FISIKA DASAR II
“HUKUM OHM BAGIAN 1 ”
B. DASAR TEORI
Untuk menghasilkan arus listrik pada rangkaian, dibutuhkan beda
potensial. Salah satu cara untuk menghasilkan beda potensial yaitu dengan
baterai atau sumber lainnya. George Simon Ohm (1787-1854) menentukan
dengan eksperimen bahwa arus pada kawat logam sebanding dengan beda
potensial V yang diberikan ke ujung-ujungnya.
Tepatnya berapa besar aliran arus pada kawat tidak bergantung
pada tegangan, tetapi juga bergantung pada hambatan yang diberikan
kawat terhadap aliran elektron. Makin tinggi hambatan, maka makin kecil
arus suatu tegangan V. Jadi, hambatan didefinisikan sebagai arus
berbanding terbalik dengan hambatan. I = V/R, dimana R adalah hambatan
kawat, V adalah beda potensial yang ada pada rangkain tersebut, dan I
adalah arus yang mengalir pada rangkaian tersebut. Hubungan ini dikenal
dengan Hukum Ohm (Giancoli, 2001 : 67-68).
Hukum ohm menunjukan bahwa arus (I) yang mengalir dalam
suatu penghantar logam sebanding dengan beda potensial (V) dikedua
ujungnya, asalkan suhu penghantar tetap. Besarnya kuat arus yang
mengalir dalam suatu pengahantar tidak hanya bergantung pada potensial
saja , tapi juga ditentukan oleh kawat penghantar (R) (Umar,2008:95).
Hukum Ohm bukan hukum dasar, tapi lebih berupa deskripsi
mengenai kelas material tertentu yaitu konduktor – konduktor logam, yang
temperaturnya tidak banyak berubah. Material seperti itu disebut Ohmik,
dan material yang tidak mengikuti hukum ohm disebut non ohmik
(Giancoli, 2014 : 75).
Kawat penghantar dipengaruhi panjang kawat, luas penampang dan
jenis bahan , kalau antara dua kutub positif dan negative dari sebuah
sumber tegangan dihubungkan dengan sepotong kawat penghantar, maka
akan mengalir arus dari kutub positif ke negative. Arus ini mendapat
hambatan dalam penghantar itu (Tippler, 1991:87-89).
Amperemeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk
mengukur kuat arus listrik. Pemakaian alat ukur ini dihubungkan ke dalam
rangkaian sehingga terhubung seri dengan komponen yang akan dihitung
kuat arusnya. Voltmeter merupakan alat ukur beda potensial antara dua
titik. Pemakaian voltmeter dipasang paralel dengan komponen yang akan
diukur beda potensialnya (Sunaryo, 2010 : 78).
3. Kabel penghubung
4. Resistor 50 5 watt
6. Multimeter Digital
7. Capit Buaya
D. LANGKAH KERJA
7.
Nyalakan saklar.
8.
9.
E. DATA PERCOBAAN
Tabel 1
Pengukuran untuk Resistor 50 (3 volt)
No. V (volt) I (ampere) R (ohm)
1. 3,10 0,04 77,5
2. 3,10 0,04 77,5
3. 3,10 0,04 77,5
4. 3,04 0,04 76
5. 3,08 0,04 77
Harga rata-rata R = 77,1
Pengukuran untuk Resistor 50 Ω (6 volt)
No. V (volt) I (ampere) R (ohm)
1. 6,01 0,10 60,1
2. 6,01 0,10 60,1
3. 6,00 0,10 60
4. 6,01 0,10 60,1
5. 6,01 0,10 60,1
Harga rata-rata R = 60,08
Tabel 2
Pengukuran untuk Resistor 100Ω (3 volt)
No. V (volt) I (ampere) R (ohm)
1. 3,08 0,01 308
2. 3,08 0,01 308
3. 3,09 0,01 309
4. 3,08 0,01 308
5. 3,08 0,01 308
Harga rata-rata R = 308,2
Pengukuran untuk Resistor 100Ω (6 volt)
No. V (volt) I (ampere) R (ohm)
1. 6,04 0,04 151
2. 6,05 0,04 151,25
3. 6,04 0,04 151
4. 6,05 0,04 151,25
5. 6,06 0,04 151,5
Harga rata-rata R = 151,2
F. PENGOLAHAN DATA
Tabel 1
Pengukuran untuk Resistor 50
Mencari Nilai Hambatan
No. 3 volt 6 volt
1.
2.
3.
4.
5.
̅=∑ ̅=∑
̅ ̅
Tabel 2
Pengukuran untuk Resistor 100
Mencari nilai hambatan
No. 3 volt 6 volt
1.
2.
3.
4.
5.
̅=∑ ̅=
∑
̅
̅
G. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan tentang
Hukum Ohm bagian 1. Pada praktikum ini, terdapat dua percobaan yaitu
percobaan pertama dengan nilai resitornya 50 Ω dengan tegangan 3v dan
6v. Sedangkan percobaan kedua dengan nilai resistor 100 Ω dengan
tegangan 3v dan 6v.
Dari percobaan pertama, kami melakukan percobaan dengan
resistor 50Ω dengan tegangan 3v dan 6v. Dari data yang diperoleh arus
pada tegangan 6v lebih besar dari tegangan 3v yaitu 0,10 A. Pada Hukum
Ohm menyatakan bahwa hambatan berbanding lurus dengan tegangan dan
berbanding tebalik dengan arusnya. Data hasil percobaan yang praktikan
lakukan ternyata tidak sesuai dengan hukum ohm pda arusnya , pada
perhitungan ketika hambatannya kecil nilai arusnya sama ketika
hambatannya besar pula. Contohnya yaitu pada pengulangan keempat dan
kelima pada percobaan pertama dengan egangan 3 volt, nilai hambatan
pada pengulangan keempat yaitu 76Ω dan arusnya adalah 0,04 , dan pada
pengulangan kelima nilai hambatannya adalah 77Ω dan nilai arusnya 0,04.
Seharusnya ketika hambatannya kecil maka nilai arusnya besar, tetapi data
yang kami peroleh justru nilai arusnya sama.
Pada perhitungan nilai hambatannya lebih besar daripada nilai
hambatan aslinya. Namun ketika tegangannya 6 volt nilai perhitungan
hambatan kedua resistor mendekati nilai hambatan resistor aslinya yaitu
60,08 dan 151,2 dengan nilai hambatan resistor yang asli berturut-
turut 50 dan 100 . Karena terhadap hambatan lain, yaitu hambatan pada
kabelnya.
Pada percobaan kedua, yaitu dengan resistor 100 dengan
tegangan 3v dan 6v. Dari data yang diperoleh, nilai arusnya lebih besar
pada tegangan 6v. Dan nilai hambatannya lebih besar pada tegangan 3v .
Disini dapat kita ketahui mengapa nilai arusnya kecil karena arus
berbanding terbalik dengan hambatannya.
H. TUGAS PASCA
1. Buatlah grafik hubungan antara V dan I untuk resistor 50 sesuai
dengan data yang diperoleh pada tabel 1! Kemukakanlah
komentar/tanggapanmu terhadap grafik tersebut!
Jawab :
Hubungan V terhadap I dengan Resistor
50Ω 3v
1
0,9
0,8
0,7
0,6
V (volt)
0,5
0,4
0,3 tegangan
0,2
0,1
0
0.04 0.04 0.04 0.04 0.04
I (ampere)
50 , 6v =
100 , 3v =
100 , 6v =
5. Apa perbedaan yang anda peroleh tersebut sesuai dengan teori yang
berlaku (Hukum Ohm)? Kemukakanlah pendapat anda tersebut!
Jawab :
Pada Hukum Ohm menyatakan bahwa hambatan berbanding lurus
dengan tegangan dan berbanding tebalik dengan arusnya. Data hasil
percobaan yang praktikan lakukan ternyata tidak sesuai dengan hukum
ohm pda arusnya , pada perhitungan ketika hambatannya kecil nilai
arusnya sama ketika hambatannya besar pula. Contohnya yaitu pada
pengulangan keempat dan kelima pada percobaan pertama dengan
egangan 3 volt, nilai hambatan pada pengulangan keempat yaitu 76
dan arusnya adalah 0,04 , dan pada pengulangan kelima nilai
hambatannya adalah 77 dan nilai arusnya 0,04. Seharusnya ketika
hambatannya kecil maka nilai arusnya besar, tetapi data yang kami
peroleh justru nilai arusnya sama.
I. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah kami lakukan, dapat disimpulkam bahwa :
1. Tegangan dan arus mempunyai hubungan, yaitu ketika nilai
tegangannya besar maka nilai arusnya pun besar. Hal ini sesuai dengan
Hukum Ohm yang menyatakan bahwa :
Giancoli, Douglas.C. 2014. Fisika Dasar Edisi Ketujuh Jilid II. Jakarta :
Erlangga.
Lampiran
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
FISIKA DASAR II
“HUKUM OHM BAGIAN 2 ”
B. DASAR TEORI
Untuk menghasilkan arus listrik pada rangkaian, dibutuhkan beda
potensial. Salah satu cara untuk menghasilkan beda potensial yaitu dengan
baterai atau sumber lainnya. George Simon Ohm (1787-1854) menentukan
dengan eksperimen bahwa arus pada kawat logam sebanding dengan beda
potensial V yang diberikan ke ujung-ujungnya.
Tepatnya berapa besar aliran arus pada kawat tidak bergantung
pada tegangan, tetapi juga bergantung pada hambatan yang diberikan
kawat terhadap aliran elektron. Makin tinggi hambatan, maka makin kecil
arus suatu tegangan V. Jadi, hambatan didefinisikan sebagai arus
berbanding terbalik dengan hambatan. I = V/R, dimana R adalah hambatan
kawat, V adalah beda potensial yang ada pada rangkain tersebut, dan I
adalah arus yang mengalir pada rangkaian tersebut. Hubungan ini dikenal
dengan Hukum Ohm (Giancoli, 2001 : 67-68).
Hukum ohm menunjukan bahwa arus (I) yang mengalir dalam
suatu penghantar logam sebanding dengan beda potensial (V) dikedua
ujungnya, asalkan suhu penghantar tetap. Besarnya kuat arus yang
mengalir dalam suatu pengahantar tidak hanya bergantung pada potensial
saja , tapi juga ditentukan oleh kawat penghantar (R) (Umar,2008:95).
Hukum Ohm bukan hukum dasar, tapi lebih berupa deskripsi
mengenai kelas material tertentu yaitu konduktor – konduktor logam, yang
temperaturnya tidak banyak berubah. Material seperti itu disebut Ohmik,
dan material yang tidak mengikuti hukum ohm disebut non ohmik
(Giancoli, 2014 : 75).
Kawat penghantar dipengaruhi panjang kawat, luas penampang dan
jenis bahan , kalau antara dua kutub positif dan negative dari sebuah
sumber tegangan dihubungkan dengan sepotong kawat penghantar, maka
akan mengalir arus dari kutub positif ke negative. Arus ini mendapat
hambatan dalam penghantar itu (Tippler, 1991:87-89).
Amperemeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk
mengukur kuat arus listrik. Pemakaian alat ukur ini dihubungkan ke dalam
rangkaian sehingga terhubung seri dengan komponen yang akan dihitung
kuat arusnya. Voltmeter merupakan alat ukur beda potensial antara dua
titik. Pemakaian voltmeter dipasang paralel dengan komponen yang akan
diukur beda potensialnya (Sunaryo, 2010 : 78).
3. Kabel penghubung
4. Lampu 2,5 V
5. Capit buaya
6. Multimeter Digital
D. LANGKAH KERJA
NO. GAMBAR LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan.
4. Rangkailah baterai,saklar,
lampu, dan dua buah
multimeter.
Tabel 3
Pengukuran dua baterai disusun secara paralel
No E (volt) V (volt) I (ampere) Rd ( ) Nyala
Lampu
1. 1,5 0,93 0,04 14,25 Tidak
2. 1,5 0,91 0,04 14,75 terang
3. 1,5 0,97 0,04 13,25
4. 1,5 0,93 0,04 14,25
5. 1,5 0,99 0,04 12,75
Harga rata-rata Rd = 13,85
F. PENGOLAHAN DATA
Tabel 1
Pengukuran untuk Resistor 50
Mencari nilai hambatan dalam suatu baterai
No Satu Baterai Dua baterai disusun Dua baterai disusun paralel
seri
1.
2.
3.
4.
5.
Rata- ∑ ∑ ∑
̅ ̅ ̅
rata ̅ ̅ ̅
̅ ̅ ̅
G. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini, kami meggunakan baterai sebagai sumber daya
dan juga menggunakan lampu. Praktikum ini guna untuk mengetahui
hambatan dalam suatau baterai.
Percobaan kali ini yaitu menggunakan satu baterai tunggal, dua
baterai seri, dan dua baterai paralel. Dari data yang kami peroleh nilai
GGL pada ketiga percobaan tersebut berbeda-beda yaitu 1,5 V, 3V, dan
1,5 V. Hal ini menandakan bahwa susunan baterai dapat mempebgaruhi
nilai GGLnya.
Dari data yang diperoleh nilai tegangan dan arus lebih besar pada
dua baterai ketika disusun seri, karena terdapat dua baterai yang disusun
pada satu jalur sehingga arus yang mengalirpun besar begitu pula dengan
tegangannya. Namun disini nilai hambatan dalamnya lebih kecil dari
baterai tunggal maupun dua baterai paralel. Karena, nnilai arusnya besar.
Arus berbanding terbalik dengan hambatan.
Harga rata-rata hambatan dalam pada dua baterai paralel lebih
besar dibandingkan dengan satu baterai dan dua baterai seri. Hal ini
dikarenakan nilai arusnya lebih kecil. Pada teori mengatakan bahwa jika
nilai arusnya kecil , maka nilai hambatan dalamnya besar karena arus
berbanding terbalik dengan hambatan dalam.
Dari percobaan yang kami lakukan, nayala lampu yang lebih terang
yaitu pada dua baterai dirangkai seri. Karena GGL pada rangkaian ini
bernilai besar, sehingga tegangannya besar dan arus yang mengalir pun
besar.
H. TUGAS PASCA
1. Bagaimanakah harga rata-rata Rd untuk ketiga keadaan baterai (satu
baterai, dua baterai seri dan dua baterai paralel)?
Jawab : Harga rata-rata hambatan dalam pada dua baterai paralel lebih
besar dibandingkan dengan satu baterai dan dua baterai seri. Hal ini
dikarenakan nilai arusnya lebih kecil. Pada teori mengatakan bahwa
jika nilai arusnya kecil , maka nilai hambatan dalamnya besar karena
arus berbanding terbalik dengan hambatan dalam.
I. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah kami lakukan, dapat disimpulkam bahwa :
1. Untuk mengetahui hambatan dalam dapat menggunakan persamaan:
Rd =
2. Nyala lampu yang paling terang pada rangkaian baterai seri. Karena ,
arus yang mengalir tidak terbagi atau sama.
3. Hambatan dalam terkecil dan terbesar adalah pada rangkaian pararel
dan seri.
K. DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, Douglas.C. 2014. Fisika Dasar Edisi Ketujuh Jilid II. Jakarta :
Erlangga.
Sunaryo dan ahmad Taufiq. 2010. Super Tips dan Trik Fisika. Jakarta:
Kawah Media.
Lampiran