DAFTAR ISI
ANGGARAN DASAR
FORUM BELA NEGARA
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………
MUKHADIMAH………………………………………………………………………………………………. 1
BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN…………………………… 2
BAB II ASAS, VISI, MISI DAN SIFAT……………………….…………………………… 2
BAB III FUNGSI, PERAN DAN KEGIATAN……………………………………………… 3
BAB IV PENGERTIAN, MOTTO DAN LAMBANG ORGANISASI…………….… 6
BAB V KODE ETIK, ETHOS KERJA DAN PAKTA INTEGRITAS………….…….. 9
BAB VI KEANGGOTAAN….………………………………………………………….……….. 13
BAB VII SUSUNAN DAN BENTUK KELEMBAGAAN ……………………………….. 13
BAB VIII DEWAN PEMBINA…………………………….…………………………………….. 14
BAB IX DEWAN PENASEHAT……………………………………………………………….. 14
BAB X DEWAN PAKAR……………………………………………………………………….. 15
BAB XI MAJELIS PERMUSYAWARATAN ORGANISASI (MPO)………………. 16
BAB XII DEWAN PIMPINAN…………………………………………………………………. 17
BAB XIII BADAN BADAN OTONOM………………………………………………………. 17
BAB XIV SUSUNAN DAN PERANGKAT ORGANISASI………………………………. 18
BAB XV PERMUSYAWARATAN DAN RAPAT RAPAT…………………………………. 19
BAB XVI KEUANGAN DAN KEKAYAAN ORGANISASI………………………………. 23
BAB XVII PERUBAHAN ANGGARAN DASAR……………………………………………. 23
BAB XVIII PEMBUBARAN ORGANISASI……………………………………………………. 24
BAB XIX PENUTUP………………………………………………………………………………… 24
ii
MUKADIMAH
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu,
maka segala bentuk penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, atas
perjuangan seluruh rakyat Indonesia, bangsa Indonesia telah mendirikan Negara
Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ) yang merdeka dan berdaulat berdasarkan
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
1
BAB I
NAMA,WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
Nama
Organisasi ini bernama :
“FORUM BELA NEGARA”
(Selanjutnya cukup disingkat FBN )
Pasal 2
Waktu dan Tempat Kedudukan
FBN didirikan pada tanggal tujuh belas Juli dua ribu delapan (17-07-2008)
untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya dan berkedudukan di
Jakarta.
BAB II
ASAS, VISI, MISI DAN SIFAT
Pasal 3
ASAS
Pasal 4
VISI
FBN bertujuan :
Terciptanya Ketahanan Nasional yang kokoh dan dinamis guna
mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
Pasal 5
MISI
2
dilandasi rasa nasionalisme dan patriotisme sehingga mempunyai
kemampuan Bela Negara.
2. Menyatukan dan memberdayakan segenap komponen kekuatan bangsa
dalam upaya memantapkan sikap kritis dan progresif guna mengatasi
segala persoalan yang mengancam integritas dan identitas Nasional.
3. Menggali, menyiapkan dan mengembangkan potensi Sumber Daya
Nasional demi menjaga kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
4. Membangun kerjasama kemitraan strategis, yang harmonis dan sinergis
antara “FORUM BELA NEGARA” dengan seluruh jajaran aparat, baik TNI
maupun POLRI, jajaran Birokrat dan Aparatur Negara, serta kekuatan-
kekuatan pendukung lainnya, dalam kesatuan sikap dan tujuan demi
terciptanya stabilitas keamanan negara kondusif, kokoh dan tangguh.
5. Membangun potensi nilai nilai kearifan lokal / nilai nilai leluhur budaya
bangsa, yang berfungsi dan berperan sebagai instrumen pertahanan guna
menghadang bentuk-bentuk infiltrasi kebudayaan asing bersifat
destruktif (merusak).
Pasal 6
Sifat
BAB III
FUNGSI, PERAN DAN KEGIATAN
Pasal 7
Fungsi dan Peran
3
5. FBN Sebagai kontrol sosial dalam proses kehidupan berbangsa dan
bernegara , terutama pemantapan sikap Bela Negara.
6. FBN Sebagai wadah yang berperan aktif dalam mengawal kebijakan
pemerintah selaku penyelenggara negara demi terwujudnya negara yang
berdaulat, adil, makmur dan sejahtera.
7. FBN sebagai wadah yang berperan aktif untuk membela, melindungi dan
mengayomi masyarakat.
Pasal 8
Kegiatan
4
sasaran tertanamnya kesadaran Bela Negara disertai dengan jiwa
militansi yang kental sebagai jatidiri bangsa Indonesia.
4. Melakukan kegiatan-kegiatan dalam bentuk jalinan kemitraan strategis-
dinamis dengan institusi-institusi pemerintah maupun swasta, ORMAS-
ORMAS dan LSM terkait dengan pelaksanaan kegiatan Pembinaan
Kesadaran Bela Negara (PKBN) atau kegiatan-kegiatan yang berorientasi
pada memberdayakan potensi-potensi asset sumber daya nasional dan
daerah yang memiliki daya dukung strategis maupun taktis terhadap
keberhasilan program-program organisasi.
5
11. Melakukan upaya pelestarian budaya dan adat istiadat lokal maupun
nasional sebagai asset bangsa.
BAB IV
PENGERTIAN, MOTTO DAN LAMBANG ORGANISASI
PENGERTIAN ORGANISASI
Pasal 9
6
MOTTO ORGANISASI
Pasal 10
1. Bidang gambar pertama atau bagian luar berbentuk perisai atau tameng
dengan garis lingkaran berwarna emas, dan di dalam bidang gambar
perisai atau tameng tersebut terdapat hamparan warna merah putih
yang mendasari bidang gambar lambang secara keseluruhan. Dalam
pandangan ini makna dan arti dari bidang gambar pertama dimaksud
adalah sebagai berikut :
a. Perisai atau tameng dengan pembatas lingkaran paling luar
bidang gambar berwarna emas mengandung makna dan
pengertian bahwa dalam kaitan dengan upaya-upaya bela
negara, anak-anak bangsa dan atau rakyat semesta yang
memiliki nilai-nilai kemulian hati di dalam relung jiwanya
7
(simbol warna emas) yang mampu mengaktualisasikan nilai-
nilai kesadaran bela negara.
b. Simbol warna merah putih melambangkan jiwa militansi dan
nasionalisme yang kuat dengan berlandaskan pada keberanian
dalam mengambil sikap dan tindakan nyata, didorong oleh
niat yang tulus ikhlas sebagai seorang ksatria pembela tanah
air dan ksatria yang cinta terhadap tanah airnya, yang siap
sedia rela berkorban demi bangsa dan negaranya.
8
3. Bidang gambar ketiga (paling dalam) berupa gambar peta Kepulauan
Indonesia yang merupakan teritorial wilayah Negara Kesatuan Republik
indonesia (NKRI) yang berada di dalam suatu lingkaran yang
dilatarbelakangi oleh bidang gambar berwarna merah putih, dengan garis
batas berwarna emas. Dalam pandangan ini makna dan arti dari bidang
gambar kedua adalah sebagai berikut :
a. Gambar peta Kepulauan Indonesia menunjukkan bahwa
wilayah teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia
sangatlah luas dengan eksistensi pulau-pulau yang dikelilingi
oleh lautan, yang merupakan anugerah kekayaan tak ternilai
dari Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia. Untuk itu
dalam tujuan mempertahankan dan menjaga eksistensi
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) setiap individu
warga negara dan masyarakat diharapkan memiliki nilai-nilai
kesadaran bela Negara yang dilandasi niat yang tulus ikhlas
dan kemurnian jiwa demi kejayaan bangsa dan Negara.
b. LAMBANG BURUNG GARUDA diatas gambar peta kepulauan
Indonesia melambangkan simbol kekuatan yang harus tetap
diperjuangkan sebagai satu satunya azas dan ideologi
Pancasila.
c. Untuk bidang gambar merah putih, penjelasannya sama
dengan yang tertera atau tercantum di dalam Pasal 11 ayat
1b.
BAB V
KODE ETIK, ETHOS KERJA DAN PAKTA INTEGRITAS
9
1. PURUSA NING SA (Berjiwa Pahlawan); artinya selalu siap sedia
jadi garda terdepan dalam menghadapi segala bentuk ancaman,
gangguan, hambatan, dan tantangan, yang akan merongrong dan
membahayakan eksitensi dan stabilitas keamanan Negara dan
masyarakat dari masa ke masa.
2. HAPITAN (Berani Berkorban); artinya berani berkorban, baik
tenaga, harta, dan pemikiran ketika menjalani darma bela negara
demi kejayaan bangsa dan Negara di bawah naungan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
3. MOROGOL-ROGOL (Gelora Jiwa Raga); artinya memiliki hasrat
dan semangat yang berkobar-kobar ketika menjalani tugas dan
pengabdian bela Negara demi kepentingan bangsa, negara dan
masyarakat.
4. PANDHITA (Sangat Bijaksana); artinya memiliki sikap sangat
bijaksana dalam bersikap, bertindak, dan di dalam setiap
pengambilan suatu keputusan, dengan menjunjung tinggi nilai-
nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.
5. KARAWALEYA (Setia Kawan); artinya memiliki rasa
kesetiakawanan sosial, jiwa solidaritas, toleransi, dan rasa kasih
sayang terhadap nasib atau penderitaan yang sedang dialami oleh
bangsa dan Negara, serta masyarakatnya, dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai keadilan social.
6. SAWITA (Pengabdian): artinya memiliki karakter selaku abdi
Negara yang siap sedia untuk mengabdi dan melaksanakan
pengabdian tanpa pamrih demi bangsa, Negara dan
masyarakatnya dengan berlandaskan pada nilai-nilai kesetiaan
utama sebagai tonggak jiwa ketika mengemban tugas atau darma
bela Negara.
7. MAHODANA (Jiwa Pertahanan): artinya siap sedia menjadi
tameng aktif sebagai basis pertahanan ketika menghadang
bentuk-bentuk ancaman serta gangguan yang sekiranya akan
memporak-porandakan sendi-sendi moral bangsa dalam
kehidupan sosial bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan
bertata kelola Negara dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
kesadaran bela negara dan semangat persatuan kesatuan bangsa.
Yang dimaksud dengan “Ethos Kerja”: adalah karakter jatidiri yang harus
dipunyai dan atau dibangun secara integral berkesinambungan oleh
kader-kader bela Negara, untuk kemudian diimplementasikan sebagai
pedoman dan rambu-rambu bersikap dan berperilaku dalam menjalani
10
darmanya mengemban tugas bela Negara. Dalam pandangan ini format
“Ethos Kerja” “FORUM BELA NEGARA” menemukan bentuknya dalam
wujud “SAPTA DARSA UTAMA” sebagai jatidiri bela Negara yang terdiri
dari lima (7) sikap mental individu yang harus dimiliki; dengan penjelasan
sebagai berikut :
11
menjadi dasar keyakinan hati dan pikirannya, diimbangi dengan
dasar sikap mental yang sarat dengan kebijaksanaan dalam
menentukan sikap dan langkah.
PAKTA INTEGRITAS
Pasal 14
12
digariskan oleh organisasi dengan penuh rasa tanggungjawab
serta penuh kedisiplinan.
7. Saya bersedia dan sanggup untuk saling melindungi, saling
mengayomi dan saling menjaga antar sesama kader bela Negara
dalam rangka mempertahankan nilai nilai kebenaran, nilai nilai
keadilan serta nilai nilai kemanusiaan demi terciptanya
kebersamaan dan kekuatan dalam wadah Forum Bela Negara.
8. Saya bersedia dan sanggup untuk menerima bentuk-bentuk sanksi
organisasi apabila saya telah dengan sengaja melakukan
pelangggaran terhadap organisasi, dengan mengacu pada pijakan
dan pedoman Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD
ART) FORUM BELA NEGARA (FBN).
BAB VI
KEANGGOTAAN
Pasal 15
1. Yang dapat menjadi anggota FBN adalah Warga Negara Indonesia yang
telah berusia minimal 17 (tujuhbelas) tahun dan ditetapkan oleh
Pimpinan Pusat FBN.
BAB VII
SUSUNAN DAN BENTUK KELEMBAGAAN.
Pasal 16
a. Dewan Pembina
b. Dewan Penasehat
c. Dewan Pakar
d. Majelis Permusyawaratan Organisasi disingkat MPO
e. Dewan Pimpinan
13
BAB VIII
Pasal 17
DEWAN PEMBINA
BAB IX
Pasal 18
DEWAN PENASEHAT
14
tercipta iklim organisasi yang dinamis dan kondusif serta tercipta suasana
harmoni antar bagian-bagian satuan unit-unit kerja di internal organisasi,
demi tercapainya target keberhasilan kegiatan Bela Negara yang diusung
organisasi, sesuai dengan yang telah disusun dan direncanakan.
2. Selaku narasumber dalam tema-tema kegiatan Bela Negara yang diusung
dan atau diselenggarakan oleh organisasi atas permintaan atau
permohonan dari Dewan Pimpinan Pusat, demi kepentingan suksesnya
pelaksanaan program-sesuai dengan yang direncanakan.
BAB X
Pasal 20
DEWAN PAKAR
Para ahli, pakar dan akademisi dalam bebagai disiplin ilmu yang bersedia
memberikan saran dan masukan untuk keberhasilan program program
Forum Bela Negara diseluruh bidang ( Ideologi, Politik, Ekonomi, Hukum,
Sosial, Budaya, Pertahanan dan Keamanan, IPTEK & IT).
15
BAB XI
Pasal 22
Kedudukan Majelis Permusyawaratan Organisasi (MPO)
Pasal 23
Anggota Majelis Permusyawaratan Organisasi(MPO) Tingkat Pusat
Pasal 24
Anggota Majelis Permusyawaratan Organisasi (MPO) Tingkat Wilayah
16
Pasal 25
Anggota Majelis Permusyawaratan Organisasi (MPO) Tingkat Daerah
BAB XII
DEWAN PIMPINAN
Pasal 26
Dewan Pimpinan
BAB XIII
BADAN-BADAN OTONOM
PENJELASAN TENTANG
LEMBAGA DAN BADAN-BADAN OTONOM
Pasal 27
17
Lembaga dan Badan-Badan Otonom dibentuk berdasarkan Surat
Keputusan Pimpinan Forum Bela Negara.
2. Hubungan antara Lembaga dan Badan-Badan otonom dengan struktur
organisasi Dewan Pimpinan, baik di Level Pusat, di Level Provinsi, maupun
di Level Daerah Kabupaten/Kota secara organisatoris diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga (ART) organisasi “FORUM BELA NEGARA”.
BAB XIV
SUSUNAN DAN PERANGKAT ORGANISASI
Pasal 29
Susunan Organisasi
18
Pasal 30
Perangkat Organisasi
BAB XV
PERMUSYAWARATAN DAN RAPAT – RAPAT
Pasal 31
Sidang Umum Majelis Pemusyawaratan Organisasi (MPO)
19
saran dari 2/3 (dua per tiga) peserta rapat melalui suara terbanyak
dengan memperhatikan substansi yang akan diputuskan.
5. Anggota Majelis Permusyawaratan Organisasi (MPO) mempunyai hak
diwakili dalam rapat hanya oleh anggota MPO lainnya yang diberi kuasa,
dengan surat kuasa yang legal dan berkekuatan hokum.
6. Setiap anggota MPO dalam rapat berhak mengeluarkan pendapat dengan
ketentuan 1 (satu) suara ditambah untuk setiap anggota MPO yang
diwakilinya
7. Menyempurnakan, mengubah, mengesahkan dan menetapkan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga FBN atas dasar usulan dari hasil
Munas.
8. Memilih dan menetapkan Ketua Umum FBN Pusat.
9. Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Organisasi Tingkat Wilayah dan
Daerah diatur dalam Anggaran Rumah Tangga FBN.
Pasal 32
Sidang Istimewa Majelis Permusyawaratan Organisasi (MPO).
20
8. Pengambilan keputusan sama dengan pasal 31 ayat (4), (5) dan (6)
Anggaran Dasar FBN.
9. Ketentuan selanjutnya mengenai Sidang Istimewa MPO diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.
10. Sidang Istimewa Majelis Permusyawaratan Organisasi FBN tingkat
Wilayah dan Daerah diatur dalam Anggaran Rumah Tangga FBN.
Pasal 33
Musyawarah Tingkat Nasional
Pasal 34
Musyawarah Tingkat Wilayah
Pasal 35
Musyawarah Tingkat Daerah
21
Pasal 36
Musyawarah Tingkat Kecamatan
Pasal 37
WEWENANG MUSYAWARAH NASIONAL
RAPAT HARIAN
Pasal 38
22
Kabupaten/Kota,Wakil Bendahara Daerah Kabupaten/kota, Kepala-
Kepala Bagian dan Pimpinan-Pimpinan Badan Otonom “FBN” tingkat
Daerah Kabupaten/ Kota.
4. Rapat Harian tingkat Kecamatan dihadiri oleh Ketua, Sekretaris
Bendahara dan Kepala Seksi tingkat Rayon. Rapat Harian diselenggarakan
sewaktu-waktu dengan orientasi guna melakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan program-program organisasi “FBN”.
5. Rapat Harian diselenggarakan sewaktu-waktu dengan orientasi guna
melakukan evaluasi terhadap kinerja para pengurus organisasi “FBN”.
6. Apabila dibutuhkan Rapat Harian dapat dihadiri perwakilan dari Dewan
Pembina, Dewan Pakar, Dewan Penasehat dan Majelis Permusyawaratan
Organisasi (MPO) untuk diminta saran dan masukan terkait program-
program organisasi maupun kinerja para pengurus.
BAB XVI
KEUANGAN DAN KEKAYAAN ORGANISASI
Pasal 39
BAB XVII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 40
23
BAB XVIII
PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 41
BAB XIX
PENUTUP
Pasal 42
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga yang sifatnya tidak bertentangan dengan bunyi
dan jiwa Anggaran Dasar.
Pasal 43
24