun berbeda dengan electron yang mengalir dari negative ke
positif. Kalau arus diubah dan terbalik maka yang terjadi adalah nilai besar arus
menjadi nol. Ada dua jenis tegangan berdasarkan tingkat kerjanya yaitu vknee
(tegangan lutut), vref (tegangan referensi yang dipilih), dan vkerja.

Ketika pengambilan sebuah data biasanya terjadi beberapa kesalahan


sehingga pada saat dilakukannya perhitungan nilai yang didapatkan tidak sesuai
dengan nilai sebenarnya atau nilai ralatnya. Biasanya kesalahan tersebut berasal
dari beberapa faktor yaitu faktor human, dimana praktikan atau orang tersebut
salah dalam membaca data percobaan, tidak hanya itu biasanya pengkalibrasian
yang dilakukan tidak sesuai. Faktor lainnya yaitu faktor error, biasanya faktor ini
disebabkan oleh alatnya sendiri, dimana usia dari alat yang digunakan sudah
terlalu tua, dan alat yang digunakan sudah tidak dapat mengukur dengan tepat.
Ada faktor lingkungan pula, dimana biasanya faktor ini berasal dari suhu, dataran
geografisnya, dan suasana dari lingkungan praktikum.

Salah satu aplikasi hukum Ohm adalah pemberian potensiometer pada


rangkaian. Potensiometer adalah komponen listrik yang nilai hambatannya dapat
diubah. Dengan mengubah nilai hambatan, kita dapat mengubah besarnya arus
yang masuk ke alat listrik dan karenanya dapat mengatur kerja alat listrik tersebut.
Contoh penggunaan potensiometer untuk mengatur "level kerja" alat listrik
diantaranya pengatur panas setrikaan, pengatur kecepatan kipas angin, dan
pengatur terang/redupnya lampu.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Hukum Ohm adalah penegasan bahwa sebuah rangkaian yang dilalui oleh suatu
arus nilainya selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan pada
rangkaian tersebut. Pernyataan ini hanya berlaku pada situasi tertentu yaitu ketika suatu
rangkaian tidak bergantung pada magnitudo dan polaritas beda potensial yang diterapkan
pada rangkaian. Untuk dihasilkannya arus litrik pada sebuah rangkaian diperlukan beda
potensial, salah satu cara yang dapat digunakan untuk dihasilkan beda potensial yaitu
dengan dihubungkannya setiap ujung terminal kabel yang berlawanan muatan dengan
baterai. Telah dibuktikan dan ditetapkan secara ekperimental oleh salah satu ilmuwan
yaitu George Simon Ohm bahwa arus dalam sebuah kawat logam nilainya sebanding
dengan beda potensialnya yang terdapat pada kedua ujung kabel 𝐼 ∝ 𝑉.

Contoh, jika sebuah kabel yang kedua ujungnya dihubungkan ke baterai 6-V, arus
yang mengalir pada kabel akan bertambah jadi dua kali lipat dibandingkan dengan kabel
yang kedua ujungnya dihubungkan pada baterai 3-V. Ditemukan juga bahwa apabila
tanda tegangan dibalik maka besar arusnya tidak terpengaruhi, besar arus yang mengalir
pada kabel tidak bergantung pada tegangan pada ujung-ujung kabel, namun besar arus
yang mengalir bergantung pada resistensi yang diberikan kawat pada aliran elektron.
Dapat ditentukan nilai hambatan listrik R sebagai salah satu faktor antara tegangan V dan
arus I. Pada konduktor logam, R adalah konstanta independent dari V, dari kedua hasil
tersebut ditemukan lah rumus Hukum Ohm untuk perhitungan nilai arus yang mengalir.

Salah satu aplikasi hukum Ohm adalah pemberian potensiometer pada rangkaian.
Potensiometer adalah komponen listrik yang nilai hambatannya dapat diubah. Dengan
mengubah nilai hambatan, kita dapat mengubah besarnya arus yang masuk ke alat listrik
dan karenanya dapat mengatur kerja alat listrik tersebut. Contoh penggunaan
potensiometer untuk mengatur "level kerja" alat listrik diantaranya pengatur panas
setrikaan, pengatur kecepatan kipas angin, dan pengatur terang/redupnya lampu.
4.2. Saran
Praktikum percobaan hukum Ohm berjalan dengan lancar, materi yang dijelaskan
atau disampaikan sangat jelas sehingga materi dapat dipahami dengan baik oleh
praktikan. Tidak ada hambatan sinyal atau pc, sehingga praktikum berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Haliday, Resick & Walker. 2017. Fisika Dasar. Seventh Edition. John Wiley (eds). Jakarta :
Erlangga .

Giancoli, D. C. 2014. Physics : Principles with Applications. Seventh Edition. USA : New York.

Muji, Setiyo. 2017. Listrik & Elektronika Dasar Otomotif (Basic Automotive Electricity &
Electronics). Magelang: Unimma Press.

Nair, Somanathan. 2013. Basic Electronics (Includes Solved Problems & Mcqs). New Delhi: I.K
International Publishing House.

Raymond dan John. 2012. Phyisics for Scientist and Engineers Eighth Edition. California:
Brooks/Cole.

Tippler, P. A & Mosca G. 2008. Physics For Scientist amd Engineers. Sixth Edition. USA : New
York.
LAMPIRAN

(Muji, 2018)
(Raymond dan John, 2012)

(Romanathan. 2013)
(Tippler, 2008)
(Giancolli, 2014)
(Haliday, 2017)
Data Hasil Percobaan

Simulasi Perhitungan
TUGAS PENDAHULUAN
Nama : Audrina Chatlya Anggraini

NIM : 205090801111006

Kelompok : 06

1. Apa saja yang mempengaruhi besar hambatan listrik? Jelaskan dengan singkat?
➢ Faktor yang mempengaruhi nilai hambatan listrik yaitu panjang kawat, suhu, luas
penampang, dan bahan yang digunakan. Semakin besar panjang kawat yang
digunakan maka semakin besar nilai hambatan yang diberikan, setiap bahan yang
digunakan memiliki nilai hambatan yang berbeda-beda, bahan logam atau besi
biasanya memiliki nilai hambatan yang lebih besar dibandingkan dengan bahan
tembaga atau alumunium memiliki nilai yang lebih kecil. Semakin besar luas
penampangnya maka semakin kecil nilai hambatan yang diberikan semakin kecil,
semakin besar suhu yang diberikan oleh kawat maka nilai hambatannya semakin
besar.
2. Apakah perbedaan rangkaian pada gambar 3A dan 3B, jelaskan!
➢ Perbedaan dari kedua rangkaian yaitu pada posisi peletakkan voltmeter dan
ampermeter serta resistornya, dimana pada rangkaian 3A komponen disusun secara
parallel, sedangkan pada rangkaian 3B voltmeter dan ampermeter disusun secara
seri namun disusun secara parallel dengan resistor.
3. Bagaimana cara menggunakan voltmeter dan amperemeter dalam hubungannya dengan
polaritas Iistrik, range pengukuran, dan sumber tegangannya DC/AC? Jelaskan!
➢ Penggunaan voltmeter/ampermeter terhadap sumber tegangan disesuaikan dengan
beban dan susunan rangkaian yang digunakan, kemudian hubungannya dengan
polaritas listrik yaitu pada susunan dan tegangan listrik yang diberikan oleh sumber
tegangan. Sedangkan untuk pengukuran rangenya ditentukan berdasarkan dengan
nilai yang digunakan yaitu maksimum ataupun minimum.

Anda mungkin juga menyukai