Anda di halaman 1dari 4

PEMERIKSAAN RADIOLOGIS DAN PENUNJANG PADA IMPLAN

Dari pemeriksaan radiografik pra perawatan implant harus diperoleh informasi diagnostik mengenai
kemungkinan penyakit tulang yang ada, kualitas dan kuantitas tulang rahang, hubungan dengan
struktur-struktur kritis di rahang atas maupun rahang bawah yang berada di lokasi implant, serta posisi
dan orientasi implant yang tepat dan akurat. Untuk keperluan perawatan implant gigi, berbagai imaging
modalities dapat digunakan:

 Radiografi periapical
 Panoramic
 Oklusal
 Lateral sefalometri
 Tomografi
 Dental CT
 MRI dan DR

Radiografi panoramik

Radiografi panoramic merupakan pilihan pertama yang paling umum. Radiograf panoramic dapat
memperlihatkan daerah maksilo-mandinula lebih luas, berikut hubungan dengan struktur tulang muka
lainnya yang berdekatan. Radiograf ini terutama bermanfaat untuk mengevaluasi keadaan tulang rahang
secara umum, termasuk ada tidaknya kelainan struktur, serta hubungan tulang rahang yang akan
menerima implant gigi dengan struktur lainnya yang berkaitan. Dari radiograf panoramic dapat
diperoleh informasi mengenai keadaan tulang rahang secara menyeluruh, termasuk melihat ada
tidaknya penyakit/kelainan yang mengenai tulang rahang, kemungkinan posisi implant terhadap struktur
kritis seperti kanalis mandibularis dan foramen mentale di rahang bawah, serta sinus maksilaris dan
foramen insisivum di rahang atas. Radiograf panoramic juga digunakan untuk memprakirakan tinggi sisa
tulang alveolar yang ada secara umum. Namun demikian, radiograf panoramic konvensional tidak dapat
memberikan informasi mengenai ketebalan ridge alveolar yang akan menerima implant. Satu hal
penting yang patut diingat oleh klinisi adalah bahwa radiograf panoramic mengalami pembesara gambar
sebesar 10% sampai dengan 25%, bergantung pada letak obyek di bidang gambar (focal trough)

Radiografi periapical

Radiograf periapical merupakan proyeksi maksimum empat elemen gigi rahang atas atau rahang bawah,
yang dapat memberikan informasi gigi, jaringan penyangga dan tulang alveolar sekitarnya secara lebih
tepat bila dibandingkan radiograf panoramic. Namun demikian radiograf periapical juga tidak dapat
memberikan informasi keadaan rahang dalam potongan melintang, yang diperlukan untuk evaluasi
ketebalan ridge dalam arah buko-lingual. Ada dua macam proyeksi radiografi periapical, yaitu biseksi
dan parallel. Di antara keduanya, teknik parallel dengan menggunakan cone panjang, dapat
meminimalkan distorsi ukuran sampai kurang dari 10%. Dari radiograf periapical ini dapat diprakirakan
ketinggian ridge alveolar, ada tidaknya tulang kortikan di bagian crest, serta kualitas tulang berupa
kepadatan di daerah tulang kanselus. Dengan pemeriksaan Ro periapical dapat dilihat lebih detil jika
terdapat keadaan patologu dari tulang.

Radiograf oklusal

Radiograf ini dipergunakan untuk memperkirakan ketebalan (lebar) sisa alveolar ridge dalam arah buko-
lingual. Dari radiograf oklusal rahang bawah, bagian terlebar alveolar ridge dibandingkan dengan lebar di
daerah crest.

Radiograf lateral cefalometri

Bermanfaat pada kasus implant pasien edentulous, dapat diperoleh informasi mengenai hubungan ridge
alveolar di daerah midline rahang bawah. Jenis radiograf ini penggunaannya terbatas karena info yang
diperoleh cukup terbatas

Tomografi konvensional

Teknik menghasilkan gambaran yang dapat memberikan informasi ukuran dimensional di lokasi implant
dengan akurat, termasuk dimensi fasial-lingual. Teknik merupakan pilihan jika akan dilakukan pemasang
implant lebih dari satu serta kurang dari tiga buah.

Computed tomography (CT)

Merupakan jenis radiograf yang paling tepat dan bermanfaat untuk evaluasi pra perawatan implant gigi,
terutama multiple implant rahang atas dan rahang bawah.

BONE MINERAL CONTENT

BMC (g/cm) melambangakan jumlah mineral dalam satu bagian tulang dengan panjang 1 cm.BMD
(g/cm2) di peroleh dari sampel yang diambil dari radius, pinggang , diperoleh dari BMC dibagi dengan
lebar tulang. BMD merupakan parameter yang umum digunakan dan digunakan untuk menganalisa
resiko fraktur pada populasi. Standard BMD in Indonesia +/- 200 g/cm2.

Komposisi anorganik tulang (mineral tulang) terutama terbentuk dari garam kalsium dan fosfat, garam
utama adalah hidroksiapatit (Ca10 (PO4)6(OH)2) Komposisi yang tepat dari matriks dapat berubah dari
waktu ke waktu dan dengan nutrisi, dengan rasio kalsium terhadap fosfat bervariasi antara 1,3 dan 2,0
(per berat), dan trace mineral seperti magnesium, natrium, potasium dan karbonat juga ditemukan.

BONE DENSITY TEST

Tes kepadatan tulang menggunakan radiograf untuk mengukur berapa gram kalsium dan mineral tulang
lainnya yang dikemas ke dalam segmen tulang. Tulang yang paling sering diuji ada di tulang belakang,
pinggul, dan lengan bawah. Semakin tinggi kandungan mineral tulang Anda, semakin padat tulang Anda.
Dan semakin padat tulang Anda, semakin kuat tulang umumnya dan semakin kecil kemungkinan patah.
Dengan kehilangan tulang bagian luar, tulang menjadi
lebih tipis dan bagian dalamnya menjadi lebih keropos.
Tulang normal (A) kuat dan fleksibel. Tulang
osteoporosis (B) lebih lemah dan mudah patah.

FRAKTUR RISK ASSESSMENT

Perbedaan dibuat antara klasifikasi diagnostik dan


penggunaan BMD untuk penilaian risiko fraktur. Untuk
penilaian risiko patah tulang, teknik apa pun yang
divalidasi dengan baik dapat digunakan, termasuk
pengukuran lebih dari satu lokasi di mana ini telah
terbukti meningkatkan penilaian risiko.

World Health Organization Definitions Based on Bone Density Levels

Level Definition

Normal Bone density is within 1 SD (+1 or −1) of the young adult mean.

Low bone mass Bone density is between 1 and 2.5 SD below the young adult mean (−1
to −2.5 SD).

Osteoporosis Bone density is 2.5 SD or more below the young adult mean (−2.5 SD
or lower).

Severe (established) Bone density is more than 2.5 SD below the young adult mean, and
osteoporosis there have been one or more osteoporotic fractures.

T-score

Skor-T adalah kepadatan tulang dibandingkan dengan apa yang biasanya diharapkan pada orang dewasa
muda yang sehat dari jenis kelamin. Skor-T adalah jumlah unit - yang disebut deviasi standar - yang
kepadatan tulang Anda di atas atau di bawah rata-rata.
Skor-Z

Skor-Z adalah jumlah standar deviasi di atas atau di bawah apa yang biasanya diharapkan untuk
seseorang seusia Anda, jenis kelamin, berat badan, dan etnis atau ras. Jika skor-Z (-2) atau lebih rendah,
ini mungkin menunjukkan bahwa sesuatu selain penuaan menyebabkan kehilangan tulang yang tidak
normal.

KAITAN DENGAN GNATOLOGI

Pada pemeriksaan penunjang gambaran radiografi,hasil MRI, dan pemeriksaan Bone Mineral Density
dapat diketahui kondisi kepadatan tulang maksilofasial dalam perawatan implant gigi.

Keterbatasan bentuk tulang dan kurangnya kandungan mineral dalam tulang dapat meningkatkan
insidensi fraktur pada tulang tersebut terutama jika dilakukan pemasangan implant. Sehingga
perawatan tidak maksimal dan menyebabkan gangguan pengunyahan pada sistem gnatologi.

Anda mungkin juga menyukai