Disusun Oleh:
Rismawati S17201
Rizki Puspitaning Tyas S17202
Salsa Dilla J S17203
Septiana Chintya S17204
Shinta Arumsari S17205
Sri Lestari S17206
Teguh Santoso S17207
Tri Wuilandari S17208
Ukik Moeneta S17209
Vega Ayu L S17210
Yulia Rossarila S17211
Yuni Purwanti S17212
Natalia S17213
1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial, yang terus menerus membutuhkan adanya
orang lain di sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia untuk melakukan
interaksi dengan sesama manusia. Interaksi ini dilakukan tidak selamanya
memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh individu,
sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap kemampuan individu
untuk interaksi dengan orang lain (Azizah, 2010).
Kelompok adalah kumpulan individu yang memilih hubungan satu dengan
yang lain. Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang
yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut,
kebencian, kompetitif, kesamaan ketidaksamaan, kesukaan dan menarik diri
(Stuart dan Laraia, 2006). Terapi kelompok adalah suatu psikoterapi yang
dilakukan oleh sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu
sama lain yang dipimpin, diarahkan oleh terapis/petugas kesehatan yang telah
dilatih (Keliat, 2009).
Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi dengan
sejumlah pasien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas kelompok
yaitu agar pasien dapat belajar kembali bagaimana cara bersosialisasi dengan
orang lain, sesuai dengan kebutuhannya memperkenalkan dirinya.
Menanyakan hal-hal yang sederhana dan memberikan respon terhadap
pertanyaan yang lain sehingga pasien dapat berinteraksi dengan orang lain dan
dapat merasakan arti berhubungan dengan orang lain (Bayu, 2011).
Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan. Wilson
dan Kneisl menyatakan bahwa terapi aktivitas kelompok adalah manual,
rekreasi, dan teknik kreatif untuk memfasilitasi pengalaman seseorang serta
meningkatkan repon social dan harga diri (Keliat, 2009).
Pada pasien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk melakukan
kerusakan atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku
kekerasan tidak jauh dari kemarahan. Kemarahan adalah perasaan jengkel
yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai
ancaman. Ekspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah wajar dan hal
ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah yang tidak
diperbolehkan. Oleh karena itu, marah sering diekspresikan secara tidak
langsung (Sumirta, 2013).
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit diri
sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan
dengan langsung dan tidak konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan
individu dan membantu mengetahui tentang respon kemarahan seseorang dan
fungsi positif marah (Yosep, 2010).
Atas dasar tersebut, maka dengan terapi aktivitas kelompok (TAK) pasien
dengan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya. Tentu saja pasien yang mengikuti terapi ini adalah
pasien yang mampu mengontrol dirinya dari perilaku kekerasan sehingga saat
TAK pasien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok lain.
2. Tujuan
Tujuan umum:
Klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
diakibatkan oleh paparan stimulasi kepadanya.
Tujuan khusus:
1. klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien
2. klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah
perilaku kekerasan
3. klien dapat menyebutkan kegiatan spiritual yang biasa dilakukan klien
4. klien dapat mendemonstrasikan kegiatan spiritual yang dapat mencegah
perilaku kekerasan
3. METODE
1. Dinamika kelompok.
2. Diskusi tanya jawab.
3. Bermain peran atau stimulasi.
4. PERLENGKAPAN
Alat musik dan bola
5. KRITERIA KLIEN
Terapi aktivitas kelompok jenis ini digunakan pada klien dengan Perilaku
Kekerasan.
a. Kriteria:
1. Klien perilaku kekerasan yang sudah mulai mampu bekerja sama
dengan perawat.
2. Klien perilaku kekerasan yang dapat berkomunikasi dengan perawat.
b. Proses seleksi:
1. Mengobservasi pasein yang masuk kriteria.
2. Megidektifikasi pasien yang masuk kriteria.
3. Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria.
4. Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK PK. Mengikuti:
menjelaskan tujuan TAK PK pada pasien, rencana kegiatan kelompok, dan
aturan main dalam kelompok.
NO Nama Umur Tanda Gejala Klasifikasi Keterangan
1 Ny. Jum 23 thn Perilaku Healt Prom KU Baik
kekerasan
2 Ny. Yuli 25 thn Perilaku Health KU Baik
kekerasan prom
3 Ny. Agustin 27 thn Perilaku Health KU Baik
kekerasan prom
4 Ny. OLa 30 thn Perilaku Health KU Baik
kekerasan prom
5 Ny. Fatma 25 thn Perilaku Health KU Baik
kekerasan prom
6. PELAKSANAAN
Hari / tanggal : Senin, 16 Desmber 2019
Waktu : 09.00-Selesai
Tempat : RSJ Kusuma Husada
8. SETTING TEMPAT
a. terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
b. ruangan nyaman dan tenang
c. tempat dan denah
L CL
O
F
K
K F
Keterangan:
L = Leader
CL = Co Leader
F = Fasilitator
K = Klien
O = Observer
d. Jumlah anggota adalah 6 orang
9. PROSEDUR PELAKSANAAN
A. Mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan fisik
a) Persiapan (5 menit)
b. Memilih klien sesuai indikasi yaitu klien dengan perilaku
kekerasan
c. Membuat kontrak dengan klien tentang terapi aktivitas kelompok
d. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
10. EVALUASI
1. Struktur
a. Tim terapi hadir seluruhnya dalam kegiatan Terapi Aktivitas
Kelompok di Ruang RSJ Kusuma Husada