Anda di halaman 1dari 13

Humaira G, Pakpahan VE, Bachtiar EW | Reaksi Anafilaksis dan Tata Laksananya di Bidang Kedokteran Gigi 1

Literature Review

Reaksi Anafilaksis dan Tata Laksananya di Bidang Kedokteran Gigi


Anaphylaxis Reaction and Its Management in Dentistry
Ghina Humaira1, Victor Ercantez Pakpahan1, Endang Winiati Bachtiar2*
1
Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Jl. Salemba Raya no.4, Jakarta Pusat 10430,
Indonesia
2
Departemen Oral Biologi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Jl. Salemba Raya no.4, Jakarta Pusat 10430, Indonesia

IDJ use only: Received date here; revised date here; accepted date here
DOI :

Abstrak

"Click here and insert your abstract text. in Bahasa, max 250 words."
"Kata kunci: tulis kata kunci anda disini dan pisahkan dengan tanda koma"

Abstract

"Click here and insert your abstract text in English, max 250 words."
Keywords: Type your keywords here, separated by semicolons ;

PENDAHULUAN gigi/tahun.1 Angka-angka tersebut


kemungkinan tidak akurat mengingat
Reaksi anafilaksis merupakan keadaan sedikitnya studi-studi mengenai reaksi
kegawat daruratan medis yang bersifat akut anafilaksis di bidang kedokteran gigi.
dan mengancam nyawa. Reaksi ini dapat Walaupun terjadi peningkatan insidensi dari
disebabkan oleh beragam agen terapeutik reaksi anafilaksis, dari beberapa penelitian
yang banyak ditemui di praktek kedokteran diketahui bahwa kebanyakan dokter gigi
gigi.1 Terjadi peningkatan insidensi reaksi tidak mengetahui cara mengidentifikasi dana
anafilaksis di kedokteran gigi, yang tata laksana dari reaksi anafilaksis1.
mungkin dikaitkan dengan peningkatan Artikel ini akan membahas mengenai reaksi
prevalensi penyakit alergi dalam 30 tahun anafilaksis, immunopatogenesis dari reaksi
terakhir.2 anafilaksis beserta tata laksana reaksi
Penelitian di Australia menunjukkan tingkat anafilaksis yang dapat dilakukan di bidang
kemunculan minimum dari reaksi anafilaksis kedokteran gigi.
sebanyak 12.6 kasus per 100.000 pasien per
tahun, di Amerika estimasi terjadinya PEMBAHASAN
anafilaksis sebesar 25.000 kasus setiap
tahunnya. Insidensi terjadinya reaksi Reaksi anafilaksis merupakan reaksi
anafilaksis pada praktek kedokteran gigi sistemik, hipersensitivitas tipe I, yang
sebesar 0,0004 sampai 0,015 kasus/dokter
2 Insisiva Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva, Vol --- No. --- Bulan --- Tahun ----

muncul pada individu yang tersensitisasi dan Basofil membentuk (FcεRI). Ketika
yang menghasilkan manifestasi mukokutan, terjadi pemaparan kembali dari allergen,
kardiovaskular, dan respiratori yang dapat allergen tersebut kemudian berikatan dengan
mengancam nyawa.3 Reaksi anafilaksis IgE yang melekat pada permukaan sel Mast
didefinisikan melalui berbagai tanda dan dan Basofil mengakibatkan terjadinya
gejala baik sendiri maupun kombinasi dari degranulasi sel, dan juga sintesis mediator
beragam gejala, yang muncul dalam inflamasi.4
hitungan waktu, atau sampai beberapa jam. Tidak selalu, pemaparan kembali kepada
Reaksi anafilaksis berkembang cepat, allergen menghasilkan reaksi anafilaktik.
biasanya mencapai keparahan tertunggu Kemungkinan besar variasi genetic memiliki
dalam waktu 5-30 menit, dan dapat peran dalam keparah respon terhadap
bertahan, walaupun jarang, sampai beberapa allergen dalam individu yang tersensitisasi.
hari.4
Penyebab reaksi anafilaksis, adalah obat- Mediator Inflamasi Pada Reaksi
obatan contohnya amoxicillin, aspirin, Anafilaksis
anastesi local, anastesi topical (seperti, Histamin diduga merupakan mediator utama
benzocaine). Produk-produk yang dari syok anafilaktik. Tanda dan gejala dari
mengandung chlorhexidine seperti obat syok anafilaktik banyak dikaitkan dengan
kumur, pasta gigi, dan beberapa implant pengikatan histamine degan reseptor, ikatan
gigi, sengatan lebah, makanan tertentu dengan reseptor H1 mengakibatkan pruritis,
(seperti kacang, tomat, ikan), dan latex.3 rhinorrhea, takikardi, dan bronkospasme.
Ikatan dengan reseptor H2 dapat
Immunopatogenesis Reaksi Anafilaksis berkontribusi menyebabkan sakit kepala,
Reaksi anafilaksis dihasilkan dari pelepasan dan hipotensi1.
mediator inflamasi, dari sel mast dan Selain histamine mediator inflamasi lain
basophil. Mediator-mediator inflamasi ini yang ikut berperan adalah prostaglandin,
merupakan substansi yang tersimpan dalam terutama prostaglandin D2 (PGD2) dan
granula-granula pada sel mast, dan basophil leukotriene, terutama leukotriene C4 (LTC4)
(contoh: histamine, tryptase, heparin, merupakan mediator inflamasi yang penting
chymase, dan sitokin) dan juga molekul selama proses patofisiologis reaksi
yang baru dibentuk yang dihasilkan dari anafilaksis.1
metabolisme asam arakidonat.4 Jalur komplemen yang aktif selama reaksi
Reaksi anafilaksis muncul pada individu anafilaksis selain histamine adalah system
pasca pemaparan kembali terhadap antigen kallikrein-kinin, jalur pembekuan, dan
tertentu, dimana individu tersebut sudah system fibrinolitik.1
memproduksi IgE spesifik untuk antigen
tersebut, yang dapat mengarah ke terjadinya Mekanisme Aktivasi Spesifik Dan Non
reaksi alergi. Antibodi IgE yang diproduksi Spesifik Dari Basophil Dan Sel Mast
dapat mengenali beragam epitope dari Sel Mast dan Basofil merupakan sel efektor
allergen. Antibodi ini kemudian berikatan pada reaksi anafilaksis. Degranulasi dari sel-
dengan reseptor IgE di permukaan sel Mast
Humaira G, Pakpahan VE, Bachtiar EW | Reaksi Anafilaksis dan Tata Laksananya di Bidang Kedokteran Gigi 3

sel ini dapat dipicu oleh beragam baru dibentuk, kemokin, dan growth factor
mekanisme spesifik dan non-spesifik. yang biasanya dibentuk dalam beberapa jam.
Selain seperti yang sudah dijelaskan di atas, Efek dari tiap mediator inflamasi tersebut,
aktivasi dari sel mast dan basophil dapat masih belum diketahui secara pasti.
terjadi tanpa adanya ikatan antara sIgE Tetapi, terdapat beberapa bukti yang
dengan allergen. Salah satunya adalah, menunjukkan bahwa histamine, leukotriene,
degranulasi sel mast dan basophil karena dan PAF terlibat dalam vasodilatasi,
adanya ikatan antara IgG/kompleks FcγR. perembesan pembuluh darah kapiler, dan
Tetapi pembuktian dari teori tersebut bronkospasme. Terlepas dari pemicunya,
hanya terbatas pada penelitian pada basophil dan sel mast dapat melepaskan
hewan, penelitian klinis pada manusia mediator inflamasi dengan cara yang
mengenai ikatan dari kompleks ini masih beragam.
belum terdapat relevansi yang jelas. Contohnya, ikatan antara sIgE/Fc ε RI
Aktivasi basophil dan sel mast dapat terjadi menghasilkan eksositosis kompoun,yang
tanpa mekanisem yang melibatkan antibody. lambat tetapi berkelanjutan dengan
Aktivasi komplemen dengan pembuatan pelepasan granula yang besar dan stabil,
anaphylatoksin C3a dan C5a, yang berikatan dengan kandungan mediator inflamasi yang
dengan reseptorC3aR dan C5aR pada sel tinggi. Berbeda dengan, ikatan MRGPRX2
mast dan basophil , dapat muncul pada menghasilkan pelepasan granula yang cepat
media kontras terionisasi, dan pada reaksi dan singkat dengan kandungan mendiator
dari heparin yang terkontaminasi kondroitin inflamasi yang rendah.
yang berlebih sulfat.
Aktivasi sel mast dapat dihasilkan dari MRGPRX2:Pemain Baru Di Anaphylaxis
berikatannya Mas-related G protein-coupled Sel Mast dan basophil dilengkapi dengan
receptor MRGPRX2. Bukti-bukti penelitian beragam reseptor permukaan, sehingga sel-
menunjukka, bahwa berikatannya reseptor sel ini dapat merespon terhadap beragam
ini dengan beragam kelas obat seperti agen
stimuli baik akibat ikatan antara IgE/FcεRI
penghambat neuromuscular dan opioids
dapat mengarah ke terjadinya mekanisme kompleks. Reseptor pada sel-sel ini dapat
hipersensitic tidak terkait imun. diaktivasi oleh beragam jenis obat yang
menghasilkan reaksi yang parah.
Produk Degranulasi Mast Cell Dan Ikatan antara reseptor MRGPRX2 oleh obat-
Basophil obatan seperti NMBA (aminosteroids and
Degranulasi sel mast dan basophil benzylisoquinolines), opiates/opioids, dan
menghasilkan pelepasan mediator inflamasi, beberapa antibiotik seperti fluoroquinolones,
baik yang sudah dibentuk sebelumnya dan dan vancomysin.
tersimpan di dalam granula sel (sepertim
histamin dan protease), dan mediator lipid Implikasi Klinis Dari Reaksi Anafilaktik
yang baru dibentuk dalam beberapa menit Anafilaksis adalah reaksi sistemik yang
(prostaglandin, leukotriene, platelet mengancam jiwa dengan beragam
activating factor (PAF)), dan sitokin yang mekanisme, klinis, dan keterlibatan berbagai
4 Insisiva Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva, Vol --- No. --- Bulan --- Tahun ----

sistem organ. Baru-baru ini telah kardiovaskular dan/atau gangguan


didefinisikan "sebagai reaksi alergi serius pernapasan
yang cepat timbul secara cepat dan dapat  Kelas III, keadaan kolaps pada
menyebabkan kematian". 5 kardiovaskular disertai tanda-tanda
Dibutuhkan jumlah antigen yang sangat multivisceral
kecil untuk memicu pelepasan kombinasi  Kelas IV, henti jantung7
mediator biokimia, seperti histamin,
protease netral, prostaglandin, leukotrien, Tabel 1: Karekteristik Klinis Dari Reaksi
kemokin dan sitokin lainnya.6 Mediator ini Anafilaksisi
bertanggung jawab atas tanda dan gejala Sistem Tanda Gejala
anafilaksis. Reaksi anafilaksia tidak Pernapasan Pernapasan Mengi,
berhubungan dengan IgE, tetapi mereka Meningkat Stridor,
melepaskan mediator yang serupa dan dapat Edema Laring Batuk,
menyebabkan gejala dan patologi yang Bronkospasme Dispnea,
identik. Gejala biasanya terjadi dengan 20 Edema Paru Sesak Dada
menit reaksi anafilaksis, tetapi waktu
mungkin bervariasi. Kardiovaskuler Hipotensi, Nyeri dan
Tanda-tanda klinis dari reaksi anaphylaxis Takikardia, Sesak di
biasanya terjadi dalam beberapa menit Disritme Dada
setelah agen disuntikkan secara IV. Tanda- Jantung, Henti
tanda klinis dapat bervariasi dan timbul dari Jantung
satu sistem ke sistem lain atau muncul Mukokutan Urtikaria, Gatal, Rasa
secara bersamaan di banyak organ. Target Diaforesis, Terbakar
utama adalah organ kulit, selaput lendir, Edema
saluran pencernaan, dan sistem kardio . Periorbital dan
Tanda-tanda klinis dari mukosa kulit Ginggiva
mungkin termasuk eritema, pruritus, dan Neurologis Perubahan Pusing,
edema, dengan atau tanpa angioedema. Mental, Tidak Kehilangan
Tanda-tanda multifisikal termasuk hipotensi, Sadar Orientasi,
takikardia, dispnea, dan gangguan Kelelahan
gastrointestinal. Manifestasi paling serius Saluran Muntah, Diare Mual,
adalah pembengkakan jalan napas, Pencernaan Kram
bronkospasme berat, disritmia jantung, dan Ginjal Penurunan
kolaps kardiovaskular. (Tabel 1) Volume Urin
Munculnya tanda-tanda juga dapat Hematologi Koagulasi Perdarahan
diklasifikasikan dan dinilai dari skala Intravaskuler dari
keparahan klinis: Permukaan
 Kelas I, melibatkan mukosa kulit Mukosa
 Kelas II, melibatkan mukosa kulit
dengan disertai gangguan Diagnosis awal yang cepat dari reaksi
anafilaktik / anafilaktoid sangat penting dan
Humaira G, Pakpahan VE, Bachtiar EW | Reaksi Anafilaksis dan Tata Laksananya di Bidang Kedokteran Gigi 5

intervensi dini adalah kunci keberhasilan asma (mis. Salbutamol) jika ada
dari penatalaksanaan. Pemindahan segera gangguan pernapasan
atau penghentian agen pemicu, pemberian  Terus memantau tanda-tanda vital.
epinefrine, pemeliharaan jalan nafas dan Mulailah dukungan hidup dasar jika
ventilasi dengan oksigen 100%, dan pernapasan berhenti. Pemberian
meminta bantuan adalah sangat mendasar. adrenalin IM setiap 5 menit jika
gejalanya tetap ada
Tatalaksana Reaksi Anafilaktik  Tunggu kedatangan ambulans dan
Harus diakui bahwa ada banyak variasi transfer ke rumah sakit
dalam manajemen protokol anafilaksis.
Tabel 2 memberikan alur yang merangkum Penilaian Dan Manajemen Awal Jalan
manajemen untuk dugaan anafilaksis dalam Napas
praktek dokter gigi. Pada awalnya, perhatian harus fokus pada
Penilaian dan pengobatan dini anafilaksis jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi. Bibir,
sangat penting. Penilaian dilakukan sesuai lidah, dan faring dinilai untuk ada atau
dengan prinsip dasar yang diterapkan pada tidaknya angioedema, dan pasien diminta
setiap keadaan darurat medis dengan menyebutkan namanya untuk menilai
pertimbangan jalan napas, pernapasan, pembengkakan periglotis atau glotis. Kulit
sirkulasi, dan kecacatan (tingkat kesadaran) diperiksa untuk mencari urtikaria atau
.8 angioedema, yang (jika ada) dapat
Tabel 2. Alur Manajemen Anafilaksis membantu menegakkan diagnosis.
 Mengevaluasi jalan napas, Jika jalan nafas atas tidak ada edema, pasien
pernapasan, sirkulasi, dan kesadaran harus ditempatkan pada posisi telentang,
 Tinjau sistem kulit dan pencernaan dengan ekstremitas bawah terangkat untuk
untuk tanda-tanda dan gejala memaksimalkan perfusi organ vital (dan
anafilaksis pasien hamil di sisi kiri untuk
 Hentikan prosedur, bersihkan saluran meminimalkan kompresi vena cava inferior
nafas, singkirkan zat pemicu dari oleh uterus gravid uterus).9 Posisi telentang
pasien juga membantu mencegah hipotensi berat,
 Posisikan pasien dengan tegak, atau pompa jantung yang tidak adekuat, dan
duduk dengan kaki diangkat jika ada aktivitas jantung yang tidak berdenyut.
kesulitan bernafas Dalam situasi ini, kematian dapat terjadi
 Berikan adrenalin IM menggunakan dalam hitungan detik.10 Individu dengan
injektor otomatis (0,3 mg untuk gangguan pernapasan atau muntah mungkin
orang dewasa dan anak-anak lebih tidak nyaman dalam posisi berbaring dan
dari 5 tahun, 0,15 mg untuk anak- harus ditempatkan dalam posisi yang
anak kurang dari 5 tahun) nyaman, dengan ekstremitas bawah yang
 Panggil ambulans lebih tinggi, jika mungkin.
 Suplai oksigen tambahan melalui Oksigen tambahan, pada awalnya
sungkup muka dengan laju menggunakan masker pada laju aliran 15
setidaknya 6-8L / mnt. Berikan obat liter / menit atau masker oksigen aliran
6 Insisiva Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva, Vol --- No. --- Bulan --- Tahun ----

tinggi harus diberikan (setidaknya 70 persen Intubasi mungkin sulit pada individu yang
dan hingga 100 persen oksigen) edema pada anatomi saluran napas bagian
Dua kateter IV dengan lubang besar (ukuran atas. Intubasi menggunakan laringoskop
idealnya 14 sampai 16 untuk orang dewasa) video dengan sedasi dan anestesi topikal /
harus dimasukkan dalam persiapan untuk vasokonstriksi adalah metode pilihan. Upaya
pemberian cairan dan obat secara cepat. yang gagal pada intubasi dapat
Akses intraosseous harus diperoleh jika menyebabkan obstruksi jalan napas dan
akses IV tidak mudah diperoleh. menyebabkan kematian. Oleh karena itu,
Pada orang dewasa, saline isotonik (0,9 penutupan jalan napas bagian atas yang
persen) harus diinfuskan pada 125 mL / jam disebabkan anafilaksis harus dikelola
untuk mempertahankan akses ke vena. Pada dengan baik oleh dokter. Ini mungkin
anak-anak, saline isotonik harus diinfuskan memerlukan kolaborasi yang segera antara
pada tingkat yang sesuai dengan berat badan spesialis kedokteran darurat dan ahli
untuk mempertahankan akses vena. anestesi, otolaryngologist, atau dokter
Pemantauan elektronik terhadap status dengan pelatihan dan pengalaman dalam
kardiopulmoner, termasuk pengukuran pengelolaan jalan napas yang sulit, tetapi
tekanan darah, frekuensi jantung, dan penundaan tetap tidak boleh terjadi saat
frekuensi pernapasan, dan pemantauan mencari bantuan. Jika bantuan jalan napas
saturasi oksigen oleh oksimeter sangat tidak segera tersedia, intubasi harus segera
diperlukan. dilakukan.

Manajemen Jalan Napas Cairan Intravena


Langkah-langkah awal dalam manajemen Akses intravena (IV) harus diperoleh dalam
anafilaksis melibatkan penilaian cepat semua kasus anafilaksis. Pergeseran cairan
terhadap jalan napas pasien : secara masif dapat terjadi dengan cepat
● Intubasi harus segera dilakukan jika karena peningkatan permeabilitas pembuluh
darah, dengan transfer hingga 35 persen
terdapat stridor atau gangguan pernapasan.
volume intravaskular ke ruang
● Persiapan untuk intubasi dini harus ekstravaskuler dalam beberapa menit.11
dilakukan jika ada keterlibatan jalan napas Setiap pasien yang hipotensi, kemungkinan
atau edema yang signifikan pada lidah, tidak segera merespon terhadap IM epinefrin
jaringan orofaringeal, termasuk uvula, atau sehingga harus menerima resusitasi cairan
jika perubahan suara telah terjadi. Kehadiran dalam volume besar.
edema pada jalan nafas atas merupakan Prinsip-prinsip berikut dapat digunakan
masalah jalan nafas yang berkembang cepat, sebagai panduan terapi:
sehingga membutuhkan tindakan segera. Resusitasi cairan harus dimulai segera pada
● Dalam sebagian kecil kasus, pasien yang datang dengan ortostasis,
hipotensi, atau respons tidak adekuat
krikotiroidotomi darurat mungkin
terhadap epinefrin IM. Orang dewasa harus
diperlukan untuk mengamankan jalan napas
menerima 1 hingga 2 liter saline pada laju
jika edema jalan napas atas mencegah akses
aliran secepat mungkin pada menit-menit
ke aperture glotis.
Humaira G, Pakpahan VE, Bachtiar EW | Reaksi Anafilaksis dan Tata Laksananya di Bidang Kedokteran Gigi 7

pertama perawatan. Volume cairan yang Epinefrin tersedia secara komersial dalam
besar (misalnya, hingga 7 liter) mungkin berbagai konsentrasi. Harus sangat berhati-
diperlukan. hati dalam melakukan pengenceran sehingga
Anak-anak harus menerima salin normal dapat menghindari komplikasi pada jantung
15
dalam bolus 20 mL / kg, masing-masing . Ketidakpastian masih ada di antara dokter
lebih dari 5 hingga 10 menit, dan diulangi, mengenai dosis epinefrin yang optimal dan
sesuai kebutuhan. Volume cairan yang besar jalur pemberian untuk pengobatan awal
(hingga 100 mL / kg) mungkin diperlukan.12 anafilaksis 16 .
Pengobatan Farmakologi Injeksi intramuskular (IM) adalah rute yang
Anafilaksis bersifat variabel dan tidak dapat lebih disukai sebagai jalur pemberian awal
diprediksi. Ada kemungkinan ringan dan untuk epinefrin dalam sebagian besar kasus
sembuh secara spontan karena produksi anafilaksis17 .Suntikan IM direkomendasikan
mediator kompensasi endogen atau mungkin daripada injeksi subkutan karena secara
parah dan dapat berkembang dalam konsisten dapat memberikan peningkatan
beberapa menit menjadi gangguan yang lebih cepat dalam konsentrasi epinefrin
pernapasan atau kardiovaskular bahkan plasma dan jaringan18. Suntikan IM juga
kematian.13 Pada awal terjadinya anafilaksis, lebih disukai daripada bolus intravena (IV)
sangat tidak mungkin untuk memprediksi karena lebih cepat dalam berbagai situasi
seberapa parah, seberapa cepat akan dan lebih aman (risiko komplikasi
berkembang, dan apakah itu akan sembuh kardiovaskular yang lebih rendah, seperti
dengan segera atau tidak, karena faktor- hipertensi berat dan aritmia ventrikel).
faktor yang menentukan anafilaksis pada Pengenceran epinefrin untuk injeksi IM
setiap pasien tidak sepenuhnya dapat mengandung 1 mg / mL dan setiap ampul
dipahami. Oleh karena variabel-variabel ini, juga dapat diberi label sebagai 1: 1000.
penting untuk memberikan epinefrin Dosis epinefrin yang direkomendasikan
intramuskular (IM) secara dini untuk untuk pasien dari segala usia adalah 0,01 mg
mencegah kemungkinan berkembang / kg (dosis maksimum 0,5 mg) per dosis
menjadi manifestasi yang mengancam jiwa. tunggal, disuntikkan IM ke tengah-luar paha
Epinefrin adalah pengobatan pertama dan (otot vastus lateralis). Dosis harus diambil
paling penting untuk anafilaksis, dan harus dengan menggunakan jarum suntik 1 ml
diberikan segera setelah anafilaksis terjadi menggunakan formulasi epinefrin 1 mg / ml.
untuk mencegah berkembang menjadi gejala Bayi dengan berat <10 kg harus diberi dosis
yang mengancam jiwa. Injeksi epinefrin berdasarkan berat badan yang tepat (tidak
yang ditunda sering dikaitkan dengan diperkirakan), bila memungkinkan. Namun,
kematian.14 Epinefrin juga harus diberikan jika dalam membuat dosis yang tepat dapat
kepada pasien yang memiliki gejala atau menyebabkan keterlambatan yang signifikan
tanda yang konsisten dengan anafilaksis dan pada pasien dengan gejala berat atau yang
ketika kecurigaan klinis untuk anafilaksis memburuk dengan cepat, dosis 0,1 mg dapat
tinggi, bahkan jika kriteria diagnostik secara diberikan oleh autoinjector atau dengan
formal tidak terpenuhi membuat 0,1 mL larutan 1 mg / mL. Jika 0,1
Dosis dan Pemberian Epinefrin mg autoinjector tidak tersedia, autoinjector
8 Insisiva Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva, Vol --- No. --- Bulan --- Tahun ----

0,15 mg dapat digunakan. Diharapkan sakit untuk evaluasi lebih lanjut. Epinefrin
bahwa efek samping epinefrin akan ringan19. IM dapat diulangi pada interval 5- 15 menit
Bayi dan anak-anak dengan berat mulai 10 jika tidak ada respons atau respons yang
kg hingga 25 kg dapat diberikan 0,15 mg tidak memadai atau bahkan jika respon lebih
dengan autoinjector atau dengan membuat cepat ditunjukkan secara klinis 22. Ketika
0,15 mL larutan 1 mg / mL. Autoinjector dosis IM tambahan diperlukan, biasanya
lebih disukai digunakan pada pasien dengan satu atau dua dosis tambahan diperlukan
alasan untuk kecepatan, kehandalan, dan (misalnya, pada pasien dengan anafilaksis
kemudahan penggunaan 20. parah dan mereka yang tidak dapat
Pasien dengan berat > 25 hingga 50 kg dapat mengakses perawatan darurat segera) 23.
diberikan 0,3 mg dengan autoinjector atau Studi retrospektif menunjukkan bahwa dosis
dengan membuat 0,3 mL larutan 1 mg / mL. kedua diperlukan dalam 12 hingga 36 persen
Autoinjector lebih disukai digunakan pada kasus 24.
pasien dengan alasan untuk kecepatan, Pada pasien yang menjadi hipotensi setelah
kehandalan, dan kemudahan penggunaan 20. epinefrin IM awal, cairan IV harus
Pasien dengan berat> 50 kg dapat diberikan diberikan. Tindakan bijaksana untuk mulai
0,5 mg (0,5 mL larutan 1 mg / mL). Jika menyiapkan solusi epinefrin secara dini,
pasien mengalami obesitas, dapat diberikan sehingga dapat siap jika pasien gagal untuk
dengan menggunakan jarum 1,5 inci untuk merespon cairan epinefrin IM dan IV.
menembus lemak subkutan. Namun, jika Dalam sebuah penelitian observasional dari
membuat dosis yang tepat kemungkinan 362 dosis epinefrin yang diberikan kepada
dapat menyebabkan keterlambatan yang 301 pasien untuk keadaan darurat
signifikan pada pasien yang memburuk anafilaksis, ada empat yang overdosis, yang
dengan cepat, dosis 0,3 mg dapat diberikan semuanya terjadi dengan pemberian bolus
oleh autoinjector. IV 25. Komplikasi kardiovaskular yang
Jarum yang digunakan pada orang dewasa merugikan secara signifikan lebih mungkin
dan anak-anak harus cukup panjang untuk terjadi dengan bolus IV dibandingkan
menembus jaringan subkutan di atas otot dengan pemberian IM (masing-masing 3
vastus lateralis. Secara realistis, dari 30 berbanding 4 dari 316).
bagaimanapun injeksi IM ke paha mungkin Meskipun demikian, mungkin ada situasi di
tidak mungkin pada beberapa pasien, mana bolus IV epinefrin diindikasikan,
terutama mereka yang kelebihan berat badan seperti ketika pasien menderita kolaps
atau obesitas 21. Meskipun pendekatan kardiovaskular, pasien yang refrakter
terbaik dalam situasi ini belum diteliti, terhadap IM epinefrin dan resusitasi volume,
disarankan injeksi sedalam mungkin ke otot. dan jika infus epinefrin tidak tersedia.
Menilai Respon Terhadap Epinefrin IM Dalam kasus seperti itu pada orang dewasa
Sebagian besar pasien merespons dosis atau remaja, hal ini diatasi dengan
tunggal epinefrin IM, terutama jika pemberian yang lambat dari 50 sampai 100
diberikan segera setelah timbulnya gejala. mcg (0,05 hingga 0,1 mg) bolus epinefrin
Namun, ketika epinefrin diberikan di luar IV, idealnya dengan pemantauan
rumah sakit, pasien harus dibawa ke rumah hemodinamik. Ini paling baik diberikan
Humaira G, Pakpahan VE, Bachtiar EW | Reaksi Anafilaksis dan Tata Laksananya di Bidang Kedokteran Gigi 9

dengan dorongan pelan 0,5 sampai 1 mL memberikan epinefrin karena takut akan
larutan epinefrin 0,1 mg / mL (1: 10.000) efek jantung yang merugikan harus dilawan
(epinefrin "jantung", tersedia dalam 10 mL dengan kesadaran bahwa jantung adalah
jarum suntik yang sudah diisi sebelumnya, organ target dalam anafilaksis. Di jantung
mengandung 1 mg epinefrin, dan disimpan manusia yang sehat, sel mast ada di seluruh
pada kereta resusitasi). Perhatikan bahwa miokardium dan di intima arteri koroner.
untuk anafilaksis, dosisnya adalah 1/10 atau Pada pasien dengan penyakit arteri koroner,
kurang dari dosis epinefrin IV yang sel mast ditemukan pada lesi aterosklerotik
digunakan dalam henti jantung (penunjang dan berkontribusi terhadap aterogenesis.
kehidupan jantung lanjut). Pemberian 0,5 Anafilaksis dapat menimbulkan penyakit
hingga 1 mL (yaitu, maksimum 1/10 dari arteri koroner subklinis, dan infark miokard
volume jarum suntik total) memberikan dan / atau aritmia dapat terjadi selama
dosis 50 hingga 100 mcg dan diberikan anafilaksis, bahkan jika epinefrin tidak
selama satu hingga tiga menit, diikuti oleh disuntikkan27. Selain itu, anafilaksis itu
setidaknya tiga menit pengamatan sebelum sendiri dapat menyebabkan vasospasme,
mempertimbangkan dosis berulang. aritmia, dan infark miokard pada pasien,
Biasanya, respons diamati setelah dosis termasuk anak-anak, dengan jantung yang
tunggal, memberikan waktu yang cukup sehat sebagaimana dikonfirmasi oleh
untuk menyiapkan infus. Jika pasien tetap elektrokardiogram normal, ekokardiogram,
sangat hipotensi atau menunjukkan sedikit dan angiogram koroner setelah terjadi
respons baik dalam detak jantung atau anafilaksis 28.
tekanan darah (BP) terhadap dosis pertama,  Pasien dengan kondisi tertentu yang
dosis kedua diberikan dengan cara yang sudah ada riwayat penyakit sebelumnya,
sama. Segera setelah infus tersedia, injeksi seperti operasi intrakranial, aneurisma
bolus dihentikan dan diganti dengan titrasi aorta, hipertiroidisme atau hipertensi
larutan 26. yang tidak terkontrol, atau kondisi lain
Tidak ada kontraindikasi absolut untuk yang mungkin menempatkan mereka
penggunaan epinefrin dalam anafilaksis. pada risiko yang lebih tinggi untuk efek
Bukti yang ada jelas mendukung manfaat buruk yang terkait dengan epinefrin.
pemberian epinefrin pada anafilaksis.  Pasien yang menerima obat stimulan
Subkelompok pasien yang secara teori (mis., Amfetamin atau methylphenidate
berisiko lebih tinggi untuk efek samping yang digunakan dalam pengobatan
selama terapi epinefrin: gangguan attention deficit hyperactivity
● Pasien dengan penyakit kardiovaskular. disorder) atau penyalahgunaan kokain
Sejumlah penelitian yang meneliti yang mungkin menempatkan mereka
penggunaan epinefrin pada orang dewasa pada risiko yang lebih tinggi untuk efek
tua dengan anafilaksis menunjukkan bahwa buruk dari epinefrin.
epinefrin intravena dikaitkan dengan efek Khasiat Epinefrin
kardiovaskular yang lebih buruk, sementara Epinefrin adalah obat yang paling baik
injeksi intramuskuler dapat ditoleransi dalam kasus anafilaksis, meskipun uji secara
dengan baik. Keengganan untuk acak dan terkontrol plasebo dari epinefrin
10 Insisiva Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva, Vol --- No. --- Bulan --- Tahun ----

pada manusia yang mengalami anafilaksis


belum pernah dilakukan karena alasan etis.
Bukti untuk penggunaannya berasal dari KESIMPULAN
studi observasional, studi farmakologi klinis Reaksi anafilaksis merupakan keadaan
yang dikontrol secara acak pada pasien yang kegawat daruratan medis yang bersifat akut
tidak mengalami anafilaksis, studi dan mengancam nyawa. Reaksi anafilaksis
anafilaksis pada model hewan, dan studi dihasilkan dari pelepasan mediator
epidemiologi, termasuk studi fatalitas29. inflamasi, dari sel mast dan basophil. Tanda-
Dalam serangkaian 13 reaksi anafilaksis tanda klinis dari reaksi anaphylaxis biasanya
yang berakibat fatal dari makanan dan terjadi dalam beberapa menit setelah agen
hampir fatal pada anak-anak dan remaja, disuntikkan secara IV. Tanda-tanda klinis
enam pasien yang meninggal memiliki dapat bervariasi dan timbul dari satu sistem
gejala-onset dalam satu sampai lima menit ke sistem lain atau muncul secara bersamaan
setelah menelan makanan dan tidak di banyak organ. Target utama adalah organ
menerima dosis epinefrin pertama mereka, kulit, selaput lendir, saluran pencernaan, dan
sampai 25, 60, 80, 90, 125, dan 180 menit sistem kardio. Penilaian dan pengobatan dini
setelah makanan dicerna. Kegagalan untuk anafilaksis sangat penting. Penilaian
mengenali keparahan reaksi dan pemberian dilakukan sesuai dengan prinsip dasar yang
epinefrin meningkatkan risiko hasil yang diterapkan pada setiap keadaan darurat
fatal. medis dengan pertimbangan jalan napas,
Akhirnya, ada pengalaman klinis yang di pernapasan, sirkulasi, dan kecacatan (tingkat
antara praktisi alergi dengan memberikan kesadaran). Epinefrin adalah pengobatan
epinefrin untuk mengobati anafilaksis yang pertama dan paling penting untuk
terjadi sebagai respons terhadap anafilaksis, dan harus diberikan segera
imunoterapi. Ini adalah situasi yang unik setelah anafilaksis terjadi untuk mencegah
karena staf klinik alergi mengamati pasien berkembang menjadi gejala yang
dengan cermat untuk gejala dan tanda-tanda mengancam jiwa.
anafilaksis dan reaksi terdeteksi pada tahap
yang sangat awal. Selama beberapa dekade RECOMMENDATION / SARAN
terakhir, bahwa bahkan reaksi sistemik "Click here and insert your recommendation"
ringan paling baik segera diobati dengan
epinefrin, karena ini tampaknya mencegah Recommendation for further research can be
perkembangan menjadi gejala yang lebih written in this section. Recommendation are
parah dan lebih efektif daripada terapi lain clearly written for whom and operate.
yang tersedia. Pada saat autoinjector Recommendation s are presented in
digunakan atau epinefrin diberikan dalam paragraph form.
bentuk lain, respon untuk meminta bantuan
harus dimulai, dengan keluhan "anafilaksis" ACKNOWLEDGMENT / UCAPAN
yang jelas, tanpa menunggu untuk melihat TERIMA KASIH
apakah reaksinya memburuk. "Click here and insert your acknowledgment"
Humaira G, Pakpahan VE, Bachtiar EW | Reaksi Anafilaksis dan Tata Laksananya di Bidang Kedokteran Gigi 11

Acknowledgments should be inserted at the 0912(19)30077-7/fulltext, diakses pada


end of the paper, before the references, not 23 Desember 2019)
as a footnote to the title. Acknowledgments 5. Sampson HA, Mendelson L, Rosen JP.
should be limited to the appropriate Fatal and near-fatal anaphylactic
professionals who contributed to the paper, reactions to food in children and
including technical help and financial or adolescents. N Engl J Med 1992;
material support, as well as any general 327:380.
support by a department chairperson. 6. Bock SA, Muñoz-Furlong A, Sampson
HA. Fatalities due to anaphylactic
REFERENCE reactions to foods. J Allergy Clin
Immunol 2001; 107:191.
1. Maher NG, Looze J, Hoffman GR. 7. Yilmaz R, Yuksekbas O, Erkol Z, et al.
Anaphylaxis: an update for dental Postmortem findings after anaphylactic
practitioners. (Online), 59, 2014, reactions to drugs in Turkey. Am J
Forensic Med Pathol 2009; 30:346.
(https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/
8. Greenberger PA, Rotskoff BD,
10.1111/adj.12161, diakses pada 23 Lifschultz B. Fatal anaphylaxis:
Desember 2019) postmortem findings and associated
2. Jevon P. Management of Anaphylaxis in comorbid diseases. Ann Allergy Asthma
the Dental Practice. (Online), Vol.9, Immunol 2007; 98:252.
No.11, 2013, 9. Pumphrey RS. Fatal posture in
(https://www.magonlinelibrary.com/doi/ anaphylactic shock. J Allergy Clin
Immunol 2003; 112:451.
abs/10.12968/denn.2013.9.11.648?journ
10. Brown SG, Blackman KE, Stenlake V,
alCode=denn, diakses 23 Desember Heddle RJ. Insect sting anaphylaxis;
2019) prospective evaluation of treatment with
3. Johnson RF, Peebles RS. Anaphylactic intravenous adrenaline and volume
Shock: Pathophysiology, Recognition, resuscitation. Emerg Med J 2004; 21:149.
and Treatment. (Online), Vol. 25, No. 6, 11. Geerts BF, van den Bergh L, Stijnen T,
2004, (https://www.thieme- et al. Comprehensive review: is it better
to use the Trendelenburg position or
connect.com/products/ejournals/abstract/
passive leg raising for the initial
10.1055/s-2004-860983, diakses 23 treatment of hypovolemia? J Clin Anesth
Desember 2019) 2012; 24:668.
4. Ebo DG, Clarke RC, Mertes PM, Platt 12. Kleinman ME, Chameides L,
PR, Sabato V, Sadleir PHM. Molecular Schexnayder SM, et al. Part 14: pediatric
mechanisms and pathophysiology of advanced life support: 2010 American
perioperative hypersensitivity and Heart Association Guidelines for
anaphylaxis: a narrative review. Cardiopulmonary Resuscitation and
(Online), Vol 25, No.6, 2004, Emergency Cardiovascular Care.
(https://bjanaesthesia.org/article/S0007- Circulation 2010; 122:S876.
12 Insisiva Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva, Vol --- No. --- Bulan --- Tahun ----

13. Simons FE. Anaphylaxis, killer allergy: Ann Allergy Asthma Immunol 2005;
long-term management in the 94:539.
community. J Allergy Clin Immunol 22. Brown SG, Mullins RJ, Gold MS.
2006; 117:367. Anaphylaxis: diagnosis and management.
14. Simons KJ, Simons FE. Epinephrine and Med J Aust 2006; 185:283.
its use in anaphylaxis: current issues. 23. Brown SG, Stone SF, Fatovich DM, et al.
Curr Opin Allergy Clin Immunol 2010; Anaphylaxis: clinical patterns, mediator
10:354. release, and severity. J Allergy Clin
15. Lieberman P, Nicklas RA, Randolph C, Immunol 2013; 132:1141.
et al. Anaphylaxis--a practice parameter 24. Korenblat P, Lundie MJ, Dankner RE,
update 2015. Ann Allergy Asthma Day JH. A retrospective study of
Immunol 2015; 115:341. epinephrine administration for
16. Kanwar M, Irvin CB, Frank JJ, et al. anaphylaxis: how many doses are
Confusion about epinephrine dosing needed? Allergy Asthma Proc 1999;
leading to iatrogenic overdose: a life- 20:383.
threatening problem with a potential 25. Campbell RL, Li JT, Nicklas RA, et al.
solution. Ann Emerg Med 2010; 55:341. Emergency department diagnosis and
17. Kawano T, Scheuermeyer FX, Stenstrom treatment of anaphylaxis: a practice
R, et al. Epinephrine use in older parameter. Ann Allergy Asthma
patients with anaphylaxis: Clinical Immunol 2014; 113:599.
outcomes and cardiovascular 26. Campbell RL, Bellolio MF, Knutson BD,
complications. Resuscitation 2017; et al. Epinephrine in anaphylaxis: higher
112:53. risk of cardiovascular complications and
18. Simons FE, Gu X, Simons KJ. overdose after administration of
Epinephrine absorption in adults: intravenous bolus epinephrine compared
intramuscular versus subcutaneous with intramuscular epinephrine. J
injection. J Allergy Clin Immunol 2001; Allergy Clin Immunol Pract 2015; 3:76.
108:871. 27. Triggiani M, Patella V, Staiano RI, et al.
19. Halbrich M, Mack DP, Carr S, et al. Allergy and the cardiovascular system.
CSACI position statement: epinephrine Clin Exp Immunol 2008; 153 Suppl 1:7.
auto-injectors and children < 15 kg. 28. Biteker M, Duran NE, Biteker FS, et al.
Allergy Asthma Clin Immunol 2015; Allergic myocardial infarction in
11:20. childhood: Kounis syndrome. Eur J
20. Sicherer SH, Simons FER, SECTION Pediatr 2010; 169:27.
ON ALLERGY AND IMMUNOLOGY. 29. Anchor J, Settipane RA. Appropriate use
Epinephrine for First-aid Management of of epinephrine in anaphylaxis. Am J
Anaphylaxis. Pediatrics 2017; 139. Emerg Med 2004; 22:488.
21. Song TT, Nelson MR, Chang JH, et al.
Adequacy of the epinephrine
autoinjector needle length in delivering
epinephrine to the intramuscular tissues.
Humaira G, Pakpahan VE, Bachtiar EW | Reaksi Anafilaksis dan Tata Laksananya di Bidang Kedokteran Gigi 13

Anda mungkin juga menyukai