MUKADIMAH
BAB I
UMUM
BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 8 Keanggotaan
Pasal 9 Hak dan Kewajiban Anggota
Pasal 10 Kehilangan Keanggotaan
BAB III
ORGANISASI
BAB IV
MUSYAWARAH DAN RAPAT
Pasal 13 Musyawarah
Pasal 14 Rapat
Pasal 15 Musyawarah Nasional PORDASI
Pasal 16 Musyawarah Daerah PORDASI
Pasal 17 Musyawarah Cabang PORDASI
Pasal 18 Rapat Kerja Nasional
Pasal 19 Rapat Kerja Daerah
Pasal 20 Rapat Kerja Cabang
BAB V
KEKAYAAN
BAB VI
ANGGARAN RUMAH TANGGA
BAB VII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 24 Pembubaran
BAB IX
PERATURAN PERALIHAN
BAB X
PENUTUP
Pasal 26 Penutup
ANGGARAN DASAR
PERSATUAN OLAHRAGA BERKUDA SELURUH INDONESIA (PORDASI)
MUKADIMAH
Hakekat Pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang sehat
jasmanidan rohani dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, dalam rangka mewujudkan suatu
masyarakat adildan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila. Salah satu faktor
yang berpengaruh dalam pembangunan tersebut adalah olahraga yang menurut kodratnya merupakan
kebutuhan manusia yang bersumber kepada kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Bahwa sesungguhnya kegiatan olahraga di Indonesia, merupakan perwujudan yang nyata dari
kehendak dan tekad serta keinginan hati nurani seluruh rakyat Indonesia yang dengan sadar menghimpun
dirinya di dalam organisasi-organisasi induk cabang olahraga, antara lain cabang olahraga berkuda.
Olahraga berkuda merupakan cabang olahraga yang berbeda dengan cabang olahraga lainnya,
karena olahraga berkuda menggunakan sarana mahluk hidup yaitu kuda. Olahraga dan seni berkuda
merupakan kegiatan cabang olahraga sekaligus kesenian tradisional yang telah tumbuh dan berkembang
di masyarakat Indonesia sejak dahulu kala. Di samping itu sejalan dengan kemajuan zaman, beberapa
jenis olahraga berkuda juga merupakan cabang olahraga prestasi yang dipertandingkan pada multi event
baik nasional maupun intemasional.
Pendayagunaan kuda selain ditujukan kepada kuda sebagai obyek, manusia sebagai pengguna
kuda tersebut juga sebagai obyek, dalam arti di samping perlu pembinaan membudidayakan ternak kuda
baik kuantitatif maupun kualitatif, juga perlu pembinaan kemampuan dan seni memanfaatkan kuda.
Pembudidayaan ternak kuda, selain untuk mendukung kegiatan olahraga dan seni berkuda, juga
merupakan salah satu wujud sumber daya alam hewan kuda yang dapat dikembangkan untuk
mendukung Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata) yaitu sistem pertahanan
keamanan bangsa dan negara Indonesia.
Menyadari akan tanggung jawab terhadap bangsa dan negara serta kondisi masyarakat Indonesia
dan tanggung jawab bahwa tujuan akhir dari kegiatan olahraga dan seni berkuda di Indonesia adalah untuk
mencapai cita-cita membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang mampu berkarya di dalam
Pembangunan Nasional dan berprestasi di bidang olahraga berkuda serta ikut berpartisipasi aktif dalam
usaha perdamaian dunia, maka dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami segenap
pembina/penggerak, penggemar olahraga berkuda dan seni berkuda dan peternak pemilik kuda, telah
berketetapan hati dan tekad bulat untuk membentuk dan mendirikan suatu organisasi keolahragaan
berkuda yang bersifat nasional yang merupakan satu-satunya organisasi yang bertanggungjawab
sepenuhnya dalam menghimpun dan membina serta mengkoordinasikan seluruh dan setiap kegiatan
olahraga berkuda dan kegiatan yang mendukungnya di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dengan Anggaran Dasar sebagai berikut :
BAB I
UMUM
Pasal 1
NAMA DAN DOMISILI
1.1 Organisasi olahraga berkuda nasional ini bernama Persatuan/ Federasi Olahraga Berkuda Seluruh
Indonesia disingkat PORDASI, yang terjemahannya dalam bahasa Inggris adalah Indonesia Sportshorse
Society (ISF).
Pasal 2
WAKTU
PORDASI didirikan melalui musyawarah di Bandung pada tanggal 9 Juni 1966, untuk jangka waktu yang
tidakterbatas.
Pasal 3
AZAS DAN DASAR
Pasal 4
TUJUAN
4.1. Mengkoordinasikan dan membina seluruh dan setiap kegiatan olahraga berkuda di seluruh
wilayah hukumNegara Kesatuan Republik Indonesia.
4.2. Melalui olahraga berkuda membentuk manusia Indonesia seutuhnya, sehat jasmani maupun
rohani,hingga mampu berpartisipasi dan berkarya di dalam pembangunan bangsa dan negara Indonesia.
4.3. Membina dan mengusahakan agar Indonesia mampu berprestasi dalam bidang olahraga berkuda
di tingkatregional dan internasional serta memelihara dan meningkatkan perkembangan olahraga dan
kesenian berkudatradisional.
4.4. Melalui olahraga berkuda memupuk dan membina persahabatan dan persaudaraan antar bangsa,
yangdiwujudkan antara lain dengan mengadakan hubungan dan menjadi anggota dari organisasi olahraga
berkudaregional/internasional dan mengikuti pertandingan-pertandingan multi event maupun khusus
berkuda tingkatregional/internasional.
4.5. Memasyarakatkan olahraga berkuda dan mengolahragakan masyarakat Indonesia untuk menuju
ke arahpencapaian budaya prestasi olahraga serta membina dan mengembangkan peternakan kuda
dalam rangkameningkatkan kuantitas dan kualitas kuda Indonesia guna mendukung sarana olahraga
berkuda dan keperluan lainmasyarakat Indonesia.
Pasal 5
SIFAT
5.1 PORDASI adalah satu-satunya organisasi olahraga berkuda yang berwenang mengkoordinasikan
dan membina seluruh dan setiap kegiatan olahraga berkuda di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Pasal 6
HUBUNGAN LUAR NEGERI
6.2. PORDASI mengadakan hubungan dan kerjasama dengan organisasi regional/internasional yang
berada di luar naungan Federasi Regional/Internasional Olahraga Berkuda, sesuai kebutuhan.
Pasal 7
TUGAS DAN KEWAJIBAN
7.1 Membina dan mengarahkan pengembangan organisasi olahraga berkuda yang menjadi anggota
PORDASI,serta mengusahakan terbentuknya organisasi olahraga berkuda secara merata dari pusat
sampai kedaerahdaerah.
7.2 Membina, memelihara dan meningkatkan prestasi olahraga berkuda, tahap demi tahap sesuai
denganpembangunan olahraga nasional dan mengkoordinasikan pembinaan dan pengembangan ternak
kudadalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas kuda Indonesia guna mendukung kegiatan
olahraga berkuda dankeperluan lainnya bagi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.
7.3 Mengawasi dan mengarahkan seluruh dan setiap kegiatan olahraga berkuda yang dilakukan oleh
setiapanggota PORDASI.
7.4 Mengadakan hubungan dan kerjasama dengan badan keolahragaan nasional, regional
maupuninternasional.
7.5 Menyelenggarakan dan mengikuti kegiatan olahraga berkuda baik nasional, regional
maupuninternasional.
7.6 Mendampingi dan membantu Komite Olahraga Nasional Indonesia dalam merencanakan
kebijakan umum dibidang olahraga berkuda di dalam lingkup Nasional.
7.7 Mendampingi dan membantu Komite Olympiade Indonesia dalam merencanakan kebijakan
umum di bidang olahraga berkuda yang berhubungan dengan lingkup Internasional.
7.8 Melakukan usaha-usaha lain yang sah menurut peraturan perundang undangan yang berlaku dan
tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PORDASI.
BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 8
KEANGGOTAAN
8.1.1. Anggota
8.2 Anggota PORDASI Pusat adalah setiap organisasi berkuda pada tingkat Provinsi.
8.3 Anggota PORDASI Provinsi adalah setiap organisasi olahraga berkuda pada
tingkatKabupaten/Kota serta unit/klub olahraga berkuda dimana unit/klub olahraga berkuda tersebut
terdaftar.
8.4 Anggota PORDASI Kabupaten/Kota adalah setiap klub olahraga berkuda, stable, perkumpulan
peternakkuda atau unit kegiatan olahraga berkuda lainnya yang berada di Kabupaten/Kota yang
bersangkutan.
8.5 klub olahraga berkuda, stable, perkumpulan peternak kuda, atau unit kegiatan olahraga berkuda
lainnya adalah personil/atlit/joki/pemilik kuda atau penggemar olahraga berkuda Iainnya yang secara
teratur mengikuti kompetisi atau pertandingan yang diselenggarakan dan diakui oleh PORDASI untuk
mewakili daerahnya.
Pasal 9
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA
9.1.3 Selain hak suara sebagaimana dimaksud pada Pasal 9.1.2 diatas, setiap Anggota dapat
memiliki Hak atas Tambahan Bobot Suarayang berlaku pada Anggota PORDASI Pusat, yang
ditentukan berdasarkan penggolongan dan klasifikasi yang dirumuskan oleh Munas dan dilakukan
oleh Tim Verifikasi pada masing-masingAnggota dimana hasil penghitungannya akan ditetapkan
dalam suatu Keputusan Organisasi pada setiap Rakernas PORDASI Pusat.
9.1.4 Hak untuk memilih dan dipilih dalam proses pemilihan dan pencalonan sebagai Anggota
Pengurus Pusat PORDASI/PORDASI Provinsi/PORDASI Kabupaten/Kota.
9.1.5 Meminta penjelasan dan keterangan mengenai program dan kebijakan PORDASI di
tingkat yangbersangkutan.
9.2. Penggolongan dan klasifikasi sebagai dasar penentuan tambahan bobot suara sebagaimana
dimaksud pada pasal 9.1.3 diatas, didasarkan pada persyaratan sebagai berikut:
9.2.1. Memiliki lintasan pacuan bertaraf nasional (tidak kurang dari 1.200 meter).
9.2.4. Mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON) terakhir yang memperlombakan cabang
olahraga berkuda.
9.3. Penentuan besaran bobot suara sebagaimana dimaksud pada Pasal 9.1.3 di atas, tidak bersifat
kumulatif namun ditentukan dengan seberapa banyak Anggota dapat memenuhi persyaratan
penggolongan dan klasifikasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 9.2. dengan perhitungan sebagai berikut:
9.3.1. jika hanya memenuhi satu syarat klasifikasi, maka tidak mendapatkan tambahan
bobotsuara;
9.3.2. Jika memenuhi dua atau tiga syarat klasifikasi, maka akan mendapatkan tambahan bobot
1 (satu) suara;
9.3.3. Jika memenuhi seluruh syarat klasifikasi, maka akan mendapatkan tambahan bobot 2
(dua) suara.
9.4. Setiap Calon Anggota mempunyai hak yang sama seperti hak Anggota sebagaimana dirinci pada
ayat 9.1. di atas, kecuali hak-hak sebagaimana diatur pada sub ayat 9.1.3. dan sub ayat 9.1.4.
9.5. Setiap Calon Anggota dapat diterima menjadi Anggota, apabila persyaratan untuk menjadi
Anggota sebagaimana yang diatur dan berlaku dalam Anggaran Rumah Tangga PORDASI telah dapat
terpenuhi.
9.6. Setiap anggota tanpa memandang jenis keanggotaannya sebagaimana dirinci pada pasal 8 di
atas,berkewajiban untuk:
9.6.1. Mematuhi seluruh ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PORDASI,
dan setiapKeputusan Munas/Musprov/Muskab/Muskot/Raker dan Pimpinan PORDASI sesuai
dengan tingkatan selakuanggota.
9.6.2. Mendukung setiap kegiatan PORDASI, baik yang bersifat daerah, nasional, regional
maupunintemasional sesuai dengan tingkatan selaku anggota.
Pasal 10
KEHILANGAN KEANGGOTAAN
10.1.2 Diberhentikan
10.1.3 Organisasi yang menjadi Anggota tersebut, karena sesuatu hal dibubarkan atau
membubarkan diri
10.2. Kehilangan status keanggotaan sebagaimana dimaksud ayat 10.1. di atas mengakibatkan
kehilangan atas seluruh hak dan kewajiban yang dimiliki sebagai anggota PORDASI sesuai dengan
tingkatan keanggotaannya.
BAB III
ORGANISASI.
Pasal 11
ORGANISASI DAN WILAYAH KERJA
11.1. Susunan organisasi PORDASI berbentuk piramida mulai dari tingkat klub, Kabupaten, Kota,
Provinsi sampai ke tingkat PORDASI Pusat.
11.2. Di tingkat Pusat dibentuk Pengurus Pusat PORDASI, yang membawahi dan mengkoordinasikan
semua kegiatan PORDASI Provinsi di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
11.3. Di tingkat Provinsi dibentuk Pengurus Provinsi PORDASI yang membawahi dan
mengkoordinasikan semua kegiatan PORDASI Kabupaten/ Kota di seluruh wilayah hukum Provinsi yang
bersangkutan.
11.4. Di tingkat Kabupaten/Kota dibentuk Pengurus PORDASI Kabupaten/Kota yang membawahi dan
mengkoordinasikan semua kegiatan PORDASI dari klub olahraga berkuda, stable, perkumpulan peternak
kuda dan unit kegiatan olahraga berkuda lainnya, di seluruh wilayah hukum Kabupaten/Kota yang
bersangkutan.
11.5. Di tingkat Unit Kegiatan yang berupa klub olahraga berkuda, stable, perkumpulan peternak kuda
dan lain-lain, dibentuk kepengurusan sesuai dengan bentuk dan fungsi unit kegiatan yang bersangkutan.
Pasal 12
KEPENGURUSAN
12.1.2. Masa bakti PP PORDASI adalah 4 (empat) tahun, berlaku yaitu dihitung sejak saat
MunasPORDASI yang memilih dan/atau membentuknya ditutup sampai dengan saat ditutupnya
MunasPORDASI berikutnya.
12.1.3.7. 4 (empat) orang Ketua Komisi yang mewakili Komisi dalam PORDASI,
yaitu KomisiPacuan, Komisi Equestrian dan Komisi Polo, Komisi Peternakan. Setiap
Komisi terdiri dari Ketua, Sekretaris,Bendahara dan Koordinator Bidang sesuai keperluan
Komisi yang bersangkutan.
12.1.3.8. 3 (tiga) orang Ketua Bidang dan 1 (satu) Ketua Biro yang mewakili
Bidang-Bidang dalam PORDASI, yaituBidang Organisasi dan Hukum, Bidang Komersial
dan Promosi, dan Biro Registrasi Kuda.
12.1.4. Ketua Umum PP PORDASI dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dapatmeminta
nasihat atau pandangan dari Dewan Kehormatan dan Dewan Pengawas.
12.1.5. Bagan Organisasi PP PORDASI, sebagaimana dirinci pada Lampiran I Anggaran Dasar ini.
12.1.6. Dalam rangka pengawasan pelaksanaan tugas PP PORDASI, Munas membentuk suatu
Dewan Pengawas, yang terdiri dari satu orang Ketua yang merangkap sebagai Anggotasatu orang
Wakil Ketua yang merangkap sebagai anggota dan tiga orang sebagai Anggota.
12.1.7. Rincian dari Pembagian tugas dan tanggung jawab di antara PP PORDASI dan Dewan
Pengawas diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).
12.2.1. Pengprov PORDASI dibentuk dan/atau disusun oleh Musda PORDASI atau oleh Formatur
yangdipilih dan diangkat oleh Musda PORDASI, oleh karena itu Pengda PORDASI bertanggung
jawab kepadaMusda PORDASI.
12.2.2. Masa bakti Pengprov PORDASI adalah 4 (empat) tahun, berlaku sejak saat Musda
PORDASI yangmemilih dan/atau membentuknya ditutup sampai dengan saat ditutupnya Musda
PORDASI berikutnya.
12.3.1. Pengkab/Pengkot PORDASI dibentuk dan/atau disusun oleh Muscab PORDASI atau
olehFormatur yang dipilih dan diangkat oleh Muscab PORDASI, oleh karena itu Pengcab
PORDASIbertanggung jawab kepada Muscab PORDASI.
12.3.4. Pelaksanaan tugas Ketua Pengkab/Pengkot disesuaikan seperti pada Pasal 12.1.4.
BAB IV
MUSYAWARAH DAN RAPAT
Pasal 13
MUSYAWARAH
13.3. Musyawarah Cabang PORDASI disingkat Muscab PORDASI, di tingkat Kabupaten/ Kota.
13.4. Musyawarah Luar Biasa PORDASI, baik di tingkat nasional, daerah maupun cabang.
13.5. Keputusan Musyawarah Nasional Pordasi merupakan keputusan tertinggi organisasi PORDASI.
Pasal 14
RAPAT
Pasal 15
MUSYAWARAH NASIONAL PORDASI
15.1. Munas PORDASI merupakan pemegang kekuasaan tertinggi PORDASI yang diselenggarakan sekali
dalamsetiap 4 (empat) tahun.
15.2. Peserta Munas PORDASI terdiri dari:
15.3. Munas PORDASI dipimpin oleh Pimpinan Munas yang dipilih oleh dan dari peserta Munas.
15.4. Hak suara, pengesahan, keputusan dan lain sebagainya mengenai Munas PORDASI
danpenyelenggaraannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
15.5.6. Menetapkan Pokok-Pokok Program Kerja PP PORDASI untuk masa bakti 4 (empat) tahun
mendatang.
15.5.7. Meminta dan memutuskan segala sesuatu mengenai laporan pertanggung jawaban
pelaksanaanProgram Kerja PP PORDASI selama masa baktinya.
15.5.8. Membicarakan dan memutuskan hal-hal lain yang dianggap perlu sesuai dengan
kebutuhan danperkembangan olahraga berkuda.
Pasal 16
MUSYAWARAH PROVINSI PORDASI
16.3. Musprov PORDASI dipimpin oleh Pimpinan Musprov yang dipilih oleh dan dari peserta Musprov.
16.4. Hak suara, pengesahan, keputusan dan lain sebagainya mengenai Musprov PORDASI
danpenyelenggaraannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
16.5.2. Memilih Formatur sebagai mandataris Musprov untuk menyusun dan membentuk
PengprovPORDASI.
16.5.3. Menetapkan Pokok-Pokok Program Kerja Pengprov PORDASI untuk masa bakti 4 (empat)
tahunmendatang.
16.5.5. Membicarakan dan memutuskan hal-hal lain yang dianggap perlu sesuai dengan
kebutuhan danperkembangan olahraga berkuda.
Pasal 17
MUSYAWARAH CABANG PORDASI
17.3. Muscab PORDASI dipimpin oleh Pimpinan Muscab yang dipilih oleh dan dari peserta Muscab.
17.4. Hak suara, pengesahan, keputusan dan lain sebagainya mengenai Muscab PORDASI
danpenyelenggaraannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
17.5.3. Bila diperlukan dapat memilih dan mengangkat Pelindung, Pembina dan Penasehat.
17.5.4. Menetapkan Pokok-Pokok Program Kerja Pengkab/Pengkot PORDASI untuk masa bakti 4
(empat)tahun mendatang.
17.5.5. Meminta dan memutuskan segala sesuatu mengenai laporan pertanggung jawaban
pelaksanaanProgram Kerja Pengkab/Pengkot PORDASI selama masa baktinya.
17.5.6. Membicarakan dan memutuskan hal-hal lain yang dianggap perlu sesuai dengan kebutuhan
danperkembangan olahraga berkuda.
Pasal 18
RAPAT KERJA NASIONAL
18.3. Rakernas PORDASI dipimpin oleh Pimpinan Rakernas yang dipilih oleh dan dari peserta Rakernas.
18.4. Hak suara, pengesahan, keputusan dan lain sebagainya mengenai Rakernas PORDASI
danpenyelenggaraannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
18.5.4. Meminta dan memutuskan segala sesuatu mengenai laporan pertanggung jawaban
pelaksanaanProgram Kerja Tahunan PP PORDASI.
18.5.5. Membicarakan dan memutuskan hal-hal lain yang dianggap perIu sesuai dengan
kebutuhan danperkembangan olahraga berkuda.
Pasal 19
RAPAT KERJA PROVINSI
19.3. Rakerprov PORDASI dipimpin oleh Pimpinan Rakerprov yang dipilih oleh dan dari peserta
Rakerprov.
19.4. Hak suara, pengesahan, keputusan dan lain sebagainya mengenai Rakerprov PORDASI
danpenyelenggaraannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
19.5.3. Meminta dan memutuskan segala sesuatu mengenai laporan pertanggung jawaban
pelaksanaanProgram Kerja Tahunan Pengprov PORDASI.
19.5.4. Membicarakan dan memutuskan hal-hal lain yang dianggap perlu sesuai dengan
kebutuhan danperkembangan olahraga berkuda.
Pasal 20
RAPAT KERJA CABANG
20.3. Rakercab PORDASI dipimpin oleh Pimpinan Rakercab yang dipilih oleh dan dari peserta Rakercab.
20.4. Hak suara, pengesahan, keputusan dan lain sebagainya mengenai Rakercab PORDASI
danpenyelenggaraannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
20.5.3. Meminta dan memutuskan segala sesuatu mengenai laporan pertanggung jawaban
pelaksanaanProgram Kerja Tahunan Pengkab/Pengkot PORDASI.
20.5.4. Membicarakan dan memutuskan hal-hall ain yang dianggap perlu sesuaidengan kebutuhan
danperkembangan olahraga berkuda.
BAB V
KEKAYAAN
Pasal 21
KEKAYAAN DAN PENDAPATAN.
BAB VI
ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 22
ANGGARAN RUMAH TANGGA
22.1. Anggaran Rumah Tangga PORDASI adalah merupakan penjabaran lebih lanjut dan merupakan
petunjuk pelaksanaan dari Anggaran Dasar PORDASI yang hanya dapat dirubah oleh Munas/Rakernas
PORDASI.
22.2. Ketentuan Anggaran Rumah Tangga PORDASI tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar
PORDASI.
BAB VII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
BAB VIII
PEMBUBARAN
Pasal24
PEMBUBARAN
24.1. Pembubaran PORDASI hanya dapat dilakukan oleh Munas/Munaslub PORDASI yang
khususdiadakanuntuk keperluan tersebut.
24.2. Munas/Munaslub PORDASI sebagaimana dimaksud ayat 24.1. di atas hanya dapat
diselenggarakanapabila diminta secara tertulis oleh paling sedikit 3/4 (tiga perempat) dari jumlah Pengprov
PORDASI yang ada.
24.3. Munas/Munaslub PORDASI sebagaimana dimaksud ayat 24.1. di atas dianggap sah apabila
Munastersebut dihadiri 3/4 (tiga perempat) dari jumlah Pengprov PORDASI yang ada dan keputusan
hanya dapat diambilsecara sah, apabila paling sedikit 3/4 (tiga perempat) suara yang hadir atau diwakili
dalam Munas tersebutmenyetujuinya.
BAB IX
PERATURAN PERALIHAN
Pasal 25
PERATURAN PERALIHAN
PASAL 26
PENUTUP
Anggaran Dasar ini berlaku sejak berdirinya PORDASI pada tanggal 9 Juni 1966 dan telah
mengalami beberapa kali perbaikan/penyempurnaan dan perubahan.
Anggaran Dasar ini untuk pertama kalinya disusun dan ditetapkan oleh Munas PORDASI II di
Jakarta tanggal 26 Nopember 1972, untuk kemudian diperbaiki/disempurnakan berturut-turut pada Munas
PORDASI V di Jakarta tanggal 26 Maret 1983 dan pada: Mukemas PORDASI di Manado tanggal 13 s/d 14
September 1984 dan pada Munas PORDASI X/2008 yang diselenggarakan di Surabaya pada tanggal 4
April 2008
PENDAHULUAN
BAB I
UMUM
BAB II
KEJUARAAN OLAHRAGA BERKUDA
BAB III
KEANGGOTAAN
BAB IV
PERSYARATAN ANGGOTA PP PORDASI
BABV
PERSYARATAN ANGGOTA PP PORDASI
BAB VI
MEKANISME PEMILIHANPENGURUS PORDASI PUSAT
Pasal 30 Prosedur Pemilihan Ketua Umum PP PORDASI
Pasal 31 Tahapan Pemilihan Ketua Umum
Pasal 32 Tata Cara Pelaksanaan Pemilihan Ketua Umum
Pasal 33 Tata Cara Penghitungan Suara
Pasal 34 Notulen Dan Rekaman Sidang
Pasal 35 Ketua Pengprov/Pengkab/Pengkot PORDASI
BAB VII
PENGAWASAN
BAB VIII
KEKOSONGAN DAN PENGISIAN JABATAN PP PORDASI
BAB IX
PELANTIKAN DAN PENGUKUHAN
Pasal 38 Pelantikan
Pasal 39 Pengukuhan
Pasal 40 Konsekuensi Hukum
BAB X
MUSYAWARAH PORDASI
BAB XI
RAPAT - RAPAT
BAB XII
LAMBANG DAN BENDERA PORDASI
Pasal 50 Lambang
Pasal 51 Bendera
BAB XIII
KEUANGAN
Pasal 52 Pendapatan
Pasal 53 Pembukuan
Pasal 54 Pertanggungjawaban Keuangan
BAB XIV
LAIN – LAIN
BAB XV
PERATURAN PERALIHAN
BAB XVI
PENUTUP
Pasal61 Penutup
ANGGARAN RUMAH TANGGA
PERSATUAN OLAHRAGA BERKUDA SELURUH INDONESIA
(PORDASI)
PENDAHULUAN
Anggaran Rumah Tangga ini merupakan pelengkap dan penjabaran dari Anggaran Dasar, yang
bertujuanuntuk memberikan penjelasan dan rincian serta pedoman dalam rangka pelaksanaan Anggaran
Dasar Segala halyang tidak atau belum cukup diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini, sesuai dengan
kebutuhan danperkembangan organisasi dituangkan di dalam ketentuan lain yang pelaksanaannya
dilakukan oleh PP PORDASIdan/atau Pengurus Komisi/Badan PP PORDASI berdasarkan surat keputusan.
BAB I
UMUM
Pasal 1
DASAR DAN PENGERTIAN
1.1 Dasar :
Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan kekuasaan yang ada pada Munas dan/atau Rakernas.
1.2. Pengertian
Beberapa istilah yang dipergunakan dalam Anggaran Rumah Tangga ini mempunyai
pengertiansebagaimanadiartikan dalam Anggaran Dasar kecuali secara khusus diartikan sebagai berikut di
bawah ini:
1.2.1. Anggota : adalah setiap organisasi olahraga berkuda dan/atau unit/klub olahraga berkuda
sesuaidengan tingkatan daerahnya masing-masing yang memiliki hak dan kewajiban sebagaimana
yangtelah diatur pada Anggaran Dasar.
1.2.2. Calon Anggota: adalah setiap organisasi olahraga berkuda dan/atau klub/unit olahraga
berkudayang sedang mengajukan permohonan sebagai anggota PORDASI yang belum diterima
sebagaianggota PORDASI namun telah memiliki hak-hak yang terbatas di dalam organisasi
PORDASIsebagaimana yang telah diatur dalam Anggaran Dasar.
1.2.3. Panitia Pelaksana: adalah panitia yang dibentuk oleh PP PORDASI yang bertanggung
jawabuntuk mempersiapkan dan melaksanakan Munas atau Rakernas
1.2.4. Panitia Verifikasi: adalah panitia yang dibentuk oleh PP PORDASI yang bertanggung
jawabuntuk melakukan proses verifikasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 11.6.
Pasal 2
PEMBINAAN, BIMBINGAN, KOORDINASI DAN PENGAWASAN
2.2.2. Mengambil tindakan dan keputusan mengenai permasalahan yang tidak dapat diselesaikan
olehanggota PORDASI yang bersangkutan.
2.2.4. Mengawasi agar setiap dan seluruh anggota PORDASI yang bersangkutan sesuai
tingkatanorganisasinya, tidak melakukan kegiatan atau tindakan yang merugikan kepentingan PORDASI
padakhususnya dan kepentingan olahraga berkuda nasional pada umumnya.
2.2.6. Tindakan dan/atau kegiatan lainnya sepanjang hal tersebut diperlukan sesuai
denganperkembangan dan kebutuhan olahraga berkuda.
Pasal 3
HUBUNGAN LUAR NEGERI
3.2. Dalam melaksanakan tugasnya, Komisi/Badan PORDASI yang bersangkutan dapat mengadakan
hubunganFederasi Olahraga Berkuda Internasional/Federasi Olahraga Berkuda Nasional Negara lain.
3.3. Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat 3.1. dan ayat 3.2. di atas, dilaksanakan oleh
Komisi/Badan PPPORDASI yang bersangkutan di mana PORDASI menjadi anggota Federasi/Perkumpulan
Olahraga BerkudaRegional/Internasional.
Pasal 4
BANTUAN KEPADA KONI/PEMERINTAH
4.1. PORDASI sesuai tingkatan organisasinya, membantu KONI dalam merencanakan dan
menetapkankebijakan umum olahraga berkuda.
4.2. PORDASI sesuai tingkatan organisasinya, mengadakan kerjasama yang baik dengan
semuainstansi/lembaga Pemerintah maupun swasta, baik di tingkat pusat, provinsi maupun cabang yang
erat kaitannyadengan olahraga berkuda (equestrian, polo, pacuan, seni, peternakan dan lain-lain).
BAB II
KEJUARAAN OLAHRAGA BERKUDA
Pasal 5
KEJUARAAN NASIONAL
5.1. PORDASI Pusat menyelenggarakan Kejuaraan Nasional Olahraga Berkuda (Equestrian, Pacuan
dan Polo), sebagai puncak kegiatan olahraga berkuda nasional di Indonesia, yang dilaksanakan sekali
dalam 1 (satu) tahun.
5.3. Di samping Kejuaraan Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat 5.1., PORDASI Pusat
dapatmenyelenggarakan Pameran Ternak Kuda Nasional dan Thoroughbred, sebagai puncak kegiatan
hasil petemakan kuda di Indonesia.Pameran Ternak Kuda tersebut diikuti oleh
yayasan/perkumpulan/perorangan peternak kuda dari seluruh wilayahIndonesia.
Pasal 6
KEJUARAAN PROVINSI
6.2. Kejuaraan Provinsi diikuti oleh PORDASI Kabupaten/Kota provinsi yang bersangkutan.
6.3. Penyelenggaraan Kejuaraan Provinsi harus berkoordinasi dengan PP PORDASI dan KONI
Provinsiyang bersangkutan.
Pasal 7
KEJUARAN CABANG
7.2. Kejuaraan Cabang diikuti oleh Unit Kegiatan (klub, stable dan perkumpulan olahraga berkuda
lainnya) yangmenjadi anggota PORDASI Cabang yang bersangkutan.
7.3. Penyelenggaraan Kejuaraan Cabang harus berkoordinasi dengan Pengprov PORDASI dan
KONIKabupaten/Kota yang bersangkutan.
Pasal 8
KEJUARAAN UNIT KEGIATAN
(KLUB, STABLE DAN PERKUMPULAN OLAHRAGA BERKUDA LAINNYA)
8.1. Unit Kegiatan (klub, stable dan perkumpulan olahraga berkuda lainnya) dapat menyelenggarakan
suatukejuaraan antar unit kegiatan atau perorangan, misalnya dalam rangka HUT Unit Kegiatan yang
bersangkutan,perebutan suatu Piala Bergilir atau keperluan lainnya.
8.2. Penyelenggaraan kejuaraan sebagaimana dimaksud pada ayat 8.1. di atas, harus mengikuti
ketentuansebagai berikut :
8.2.1. Bersifat regional/internasional, dalam hal ini pesertanya selain dari klub/perorangan dari
Indonesiajuga mengikutsertakan klub/perorangan dari luar negeri, serta harus mendapatkan rekomendasi
dari PP PORDASI cq. Komisi PP PORDASI yang bersangkutan.
8.2.2. Bersifat nasional, dalam hal ini pesertanya klub/perorangan dari sebagian anggota PORDASI
Provinsi dan atau seluruh PORDASI Provinsi yang ada di Indonesia, harus berkoordinasi dengan PP
PORDASI dan Pengprov PORDASI yang bersangkutan.
8.2.3. Bersifat daerah, dalam hal ini pesertanya hanya dari klub/perorangan dari PORDASI Provinsi
dimana Unit Kegiatan penyelenggara menjadi anggotanya, harus berkoordinasi dengan Pengprov
PORDASI yang bersangkutan.
8.2.4. Bersifat Cabang, dalam hal ini pesertanya hanya dari klub/perorangan dari PORDASI
Kabupaten/Kota di mana Unit Kegiatan penyelenggara menjadi anggotanya, harus berkoordinasi dengan
Pengkab/Pengkot PORDASI yang bersangkutan.
Pasal 9
KEJUARAN REGIONAL/INTERNASIONAL
9.2. Penyelenggaraan kejuaraan sebagaimana dimaksud pada ayat 9.1. di atas harus mendapat
rekomendasi dari KONI Pusat dan Federasi Regional/lnternasional Olahraga Berkuda dimana PORDASI
menjadi Anggota Federasi Regional/Internasional Olahraga Berkuda yang bersangkutan.
9.3. PORDASI Pusat dapat menunjuk salah satu Pengprov PORDASI/Pengkab/Pengkot PORDASI
dan/atau Unit Kegiatan Olahraga Berkuda untuk bertindak sebagai pelaksana.
BAB III
KEANGGOTAAN
Pasal 10
PENGERTIAN UMUM KEANGGOTAAN
10.1. Anggota PORDASI adalah organisasi olahraga berkuda yang telah terdaftar dan menjadi anggota
PORDASI sesuai tingkatan organisasinya.
10.2. Calon Anggota PORDASI adalah organisasi olahraga berkuda yang belum diterima menjadi
anggota PORDASI sesuai tingkatan organisasinya.
10.3. Keanggotaan PORDASI pada tingkat PORDASI Pusat adalah PORDASI Provinsi
10.4. Keanggotaan PORDASI pada tingkat PORDASI Provinsi adalah PORDASI/ Kabupaten/Kota, yang
ada di wilayah kerja PORDASI Provinsi. Apabila di Provinsi belum ada Pengurus Kabupaten/Kota
PORDASI, maka Unit Kegiatan (klub, stable, perkumpulan peternak kuda atau unit kegiatan olahraga
berkuda lainnya) langsung menjadi anggota PORDASI Provinsi yang bersangkutan.
10.5. Keanggotaan PORDASI pada tingkat PORDASI Kabupaten/Kota adalah Pengurus Unit Kegiatan
(klub, stable, perkumpulan petemak kuda atau unit kegiatan olahraga berkuda lainnya), yang ada di
wilayah kerja Pengurus PORDASI Kabupaten/Kota.
Pasal 11
PERSYARATANKEANGGOTAAN
11.1.3. Calon Anggota dimaksud telah memenuhi Persyaratan Khusus dan/atau Persyaratan
Umum yang dirumuskan dan ditentukan oleh Tim Verifikasi atas hasil rekomendasi dari masing-
masing Komisi dalam PORDASI.
11.1.4. Persyaratan sebagaimana dimaksud pada Pasal 11.1.3 di atas menjadi dasar dalam
penggolongan klasifikasi Anggota yang menentukan bobot hak suara seperti dimaksud pada Pasal
9.1.3. pada Anggaran Dasar PORDASI.
11.2. Yang dimaksud dengan Pengurus PORDASI Provinsi, adalah apabila telah memiliki paling sedikit
2 (dua) Pengurus Kabupaten/Kota PORDASI dan/atau telah mempunyai paling sedikit 2 (dua) Unit
Kegiatan (klub, stable, perkumpulan petemak kuda atau unit kegiatan olahraga berkuda lainnya), masing-
masing lengkap dengan pengurusnya yang telah berfungsi dengan baik.
11.3. Yang dimaksud dengan Pengurus PORDASI Kabupaten/Kota, adalah apabila telah mempunyai
paling sedikit 2 (dua) Unit Kegiatan Olahraga Berkuda, masing-masing lengkap dengan pengurusnya yang
telah berfungsi dengan baik.
11.4. Yang dimaksud dengan Unit Kegiatan Olahraga Berkuda adalah perkumpulan, klub, stable,
yayasan atau bentuk lainnya yang merupakan perkumpulan/perhimpunan/persatuan dan/atau
melaksanakan kegiatan:
11.4.2. Pacuan.
11.4.3. Equestrian.
11.4.4. Polo.
11.4.5. Pendidikan/Sekolah Olahraga Berkuda.
11.4.6. Perkumpulan/Perhimpunan.
11.5. Unit Kegiatan Olahraga Berkuda sebagaimana dimaksud pada ayat 11.4. di atas, masing-masing
selainlengkap dengan pengurusnya yang telah berfungsi dengan baik, juga telah mempunyai Anggaran
Dasar danAnggaran Rumah Tangga atau sejenisnya, yang tidak bertentangan dengan ketentuan dari
Anggaran Dasar danAnggaran Rumah Tangga PORDASI.
Pasal 12
TATA CARA PERMOHONAN MENJADI ANGGOTA
12.1.1. Pengurus PORDASI yang bersangkutan wajib mengajukan surat permohonan yang
ditujukankepada Ketua Umum PP PORDASI/Ketua Pengprov PORDASI/Ketua Pengkab/Pengkot.
PORDASI sesuai dengan tingkatan organisasinya, dengan dilampiri segala dokumen yang
diperlukan sebagaimana dirinci pada Pasal 10 dan Pasal 11.
12.1.2. Setelah menerima surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 12.1.1. di atas,
Pengurus PORDASI Pusat/ Provinsi/ Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatan organisasinya
berkewajiban untuk meneliti apakah surat permohonan dimaksud beserta lampirannya telah
memenuhi persyaratan yang berlaku. Apabila masih ada persyaratan yang tidak atau belum
dipenuhi, maka Ketua Umum PP PORDASI/Ketua Pengprov PORDASI/Ketua Pengkab/Pengkot
PORDASI sesuai dengan tingkatan organisasinya, dalam waktu paling lambat 15 (lima belas) hari
terhitung tanggal surat perohonan diterima wajib memberitahukan kepada pemohon tentang hal
tersebut dan meminta agar pemohon segera memenuhinya.
12.1.3. Apabila surat permohonan telah memenuhi setiap dan seluruh persyaratan yang berlaku,
maka permohonan tersebut harus disampaikan oleh Ketua Umum PORDASI/Ketua Pengprov
PORDASI/Ketua Pengkab/Pengkot PORDASI kepada Rakemas/Rakerda/Rakercab PORDASI yang
terdekat sesuai dengan tingkatan organisasinya, untuk dibicarakan dan diputuskan. Ketua Umum
PP/KE PORDASI/Ketua Pengprov PORDASI/Ketua Pengkab/Pengkot PORDASI sesuai dengan
tingkatan organisasinya memberikan pertimbangannya mengenai permohonan dimaksud kepada
Rakernas/Rakerda/Rakercab PORDASI.
.
Pasal 13
TATA CARA PENERIMAAN MENJADI ANGGOTA
Pasal 14
PERUBAHAN STATUS ANGGOTA
14.1. Apabila Anggota PORDASI sesuai dengan tingkatan organisasinya, ternyata oleh sebab apapun
juga,kemudian tidak memenuhi salah satu satu persyaratan yang berlaku bagi yang bersangkutan
sebagaimana diaturPasal 10 dan/atau Pasal 11 di atas, maka anggota dimaksud kehilangan statusnya
sebagai anggota dan selanjutnya memperoleh status dan hak sebagai calon anggota.
14.2. Perubahan status keanggotaan sebagaimana dimaksud ayat 14.1. di atas, mengakibatkan
perubahan hak-hakdari anggota yang bersangkutan, sehingga hanya memperoleh hak-hak sebagai calon
anggota sebagaimanadiatur ayat 9.2. Anggaran Dasar.
14.3. Apabila kemudian anggota PORDASI sesuai dengan tingkatan organisasinya yang mengalami
perubahan status keanggotaan sebagaimana dimaksud ayat 14.1. dan ayat 14.2. di atas dapat
membuktikan bahwa setiap dan seluruh persyaratan keanggotaan yang berlaku baginya telah dapat
dipenuhi kembali, maka yang bersangkutan akan mendapatkan kembali status keanggotaannya semula,
hal mana hanya akan berlaku setelah mendapat ketetapan dari Ketua Umum PP PORDASI/Ketua
Pengprov PORDASI/Ketua Pengkab/Pengkot PORDASI sesuai dengan tingkatan organisasinya, di dalam
surat keputusan yang selanjutnya dilaporkan kepada Rakemas/Rakerda/Rakercab PORDASI yang
bersangkutan.
Pasal 15
KEHILANGAN STATUS KEANGGOTAAN
15.1. Status keanggotaan PORDASI Pusat/ PORDASI Provinsi/ PORDASI Kabupaten/Kota berakhir,
berdasarkan keputusan Rakernas/Rakerda/Rakercab PORDASI sesuai dengan tingkatan organisasinya,
yang diberitahukan kepada yang bersangkutan oleh Ketua Umum PP PORDASI/Ketua Pengprov
PORDASI/Ketua Pengkab/Pengkot PORDASI sesuai dengan tingkatan organisasinya, kecuali terhadap
ketentuan sub ayat 10.1.1. Anggaran Dasar.
15.2. Keputusan mengenai berakhirnya status keanggotaan sebagaimana dimaksud ayat 15.1. di atas,
hanya dapat dijatuhkan apabila kepada anggota dimaksud oleh Ketua Umum PORDASI/Ketua Pengprov
PORDASI/Ketua Pengkab/Pengkot PORDASI sesuai dengan tingkatan organisasinya, telah diberikan
peringatan tertulis sebelum keputusan dijatuhkan.
Pasal 16
PEMBERHENTIAN SEMENTARA
16.1. Dalam hal mendesak, Ketua Umum PORDASI/Ketua Pengprov PORDASI/Ketua Pengkab/Pengkot
PORDASI, dapat menjatuhkan pemberhentian sementara terhadap anggotanya sesuai dengan tingkatan
organisasinya. Pemberhentian sementara tersebut harus dilaporkan kepada Rakemas/Rakerda/Rakercab
PORDASI sesuai dengan tingkatan organisasinya yang terdekat untuk dipertimbangkan dan diputuskan.
16.2. Pemberhentian sementara hanya dapat berjalan paling lama untuk jangka waktu 1 (satu) tahun
untuk anggota PORDASI Pusat dan 6 (enam) bulan untuk anggota Pengprov/Pengkab/Pengkot PORDASI,
apabila tidak ada tindakan/proses lanjutan yang dilakukan setelah lewat jangka waktu tersebut di atas,
maka pemberhentian sementara akan gugur dengan sendirinya.
16.3. Dalam hal Ketua Umum PORDASI/Ketua Pengprov PORDASI/Ketua Pengkab/Pengkot PORDASI,
melakukan suatu tindakan sehubungan dengan pemberhentian sementara, sebelum keputusan
dijatuhkan oleh Rakenas/Rakerda/Rakercab, maka kepada anggota yang hendak diberhentikan sementara
tersebut berhak untuk membela diri yang dilakukan di dalam Rapat Pleno Pengurus PORDASI sesuai
dengan tingkatan organisasinya.
Pasal 17
DASAR PEMBERHENTIAN SEMENTARA
17.1. Dasar yang dapat dipergunakan sebagai pertimbangan untuk pemberhentian sementara anggota
dari keanggotaan PORDASI Pusat/PORDASI Provinsi/PORDASI Kabupaten/Kota, adalah sebagai berikut:
17.1.1. Anggota yang bersangkutan melakukan pelanggaran terhadap satu atau beberapa
ketentuan Anggaran Dasar dan/atau Anggaran Rumah Tangga dan/atau peraturan PORDASI.
17.1.2. Anggota yang hersangkutan melakukan tindakan yang merugikan kepentingan olahraga
berkuda nasional/daerah/cabang sesuai dengan tingkatan organisasinya, baik di dalam negeri
maupun di luar negeri.
Pasal 18
PEMBELAAN DIRI
18.1. Anggota yang telah diberhentikan/diberhentikan sementara pada tingkat Pusat sebagaimana
dimaksud Pasal 16 di atas, dapat mengajukan dan melakukan pembelaan diri di dalam Rakernas.
18.2. Apabila pembelaan diri yang disampaikan sebagaimana ayat 18.1. di atas diterima oleh Rakernas,
maka anggota dimaksud direhabilitasi kembali kepada keadaan dan status keanggotaan sebelum
pemberhentian/pemberhetian sementara tersebut dijatuhkan.
18.3. Anggota yang telah diberhentikan/diberhentikan sementara pada tingkat Provinsi/ Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud Pasal16 di atas, dapat mengajukan dan melakukan pembelaan diri kepada Ketua
Umum PP PORDASI dan/atau di dalam Rakerda bagi anggota Pengprov PORDASI dan kepada Ketua
Pengprov PORDASI dan/atau Rakercab bagi anggota Pengkab/Pengkot PORDASI.
18.4. Apabila pembelaan diri yang disampaikan sebagaimana dimaksud ayat 18.3. di atas, diterima oleh
Ketua Umum PP PORDASI atau Rakerda bagi anggota Pengprov PORDASI dan oleh Ketua Pengprov
PORDASI atau Rakercab bagi anggota Pengkab/Pengkot PORDASI yang bersangkutan, maka anggota
dimaksud direhabilitasi kembali kepada keadaan dan status keanggotaan sebelum
pemberhentian/pemberhentian sementara tersebut dijatuhkan.
BAB IV
KEPENGURUSAN PORDASI PUSAT
Dalam rangka melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara baik dan terkoordinasi, maka di antara
Pengurus Pusat PORDASI secara garis besar diadakan pembagian tugas dan tanggung jawab, sehingga
diharapkan akan dicapai hasil kerja yang optimal, berhasil dan berdaya guna.
Pasal 19
PENGURUS PUSAT PORDASI
19.1. Menjalankan setiap wewenang, tugas dan kewajibannya secara kolektif kolegial sebagaimana
diatur di dalam Anggaran Dasar dan/atau Anggaran Rumah Tangga;
19.5. Menerima laporan secara tertulis dari Komisi-Komisi dalam PORDASI terhadap segala
sesuatutentang persiapan dan keikutsertaan PORDASI pada setiap kegiatan organisasi yang
diselenggarakanoleh setiap Federasi Internasional Olahraga Berkuda serta memberikan persetujuan
untukmenetapkan utusan PORDASI pada setiap kegiatan tersebut;
19.6. Menetapkan segala sesuatu tentang persiapan dan keikutsertaan PORDASI pada setiap
eventinternasional, kontinental atau regional serta mengangkat pimpinan dan setiap jajarannya untuk
setiapevent tersebut.
19.7. Apabila PORDASI mendapat kehormatan dan ditunjuk untuk menjadi penyelenggara dari
suatukejuaraan berkuda baik yang sifatnya internasional, kontinental maupun regional maka Pengurus
Pusat PORDASI berwenang dan bertanggung jawab, dengan melakukan dan bekerjasama
danmendapatkan bantuan dari pihak Pemerintah pusat dan/atau daerah serta pihak lainnya,
Pemerintahdan/atau swasta, menetapkan persiapan dan pelaksanaan dari kejuaraan itu, termasuk
membentukpantia pelaksana dan jajarannya dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam
olahragaberkuda;
19.8. Memutuskan hal lain seuai dengan kebutuhan dan perkembangan organisasi dengan tetap
mentaatidan mengikuti setiap ketentuan Anggaran Dasar dan/atau Anggaran Rumah Tangga dan/atau
setiapkeputusan Munas dan/atau Rakernas.
Pasal 20
KETUA UMUM
20.1. Merupakan organ pelaksana kewenangan eksekutif dalam kepengurusan PORDASI Pusat
20.4. Bertanggung jawab dan mengusahakan agar seluruh Keputusan Rakernas/Munas PORDASI dan
ProgramKerja yang dibuat dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh seluruh jajaran PORDASI Pusat.
20.6. Bertindak baik ke dalam maupun keluar atas nama PORDASI Pusat.
20.7. Melaksanakan tugas dan tanggungjawab lain yang dipandang perlu menurut kepentingan
danperkembangan PORDASI.
20.8. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Pengurus Pusat dan Munas
PORDASI.
Pasal 21
WAKIL KETUA UMUM
21.1. Membantu Ketua Umum dalam menjalankan setiap tugas dan kewajibannya.
21.4. Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya Wakil Ketua Umumbertanggung jawab kepada
Ketua Umum.
Pasal 22
KETUA-KETUA KOMISI/BADAN PP PORDASI
22.1. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap Ketua Komisi/Badan PP PORDASI
menyusundan membentuk kepengurusannya masing-masing yang dilengkapi dengan bagian/bidang
sesuai dengan tugas danfungsi Komisi/Badan PP PORDASI yang bersangkutan, sebagaimana dimaksud
sub ayat 12.1.3.7. dan 12.1.3.8.Anggaran Dasar. Kepengurusan Komisi atau Bidang adalah merupakan
bagian dari PP PORDASI.
22.2. Memberikan saran-saran kepada Ketua Umum sesuai dengan bidang tugas Komisi atau Bidang
dalam PP PORDASI yang bersangkutan.
22.3. Mewakili Ketua Umum dalam bidang tugas Komisi atau Bidang PP PORDASI yangbersangkutan,
apabila Ketua Umum berhalangan.
22.4. Merumuskan kebijakan di bidang pembinaan dan pengembangan olahraga berkuda di tingkat
nasionalsesuai bidang tugas Komisi atau Bidang PP PORDASI yang bersangkutan.
22.5. Melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan bimbingan pembinaan dan pengembangan
olahragaberkuda sesuai bidang tugas Komisi atau Bidang dalam PP PORDASI yang bersangkutan,
yangdilakukan oleh Anggota PORDASI Pusat.
22.6. Membuat Program Kerja dan Laporan Pelaksanaan Program Kerja secara periodik sesuai dengan
bidangtugas masing-masing Komisi atau Bidang PP PORDASI.
22.7. Bertindak sebagai nara sumber sesuai bidang tugas masing-masing Komisi atau Bidang PORDASI
padasetiap kegiatan Munas dan Rakernas.
22.8. Berupaya menghimpun dana melalui penggalian sumber dana guna mendukung kegiatan Komisi
atauBidang PP bersangkutan, yang dalam pelaksanaannya bekerja Sama denganBendahara Umum.
22.9. Tugas dan kewajiban unsur-unsur kepengurusan masing-masing Komisi atau Bidang PPPORDASI
disusun oleh Komisi/Badan PP PORDASI yang bersangkutan sesuai dengan bidang tugasnya
dalambentuk "Prosedur Kerja" atau bentuk lainnya.
22.10. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Ketua Umum PP PORDASI untuk kepentingan
pembinaan danpengembangan olahraga berkuda.
22.11.1. Membuat rencana program kegiatan untuk menyiapkan atlet dan kuda dalam
rangka mengikutikejuaraan multi event seperti SEA Games, Asian Games, Olympic Games dan
event internasional lainnyakhusus kejuaraan olahraga berkuda prestasi (equestrian/polo).
22.11.4. Untuk Komisi Equestrian berusaha agar cabang olahraga berkuda (equestrian)
diikutsertakan/tetapdiikutsertakan pada Pekan Olahraga Nasional.
22.12. Khusus untuk Komisi Pacuan Kuda membuat rencana program kegiatan yang berkaitan
denganpenyelenggaraan Kejuaraan Pacuan Kuda.
22.13. Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai Anggota Pengurus Pusat dan
KetuaKomisi/Badan PORDASI bertanggung jawab kepada Pengurus Pusat dan Ketua Umum.
Pasal 23
SEKRETARIS UMUM
23.1. Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan administrasi setiap Komisi atau Bidang Pengurus Pusat
PORDASIdan Anggota PORDASI Pusat.
23.3. Melaksanakan penyusunan rencana dan pelaksanaan program kerja PP PORDASI dengan bahan-
bahanmasukan dari Komisi atau Bidang Komite Eksekutif PORDASI.
23.4. Mengkoordinasikan dan menggerakkan semua kegiatan PORDASI Pusat yang berkaitan
denganpembinaan organisasi, sistem manajemen dan pembinaan anggota PORDASI Pusat.
23.5. Membina dan membimbing setiap kegiatan anggota PORDASI Pusat dalam bidang organisasi.
23.6. Bertanggung jawab dan melaksanakan pembinaan administrasi lingkungan PORDASI Pusat
danmengkoordinasikan serta melaksanakan kegiatan protokoler.
23.8. Mempersiapkan dan menyelenggarakan rapat pleno, rapat koordinasi, rapat konsultasi danrapat-
rapatlainnya di lingkungan PORDASI Pusat.
23.10. Dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang Wakil Sekretaris Umum dan Staf Sekretariat
PPPORDASI.
23.11. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh Ketua Umum sesuai dengan kepentingan
danperkembangan PORDASI Pusat.
23.12. Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai Anggota Pengurus Pusat dan Sekretaris
Umum,bertanggung jawab kepada Pengurus Pusat dan Ketua Umum PORDASI.
Pasal 24
BENDAHARA UMUM
24.1. Memberikan saran-saran dan alternatif tindak lanjut kepada Ketua Umum dalam bidang situasi
keuanganPORDASI Pusat dan penggalian sumber dana guna menunjang kegiatan PORDASI Pusat.
24.2. Mewakili Ketua Umum dalam bidang keuangan apabila Ketua Umum berhalangan.
24.3. Bersama-sama dengan Komisi atau Bidang Pengurus Pusat PORDASI menyusun dan
mengkoordinasikanpenyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja PORDASI Pusat termasuk kewajiban
iuran sebagai anggotaFederasi Regional/Intemasional Olahraga Berkuda (equestrian dan polo).
24.4. Melaksanakan tata tertib administrasi keuangan antara lain penyiapan pembukuan, penelitian
danpencocokan penggunaan anggaran pembayaran untuk dukungan kegiatan PORDASI Pusat.
24.7. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan Ketua Umum untuk kepentingan dan pegembangan
PORDASI.
24.8. Dalam melaksanakan tugasnya, Bendahara Umum dibantu oleh seorang Wakil Bendahara dan
beberapastaf/administrasi Bendahara sesuai kebutuhan.
24.9. Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai anggota Pengurus Pusat dan Bendahara
Umum,bertanggungjawab kepada Pengurus Pusat dan Ketua Umum PP PORDASI.
BAB V
PERSYARATAN ANGGOTA PENGURUS PUSAT PORDASI
Pasal 25
PERSYARATAN KETUA UMUM
25.1. Mempunyai visi, pengetahuan dan kemampuan organisasi dan manajemen khususnya organisasi
danmanajemen olahraga berkuda di tingkat nasional dan internasional.
25.2. Mempunyai dedikasi dan komitmen yang tinggi serta waktu yang cukup untuk melaksanakan
tugas dankewajibannya.
25.3. Mampu mengkoordinasikan hubungan kerja yang harmonis antara AnggotaPP PORDASI dengan
lembaga keolahragaan di tingkat Nasional dan internasional.
25.4. Secara nyata dan konsisten aktif dan telah mempunyai pengalaman yang luas sebagai pengurus
di dalam organisasi dankegiatan olahraga berkuda di tingkat nasional dan internasional sekurang-
kurangnya dalam lima tahun terakhir.
25.6. Tidak pernah tersangkut dalam perkara pidana dan/atau dijatuhi hukuman penjara.
25.7. Tidak menjabat jabatan ketua umum atau wakil ketua umum atau sekretaris jenderal atau
bendahara daripengurus Anggota dan/atau organisasi keolahragaan nasional yang lain.
Pasal 26
PERSYARATAN WAKIL KETUA UMUM
26.1. Mempunyai visi, pengetahuan dan kemampuan organisasi dan manajemen khususnya organisasi
danmanajemen olahraga berkuda di tingkat nasional dan internasional.
26.2. Mempunyai dedikasi dan komitmen yang tinggi serta waktu yang cukup untuk melaksanakan
tugas dankewajibannya.
26.3. Mampu mengkoordinasikan hubungan kerja yang harmonis antara AnggotaPP PORDASI dengan
lembaga keolahragaan di tingkat Nasional dan internasional.
26.4. Secara nyata dan konsisten aktif dan telah mempunyai pengalaman yang luas di dalam organisasi
dan atau kegiatan olahraga berkuda di tingkat nasional dan atau internasional.
26.7. Tidak menjabat jabatan ketua umum atau wakil ketua umum atau sekretaris jenderal atau
bendahara daripengurus Anggota dan/atau organisasi keolahragaan nasional yang lain
Pasal 27
PERSYARATAN SEKRETARIS UMUM DAN WAKIL SEKRETARIS UMUM
27.1. Mempunyai visi, pengetahuan dan kemampuan yang baik dan mendalam mengenai organisasi,
manajemen dan organisasi khususnya organisasi, manajemen dan administrasi dalam olahraga berkuda di
tingkat nasional dan internasional.
27.2. Mempunyai dedikasi dan komitmen yang tinggi serta waktu yang cukup untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya.
27.3. Secara nyata dan konsisten terlibat dan telah mempunyai pengalaman yang luas di dalam
organisasi dan kegiatan olahraga berkuda di tingkat nasional dan atau internasional.
27.4. Mempunyai kemampuan berkomunikasi baik secara nasional, regional dan internasional.
27.6. Tidak pernah tersangkut dalam perkara pidana dan/atau dijatuhi hukuman penjara.
27.7. Tidak menjabat jabatan ketua umum atau wakil ketua umum atau sekretaris jenderal atau
bendahara dari pengurus Anggota dan/atau organisasi keolahragaan nasional yang lain.
Pasal 28
PERSYARATAN BENDAHARA UMUM DAN WAKIL BENDAHARA UMUM
28.1. Mempunyai visi, pengetahuan dan kemampuan yang baik dan mendalam mengenai akutansi
sertamanajemen dan administrasi keuangan.
28.2. Mempunyai dedikasidan komitmen yang tinggi serta waktu yang cukup untuk melaksanakan
tugas dankewajibannya.
28.3. Secara nyata dan konsisten terlibat dan telah mempunyai pengalaman yang luas di dalam
organisasi dankegiatan olahraga berkuda di tingkat nasional dan atau internasional.
28.5. Tidak pernah tersangkut dalam perkara pidana dan/atau dijatuhi hukuman penjara.
28.6. Tidak menjabat jabatan ketua umum atau wakil ketua umum atau sekretaris jenderal atau
bendahara daripengurus Anggota dan/atau organisasi keolahragaan nasional yang lain.
PASAL 29
PERSYARATAN ANGGOTA PENGURUS PUSAT PORDASI LAINNYA
29.1. Mempunyai visi, pengetahuan dan kemampuan organisasi, manajemen dan administrasi
khususnyaorganisasi dan manajemen olahraga.
29.2. Mempunyai dedikasidan komitmen yang tinggi serta waktu yang cukup untuk melaksanakan
tugas dankewajibannya.
29.3. Secara nyata dan konsisten terlibat dan telah mempunyai pengalaman yang luas serta telah
menjadiangggota pengurus di dalam organisasi dan kegiatan olahraga berkuda di tingkat nasional.
29.4. Mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang khusus dan mendalam mengenai bidangkhusus
yangberada di dalam cakupan tugas dan kewajibannya.
29.6. Tidak pernah tersangkut dalam perkara pidana dan/atau dijatuhi hukuman penjara.
29.7. Tidak menjabat jabatan ketua umum atau wakil ketua umum atau sekretaris jenderal atau
bendahara daripengurus Anggota dan/atau organisasi keolahragaan nasional yang lain.
Pasal 30
PROSEDUR PEMILIHAN KETUA UMUMPP PORDASI
Para Calon Ketua Umum diberikan kesempatan untuk memperkenalkan diri dan
menyampaikanpaparan visi dan misinya di depan peserta Munas.
30.3 Kewajiban Pimpinan Munas:Sebelum dilaksanakannya proses pemilihan Ketua Umum, Pimpinan
Munas mempunyai kewajibanuntuk :
30.3.1. Mengumumkan Nama, Asal Pengprov, dan jumlah seluruh Anggota yanghadir dan jumlah
hak suaranya serta nama satu orang wakilnya yang secara sah mewakili Anggotaitu.
30.3.4. Mengumumkan dan memperlihatkan contoh Kartu Suara yang akan dipergunakan untuk
pemilihanKetua Umum dan tata cara penggunaan dan pengisiannya.
30.3.5. Melakukan pemilihan Saksi-saksi
30.3.6. Menunjuk lima orang Petugas dari Panitia Pelaksana untuk membantu Pimipinan
Munasmelaksanakan proses pemilihan dan perhitungan suara.
30.4. Pelaksanaan Pemilihan Ketua Umum dilakukan secara langsung, bebas, dan rahasia serta
dipimpin olehPimpinan Munas dengan dibantu oleh Panitia Pelaksana dan disaksikan oleh tiga orang saksi
yangdipilih dari dan oleh Peserta Munas.
30.5. Tahapan Pemilihan Ketua Umum sebagaimana dimaksud pada ayat 26.3.3 diatas
dilaksanakansebanyak-banyaknya dalam tiga Tahap Pemilihan.
Pasal 31
TAHAPAN PEMILIHAN KETUA UMUM
31.1. Apabila calon Ketua Umum terdiri dari tiga orang atau lebih, maka pemilihan dilakukan dalam tiga
tahapan,yaitu :
Pemilihan tahap pertama dilakukan untuk memilih dua orang calon dari para calon ada, dimana
duaorang calon Ketua Umum yang memperoleh jumlah suara pemilih yang terbanyak yang
berhakmaju ke Pemilihan Tahap Kedua. Apabila dalam tahap ini terdapat calon Ketua Umum yang
memperoleh dukungan mayoritas sederhana (1/2+1), maka calon tersebut secara otomatis
menjadi dan merupakan Ketua Umum terpilih.
Kedua orang calon Ketua Umum hasil pemilihan Tahap Pertama maju untuk mengikuti Pemilihan
Tahap Kedua yang wajib dilaksanakan dengan segera setelah hasil Pemilihan Tahap Pertama
diumumkan. Calon Ketua Umum yang memperoleh dukungan mayoritas sederhana (1/2+1)
menjadi dan merupakan Ketua Umum terpilih.
Apabila pada pemilihan Tahap Kedua jumlah suara yang diperoleh calon Ketua Umum sama atau
tidak ada yang mencapai jumlah mayoritas sederhana (1/2+1), akan dilakukan Pemilihan Tahap
Ketiga yang wajib dilaksanakan dengan segera setelah hasil Pemilihan Tahap Kedua diumumkan,
dimana calon Ketua Umum yang memperoleh hasil suara terbanyak akan menjadi Ketua Umum
terpilih. Apabila pada Pemilihan Tahap Ketiga putaran pertama itu jumlah suara yang diperoleh
kedua calon Ketua Umum sama jumlahnya, harus dilakukan pemilihan ulangan putaran kedua dan
selanjutnya, apabila diperlukan, sampai diperolehnya seorang calon Ketua Umum yang
memperoleh dukungan suara yang terbanyak. Putaran pemilihan dalam Tahap Pemilihan Ketiga
ini sebagaimana diperlukan harus dilakukan secara maraton dan tanpa waktu istirahat.
31.2. Apabila calon Ketua Umum hanya terdiri dari dua orang, pemilihan hanya dilakukan satu tahap,
yaitu ketentuan sebagaimana diatur dalam Tahap Ketiga.
31.3. Dalam hal calon Ketua Umum hanya satu orang, maka calon tersebut hanya akan disahkan
menjadi Ketua Umum, apabila di dalam proses pemilihan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan
sebagaimana diatur di dalam Pemilihan Tahap Ketiga, dipilih secara aklamasi atau memperoleh dukungan
sejumlah Anggota yang mempunyai jumlah suara mayoritas sederhana (1/2+1) dari seluruh jumlah hak
suara yang dimiliki oeh Anggota yang hadir.
Pasal 32
TATA CARA PELAKSANAAN PEMILIHAN KETUA UMUM
Untuk kelancaran pelaksanaan Pemilihan Ketua Umum, dipergunakan Kartu Suara yang polos dan
berukuransetengah halaman kwarto, dan satu Kotak Suara sebagi tempat pengumpulan Kartu Suara yang
sebelumdisegel harus diperiksa oleh Ketua Pimpinan Munas/Sidang dibantu oleh Pimpinan Munas yang
lainnyadengan disaksikan oleh Saksi-saksi dan diperlihatkan kepada peserta Munas. Kartu Suara hanya
sah apabila memuat tanda tangan asli dari Ketua dan Sekretaris Munas dan tidak diberi nomor urut dan
jumlahnya harus sama dengan jumlah peserta Munas dimaksud Pasal 26.3.1.
Selanjutnya Pimpinan Munas akan memanggil nama peserta utusan Anggota satu persatu sesuai dengan
daftar dimaksud pada Pasal 26.3.1 dan kepadanya akan satu Kartu Suara yang telah ditandatangani dari
Ketua dan Sekretaris Pimpinan Munas dan dipersilahkan menuju Bilik Pemilihan untuk mengisi Kartu
Suaranya.
32.3 Dalam melakukan pengisian Kartu Suara berlaku ketentuan sebagai berikut:
32.3.1 Ditulis dengan menggunakan pulpen dengan tinta warna hitam atau biru
32.3.2. Setiap tulisan wajib dilakukan dengan jelas sehingga mudah untuk dibaca.
32.3.3. Hanya memuat satu nama Calon Ketua Umum dan nama itu harus sesuai dengan
salahsatu Calon Ketua Umum sebagaimana diumumkan oleh pimpinan Munas.
32.3.4. Tidak diberi nama atau tanda tangan dari yang mengisi dan/atau tulisan, catatan, tanda,
gambarapapun tanpa terkecuali selain nama dari calon Ketua Umum yang dipilihnya.
32.4 Setiap Kartu Suara yang telah diisi akan dimasukkan ke dalam Kotak Suara secara langsung oleh
pesertautusan Anggota yang mempunyai hak suara yang mengisinya.
Pasal 33
TATA CARA PENGHITUNGAN SUARA
33.1. Setelah proses pengisian Kartu Suara yang dimaksud pada Pasal 28.3 diselesaikan, Ketua Sidang/
Munasdibantu para pimpinan Sidang/ Munas yang lain dengan disaksikan oleh para Saksi, membuka
segel KotakSuara dan menghitung jumlah Kartu Suara yang ada di dalamnya. Apabila jumlah Kartu Suara
adalah sama atau kurang dari jumlah Kartu Suara yang dibagikan, maka akan dilanjutkan dengan proses
penghitungan suara. Namun apabila jumlah Kartu Suara melebihi dari jumlah Kartu Suara yang dibagikan,
maka proses penghitungan Kartu Suara tidak dilakukan dan proses pemilihan akan diulang.
33.2. Perhitungan Kartu Suara dilakukan oleh Pimpinan Sidang/ Munas dibantu dan disaksikan oleh para
Saksi dengan membacakan dengan suara yang jelas dan keras nama yang tertulis pada setiap Kartu
Suara. Kartu Suara yang tidak dapat dibaca dan/ atau memuat lebih dari satu nama dan/ atau memuat
nama dan/ atau tanda tangan dari pengisinya dan/ atau nama Anggota dari pengisinya dan/ atau tulisan,
catatan, tanda atau gambar lain kecuali nama calon Ketua Umum, akan didiskualifikasi dan tidak akan
dihitung. Kartu Suara yangkosong akan dicatat, namun tidak akan diperhitungkan dalam proses pemilihan
ini.
33.3. Petugas Pemilihan akan mencatat pelaksanaan perhitungan suara pada satu alat peraga yang
dengan jelasdapat dilihat dan dibaca oleh setiap peserta Munas.
33.4. Setelah proses perhitungan suara selesai dilakukan, Ketua Sidang/ Munas mengumumkan
dengan suarayang tegas dan keras hasil akhir perhitungan dan pemenang dari pemilihan Ketua Umum
dan selanjutnyadinyatakan sebagai keputusan Munas.
Pasal 34
NOTULEN DAN REKAMAN SIDANG
34.1. Ketua Sidang/ Munas dengan dibantu dengan anggota Pimpinan Munas lainnya dan Panitia
Penyelenggaraberkewajiban untuk membuat Notulen dan dan Rekaman Pemilihan Ketua Umum
dimaksud Pasal 30 sampai Pasal 33.
Pasal35
KETUA PENGPROV/PENGKAB/KOTAPORDASI
35.4. Bertanggung jawab dan mengusahakan agar seluruh Keputusan Musda/Rakerda bagi Pengda
PORDASIdan Muscab/Rakercab bagi Pengkab/kota PORDASI dan rapat pleno di lingkungannya serta
program kerja yangdibuat, dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh seluruh jajaran PORDASI
Provinsi/ Kabupaten/Kota yangbersangkutan.
35.5. Bertindak, baik ke dalam maupun ke luar atas nama PORDASI Provinsi/ Kabupaten/Kota.
35.6. Melaksanakan tugas dan tanggungjawab lain yang dipandang perlu menurut kepentingan
danperkembangan PORDASI Provinsi/Kabupaten/Kota.
35.7. Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya secara baik dan terkoordinasi,
KetuaPengprov/Pengkab/kota PORDASI berkewajiban menyusun dan mengatur pembagian tugas dan
tanggung jawabkepengurusan PORDASI Provinsi/Kabupaten/Kota yang bersangkutan yang dituangkan
dalam bentuk ProsedurKerja PORDASI Provinsi/Kabupaten/Kota, sehingga dengan adanya pembagian
tugas dan tanggung jawab,diharapkan akan dicapai hasil kerja yang optimal, berhasil dan berdaya guna.
35.8. Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, bertanggung jawab kepada Musda/ Muscab.
BAB VII
PENGAWASAN
Pasal36
DEWAN PENGAWAS
Dewan Pengawas adalah bagian dari struktur organisasi PORDASI yang bertugas melakukan
fungsipengawasan kepada PP PORDASI dalam rangka pelaksanaan tugas dan
kewajibannyamenjalankan organisasi agar sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar dan Rumah
Tangga PORDASI.Dalam menjalankan tugas dan kewenangannya Dewan Pengawas bertanggung
jawab kepada Munas danRakernas.
36.2. Keanggotaan
36.2.1. Dewan Pengawas terdiri dari lima orang anggota yang sedang tidak memegang suatu
jabatanapapun di dalam struktur PP PORDASI yang terdiri dari: 1). Satu orang Ketua yang
merangkap sebagai Anggota, 2). Satu orang Wakil Ketua yang merangkap sebagai anggota, 3).
Tiga orang lainnya sebagai Anggota.
36.2.2. Pelaksanaan dan mekanisme pemilihan dan pengangkatan anggota Dewan Pengawas
diatur lebih lanjut di dalam Sidang Organisasi Musyawarah Nasional.
36.2.3. Masa bakti Dewan Pengawas adalah empat tahun bersamaan dengan masa bakti PP
PORDASI, berlaku sejak saat Munas PORDASI yang memilih dan/atau membentuknya ditutup
sampai dengan saat ditutupnya Munas PORDASI berikutnya.
36.3.1. Menjalankan setiap wewenang, tugas dan kewajiban sebagaimana diatur di dalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;
36.3.5. Mengetahui segala putusan dan tindakan yang telah dijalankan oleh pengurus dalam
kaitannyadengan pelaksanaan jalannya organisasi.
36.3.6. Meminta data dan informasi dari PP PORDASI dalam rangka pelaksanaan tugasnya.
36.3.7. Melakukan review secara berkala atas pelaksanaan tugas dan kewajiban PP PORDASI
sesuaidengan yang diatur dalam Anggaran Dasar dan/atau Anggaran Rumah Tangga PORDASI.
36.3.9. Melaporkan secara tertulis hasil pekerjaan kepada Munas dan/atau Rakernas secara
berkala,dengan memberikan penjelasan secara lisan bilamana dianggap perlu.
36.4.2. Panggilan untuk pelaksanaan rapat Dewan Pengawas dilakukan secara tertulis dan harus
diterimaoleh para anggota banda pengawas selambat-lambatnya tujuh hari sebelum rapat
diadakan.
36.4.3. Panggilan rapat harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan agenda rapat.
36.4.5. Dalam hal Ketua tidak dapat hadir atau berhalangan, maka rapat pengawas akan dipimpin
olehWakil Ketua atau satu orang anggota Dewan Pengawas yang dipilih oleh dan dari anggots
Dewan Pengawas yang hadir.
36.4.6. Rapat Dewan Pengawas sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila:
a. Dihadiri paling sedikit 2/3 (dua pertiga)dari jumlah anggota Dewan Pengawas;
b. Dalam hal kourum sebagaimana dimaksud dalam poin (a) diatas tidak terpenuhi,
maka dapatdiadakan pemanggilan rapat kedua;
36.4.7. Keputusan rapat Dewan Pengawas harus diambil berdasarkan musyawarah untuk
mufakat.
36.4.8. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka
keputusandiambil berdasarkan suara setuju lebih dari (1/2+1) jumlah suara yang ada.
36.4.9. Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.
42.4.10. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan suarat suara tanpa
tandatangan,sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara terbuka,
kecuali KetuaRapat menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang hadir.
36.4.11. Suara abstain tidak dihitung dalam menentukan jumlah suara yang dikeluarkan
36.4.12. Setiap rapat Dewan Pengawas dibuat berita acara rapat yang diatandatangani oleh Ketua
Rapatdan satu orang anggita lainnya yang ditunjuk sebagai Sekretaris rapat.
36.4.13. Pengawas dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan rapat Dewan
Pengawas, dengan ketentuan semua anggota Dewan Pengawas telah diberitahu
secaratertulisdan semua anggota Dewan Pengawas memberikan persetujuan mengenai usul
yang diajukansecara tertulis dengan menandatangani usul tersebut.
36.4.14. Keputusan yang diambil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36.4.13 diatas
mempunyaikekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam rapat.
BAB VIII
KEKOSONGAN DAN PENGISIANJABATAN PP PORDASI
Pasal37
KEKOSONGAN DAN PENGISIAN JABATAN
37.1. Kekosongan jabatan terjadi dalam hal seorang anggota PP PORDASI (termasuk KetuaUmum),
tidak dapat menjalankan tugas dan kewajibannya.
37.2. Adapun hal yang menyebabkan seorang anggota PP PORDASI dinyatakan sebagi tidakdapat
menjalankan tugas dan kewajibannya, adalah sebagai berikut:
37.2.1. Mencapai usia 70 (tujuh puluh) tahun, yang berlaku secara otomatis pada akhir tahun
kalenderdimana anggota PP PORDASI itu mencapai umur 70 (tujuh puluh) tahun; atau
37.2.3. Mengundurkan diri yang akan berlaku efektif terhitung saat dan tanggal diserahkannya
suaratatau pernyataan pengunduran diri kepada PP PORDASI atau pada Rapat
KerjaPORDASI;atau
37.2.4. Jatuh sakit atau keadaan lain yang berlangsung terus menerus selama enam bulan
yangmengakibatkannya tidak dapat menjalankan kewajibannya yang berlaku efektif dengan
lewatnyawaktu enam bulan terus menerus; atau
37.2.5. Kehilangan statusnya sebagai WNI yang berlaku efektif terhitung tinggal kehilangan
statusnyasebagai WNI itu; atau
37.2.6. Dijatuhi hukuman pidana berdasarkan suatu keputusan pengadilan yang telah
mempunyaikekuatan hukum tetap, yang akan berlaku efektif terhitung tanggal diberitahukannya
putusanpengadilan yang telah mempunyai kekuatan tetap itu kepadanya; atau
37.2.7. Ditempatkan di bawah pengampuan, yang akan berlaku efektif teerhitung tanggal
ditetapkannyakeputusan pengadilan yang menepatkannya di bawah pengampuan itu; atau
37.2.8. Dinyatakan pailit atau insolven (tidak sanggup membayar hutang-hutangnya), yang akan
berlakuefektif terhitung sejak tanggal diberitahukannya keputusan pengadilan yang
menyatakannyasebagai pailit atau insolven itu;atau
37.2.9. Berpindah tempat tinggal secara tetap ke luar Jakarta, yang akan berlaku efektif terhitung
tanggalkepindahannya secara tetap ke luar Jakarta; atau
37.3. Seorang anggota PP PORDASI hanya dapat diberhentikan untuk sementara dari
jabatannyaberdasarkan keputusan Rapat Pleno, apabila yang bersangkutan telah memenuhi salah satu
unsur-unsurkesalahan sebagai berikut:
37.3.1 Melanggar ketentuan Anggaran Dasar dan/atau Anggaran Rumah Tangga PORDASI; atau
37.3.2 Merugikan kepentingan dan/atau nama baik dan/atau kehormatan PORDASI dan/atau
olahragaberkuda Indonesia dan/atau Indonesia; atau
37.3.3 Dikenakan status penahanan di dalam suatu perkara pidana atau ditetapkan sebagai
terdakwaoleh pihak yang berwenang; atau
37.4.1 Kepada anggota PP PORDASI yang hendak diberhentikan dari jabatannya harusdiberi
kesempatan yang cukup untuk melakukan pembelaan diri dihadapan Rakernas
37.4.2 Anggota PP PORDASI yang diberhentikan untuk sementara itu berhak dan harusdiberikan
kesempatan untuk melakukan pembelaan diri di dalam Rakernas yang terdekat, danapabila
pembelaan itu diterima oleh Rakernas, maka nama baik yang bersangkutan wajib
untukdirehabilitisir dan kembali menjabat jabatan semula.
37.5. Apabila anggota PP PORDASI itu tidak melakukan pembelaan diri atau Rakernas
menolakpembelaan diri sebagaimana dimaksud pada Pasal 37.4.1 dan 37.4.2. maka yang
bersangkutan akan diberhentikan darijabatannya secara tetap.
37.6. Rakernas yang menolak pembelaan diri sebagaimana dimaksud pada Pasal 37.5 diatas
harus memilih danmenetapkan penggantinya dan pemilihan dan penetapan anggota PP PORDASI
itu harusdilakukan Rekernas dengan mematuhi setiap dan seluruh ketentuan AD/ART kecuali
ketentuan mengenaiPanitia Seleksi yang dengan ini dikesampingkan dan dinyatakan tidak
berlaku.
BAB IX
PENGUKUHAN DAN PELANTlKAN
Pasal38
PELANTIKAN
Pelantikan Ketua Umum dan Anggota PP. PORDASI ditentukan sebagai berikut:
38.1 PP PORDASI dilantik oleh Musyawarah Nasional PORDASI dengan suatu tata upacara yang
ditentukan oleh Musyawarah Nasional.
38.2 Pengurus Provinsi PORDASI dilantik oleh Ketua Umum PP PORDASI atau dapat dilimpahkan
kepada Ketua KONI Provinsi, dengan berpedoman pada tata upacara yang telah ditetapkan oleh PP.
PORDASI.
38.3 PengurusKabupaten/Kota PORDASI, dilantik oleh Ketua Pengprov PORDASI atau dapat dilakukan
oleh Pejabat Daerah atau Ketua KONI Kabupaten/Kota, dengan berpedoman pada tata upacara yang telah
ditetapkan oleh PP. PORDASI.
38.4 Pengurus Unit Kegiatan, dilantik oleh Ketua Pengcab PORDASI atau dapat dilakukan oleh Pejabat
Daerah atau Ketua KONI Kecamatan, dengan berpedoman pada tata upacara yang telah ditetapkan oleh
PP PORDASI.
Pasal 39
PENGUKUHAN
Sesuai dengan Anggaran Rumah Tangga KONI Bab VIII Pasal 53, pengukuhan Anggota PORDASI
ditentukan sebagai berikut :
39.1. Pengurus Pusat PORDASI, dikukuhkan oleh Ketua Umum KONI Pusat dengan surat keputusan.
39.2. Pengurus Provinsi PORDASI, dikukuhkan oleh Ketua Umum PP PORDASI dengan surat
keputusan setelahmendapat rekomendasi dari Ketua KONI Provinsi.
39.3. Pengurus Kabupaten/Kota PORDASI, dikukuhkan oleh Ketua Pengprov PORDASI dengan surat
keputusan setelah mendapat rekomendasi dari Ketua KONI Kabupaten/Kota.
39.4. Pengurus Unit Kegiatan, dikukuhkan oleh Ketua Pengkab/Pengkot PORDASI dengan surat
keputusan setelah mendapat rekomendasi dari Ketua KONI Kecamatan.
Pasal 40
KONSEKUENSI HUKUM
40.1. PP PORDASI bila belum dikukuhkan sesuai dengan ketentuan Pasal 39.1 di atas, dan peraturan
lainnya yang berlaku untuk hal itu, akan berakibat tidak dapat mengikuti setiap dan seluruh kegiatan KONI,
antara lain Musornas, Raparnas, Rapat Anggota dan Pekan Olahraga Nasional (PON).
40.2. Pengprov PORDASI yang belum dikukuhkan sesuai dengan ketentuan Pasal 39.2 di atas dan
ketentuan PORDASI Pusat dan/atau ketentuan lainnya yang berlaku untuk hal itu, tidak dapat mengikuti
setiap dan seluruh kegiatan PORDASI Pusat dan/atau KONI Provinsi antara lain , Munas PORDASI,
Rakemas PORDASI, Kejuaraan Nasional Olahraga Berkuda, Musorda, Raparda, dan Pekan Olahraga
Provinsi.
40.3. Pengkab/Pengkot PORDASI yang belum dikukuhkan sesuai dengan ketentuan Pasal 39.3. di atas
dan ketentuan PORDASI Daerah dan/atau ketentuan lain yang berlaku untuk hal itu, tidak dapat mengikuti
setiap dan seluruh kegiatan PORDASI Kabupaten/Kota dan/atau kegiatan KONI Kabupaten/Kota antara lain
Musprov PORDASI, Rakerprov PORDASI dan Kejurprov Olahraga Berkuda, Musorda Kabupaten/Kota,
Raparda Kabupaten/Kota dan Pekan Olahraga Kabupaten/Kotamadya
40.4 Unit Kegiatan yang belum dikukuhkan sesuai dengan ketentuan pasaI 39.4. di atas dan ketentuan
PORDASI Pusat atau PORDASI Cabang dan/atau ketentuan lain yang berlaku untuk hal itu, tidak dapat
mengikuti setiap dan seluruh kegiatanPORDASI Pusat atau PORDASI Cabang dan/atau KONI Kecamatan
antara lain seperti kegiatan-kegiatan yang tersebut dalam 46.1, Muscab PORDASI, Rakercab PORDASI
dan Kejurcab Olahraga Berkuda Musorkec, Raparkec dan Pekan Olahraga Kecamatan
BAB X
MUSYAWARAH PORDASI
Pasal 41
MUSYAWARAH NASIONAL PORDASI
41.1. Peserta
41.1.5. Undangan.
41.2.1. Setiap Anggota PORDASI Pusat yang memenuhi Persyaratan Umum dan Persyaratan
Khusussebagaimana dimaksud Pasal 11.1.3. berhak mengeluarkan tambahan hak suaradi dalam
setiap Munas PORDASI.
41.2.2. Setiap Pengprov PORDASI Calon Anggota PORDASI Pusat, hadir sebagai Peninjau dan
tidakmempunyai hak suara.
41.2.3. Setiap Pengprov PORDASI Anggota PORDASI Pusat, berhak mengirimkan minimal 3
(tiga) orangutusan setiap Munas PORDASI atau disesuaikan dengan ketentuan Panpel Munas
PORDASI.
41.2.4. Setiap Pengprov PORDASI Calon Anggota PORDASI Pusat, berhak mengirimkan 1 (satu)
orangutusan sebagai Peninjau di dalam Munas PORDASI.
41.2.5. PP PORDASI, selain yang disebutkan pada Pasal 41.2.1. diatas tidakmempunyai hak
suara di dalam Munas PORDASI.
41.3.1. Munas PORDASI diselenggarakan di tempat kedudukan organisasi atau tempat lain di
Indonesia apabila diputuskan demikian oleh PP PORDASI.
41.3.2. Pemberitahuan yang sekaligus merupakan undangan tentang Munas PORDASI, dilakukan
secara tertulis dan dikirimkan ke setiap Pengprov PORDASI sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh)
hari sebelum Munas PORDASI diselenggarakan.
41.3.3. Bahan tertulis yang akan dilaporkan, dibicarakan, dibahas dan diputuskan dalam Munas
PORDASI yang akan diselenggarakan, wajib dikirimkan oleh Ketua Umum PP PORDASI dan/atau
Panitia Pelaksana Munas PORDASI yang ditunjuknya, kepada seluruh peserta Munas PORDASI,
sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari sebelum Munas PORDASI diselenggarakan.
41.4. Korum
41.4.1. Apabila pemberitahuan sebagaimana dimaksud ayat 41.3.2. di atas telah dipenuhi, maka
Munas PORDASI adalah sah dan dapat memutuskan segala hal yang dibicarakan, jika Munas
PORDASI dihadiri oleh sekurang-kurangnya 1/2 (setengah) + 1 utusan dari jumlah Anggota
PORDASI Pusat.
41.4.2. Apabila pada saat berlangsungnya Munas PORDASI ternyata Korum sebagaimana
dimaksud Sub Ayat 41.4.1. di atas tidak dipenuhi, maka Munas PORDASI ditunda untuk waktu
paling lama 30 (tiga puluh) menit, untuk memberi kesempatan kepada utusan yang belum hadir.
Apabila setelah ditunda, ternyata Korum belum juga dipenuhi, maka Munas PORDASI dilanjutkan
dan dapat mengambil keputusan secara sah setiap hal yang dibicarakan.
41.4.5.2. Baik diminta maupun tidak memberikan masukan, petunjuk dan arahan
kepada Pimpinan Sidang sebagai acuan dalam pembahasan materi Munas.
41.6. Keputusan.
41.6.2. Apabila setelah dilakukan pemungutan suara ternyata suara yang setuju dan yang tidak
setuju sama banyaknya, maka yang menentukan adalah undian jika menyangkut diri orang dan
dianggap ditolak jika mengenai hal lain.
41.6.3. Tiap keputusan yang dihasilkan dalam Musyawarah Nasional merupakan keputusan
tertinggi Organisasi PORDASI dan mempunyai kekuatan hukum tetap di dalam organisasi
sepanjang tidak diputuskan lain oleh Musyawarah Nasional berikutnya.
Pasal 42
MUSYAWARAH PROVINSI PORDASI
42.1. Peserta
42.1.4. Undangan.
42.2.1. Setiap Anggota PORDASI Provinsi berhak mengeluarkan 1 (satu) hak suara.
ApabilaPORDASI Provinsi tidak memiliki Pengkab/Pengkot PORDASI, maka setiap Unit Kegiatan
yang menjadianggotannya, berhak mengeluarkan 1 (satu) hak suara.
42.2.2. Setiap Calon Anggota PORDASI Provinsi, hadir sebagai Peninjau dan tidakmempunyai
hak suara.
42.2.3. Setiap Anggota PORDASI Provinsi, berhak mengirimkan minimal 2 (dua) orang
utusansetiap Musprov PORDASI atau disesuaikan dengan ketentuan Panpel Musprov PORDASI.
42.2.4. Setiap Calon Anggota PORDASI Provinsi, berhak mengirimkan 1 (satu) orang utusan
sebagaiPeninjau di dalam Musprov PORDASI.
42.2.5. Pengurus Provinsi PORDASI tidak mempunyai hak suara di dalam Musprov PORDASI.
42.3.1. Musprov PORDASI diselenggarakan di tempat kedudukan organisasi atau tempat lain di
Provinsiyang bersangkutan, apabila diputuskan demikian oleh Ketua Pengprov PORDASI.
42.3.3. Bahan tertulis yang akan dilaporkan, dibicarakan, dibahas dan diputuskan dalam Musprov
PORDASIyang akan diselenggarakan, wajib dikirimkan oleh Ketua Pengprov PORDASI dan/atau
Panitia PelaksanaMusprov PORDASI yang ditunjuknya, kepada seluruh peserta Musprov
PORDASI, sekurang-kurangnya 10(sepuluh) hari sebelum Musprov PORDASI diselenggarakan.
42.4. Korum
42.4.1. Apabila pemberitahuan sebagaimana dimaksud ayat 42.3.2 di atas telah dipenuhi, maka
Musprov PORDASI adalah sah dan dapat memutuskan segala hal yang dibicarakan, jika Musprov
PORDASI dihadirioleh sekurang-kurangnya 1/2 (setengah) + 1 utusan dari jumlah Anggota
PORDASI Provinsi.
42.4.2. Apabila pada saat berlangsungnya Musprov PORDASI temyata Korum sebagaimana
dimaksud subAyat 42.4.1. di atas tidak dipenuhi, maka Musprov PORDASI ditunda untuk waktu
paling lama 30 (tigapuluh) menit, untuk memberi kesempatan kepada utusan yang belum hadir.
Apabila setelah ditunda, temyata Korum belum juga dipenuhi, maka Musprov PORDASI
dilanjutkan dan dapat mengambil keputusan secara sah setiap hal yang dibicarakan.
42.5.2.2. Baik diminta rnaupun tidak rnernberikan masukan, petunjuk dan arahan
kepada Pimpinan Sidang sebagai acuan dalam pembahasan materi Musprov.
42.6. Keputusan.
Pasal43
MUSYAWARAH CABANG PORDASI
43.1. Peserta
43.1.4. Undangan.
43.2.1. Setiap Unit Kegiatan Anggota PORDASI Kabupaten/Kota berhak mengeluarkan 1 (satu)
hak suara.
43.2.2. Setiap Unit Kegiatan Calon Anggota PORDASI Kabupaten/Kota, hadir sebagai
Peninjaudan tidak mempunyai hak suara.
43.2.3. Setiap Unit Kegiatan Anggota PORDASI Cabang, berhak mengirimkan minimal 2
(dua)orang utusan setiap Muscab PORDASI atau disesuaikan dengan ketentuan Panpel Muscab
PORDASI.
43.2.4. Setiap Unit Kegiatan Calon Anggota PORDASI Cabang, berhak mengirimkan 1 (satu)
orangutusan sebagai Peninjau di dalam Muscab PORDASI.
43.2.5. Pengurus Cabang PORDASI tidak mempunyai hak suara di dalam Muscab PORDASI.
43.3.1. Muscab PORDASI diselenggarakan di tempat kedudukan organisasi atau tempat lain di
wilayahKabupaten/Kota yang bersangkutan, apabila diputuskan demikian oleh Ketua Pengcab
PORDASI.
43.3.3. Bahan tertulis yang akan dilaporkan, dibicarakan, dibahas dan diputuskan dalarn Muscab
PORDASIyang akan diselenggarakan, wajib dikirimkan oleh Ketua Pengkab/Pengkot PORDASI
dan/atau PanitiaPelaksana Muscab PORDASI yang ditunjuknya, kepada seluruh peserta Muscab
PORDASI, sekurangkurangnya10 (sepuluh) hari sebelum Muscab PORDASI diselenggarakan.
43.4. Korum
43.4.1. Apabila pemberitahuan sebagaimana dimaksud ayat 43.3.2 di atas telah dipenuhi,
makaMuscab PORDASI adalah sah dan dapat memutuskan segala hal yang dibicarakan, jika
Muscab PORDASIdihadiri oleh sekurang-kurangnya 1/2 (setengah) + 1 utusan dari jumlah
Anggota PORDASI
Kabupaten/Kota.
43.4.2. Apabila pada saat berlangsungnya Muscab PORDASI ternyata Korum sebagaimana,
dimaksud Sub Ayat 43.4.1. di atas tidak dipenuhi, maka Muscab PORDASI ditunda, untuk waktu
paling lama 30 (tiga puluh) menit, untuk memberi kesempatan kepada utusan yang belum hadir.
Apabila setelah ditunda, ternyata Korum belum juga dipenuhi, maka Muscab PORDASI
dilanjutkan dan dapat mengambi keputusan secara sah setiap hal yang dibicarakan.
43.5.2.2. Baik diminta maupun tidak, dapat memberikan masukan, petunjuk dan
arahan kepada Pimpinan Sidang sebagai acuan dalam pembahasan materi Muscab.
43.6.2. Apabila setelah dilakukan pemungutan suara ternyata suara yang setuju dan yang tidak
setujusama banyaknya, maka yang menentukan adalah undian jika menyangkut diri orang dan
dianggap ditolakjika mengenai hal lain.
Pasal44
MUSYAWARAH LUAR BIASA PORDASI
44.1. Musyawarah Luar Biasa, baik untuk tingkat pusat (Munas Luar Biasa), tingkat daerah (Musda Luar
Biasa)maupun tingkat cabang (Muscab Luar Biasa), dapat diselenggarakan apabila dianggap perlu oleh
Pengurus PusatPORDASI untuk tingkat PORDASI Pusat atau Pimpinan PORDASI lain berdasarkan
tingakatan yang bersangkutan.
44.2. Pimpinan PORDASI yang bersangkutan memanggil dan menyelenggarakan Musyawarah Luar
Biasa ataspermintaan tertulis dari paling sedikit 1/2 (setengah) + 1 dari jumlah Anggota PORDASI yang
bersangkutan, didalam surat permintaan tersebut harus disebutkan secara singkat dan tegas masalah
yang akan dibicarakan.
44.3. Tata cara pemanggilan dan penyelenggaraan Musyawarah Luar Biasa, dilaksanakan sesuai
denganketentuan Sub Pasal 41.2. untuk Munas Luar Biasa PORDASI, Sub Pasal 42.2. untuk Musda Luar
Biasa PORDASIdan Sub Pasal 43.2. untuk Muscab Luar Biasa PORDASI.
BAB XI
RAPAT-RAPAT
Pasal45
RAPAT KERJA (RAKER)
Tata cara persiapan dan penyelenggaraan Raker, antara lain mengenai hak suara, korum,
pelaksanaan, tempat dan pemberitahuan, keputusan dan lain sebagainya, dilaksanakan sesuai ketentuan
BAB X, sebagai berikut:
Pasal 46
RAPAT PLENO
46.1. Rapat Pleno diselenggarakan di tingkat pusat, daerah maupun cabang, yang dihadiri oleh seluruh
unsur Pimpinan PORDASI yang bersangkutan, yang diadakan khusus untuk membahas dan merumuskan
segala permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, atau dalam rangka
mempersiapkan segala sesuatu sehubungan dengan penyelenggaraan Munas/Musda/Muscab,
Rakemas/Rakerda/Rakercab dan kegiatan lainnya sesuai dengan tingkatan organisasinya.
46.2. Rapat Pleno dapat diadakan apabila dianggap perlu oleh Pimpinan PORDASI yang bersangkutan
(Ketua Umum PP PORDASI/Ketua Pengprov PORDASI/Ketua Pengkab/Pengkot PORDASI), dengan
ketentuan harus diselenggarakan sedikitnya satu kali dalam setiap 6 (enam) bulan.
46.3. Panggilan/undangan tentang akan diselenggarakannya Rapat Pleno, harus dilakukan secara
tertulis paling sedikit 7 (tujuh) hari sebelum Rapat dilaksanakan dengan mencantumkan secara jelas hari,
tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
Pasal 47
RAPAT KOORDINASI DAN KONSULTASI
47.1. Rapat Koordinasi dan Konsultasi adalah rapat yang dilakukan oleh Ketua Umum
PORDASI/KetuaPengprov PORDASI/Ketua Pengkab/Pengkot PORDASI, dengan:
47.2. Rapat Koordinasi dan Konsultasi dapat diadakan apabila dianggap perlu oleh Pimpinan PORDASI
yangbersangkutan. Namun demikian Pimpinan PORDASI yang bersangkutan, wajib menyelenggarakan
Rapat Koordinasi dan Konsultasi dengan , Dewan Pengawas dan, sedikitnya satu kali dalam setiap tahun.
47.3. Panggilan/undangan tentang akan diselenggarakannya Rapat Koordinasi dan Konsultasi, harus
dilakukan secara tertulis paling sedikit 7 (tujuh) hari sebelum rapat dilaksanakan dengan mencantumkan
secara jelas hari, tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
Pasal 48
RAPAT RUTIN
48.1. Rapat Rutin diselenggarakan di tingkat pusat, daerah maupun cabang, yang merupakan rapat
unsur Pimpinan PORDASI yang bersangkutan, yang diadakan khusus untuk membahas dan memutuskan
permasalahan rutin yang dihadapi dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
48.2. Rapat Rutin dihadiri oleh unsur Pimpinan PORDASI yang bersangkutan secara terbatas, sesuai
dengan materi yang akan dibahas dan diputuskan.
48.3. Rapat Rutin dapat diadakan apabila dipandang perlu oleh Ketua Umum PORDASI/Ketua Pengprov
PORDASI/Ketua Pengkab/Pengkot PORDASI, dengan ketentuan harus diselenggarakan sedikitnya satu
kali dalam setiap 3 (tiga) bulan.
48.4. Panggilan/undangan tentang akan diselenggarakannya Rapat Rutin, harus dilakukan secara
tertulis paling sedikit 7 (tujuh) hari sebelum rapat dilaksanakan dengan mencantumkan secarajelas hari,
tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
Pasal 49
RAPAT-RAPAT DI KOMISI/BADAN PP PORDASI
Komisi/ PP. PORDASI mengadakan rapat koordinasi, rapat rutin dan rapat-rapat lainnya sesuai
kepentinganKomisi/ PP. PORDASI yang bersangkutan, dengan berpedoman kepada ketentuan Pasal 45
hingga Pasal 48 tersebutdi atas.
BAB XII
LAMBANG DAN BENDERA PORDASI
Pasal 50
LAMBANG
50.1. Lambang PORDASI berbentuk perisai sebagaimana dirinci dalam Lampiran I yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Anggaran Rumah Tangga ini, dengan penjelasan dan pengertian
sebagai berikut:
50.1.1. Bentuk perisai, merupakan sarana untuk mempertahankan diri dalam perang berkuda di
masa yang lalu dan merupakan lambang asal mulanya olahraga berkuda; dengan bentuk perisai
dimaksudkan untuk berperan aktif dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
50.1.2. Kuda utuh warna hitam, melambangkan dinamika olahraga berkuda dengan segala
aspeknya, dimaksudkan bahwa kuda sebagai sarana olahraga berkuda merupakan salah satu
wujud sumber daya alam hewan yang dapat dikembangkan untuk mendukullg Sistem Pertahanan
Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata), yaitu sistem pertahanan dan keamanan bangsa dan
negara Indonesia.
50.1.3. Warna hitam, melukiskan suatu semangat yang berkobar dan membaja dalam mengejar
cita-citadan kejayaan prestasi olahraga berkuda.
50.1.4. Warna putih, melukiskan kesucian, kejujuran dan keluhuran budi pekerti dari
paraolahragawan berkuda.
50.1.5. Warna dasar hijau, melukiskan kemakmuran dan kesuburan tanah air Indonesia
yangmerupakan sumber kehidupan rakyat petani termasuk peternak kuda, dalam upaya membina
danmengembangkan petemakan kuda dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas kuda
Indonesiaguna mendukung sarana olahraga berkuda dan keperluan lain masyarakat Indonesia.
50.2.1. Produk-produk piranti lunak PORDASI, baik di tingkat pusat, daerah maupun cabang.
Pasal 51
BENDERA
51.1.1. Bendera PORDASI Pusat berwarna hijau, yang melambangkan kemakmuran dan
kesuburan tanahair Indonesia dan ditengahnya digambarkan secara lengkap lambang PORDASI
sebagaimana dirinci padaPasal 50 di atas.
51.1.2. Bentuk, warna dan ukuran bendera PORDASI Pusat adalah sebagaimana dalam
LampiranII yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Anggaran Rumah Tangga ini.
51.1.3. Bendera PORDASI Pusat wajib dikibarkan pada setiap kegiatan PORDASI Pusat,
antaralain Munas, Rakernas, Kejumas dan kegiatan resmi lainnya.
51.2.2. Bentuk dan ukuran bendera PORDASI Daerah/Cabang, adalah sama dengan bentuk
danukuran bendera PORDASI Pusat.
51.2.3. Bendera PORDASI Daerah wajib dikibarkan pada setiap kegiatan PORDASI Pusat yang
diikutinyasebagaimana dimaksud pada Sub Ayat 51.1.3. di atas dan pada setiap kegiatan
PORDASI Daerah, antaralain Musda, Rakerda, Kejurda dan kegiatan resmi lainnya.
BAB XIII
KEUANGAN
Pasal 52
PENDAPATAN
52.1.1.2. Tata cara dan besarnya iuran anggota ditentukan oleh Munas/Musda/Muscab
dan/atauRakernas/Rakerda/Rakercab PORDASI yang bersangkutan, yang dituangkan
dalam suatukeputusan.
52.1.2. Bantuan keuangan dan subsidi dari pemerintah/KONI, baik di tingkat pusat, daerah
maupuncabang.
52.1.5. Sponsor/donatur, baik yang diusahakan di tingkat pusat, daerah maupun cabang
dalamrangka mendukung kegiatan PORDASI yang bersangkutan.
52.1.6. Usaha-usaha lain yang sah dan tidak bertentangan dengan setiap ketentuan
AnggaranDasar dan Anggaran Rumah Tangga dan setiap keputusan/peraturan PORDASI yang
berlaku sesuaidengan tingkatan organisasinya.
52.2. Komisi PP. PORDASI dapat berusaha sepenuhnya menggali sumber dana guna
mendukungkegiatan Komisi/Badan PP PORDASI yang bersangkutan.
Pasal 53
PEMBUKUAN
53.1. Pelaksanaan pembukuan dan keuangan PORDASI untuk semua tingkat, baik di pusat, daerah
maupuncabang, dilaksanakan sesuai dengan prinsip pembukuan yang berlaku secara umum di Indonesia.
53.2. Tahun buku PORDASI untuk semua tingkat, baik di pusat, daerah maupun cabang dimulai pada
tanggal 1Januari dan diakhiri pada tanggal 31 Desember.
Pasal 54
PERTANGGUNG JAWABAN KEUANGAN
54.1. Pengurus Pusat PORDASI menyampaikan pertanggungjawaban keuangan tahunan kepada dan
dalam RakernasPORDASI.
54.2. Pengprov PORDASI menyampaikan pertanggungjawaban keuangan tahunan kepada dan di dalam
RakerdaPORDASI.
BAB XIV
LAIN –LAIN
PASAL 55
USAHA PELENGKAP
55.1. Dalam rangka memenuhi setiap dan segala hak dan kewajiban Pimpinan PORDASI, baik di tingkat
pusat, daerah maupun cabang, sebagaimana dirinci dalam Anggaran Dasar dan/atau Anggaran Rumah
Tangga, maka Pimpinan PORDASI yang bersangkutan dapat mendirikan dan membentuk usaha dan/atau
badan/yayasan pelengkap yang dianggapnya perlu dan usaha/badan/yayasan pelengkap dimaksud
sepenuhnya merupakan tanggung jawab Pimpinan PORDASI yang bersangkutan.
55.2. Usaha dan/atau badan/yayasan pelengkap yang dibentuk dan didirikan oleh Pimpinan PORDASI
yang bersangkutan sebagaimana dimaksud Ayat 48.1. di atas, harus dilaporkan kepada dan di dalam
Rakernas/Rakerda/Rakercab yang terdekat sesuai tingkatan organisasinya untuk mendapatkan
persetujuan. Apabila ternyata kemudian Rakernas/Rakerda/Rakercab yang bersangkutan menolak untuk
memberikan persetujuannya, maka usaha dan/atau badan/yayasan pelengkap dimaksud harus segera
dihentikan dan/atau bubarkan.
Pasal 56
PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
56.1. Perubahan terhadap ketentuan dari Anggaran Rumah Tangga ini hanya dapat dilakukan oleh dan
di dalamMunas PORDASI atau Rakernas PORDASI.
56.2. Segala sesuatu yang belum diatur dan/atau belum cukup diatur oleh Anggaran Rumah Tangga, ini
akandiatur oleh Pengurus Pusat PORDASI dalam, suatu atau beberapa peraturan dan/atau keputusan,
yang tidakboleh bertentangan dengan setiap ketentuan dari Anggaran Dasar dan/atau Anggaran Rumah
Tangga PORDASI.
BAB XV
PERATURAN PERALIHAN
Pasal 57
PERATURAN PERALIHAN MENGENAI PERSYARATAN DAN HAK SUARA TAMBAHAN ANGGOTA
57.1 Ketentuan Pasal 10 dan Pasal 11 untuk persyaratan Anggota PORDASI, dengan ini dikecualikan
dan dinyatakan tidak berlaku bagi setiap anggota PORDASI pada saat ditetapkan, disahkan dan
diberlakukannya Anggaran Rumah Tangga ini, dan oleh karenanya dapat terus menjabat sampai
berakhirnya masa jabatannya yang berlaku.
57.2 Setelah berakhirnya masa jabatan dimaksud Pasal 57.1 diatas, maka untuk setiap perpanjangan
dan/atau masa jabatan selanjutnya dan/atau permohonan menjadi Anggota baru, ketentuan Pasal 10,
Pasal 11 dan Pasal 12 untuk persyaratan Anggota PORDASI, berlaku sepenuhnya dan dipenuhi dan
dipatuhi oleh setiap dan seluruh Calon Anggota tanpa terkecuali.
57.3 Penentuan tambahan bobot suara yang berlaku pada anggota PORDASI Pusat, sebagaimana
dimaksud Pasal 9.1.3 diatas, dihitung mundur hingga 4 (empat) tahun ke belakang sejak AD/ART ini
disahkan dalam Munas terakhir.
Pasal 58
PERATURAN PERALIHAN MENGENAI STATUS KEANGGOTAAN
58.1 Yang dimaksud dengan setiap dan seluruh anggota PORDASI Pusat pada saat ini adalah anggota
PORDASI yang menghadiri dan mengikuti seluruh rangkaian acara dalam Munas terakhir PORDASI.
58.2 Paling lambat dalam jangka waktu satu tahun terhitung ditetapkannya Anggaran Rumah Tangga
ini, setiap dan seluruh Anggota dimaksud Pasal 58.1 wajib memenuhi setiap dan seluruh persyaratan
keanggotaan yang berlaku baginya sebagaimana disyaratkan dan dirinci pada Bab II Anggaran Rumah
Tangga ini.
58.3 Paling lambat dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung tanggal ditetapkannya dan
disahkannya Anggaran Rumah Tangga ini, pendataan, verifikasi keanggotaan dan penentuan bobot
tambahan suara, harus dimulai dan dilakukan oleh Tim Verifikasi yang anggotanya terdiri dari tujuh orang
yang terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil Ketua, Sekretaris semuanya merangkap sebagai anggota
dan empat orang anggota lainnya. Anggota Tim Verifikasi berasal para personil yang independen dan
mandiri yang tidak sedang atau akan mencalonkan diri sebagai anggota dan/atau Pengurus Pusat
PORDASI, yang ditentukan dan diangkat oleh Rakernas yang sudah harus dilakukan selambat-lambatnya
dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender terhitung sejak tanggal ditetapkan dan disahkannya Anggaran
Rumah Tangga ini.
58.4 Tim Verifikasi wajib melakukan dan menuntaskan pendataan dan verifikasi terhadap status
keanggotaan dan tambahan bobot suara dari setiap anggota paling lambat dalam waktu enam bulan
terhitung tanggal dan ditetapkan dan wajib memberikan laporan dan rekomendasi tertulis kepada
Pengurus Pusat PORDASI mengenai hasil pelaksanaan tugas dan kewajibannya.
58.5 Setiap angota wajib memenuhi setiap permintaan data dari Tim Verifikasi dalam bentuk dan
jangka waktu sebagaimana ditetapkan oleh Tim Verifikasi. Apabila dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan tersebut dilampaui dan ternyata masih ada Anggota yang tidak/belum memenuhi permintaan
dari Tim Verifikasi dan/atau data yang diberikan tidak memenuhi permintaan Tim Verifikasi, maka Tim
Verifikasi akan mendasarkan laporan/rekomendasinya berdasarkan data yang dimilikinya.
58.6 Setelah mendapatkan laporan/rekomendasi dari Tim Verfikasi, Pengurus Pusat PORDASI akan
segera memanggil dan menyelenggarakan Rakernas atau Rakernas Istimewa dan melaporkan kepada
Rakernas atau Rakernas Istimewa itu hasil temuan dari verifikasi yang diperolehnya.
58.7 Berdasarkan data dan verifikasi dimaksud pasal 58.6. Rakernas atau Rakernas Istimewa akan
membahas dan memutuskan status keanggotaan dari setiap Anggota dan melampirkan hasilnya dalam
sebuah Keputusan Organisasi tersendiri.
Pasal 59
PERATURAN MENGENAI PERSYARATAN PENGURUS
59.1 Ketentuan Pasal 25 Anggaran Rumah Tangga untuk Ketua Umum, Pasal 26 untuk Wakil Ketua
Umum, Pasal 27 untuk Sekum dan Wasekum, Pasal 28 untuk Bendahara dan Wakil Bendahara dan Pasal
29 untuk anggota PP PORDASI lainnya, dengan ini dikecualikan dan dinyatakan tidak berlaku bagi setiap
anggota PORDASI Pusat yang menjabat pada saat ditetapkan dan disahkannya Anggaran Rumah Tangga
ini dan karenanya dapat terus menjabat sampai berakhirnya masa jabatan yang berlaku.
59.2 Setelah berakhirnya masa jabatan dimaksud pasal 59.1 di atas, maka untuk perpanjangan
dan/atau masa jabatan yang selanjutnya, ketentuan Pasal 25 Anggaran Rumah Tangga untuk Ketua
Umum, Pasal 26 untuk Wakil Ketua Umum, Pasal 27 untuk Sekum dan Wasekum, Pasal 28 untuk
Bendahara dan Wakil Bendahara dan Pasal 29 untuk PP. PORDASIlainnya, berlaku sepenuhnya dan harus
dipenuhi dan dipatuhi oleh setiap dan seluruh anggota dan/atau calon anggota PP. PORDASIitu tanpa
terkecuali.
Pasal 60
PERATURAN PERALIHAN UMUM
60.1 PP. PORDASI terhitung tanggal disahkannya Anggaran Rumah Tangga ini wajib melakukan setiap
tindakan dan usaha terbaik agar setiap dan seluruh ketentuan dari Anggaran Dasar dan/atau Anggaran
Rumah Tangga dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya dan sepenuhnya.
60.2 Dengan disetujuinya dan disahkannya Anggaran Rumah Tangga ini, setiap peraturan dan/atau
keputusan yang diambil dan diberlakukan PP. PORDASI dan setiap jajarannya tanpa terkecuali, yang ada
dan berlaku pada saat disetujui dan disahkannya Anggaran Rumah Tangga ini, yang memuat ketentuan
atau peraturan yang tidak sesuai atau bertentangan dengan ketentuan sebagaimana diatur di dalam
Anggaran Dasar dan/atau Anggaran Rumah Tangga, secara langsung atau tidak langsung, dinyatakan
sebagai batal dan tidak berlaku.
60.3 Pengurus Pusat PORDASI paling lambat di dalam waktu tiga bulan terhitung tanggal ditetapkan
dan disahkannya Anggaran Rumah Tangga ini wajib melakukan setiap tindakan yang diperlukan agar
perbaikan atau perubahan atas setiap peraturan dan/atau keputusan yang dilakukan Pengurus PORDASI
sehingga memenuhi dan tidak bertentangan dengan setiap ketentuan dari Anggaran Dasar dan/atau
Anggaran Rumah Tangga.
BAB XVI
PENUTUP
Pasal 61
PENUTUP
Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak berdirinya PORDASI pada tanggal 9 Juni 1966 dan
telah mengalami beberapa kali perbaikan/penyempurnaan dan perubahan.
Anggaran Rumah Tangga ini untuk pertama kalinya disusun dan ditetapkan oleh Munas PORDASI
II di Jakarta tanggal 26 Nopember 1972, untuk kemudian diperbaiki/disempumakan berturut-turut pada
Munas PORDASI V di Jakarta tanggal 26 Maret 1983 dan pada Mukernas PORDASI di Manado tanggal
13 s.d. 14 September 1984.