Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KELOMPOK BIOETIKUM

“DASAR HUKUM KOMUNIKASI DALAM


PELAYANAN KESEHATAN”
PEMBIMBING : Dr. drg. Harum Sasanti, Sp.PM(K)

RESIDEN BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL ANGKATAN 2019

 Syarief Mahmud Makka  Awaludin Wibawa


 Cut Yulian Fitriani  Raedi Mahardika
 Intan Noor Dhewayani  Victor Ercantez Pakpahan
 Amalia Lystiana Dewi  Depsi Indri Papilaya Simanjuntak
 Ghina Humaira  Hendy Utomo Suhandi

KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PELAYANAN KESEHATAN

Proses dasar komunikasi


Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau informasi, yang merupakan suatu proses
berkelanjutan dan interaksi yang selalu berubah. Komunikasi membina hubungan personal dan
professional.

Komunikasi efektif terjadi/terwujud bila terjadi kesamaan pemahaman antara pengirim dan
penerima. Komunikasi penting dalam pelayanan kesehatan karena mempengaruhi keselamatan
pasien/patient safety.

Jenis komunikasi dalam pelayanan kesehatan:


 Informasi (asuhan)
o Jam pelayanan
o Pelayanan yang tersedia
o Cara mendapatkan pelayanan
o Rencana tindakan, dll
 Edukasi (pelayanan promosi)
o Edukasi tentang penyakit
o Edukasi tentang obat
o Edukasi pasien tentang apa yang harus dihindari
o Edukasi untuk meningkatkan kualitas hidup pasca dari RS
o Edukasi tentang Gizi, dll

Syarat komunikasi efektif dalam pelayanan kesehatan:


 Tepat waktu
 Lengkap
 Akurat dan Jelas
 Mudah dipahami oleh penerima pesan (tidak ada kesalahan dan kesalahpahaman)

Untuk mencapai komunikasi efektif dapat menggunakan beberapa metode

 Metode REACH
o Respect
o Empaty
o Audible
o Clarity
o Humble
 Metode SBAR
o Situation
o Background
o Assessment
o Recommendation

Penerapan komunikasi efektif dalam pelayanan kesehatan di Indonesia, telah diatur


berdasarkan beberapa peraturan, diantaranya:
a) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.29 TAHUN 2004 tentang Praktik
Kedokteran
o Pasal 39  Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara
dokter atau dokter gigi dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan,
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan
kesehatan
o Pasal 45 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi
1. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh
dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
2. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien
mendapat penjelasan secara lengkap.
3. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya
mencakup:
 diagnosis dan tata cara tindakan medis;
 tujuan tindakan medis yang dilakukan;
 alternatif tindakan lain dan risikonya;
 risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
 prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
4. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara
tertulis maupun lisan.
o Pasal 52 tentang Hak Pasien  Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik
kedokteran, mempunyai hak:
o mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3);
o meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;
o mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;
o menolak tindakan medis; dan
o mendapatkan isi rekam medis.

b) PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NO.4 TAHUN 2011 tentang Disiplin


Profesional Dokter dan Dokter Gigi. Tercantum dalam salah satu bentuk pelanggaran
disiplin yang dilarang untuk dilakukan oleh dokter atau dokter gigi di Indonesia, yaitu:
o Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis dan memadai (adequate information)
kepada pasien atau keluarganya dalam melakukan Praktik Kedokteran
o Melakukan tindakan/asuhan medis tanpa memperoleh persetujuan dari pasien
atau keluarga dekat, wali atau pengampunya (sesuai penjelasan poin a sampai d)

c) PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO.11 TAHUN 2017 tentang


Keselamatan Pasien
o Pasal 5 ayat 4 tentang Standar Keselamatan Pasien, tercantum pada standar poin (g)
yaitu komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai Keselamatan Pasien
o Pasal 5 ayat 5 tentang Sasaran Keselamatan Pasien, meliputi tercapainya hal pada
poin (b) yaitu meningkatkan komunikasi yang efektif
o Pasal 5 ayat 6 tentang Tujuh langkah menuju Keselamatan Pasien pada poin (e) yaitu
melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
o Pasal 6 ayat 2 mengenai kriteria standar hak pasien, salah satu diantaranya adalah
penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya dilakukan oleh dokter
penanggung jawab pelayanan
o Pasal 8 ayat 2 mengenai Kriteria standar Keselamatan Pasien dalam kesinambungan
pelayanan, ada dua poin yang menurut kami relevan:
 Poin c. koordinasi pelayanan dalam meningkatkan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, asuhan keperawatan, pelayanan social,
konsultasi, rujukan dan tindak lanjut lainnya
 Poin d. komunikasi dan penyampaian informasi antar profesi kesehatan
sehingga tercapai proses koordinasi yang efektif

Anda mungkin juga menyukai