Anda di halaman 1dari 3

A.

Obat Antidiabetes
Insulin adalah hormon yang disekresi oleh sel β pulau Langerhans dalam pankreas.
Berbagai stimulus melepaskan insulin dari granula penyimpanan dalam sel β, tetapi stimulus
yang paling kuat adalah peningkatan glukosa plasma (hiperglikemia). Insulin terikat pada
reseptor spesifik dalam membran sel dan memulai sejumlah aksi, termasuk peningkatan
ambilan glukosa oleh hati, otot, dan jaringan adipose (Katzung, 2002).
Insulin adalah polipeptida yang mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua
rantai (A dan B) dan dihubungkan oleh ikatan disulfida. Suatu prekursor, yang disebut
proinsulin, dihidrolisis dalam granula penyimpan untuk membentuk insulin dan peptida C
residual. Granula menyimpan insulin sebagai kristal yang mengandung zink dan insulin.
Glukosa merupakan stimulus paling kuat untuk pelepasan insulin dari sel-sel β pulau
Langerhans. Terdapat sekresi basal yang kontinu dengan lonjakan pada waktu makan. Sel-
sel β memiliki kanal K+ yang diatur oleh adenosin trifosfat (ATP) intraselular. Saat glukosa
darah meningkat, lebih banyak glukosa memasuki sel β dan metabolismenya menyebabkan
peningkatan ATP intraselular yang menutup kanalATP. Depolarisasi sel Depolarisasi sel β
yang diakibatkannya mengawali influks ion Ca 2+ melalui kanal Ca2+ yang sensitif
tegangan dan ini memicu pelepasan insulin (Katzung, 2002).
Reseptor insulin adalah glikoprotein pembentuk membran yang terdiri dari dua subunit
α dan dua subunit β yang terikat secara kovalen oleh ikatan disulfida. Setelah insulin terikat
pada subunit α, kompleks insulin-reseptor memasuki sel, dimana insulin dihancurkan oleh
enzim lisosom. Internalisasi dari kompleks insulin-reseptor mendasari down-regulation
reseptor yang dihasilkan olh kadar insulin tinggi (misalnya pada pasien obes). Ikatan insulin
pada reseptor mengaktivasi aktivitas tirosin kinase subunit β dan memulai suatu rantai
kompleks reaksi-reaksi yang menyebabkan efek insulin (Neal, 2006).
Perawatan diabetes mellitus diambil dari empat faktor fundamental : pengajaran pasien
tentang penyakit; latihan fisik; diet dan agen-agen hipoglikemia. Agen-agen yang baru
digunakan sebagai kontrol diabetes mellitus adalah obat-obat dari golongan sulfonilurea,
biguanida, turunan thiazolidinedione, dan insulin (diberikan secara injeksi). Meskipun obat-
obat ini telah digunakan secara intensif karena efek yang baik dalam kontrol hiperglikemia,
agen-agen ini tidak dapat memenuhi kontrol yang baik pada diabetes mellitus, tidak dapat
menekan komplikasi akut maupun kronis (Galacia et.al, 2002).
I. Sekretagok Insulin
Sekretagok insulin mempunyai efek hipoglikemik dengan cara stimulasi sekresi
insulin oleh sel β pankreas. Golongan ini meliputi:
1. Golongan Sulfonilurea
Obat ini hanya efektif pada penderita diabetes melitus tipe 2 yang tidak begitu berat,
yang sel-sel β masih bekerja cukup baik. Mekanisme kerja dari golongan sulfonilurea
antara lain:
a. Merangsang fungsi sel-sel β pulau Langerhans pankreas agar dapat menghasilkan
insulin.
b. Mencegah (inhibisi) konversi glikogen hati kembali ke glukosa.
c. Meningkatkan penggunaan glukosa darah.
Sulfonilurea dibagi dalam dua golongan/generasi yaitu:
a. Generasi pertama meliputi: Tolbutamide, Acetohexamide, Tolazamide,
Chlorpropamide
b. Generasi kedua meliputi: Glibenclamide, Gliclazide, Glipizide, Gliquidon,
Glibonuride.
2. Golongan Glinida
Sekretagok insulin baru, yang kerjanya melalui reseptor sulfonilurea dan mempunyai
struktur yang mirip dengan sulfonilurea. Repaglinid dan nateglinid kedua-duanya
diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian secara oral. Repaglinid mempunyai masa
paruh yang singkat dan dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa. Sedangkan
nateglinid mempunyai masa tinggal yang lebih singkat dan tidak dapat menurunkan
kadar glukosa darah puasa (Soegondo, 2006).

II. Sensitizer Insulin


Golongan obat ini meliputi obat hipoglikemik golongan biguanida dan thiazolidinedione,
yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara lebih efektif (Depkes RI,
2005).
1. Golongan Biguanida
Saat ini golongan biguanid yang banyak dipakai adalah metformin. Mekanisme kerja
golongan biguanid (metformin):
a. Meningkatkan glikolisis anaerobik hati.
b. Meningkatkan uptake glukosa di jaringan perifer atau mengurangi
glukoneogenesis.
c. Menghambat absorpsi glukosa dari usus (Herman, 1993; Soegondo, 2006)
2. Golongan Thiazolidinedione atau Glitazon
Golongan obat ini mempunyai efek farmakologis untuk meningkatkan sensitivitas
insulin. Glitazon merupakan agonist peroxisomeproliferator-activated receptor gamma
(PPAR) yang sangat selektif dan poten. Reseptor PPAR gamma terdapat di jaringan
target kerja insulin yaitu jaringan adiposa, otot skelet dan hati, sedang reseptor pada
organ tersebut merupakan regulator homeostasis lipid, diferensiasi adiposit, dan kerja
insulin. Glitazon dapat merangsang ekspresi beberapa protein yang dapat memperbaiki
sensitivitas insulin dan memperbaiki glikemia, seperti GLUT 1, GLUT 4, p85alphaPI-
3K dan uncoupling protein-2 (UCP) (Soegondo, 2006).

Dapus :

Galacia, E. H., A. A. Contreras, L. A. Santamaria, R. R. Ramos, A. A. C. Miranda, L. M. G.


Vega, J. L. F. Saenz, F. J. A. Aguilar.2002. Studies on hypoglycemic activity of
mexican medicinal plants. Proc. West. Pharmacol. Soc. 45: 118-124

Herman F. 1993. Penggunaan obat hipoglikemik oral pada penderita diabetes melitus. Pharos
Bulletin No.1.

Katzung G. Bertram. 2002. Farmakologi : Dasar dan Klinik. Buku 2. Penerbit Salemba
Medika. Jakarta.
Neal, M. J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Soegondo,S., Semiardji, G., Adriansyah, H. 2004. Petunjuk Praktis Penatalaksanaan
Dislipidemia. Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai