Anda di halaman 1dari 41

BAB 2

TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Penyakit Anemia

1. Pengertian

Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah

(eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak

mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh

jaringan (Tarwoto dan Wartonah, 2008).

Anemia adalah kondisi di mana jumblah sel darah merah atau

hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di

bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin ysng berperan

dalam mengangkut oksigen dari paru-paru dan menghantarkan ke seluruh

bagian tubuh (Hasdianah & Suprapto, 2016).

Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah

massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya

untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer

(penurunan oxygen carrying capacity). Secara praktis Anemia ditunjukkan

oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit (red

cell count) (Bakta, 2009).

Menurut Corwin (2009), Anemia adalah penurunan kuantitas sel sel

darah merah dalam sirkulasi, abnormalitas kandungan hemoglobin sel

darah merah atau keduanya.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Anemia

adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin

7
8

(protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah

normal.

2. Anatomi dan Fisiologi Darah

a. Anatomi Darah

Gambar 2.1 Anatomi Darah Manusia ( Simbernagl, 2007 )

Darah terdiri dari dua komponen yaitu plasma darah dan

sel-sel darah. Bahan interseluler adalah cairan yang disebut plasma

dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah. Volume

darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu perdua belas berat

badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55% adalah cairan, sedangkan

45% sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai

hematokrit atau volume sel darah yang didapatkan berkisar antara 40

sampai 47. Fungsi utama darah adalah mengangkut oksigen yang

diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai

jaringan tubuh dengan nutrisi mengangkut zat-zat sisa metabolisme


9

dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang

bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Darah juga

mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan

kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang

sebagai air seni. Pada waktu sehat volume darah konstan dan sampai

batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan

dalam jaringan (Evelyn, 2009).

Susunan darah Serum darah atau plasma terdiri atas

Tabel 2.1 Komposisi Darah


Air 91,0%
Protein 8,0% Albumin, globulin, protromblin, dan
fibrinogen
Mineral 0,9% Natrium klorida, natrium bikarbonat,
garam kalsium, fosfor, magnesium, besi.

Sisanya diisi sejumlah bahan organik yaitu glukosa, lemak,

urea, asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam amino. Plasma juga

berisi gas (oksigen dan karbon dioksida, hormon-hormon, enzim, dan

anti gen). Sel darah terdiri dari eritrosit atau sel darah merah, leukosit

atau sel darah putih, dan trombosit atau butiran pembeku (Evelyn,

2009).

1) Sel darah merah

Sel darah merah atau eritrosit adalah merupakan cairan

bikonkaf yang berarti bagian tengahnya lebih tipis dari pada

bagian tepinya. Jumlah sel darah merah berkisar antara 4,5 - 6 juta

per mm3 darah (millimeter kubik sekitar satu tetesan yang sangat

kecil). Hitungan sel darah merah pada laki-laki sering kali berada

di ujung atas kisaran ini, sedangkan pada wanita sering kali


10

berada di ujung bawah kisaran. Cara lain untuk menentukan

jumlah sel darah merah adalah dengan hematokrit. Pengujian ini

dilakukan dengan cara memasukkan darah ke dalam tabung

kapiler kemudian mensenterifungsikannya sehingga sel darah

terkumpul pada satu ujung. Setelah itu persentase sel darah dan

plasma dapat di temukan. Karena sel darah merah adalah sel

darah yang paling banyak total sel darah pada hematokrit normal

sekitar 38%-48%. Hitung sel darah merah dan hematokrit adalah

bagian pemeriksaan darah lengkap. Sel darah merah mengandung

protein hemoglobin (Hb), yang memberi kemampuan kepada sel

darah merah untuk mengangkut oksigen. Setiap sel darah merah

mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, yang masing-

masing mengikat oksigen dan membentuk oksihemoglobin. Pada

kapiler sistemik, hemoglobin akan memberikan sebagian besar

oksigennya dan hemoglobin menjadi berkurang. penentuan kadar

hemoglobin juga termasuk bagian pemeriksaan hitung darah

total, kisaran normalnya sekitar 12-18 gram per 100 ml darah.

Sangat diperlukan pada pembentukan hemoglobin adalah mineral

besi, terdapat empat atom besi pada setiap molekul hemoglobin.

sebenarnya atom besilah yang mengikat oksigen dan membuat sel

darah merah berwarna merah (Valerie C. Scanlon, 2006).


11

Nilai Normal Sel darah merah

Tabel 2.2 Nilai normal sel darah merah (Wong 2000)

Usia
Jenis sel darah
Bayi baru lahir 1 tahun 5 tahun 8-12 tahun

Eritrosit 5,9 (4,1-7,5) 4,6 (4,1-5,1) 4,7 (4,2-5,2) 5 (4,5-5,4)


(juta/mikrolt)

19 (14-24) 12 (11-15) 13,5 (12,5-15) 14 (13-15,5)


Hb (gr/dl)

Leukosit (per mikro 17.000 (8-38) 10.000 (515) 800 (5-13) 800 (5-12)
lt)

Trombosit (per 200.000 260.000 260.000 260.000


mikro)

54 36 38 40
Hematokrit (%)

2) Sel Darah Putih

Sel darah putih berjumlah sekitar 5000 sampai 10000 butir

untuk setiap mikroliter darah manusia. Sel darah putih (leukosit)

berumur sekitar 12 hari. Leukosit keluar dari pembuluh kapiler

apabila ditemukan anti gen. Proses keluarnya leukosit disebut

dengan diapedesis. Leukosit yang berperan melawan penyakit

yang masuk dalam tubuh disebut antibodi (Evelyn, 2009).

Sel darah putih terdapat didalam darah manusia yang jauh

lebih besar dari pada sel darah merah. Sel darah putih memiliki

inti (nukleus). Sebagian besar sel darah putih bisa bergerak

didalam aliran darah, membuatnya dapat melaksanakan tugas

sebagai sistem ketahanan tubuh. Sel darah putih adalah bagian

dari sistem ketahanan tubuh yang terpenting. Leukosit dibagi


12

dalam dua kelompok yaitu granulosit dan agranulosit. Granulosit

jika plasmanya berglanuler dan aglanurosit jika plasmanya tidak

berglanuler. Leukosit granurosit dikelompokan menjadi 3 jenis

yaitu neutrofil, basofil, eusinofil. Leukosit agranulosit

dikelompokan menjadi 2 yaitu monosit dan limfosit.

a) Neutrofil

Neutrofil berjumlah (± 60%) dalam sel darah putih.

Neutrofil memiliki nukleus yang terdiri dari 2 sampai 5 lobus

(ruang). Sel-sel ini berukuran sekitar 8 milimikro dalam

keadaan segar. Neutrofil bersifat fagosit dengan cara masuk

ke jaringan yang terinfeksi. Mula-mula sel-sel neutrofil

melekat pada reseptor yang terdapat pada partikel, kemudian

membuat ruang tertutup yang berisi partikel-partikel yang

berisi fagositosis. Sebuah sel neutrofil dapat menfagositosis 5

sampai 20 bakteri sebelum sel neutrofil menjadi inaktif dan

mati.

b) Eosinofil

Eosinofil berbentuk hampir seperti bola berukuran

hampir 9 milimikro dalam keadaan segar. Memiliki nukleus

yang terdiri dari dua lobus dan bersifat fagosit dengan daya

fagositosis yang lemah. Fungsi eosinofil dapat

mendetoksifikasi toksin penyebab radang. Eosinofil

dilepaskan oleh sel basofil atau jaringan yang rusak.


13

c) Basofil

Basofil memiliki nukleus berbentuk “s” yang bersifat

fagosit. Basofil melepaskan heparin ke dalam darah. Heparin

adalah mukupolisakarida yang banyak terdapat di dalam hati

dan paru-paru. Heparin dapat mencegah pembekuan darah.

Selain itu basofil juga melepaskan histamin. Histamin adalah

suatu senyawa yang dibebaskan sebagai reaksi terhadap

antigen yang sesuai.

d) Monosit

Monosit memiliki satu nukleus besar yang berbentuk

tapal kuda atau ginjal. Berdiameter 12 sampai 20 mikrometer.

Monosit dapat berpindah dari aliran darah ke jaringan. Di

dalam jaringan, monosit membesar dan bersifat fagosit yang

bersifat makrofag. Makrofag ini bersama neutrofil merupakan

leukosit fagosit utama, paling efektif dan berumur panjang.

e) Limfosit

Limfosit berbentuk seperti bola dengan ukuran diameter

6 sampai 14 mikrometer. Dibentuk di sum-sum tulang

sedangkan pada janin dibuat di hati. Terdapat dua jenis sel

limfosit yaitu limfosit B dan limfosit T. Limfosit yang tetap

berada di sum-sum tulang berkembang menjadi limfosit B,

sedangkan limfosit yang berada di sum-sum tulang dan

pindah ke timus berkembang menjadi limfosit T. Limfosit B

berperan dalam pembentukan antibodi. Limfosit T memiliki


14

berbagai fungsi, contohnya limfosit siktoksit-T berfungsi

menghancurkan sel yang terserang virus (Diah, 2007).

3) Keping Darah

Keping-keping darah atau trombosit (0,6-1,0%). Trombosit

adalah sel kecil kira-kira sepertiga ukuran sel darah merah.

Terdapat 300.000 trombosit dalam setiap milimeter kubik darah.

Trombosit tidak memiliki inti. Dibentuk dalam sum-sum tulang

dari megakariosit. Megakariosit merupakan trombosit yang

sangat besar dalam sum-sum tulang. Masa hidupnya dalam darah

sekitar 5 sampai 9 hari. Trombosit bertanggung jawab dalam

proses pembekuan darah atau penggumpalan darah. Trombosit

pada permukaan yang luka akan pecah dan mengeluarkan enzim

trombokinase (Evelyn, 2009).

4) Serum

Serum merupakan plasma darah yang dikeluarkan atau

dipisahkan fibrinogennya dengan cara memutar darah dalam

sentrifuge. Serum tampak sangat jernih dan mengandung zat

antibodi. Antibodi ini berfungsi untuk membinasakan protein

asing yang masuk ke dalam tubuh. Protein asing yang masuk ke

dalam tubuh disebut antigen (Alfiansyah, 2011).


15

b. Fisiologi Darah

1) Sel Darah merah

a) Pembentukan sel darah merah

Sel darah merah berasal dari yang dikenal sebagai

hemositoblast. Hemositoblast yang baru secara kontinyu dari

sel induk primordial sum-sum tulang.

Hemositoblast mula-mula membentuk eritoblast basofil

yang mulai mensintesis hemoglobin. Eritoblast kemudian

menjadi polikromatofilik. Setelah ini, inti sel menyusut,

sedangkan hemoglobin dibentuk dalam jumlah yang lebih

banyak, dan sel menjadi normoblast. Setelah sitoplasma

normoblast telah terisi dengan hemoglobin, inti menjadi kecil

dan dibuang. Pada waktu yang sama, retikulum endoplasma

direabsorbsi. Sel pada stadium ini dinamakan retikulosit.

Sementara sel dalam stadium retikulosit ini, masuk ke dalam

kapiler darah dengan diapedesis (menyelip melalui pori

membrane).

Retikulum endoplasma tersisa di dalam retikulosit terus

menghasilkan hemoglobin dalam jumlah kecil selama satu

sampai dua hari, tetapi pada akhir waktu itu retikulum hilang

sama sekali. Setelah retikulum diresorpsi semuanya, kemudian

sel ini menjadi eritrosit matang.


16

b) Vitamin-vitamin yang diperlukan untuk pembentukan sel darah

merah

Faktor pematangan, vitamin B12. vitain B12 adalah zat

gizi yang penting bagi sel tubuh, pertumbuhan jaringan pada

umumnya sangat tertekan bila vitamin ini kurang. Hal ini

diakibatkan dari kenyataan vitamin B12 diperlukan untuk

sintesis DNA.

Kegagalan pematangan karena buruknya absorbsi

vitamin B12. Efek asam folat (asam pteroil glutamate ) atas

pematangan sel darah merah. Asam folat seperi vitamin B12

diperlukan untuk pembentukan DNA, tetapi dalam cara

berbeda. Ia meningkatkan pembentukan salah satu nukleotida

yang diperlukan untuk sintesis DNA. Asam folat juga

diperlukan untuk sintesis RNA.

c) Destruksi sel darah merah

Rata-rata rentang hidup sel darah merah yang

bersirkulasi adalah 120 hari. Sel darah merah tua dibuang dari

darah oleh sistem retikuloendotelial, khususnya dalam hati dan

limpa. Sel retikuloendotelial menghasilkan pigmen yang

disebut bilirubin, berasal dari hemoglobin yang dilepaskan dari

sel darah merah yang rusak. Bilirubin merupakan sampah yang

dieksresiakan dalam empedu. Besi yang dibebaskan dari

hemoghlobin selama pembentukan bilirubin diangkut ke dalam

plasma ke sumsum tulang dalam keadaan terikat pada protein


17

yang dinamakan transferin, yang kemudiian diolah lagi untuk

menghasilkan hemoglobin baru.

d) Hemoglobin

(1) Sintesis hemoglobin

Kandungan hemoglobin normal rata-rata dalam darah

adalah 16 g/dl pada pria dan 14 g/dl pada wanita dan

semuanya berada pada sel darah merah. Porsi heme dalam

molekul hemoglobin disintesis dari glisin dan suksinilKo-A.

(2) Katabolisme hemoglobin

Kalau sel darah merah tua dihancurkan di dalam

sistem makrofag jaringan, bagian globin hemoglobin yang

dipisahkan, dan hemenya dikonversi menjadi biliverdin.

Pada manusia di

konversi menjadi bilirubin dan dieksresi ke dalam empedu.

Tabel 2.3 Kadar Normal Hemoglobin dalam Darah


(Sherwood, 2008)
Kelompok Umur Hemoglobin

Anak 6 bulan s/d 6 tahun 11

6 tahun s/d 14 tahun 12

Dewasa Laki-laki 13

Wanita 12

Wanita hamil 11
18

2) Sel Darah Putih

Menurut Sherwood, 2001 fungsi sel darah putih secara

umum meliputi

a) Menahan invasi oleh pathogen (mikroorganisme penyebab

penyakit, misalnya bakteri dan virus melalui proses

fagositosis).

b) Mengidentifikasi dan menghancurkan sel-sel kanker yang

muncul di dalam tubuh.

c) Berfungsi sebagai petugas pembersih yang membersihkan

sampah tubuh dengan memfagosit debris yang berasal dari sel

yang mati atau cedera.

3) Trombosit

a) Tempat produksi trombosit

Sebagian sel induk pada sum-sum tulang merah

berdefrisiansi menjadi sel besar yang dinamakan megakariosit,

yang akan pecah menjadi bagian-bagian kecil yang memasuki

sirkulasi. Trombosit hidup sekitar 5 – 9 hari.

b) Mekanisme pembekuan darah

Tabel 2.4 Faktor-faktor pembekuan dalam darah dan


sinonimnya
(Aspiani, 2014)

Bilangan Sinonim Versi Kontemporer


Resmi
I Fibrinogen I (Fibrinogen)
II Protrombin II (Protrombin)
III Tromboplastin III (Faktor jaringan)
jaringan
IV Kalsium IV (Kalsium)
19

V Labil V (Faktor labil)


VI PF3 (Aktivitas koagulan
trombosit)
VI PF4

VII Faktor stabil VII (Faktor stabil)


VIII Faktor antihemolitik VIII AHF (Faktor
antihemolitik)
VIII vWFb (Faktor non
Wilebrand)
VIII RAg (Antigen yang
sesuai)
IX Faktor christmas IX (Faktor christmas)
X Faktor stuart-Power X (Faktor stuart-Power
XI (Anteseden) plasma XI (Anteseden plasma
tromboplastin tromboplastin)
XII Faktor Hagemen XII HF (Faktor Hagemen)
XII PK (Prekalikrein Fletcher)
XII HMWK (Kininogen berat
molekul tinggi)

XIII Faktor stabilisasi XIII (Faktor stabilisasi fibrin)


fibrin

3. Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2008) penyebab Anemia adalah :

a. Genetik

1) Hemoglobinopati

2) Thalasemia

3) Abnormal enzim glikolitik

4) Fanconi anemia

b. Nutrisi

1) Defisiensi besi, defisiensi asam folat

2) Defisiensi cobal/ vitamin B12

3) Alkoholis, kekurangan nutrisi/malnutrisi

c. Perdarahan

d. Immunologi
20

e. Infeksi

1) Hepatitis

2) Cytomegalovirus

3) Parvovirus

4) Clostridia

5) Sepsis gram negatif

6) Malaria

7) Toksoplasmosis

f. Obat-Obatan dan zat kimia

1) Agen chemoterapi

2) Anticonvulsan

3) Antimetabolis

4) Kontrasepsi

5) Zat kimia toksik

g. Trombotik trombositopenia purpura dan syndrom uremik hemolitik

h. Efek fisik

1) Trauma

2) Luka bakar

3) Gigitan ular

i. Penyakit kronis dan maligna

1) Penyakit ginjal

2) Infeksi Kronis

3) Neoplasma
21

Menurut Yulianasari (2007) secara umum, terdapat dua faktor yang

menyebabkan Anemia gizi yaitu faktor gizi dan non-gizi. Adapun faktor

non gizi adalah sebagai berikut

a. Banyak kehilangan darah.

Pendarahan mengakibatkan tubuh kehilangan banyak sel darah

merah. Pendarahan ada 2 jenis, yakni pendarahan eksternal

(pendarahan yang terjadi secara mendadak dan dalam jumlah banyak)

dan pendarahan kronis (pendarahan yang terjadi sedikit demi sedikit,

tetapi berlangsung secara terus-menerus). Contoh pendarahan adalah

investasi cacing tambang, kecelakaan, atau menstruasi. Wanita

mengalami kehilangan darah sebanyak 40-50 ml setiap bulannya akibat

menstruasi.

b. Rusaknya sel darah merah dalam pembuluh darah akibat penyakit

malaria atau thalasemia

c. Kurangnya produksi sel darah merah.

Hal ini dapat disebabkan karena makanan yang dikonsumsi

kurang mengandung zat gizi, terutama besi, asam folat, vitamin B12,

vitamin C, dan zat gizi lainnya.

4. Patofisiologi & Clinical Pathway

a. Patofisiologi

Menurut Brunner & Suddarthat (2002), Timbulnya Anemia

mencerminkan adanya kegagalan sum-sum atau kehilangan sel darah

merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum (misalnya,

berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,


22

pajanan toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab-

penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui

perdarahan atau hemolisis (destruksi). Pada kasus yang disebut

terakhir, masalahnya dapat akibat defek sel darah merah yang tidak

dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor

di luar sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi

terutama dalam sel fagositik atau dalam retikuloendotelial, terutama

dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini, bilirubin,yang

terbentuk dalam fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan

destruksi sel darah merah (hemolisis) segera di refleksikan dengan

peningkatan bilirubin plasma. (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau

kurang kadar di atas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera ).

Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,

seperti yang terjadi pada berbagai sirkulasi, seperti yang terjadi pada

berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul dalam

plasma (hemoglonemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi

kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin

bebas) untuk mengikat semuanya ( misalnya, apabila lebih dari sekitar

100 mg/dl), hemoglobin akan terdisfusi dalam gromerulus ginjal dan

ke dalam urin (hemoglobinuria). Jadi ada atau tidaknya

hemolobinemia dan hemoglobinuria dapat memberikan informasi

mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada

paasien dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk

mengetahui sifat proses hemolitik tersebut.


23

Zat besi masuk dalam tubuh melalui makanan. Pada jaringan

tubuh besi berupa senyawa fungsional seperti hemoglobin, mioglobin

dan enzim-enzim, senyawa besi transportasi yaitu dalam bentuk

transportasi dan senyawa besi cadangan seperti ferritin dan

hemosiderin. Besi ferri dari makanan akan menjadi ferro jika dalam

keadaan asam dan bersifat mereduksi sehingga mudah untuk

diabsorpsi oleh mukosa usus. Dalam tubuh besi tidak terdapat bebas

terapi berikatan dengan molekul protein membentuk ferritin,

komponen proteinnya disebut apoferritin, sedangkan dalam bentuk

transport zat besi dalam bentuk ferro berikatan dengan protein

membentuk transferin, komponen proteinnya disebut apotransferin,

dalam darah disebut serotransferin. Zat besi yang berasal dari

makanan seperti daging, hati, telor, sayuran hiaju dan buah-buahan

diabsorpsi di usus halus. Rata-rata dari makanan yang masuk

mengandung 10-15 mg zat besi, tetapi hanya 5-10 % yang dapat

diabsorpsi. Penyerapan zat besi ini dipengaruhi oleh faktor adanya

protein hewani dan vitamin C. sedangkan yang menghambat serapan

adalah kopi, teh, garam kalsium dan magnesium, karena bersifat

mengikat zat besi. Menurut asupan zat besi yang merupakan unsur

utama pembentuk hemoglobin maka kadar/produksi hemoglobin juga

akan menurun. (Tarwoto & Wartonah 2008).


24

b. Clinical Pathway

Etiologi :
 Penurunan eritropoetin
 Kehilangan darah
 Peningkatan destruksi
Penurunan sel darah merah, hemoglobin dan eritropoesis

Penurunan sel darah merah, hemoglobin dan eritropoesis

Hipoksia jaringan

Hipoksia jaringan Pucat pada Napas Sistem saraf pusat


kulit dan cepat, (pusing, pingsan ,
mukosa mulut napas letargi)
Diagnosa dalam,
keperawatan : Diagnosa dispnea Diagnosa
Kelelahan dan keperawatan : keperawatan :
intoleransi Ketidakefektifa Diagnosa Perfusi
aktivitas n perfusi keperawatan : jaringan
jaringan perifer Pola napas serebral tidak
tidak efektif efektif
Mekanisme kompensasi

Kebutuhan Ginjal : respon renin Kerdiovaskuler : denyut


oksigen untuk aldesteron, retensi jantung, dilatasi kapiler,
kerja jantung garam dan air, cairan stroke volume
ekstraseluler
Cairan
Sirkulasi ekstraseluler
hiperdinamik

Murmur jantung Gagal jantung

Gambar 2.2 Clinical Pathway Anemia (Aspiani, 2014)


25

5. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala umum Anemia disebabkan penurunan

pengaturan oksigen ke jaringan tubuh dan kerusakan metabolisme serta

peningkatan kebutuhan oksigen pada sistem tubuh. Tanda dan gejala

tersebut di antaranya lemah dan letih, sesak nafas, terutama adanya

usaha napas, pusing, takikardia dan palpitasi, Angina pektoris dan gagal

jantung kongestif, terutama pada lansia. Kulit dan membrane mukosa

pucat, terutama membran konjungtiva. Kulit pucat sangat terlihat pada

orang berkulit putih, sedangkan pada individu berkulit gelap, pucat

hanya dapat di identifikasi pada membran mukosa. Pengaruh, tanda,

dan gejala umum lainnya ditentukan oleh jenis anemia tertentu. Sebagai

contoh, kuku berbentuk sendok pada seseorang yang mengalami

Anemia defisiensi zat besi berat (Broker 2009).

Menurut Varney (2006) Tanda dan gejala Anemia sebagai

berikut :

a. Tanda yang berkaitan dengan Anemia

1) Pucat

2) Ikterus

3) Hipotensi ortostatik

4) Edema perifer

5) Membran mukosa dan bantalan kuku pucat

6) Lidah halus (papil tak menonjol), lecet

7) Takikardia

8) Takipnea, dispnea saat beraktivitas


26

b. Gejala yang berkaitan dengan Anemia

1) Keletihan

2) mengantuk

3) Lemah

4) Pusing

5) Sakit kepala

6) Malaise

7) Pica

8) Nafsu makan kurang

9) Perubahan dalam kesukaan makanan

10) Perubahan mood

11) Perubahan kebiasaan tidur

6. Klasifikasi

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2008) klasifikasi Anemia

berdasarkan penyebabnya dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori

yaitu

a. Anemia karena hilangnya sel darah merah, terjadi akibat perdarahan

karena berbagai sebab seperti perlukaan, perdarahan

gastrointestinal, perdarahan uterus, perdarahan hidung, perdarahan

akibat operasi.

b. Anemia karena menurunnya produksi sel darah merah, dapat

disebabkan karena kekurangan unsur penyusun sel darah merah (zat

besi, vitamin B12, dan asam folat), gangguan fungsi sum-sum

tulang (adanya tumor, pengobatan, toksin), tidak adekuatnya


27

stimulasi karena berkurangnya eritopoitin (pada penyakit ginjal

kronik).

1) Anemia difisiensi besi

Merupakan gejala kronis dengan keadaan hiprokromik

(konsentrasi hemoglobin kurang), mikrositik yang disebabkan

oleh suplai besi kurang dalam tubuh.

2) Anemia defisiensi vitamin B12 (penricious anemia)

Merupakan gangguan autonium karena tidak adanya

intrinsik faktor (IF) yang diproduksi di sel parietal lambung,

sehingga terjadi gangguan absorbsi vit B12.

3) Anemia difisiensi asam folat

Kebutuhan folat sangat kecil, biasanya terjadi pada orang

yang kurang makan sayuran dan buah-buahan, gannguan pada

pencernaan, alkoholik dapat meningkatkan kebutuhan folat,

wanita hamil, massa pertumbuhan dan dapat mengakibatkan

sindrom malabsorbsi.

4) Anemia aplastik

Terjadi karena ketidak sanggupan sum-sum tulang

membentuk sel darah.

c. Anemia karena meningkatnya destruksi/kerusakan sel darah merah,

dapat terjadi karena overaktifnya Reticulloendothelial system (RES).

1) Anemia hemolitik

Terjadi akibat peningkatan hemolisis dari eritrosit,

sehingga usia sel darah merah lebih pendek.


28

2) Anemia sel sabit

Merupakan Anemia hemolitika berat ditandai SDM kecil

sabit, dan pembesaran limfa akibat kerusakan molekul Hb.

7. Pemeriksaan Diagnostik Anemia

Menurut Tarwoto (2008), pemeriksaan laboratorium pada klien

dengan Anemia adalah sebagai berikut

a. Hitung sel darah yaitu jumlah sebenarnya dari unsur darah (sel

darah merah, sel darah putih dan tronbosit) dalam volume darah

tertentu, dinyatakan sebagai jumlah sel per millimeter kubik (mm3).

b. Hitung jenis sel darah yaitu menentukan karakteristik morfologi

darah maupun jumlah sel darah.

c. Pengukuran hematokrit (Hct) atau volume sel padat, menunjukkan

volume darah lengkap (sel darah merah). Pengukuran ini

menunjukkan presentasi sel darah merah dalam darah, dinyatakan

dalam mm3 / 100ml.

d. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) atau konsentrasi

hemoglobin rata – rata adalah mengukur banyaknya hemoglobin

yang terdapat dalam satu sel darah merah. MCH ditentukan dengan

membagi jumlah hemoglobin dalam 100 ml darah dengan jumlah

sel darah per millimeter kubik darah. Nilai normalnya kira-kira 27-

31 pikogram / sel darah merah.


29

e. Mean Corpuscular volume (MCV) atau volume eritrosit rata-rata

merupakan pengukuran besarnya sel yang dinyatakan dalam


3
micrometer kubik, dengan batas normal 81-96 um apabila

ukurannya kurang dari 81 mm maka menunjukkan sel-el mikrositik,

apabila lebih besar dari 96 menunjukkan sel-sel makrositik.

f. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) atau

konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata, mengukur banyaknya

hemoglobin dalam 100 ml sel darah merah padat. Normalnya 30-36

g / ml darah Hitung leukosit adalah jumlah leukosit dalam 1 mm3

darah.

g. Hitung trombosit adalah jumlah trombosit dalam 1 mm3 darah.

h. Pemeriksaan pada sumsum tulang yaitu dengan melakukan aspirasi

dan biopsy pada sum-sum tulang, biasanya pada sternum, prosesus

spinosus vertebra, Krista iliaka anterior atau posterior. Pemeriksaan

sumsum dilakukan jika tidak cukup data-data yang diperoleh untuk

mendiagnosa penyakit pada sistem hemotologik.

Pemeriksaan biokimiawi, pemeriksaan untuk mengukur kadar

unsure-unsur yang perlu bagi perkembangan sel-sel darah merah seperti

kadar besi ( Fe ) serum, vitamin B12 dan asam folat.

8. Penatalaksanaan Anemia

Menurut Tarwoto (2008), penatalaksanaan pada setiap kasus

Anemia perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut ini

a. Pemberian diet tinggi zat besi.

b. Atasi penyebab seperti cacingan, pendarahan.


30

c. Pemberian preparat zat besi seperti sulfas ferosus ( dosis 3 x 200 mg

), ferro glukonat 3 x 200 mg / hari.

d. Iron dextran mengadung fe 50 mg / ml dengan IM, kemudian 100-

250 mg tiap 1-2 hari sampai dosis total sesuai perhitungan.

e. Pemberian vitamin C ( dosis 3 x 100 mg / hr ).

f. Transfusi darah jika diperlukan.

Menurut Smeltzer & Bare (2006) Tindakan umum dari

penatalaksanaan Anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan

mengganti darah yang hilang.

1) Transpalasi sel darah merah.

2) Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.

3) Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah

merah.

4) Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang

membutuhkan oksigen

5) Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.

6) Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

9. Pencegahan

Menurut Tarwoto dkk (2010), upaya-upaya untuk mencegah

Anemia antara lain

a. Makan makananan yang mengandung zat besi dari bahan hewani

(daging, ayam, hati dan telur) dan dari bahan nabati (sayuran

berwarna hijau tua, kacang-kacangan dan tempe).


31

b. Banyak makan makanan sumber vitamin C yang bermanfaat untuk

meningkatkan penyerapan zat besi, misalnya jambu, jeruk, tomat,

dan nanas.

c. Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat

mengalami haid.

d. Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera

konsultasikan ke dokter untuk dicari penyebabnya dan diberikan

pengobatan.

10. Komplikasi

Menurut Reksodiputro (2004) yang dikutip oleh Tarwoto dkk

(2010), komplikasi dari Anemia yaitu Gagal jantung Kongestif,

Parestesia konfusi kanker, Penyakit ginjal, gondok, gangguan

pembentukan heme, penyakit infeksi kuman, Thalasemia, Kelainan

jantung, rhematoid, meningitis, gangguan sistem imun.


32

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Diagnosa Medis

Anemia

Asuhan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan pada praktik

keperawatan yang langsung diberikan pada pasien dengan berbagai tatanan

pelayanan kesehatan pada standar keperawatan dalam lingkup/wewenang

serta tanggung jawab keperawatan (Nursalam, 2006). Asuhan Keperawatan

pada kasus Anemia diberikan sesuai tahap-tahap dalam proses keperawatan

sebagai berikut.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses

keperawatan secara keseluruhan, pada tahap ini data/informasi pasien

yang dibutuhkan, dikumpulkan untuk menentukan masalah

kesehatan/keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data,

validasi data dan pengelompokan data (Hidayat, 2008).

Pengkajian pada klien dengan diagnosa medis Anemia menurut

Doengoes (2000), adalah

a. Pengumpulan data

1) Identitas

a) Identitas Klien

Meliputi nama, umur, alamat, jenis kelamin, status

perkawinan, suku/bangsa, agama,pendidikan,pekerjaan

b) Identitas penanggung jawab


33

Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan klien,

pekerjaan.

2) Status kesehatan saat ini

a) Keluhan utama

Kelemahan, kelelahan, malaise umum merupakan gejala

umum yang dilakukan oleh pasien Anemia. Adapun nyeri,

pembengkakan, demam merupakan gejala yang paling di

rasakan oleh pasien Anemia sel sabit.

b) Riwayat kesehatan saat ini

Meliputi setiap informasi mengenai setiap pengobatan

yang mungkin menekan aktifitas sum-sum tulang atau

mempengaruhi metabolisme Folat. Riwayat akurat mengenai

asupan alkohol. Pasien juga di tanya mengenai setiap adanya

kehilangan darah, seperti adanya darah dalam tinja atau

menstruasi yang berlebihan pada wanita.

3) Riwayat kesehatan terdahulu

Pada riwayat penyakit dahulu perlu dinyatakan apakah pernah

menderita penyakit yang sama.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Anemia disebabkan juga oleh faktor keturunan seperti

Anemia sel sabit. Untuk individu yang di lahirkan dengan

penyakit sel sabit salah satu dari berikut ini harus ada
34

a) Kedua orang tua harus mempunyai sifat sel sabit.

b) Kedua orang tua harus mempunyai penyakit sel sabit.

c) Salah satu orang tua harus mempunyai sel sabit dan salah satu

orang tua harus mengalami penyakit sel sabit

5) Riwayat Lingkungan

Meliputi kebersihan tempat tinggal, bahaya kecelakaan,

polusi pentilasi dan pencahayaan.

6) Pola aktivitas latihan

Gejala keletihan, kelemahan, kehilangan produktivitas,

penurunan semangat untuk beraktivitas.Tanda takikardi, dispnea

pada waktu bekerja atau istirahat.

7) Pola nutrisi metabolik

Gejala penurunan masukan diet, masukan diet protein

hewani rendah / masukan produksi sereal tingi. Nyeri mulut arau

lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring) mual atau muntah

adanya penurunan berat badan

Tanda lidah tampak merah, membran mukosa kering,

pucat.Turgor kulit buruk, tampak kisut / hilang elastisitas

8) Pola Eliminasi

Gejala riwayat gagal ginjal, feses dengan darah segar, melena,

diare atau kontipasi, penurunan saluran urine.


35

9) Pola tidur istirahat

Penurunan semangat untuk bekerja kebutuhan untuk tidur dan

istirahat lebih banyak

10) Pola kebersihan diri

Klien dengan anemia, kebutuhan personal hygiene dipenuhi

atau dibantu oleh orang lain.

11) Pola toleransi koping stress

Pengambilan keputusan sendiri atau dibantu orang lain.

12) Pola peran hubungan

Peran dalam keluarga, sistem pendukung seperti suami

/istri/anak/tetangga/teman/saudara.

13) Pola komunikasi

Bicara normal, tidak jelas, bicara berputar-putar, mampu

mengerti pembicaraan orang lain

14) Pola seksualitas

Gejala perubahan aliran menstruasi misalnya menoragia

atau amnenore, hilang libido (pria dan wanita).

Tanda serviks dan dinding vagina pucat.

15) Pola nilai dan kepercayaan

Gejala keyakinan agama/budaya mempengaruhi pengobatan.

16) Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum
36

1) Kesadaran

Kesadaran umum pasien biasanya lemah, pucat, keletihan

2) Tanda-tanda vital

Tanda-tanda vital mengalami perubahan seperti takikardia,

takipnea, hipotensi postural.

b. Kepala dan leher

1) Kepala (Pusing dan wajah pucat)

2) Mata (Penglihatan kabur, sklera ikterus)

3) Hidung (Pernafasan cuping hidung)

4) Mulut (Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis)

5) Telinga (Tinitus)

c. Kulit dan kuku

Biasanya pucat, bersisik, turgor kulit buruk, sianosis.

b. pengelompokan Data

Setelah mengumpulkan dan memvalidasi data subyektif dan

obyektif serta menginterpretasikan data, perawat mengorganisasi

informasi menjadi kelompok yang bermakna. Hal ini bergantung

pada pengenalan isyarat yang signifikan. Ada masanya dimana data

pengkajian menunjukkan secara jelas pada diagnosa keperawatan

tertentu.

Selama pengelompokan data, perawat mengorganisasikan

data dan memfokuskan Pada fungsi klien yang membutuhkan

dukungan dan bantuan untuk pemulihan. Langkah selanjutnya

adalah untuk membentuk diagnosa keperawatan dari data yang


37

telah di kelompokan untuk mengembangkan intervensi

keperawatan spesifik untuk keperawatan klien.

1) Data subyektif

Data yang didapatkan sebagai suatu pendapat terhadap suatu

situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa di tentukan

oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide klien tentang

status kesehatannya. Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah,

ketakutan, kecemasan , prustasi, mual, perasaan malu.

2) Data obyektif

Data yang dapat di observasi dan di ukur, dapat di peroleh

dengan menggunakan panca indra (lihat, dengar, cium, raba)

selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekwensi nadi, perapasan,

tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien

yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan

(Wilkinson, 2006).

Ada beberapa langkah dalam menentukan diagnosa keperawatan

a. Klasifikasi dan analisa data

Pengelompokan data adalah mengelompokkan data-data klien

atau keadaan tertentu di mana klien mengalami permasalahan

kesehatan atau keperawatan berdasarkan klasifikasi diagnosa

keperawatan dan kriteria permasalahannya.

b. Validasi data
38

Pada tahap ini perawat memvalidasi data yang ada secara akurat

yang dilakukan bersama klien/keluarga dan atau masyarakat. Validasi

tersebut dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan dan pernyataan

yang reflektif kepada klien atau keluarga tentang kejelasan

interprestasi data.

c. perumusan diagnosa keperawatan

setelah perawat mengelompokan , mengidentifikasi , dan

menvalidasi data-data yang signifikan, maka tugas perawat pada tahap

ini adalah merumuskan suatu diagnosa keperawatan. Diagnosa

keperawatan dapat bersifat aktual, resiko, kemungkinan.

Menurut Aspiani (2014) diagnosa keperawatan yang mungkin

muncul pada pasien dengan diagnosa medis Anemia adalah

1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan

suplai O2 dan kebutuhan sekunder terhadap penurunan

hemoglobin.

2) Perpusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan

perubahan ikatan O2 dengan Hb

3) Resiko infeksi berhubungan imunitas tubuh menurun

4) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan asupan tidak adekuat.

3. Rencana Keperawatan

Perencanaan adalah suatu metode tentang asuhan keperawatan

dalam menyelesaikan masalah, tujuan dan intervensi (Nursalam, 2008).


39

Perencanaan adalah suatu petunjuk tertulis yang menggambarkan

secara tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien

sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosis keperawatan

(Asmadi, 2008).

Perencanaan keperawatan meliputi penyusunan pedoman rencana

tindakan keperawatan. Tujuan perencanaan adalah memenuhi kebutuhan

klien sesuiai dengan masalah yang telah ditentukan berdasarkan data

yang telah dikaji.

Untuk mengevaluasi rencana tindakan keperawatan, maka ada

beberapa komponen yang perlu diperhatikan menurut Nursalam (2008)

a. Menentukan prioritas

Berbagai cara dalam memprioritaskan masalah diantaranya

1) Berdasarkan hierarki Maslow yaitu fisiologis, keamanan/

keselamatan, mencintai dan memiliki, harga diri, dan aktualisasi

diri.

2) Berdasarkan Griffth-Kenney Christensen dengan urutan

a) Ancaman kehidupan dan keselamatan

b) Sumber dana dan daya yang tersedia

c) Peran serta pasien prinsip ilmiah dan praktek keperawatan.

b. Menentukan kriteria hasil

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kriteria hasil

yaitu SMART

S (Spesific) Tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda


40

M (Measurable) Tujuan keperawatan harus dapat diukur,khusunya

tentang perilaku klien, dapat dilihat didengar,

diraba, dan dirasakan.

A (Achievable) Tujuan harus dapat dicapai

R (Reasonable) Tujuan harus dipertanggung jawabkan secara ilmiah

T (Times) Tujuan keperawatan harus ada batasan waktu yang

ditentukan.

c. Menentukan rencana tindakan

Tujuan perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan

dan mencegah masalah keperawatan pasien. Tahapan perencanaan

keperawatan adalah menentukan prioritas diagnosa keperawatan.

Penetapan sasaran dan tujuan, penetapan kriteria evaluasi dan

merumuskan intervensi keperawatan.

d. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu dokumen yang berisi data lengkap,

nyata dan tercatat bukan hanya tentang tingkat kesakitan pasien tetapi

juga jenis dan kwalitas pelayanan kesehatan yang diberikan.

Tujuan utama Dokumentasi antara lain

1) Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat

kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan, tindakan

keperawatan dan mengevaluasi.

2) Dokumentasi untuk penilitian, keuangan, hukum, dan etika.


41

Tabel 2.5 Rencana Keperawatan Pada Pasien dengan Anemia (Aspiani,


2014).

No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


Keperawatan
(1) (2) (3) (4)
1. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi
aktivitas asuhan keperawatan a. Tentukan keterbatasan klien
berhubungan diharapkan klien dapat terhadap aktivitas.
dengan menunjukkan toleransi b. Tentukan penyebab lain
ketidakseimbanga aktivitas, dengan kriteria : kelelahan.
n suplai O2 dan a. Klien dapat menentukan c. Dorong klien untuk
kebutuhan aktivitas yang sesuai mengungkapkan perasaan
sekunder terhadap dengan peningkatan tentang keterbatasannya.
penurunan nadi, tekanan darah dan d. Monitor asupan nutrisi
hemoglobin frekuensi napas, sebagai sumber energi yang
mempertahankan irama adekuat.
dalam batas normal. e. Monitor respon jantung-paru
b. Mempertahankan warna terhadap aktivitas
dan kehangatan kulit dan (mis.,takikardi, disritmia,
aktivitas. dispnea, diaporesis, pucat,
c. Melaporkan peningkatan tekanan hemodinamika, dan
aktivitas harian frekuensi pernapasan).
f. Batasi stimulus lingkungan
(mis., pencahayaan dan
kegaduhan).
g. Dorong untuk melakukan
periode istirahat dan aktivitas.
h. Rencanakan periode aktivitas
saat klien memiliki banyak
tenaga.
i. Hindari aktivitas selama
periode istirahat.
j. Bantu klien untuk bangun dari
tempat tidur atau duduk di
samping tempat tidur atau
berjalan.
k. Dorong klien untuk melakukan
aktivitas harian sesuai sumber
energi.
l. Ajarkan klien dan keluarga
teknik untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari yang
dapat meminimalkan
penggunaan oksigen.
m. Instruksikan klien atau
keluarga untuk mengenal tanda
dan gejala kelelahan yang
memerlukan pengurangan
aktivitas

(1) (2) (3) (4)


42

n. Instruksikan klien atau


keluarga untuk mengenal tanda
dan gejala kelelahan yang
memerlukan pengurangan
aktivitas.
o. Bantu klien atau keluarga untuk
menentukan tujuan aktivitas
realistis.
p. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
lebih di sukai.
q. Dorong klien untuk memilih
aktivitas yang sesuai dengan
daya tahan tubuh.
r. Evaluasai program peningkatan
tingkat aktivitas.

Terapi aktivitas
a. Tentukan komitmen klien untuk
peningkatkan, frekuensi atau
rentang untuk aktivitas.
b. Bantu klien untuk mengungkapkan
kebiasaan aktivitas yang paling
berarti dan aktivitas favorit di
waktu luang.
c. Bantu klien untuk memilih
aktivitas yang konsisten dengan
kemampuan fisik, psikologis, dan
sosial.
d. Bantu klien untuk memfokuskan
apa yang akan dilakukan dari pada
apa kekurangannya.
e. Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang berarti.
f. Bantu klien atau keluarga untuk
menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasi
keinginan beraktivitas.
g. Berikan penguatan positif terhadap
partisipasi klien dalam
beraktivitas.
h. Monitor respons emosi, fisik,
sosial, dan spiritual terhadap
aktivitas.
43

(1) (2) (3) (4)


2 Perfusi jaringan Setelah di lakukan . Perawatan sirkulasi: Gangguan Arteri
perifer tidak tindakan asuhan a. Lakukan perawatan sirkulasi
efektif keperawatan di harapkan perifer secara komprehensif (mis.,
berhubungan klien dapat menunjukkan periksa nadi perifer, edema,
dengan perubahan perfusi jaringan perifer pengisian kapiler, warna, dan suhu
ikatan O2 dengan adekuat dengan kriteria : ekstrimitas).
Hb a. Denyut nadi proksimal b. Kaji tingkat rasa tidak nyaman atau
dan perifer distal kuat. nyeri.
b. Tingkat sensasi c. Evaluasi adanya edema dan nadi
normal. perifer.
c. Fungsi otot utuh. d. Pantau status cairan meliputi
d. Kulit utuh, warna asupan dan haluaran.
normal. e. Pertahankan hidrasi yang adekuat
e. Suhu ekstremitas terhadap penurunan viskositas
hangat. darah.
f. Tempatkan ekstrimitas pada posisi
yang bebas sesuai kebutuhan.
g. Ubah posisi klien setiap 2 jam
sesuai kebutuhan.
h. Motivasi klien untuk melakukan
latihan sesuai toleransi.
i. Lindungi ektrimitas terhadap
adanya cedera.
j. Ajarkan klien atau keluarga untuk
menghindari suhu yang ekstrem
pada ekstrimitas.
k. Ajarkan klien atau keluarga untuk
mematuhi diet dan program
pengobatan.
l. Anjurkan klien dan keluarga untuk
melaporkan tanda dan gejala yang
mungkin membutuhkan bantuan
dari dokter.
m. Rendahkan ekstrimitas untuk
meningkatkan sirkulasi arteri yang
tepat.
Penatalaksanaan Sensasi Perifer
a. Pantau perbedaan ketajaman,
tumpul, dan panas, dingin (perifer).
b. Pantau parestesia ,seperti kebas,
kesemutan, hiperperesia, dan
hipotesia.
c. Pantau posisi tubuh saat mandi,
duduk, berbaring, atau mengubah
posisi.
d. Periksa kulit setiap hari dari adanya
peubahan integritas kulit.
e. Hindari trauma kimia, mekanik
atau panas yang melibatkan
ekstrimitas.
f. Anjurkan klien atau keluarga untuk
meghindari suhu yang ekstrem
pada ekstrimitas.
g. Hindari atau dengan saksama
pantau penggunaan alat yang panas
atau dingin, seperti bantalan panas,
44

botol berisi air panas dan kantong


es.
h. Tempatkan ayunan di atas bagian
tubuh yang terkena, untuk menjaga
kain dari tempat tidur dari area
yang terkena.
i. Diskusikan dan identifikasi
penyebab dari sensasi tidak normal
atau perubahan sensasi.

(1) (2) (3) (4)


3. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan Kontrol infeksi
berhubungan keperawatan diharapkan klien a. Bersihkan lingkungan secara
dengan imunitas dapat : tepat setelah digunakan oleh
tubuh 1. Meningkatkan klien
pertahanan tubuh, b. Ganti peralatan klien setiap
dengan kriteria : selesa tindakan
a. Status c. Batas jumlah pengunjung
gastrointestinal d. Anjurkan dan ajarkan klien
dalam rentang untuk cuci tangan dengan
normal tepat
b. Status respirasi e. Anjurkan pengunjung untuk
dalam rentang cuci tangan
normal f. Cuci tangan sebelum dan
c. Status genitourinary sesudah kontak dengan
d. dalam rentang klien.
normal g. Gunakan sarung tangan
e. Suhu tubuh dalam steril.
rentang norma. h. Lakukan perawatan aseptik
f. Integritas kulit, pada semua jalur IV.
membran mukosa i. Lakukan teknik perawatan
normal. luka yang tepat.
g. Nilai sel darah putih j. Tingkatkan asupan nutrisi
dalam batas normal. dan cairan.
h. Tidak ada infeksi k. Anjurkan istirahat.
ulang l. Ajarkan klien dan keluarga
2. Pengetahuan klien dan tentang tanda-tanda dan
keluarga tentang kontrol gejala dari infeksi.
infeksi menngkat, m. Ajarkan klien dan anggota
dengan kriteria: keluarga bagaimana
a. Menerangkan cara- mencegah nfeksi.
cara penyebaran Proteksi infeksi
b. Menerangkan faktor a. Monitor tanda dan gejala
yang berperan dalam infeksi sistemik.
penyebaran b. Monitor sel darah putih.
c. Menjelaskan tanda- c. Batasi pengunjung sesuai
tanda infeksi kebutuhan.
d. Menjelaskan d. Pertahankan teknik aseptik
aktivitas yang dapat e. Pertahankan teknik isolasi
meningkatkan sesuai kebutuhan.
resistensi terhadap f. Inspeksi kulit dan membran
infeks mukosa terhadap adanya
45

kemerahan, panas, atau


adanya pengeluaran cairan.
g. Kelola pemberian antibiotika.
h. Ajarkan klien dan keluarga
untuk melaporkan tanda dan
gejala infeksi pada petugas
kesehatan.
i. Ajarkan klien dan keluarga
bagaimana menghindar
infeksi
j. Berikan ruangan khusus
sesuai kebutuhan.

(1) (2) (3) (4)


4. Ketidakseimbang Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi
an nutrisi kurang keperawatan diharapkan klien a. Tanyakan pada pasien
dari kebutuhan dapat meningkatkan status tentang alergi makanan
berhubungan nutrisi, dengan kriteria : b. Tanyakan makanan
dengan asupan a. Asupan nutrisi adekuat kesukaan pasien
yang tidak b. Asupan makanan dan c. Kolaborasi dengan ahli gizi
adekuat cairan adekuat tentang jumlah kalori dan
c. Energi meningkat tipe nutrisi yang dibutuhkan
d. Berat badan meningkat d. Anjurkan asupan kalori yang
tepat yang sesuia dengan
gaya hidup
e. Anjurkan peningkatan
asupan zat besi yang sesuai
f. Anjurkan peningkatan
asupan protein dan vitamin
C
g. Anjurkan unutk banyak
makan dan minum
h. Pastikan diet tidak
menyebabkan konstipasi
i. Berikan pasien diet tinggi
protein, tinggi kalori

4. Tindakan keperawatan pada Anemia

Menurut Carpenito (2009) komponen implementasi dalam proses

keperawatan mencakup penerapan keterampilan yang diperlukan untuk

mengimplentasikan intervensi keperawatan. Keterempilan dan

pengetahuan yang diperlukan untuk implementasi biasanya berfokus

pada Melakukan aktivitas untuk klien atau membantu klien. Melakukan

pengkajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau


46

memantau status masalah yang telah ada Memberi pendidikan kesehatan

untuk membantu klien mendapatkan pengetahuan yang baru tentang

kesehatannya atau penatalaksanaan gangguan. Membantu klien membuat

keputusan tentang layanan kesehatannya sendiri. Berkonsultasi dan

membuat rujukan pada profesi kesehatan lainnya untuk mendapatkan

pengarahan yang tepat. Memberi tindakan yang spesifik untuk

menghilangkan, mengurangi, atau menyelesaikan masalah kesehatan.

Membantu klien melakukan aktivitasnya sendiri, membantu klien

mengidentifikasi resiko atau masalah dan menggali pilihan yang tersedia.

5. Evaluasi pada kasus anemia

Menurut Asmadi (2008), Evaluasi adalah tahap akhir dari proses

keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan

terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil

yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara

bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.

Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan criteria hasil,

klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebalinya, kajian

ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi ditunjukkan untuk Melihat

dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Menentukan

apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum. Mengkaji

penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.

Tolak ukur yang digunakan untuk menilai pencapaian tujuan

dalam tahap evaluasi ini adalah kriteria-kriteria yang telah dibuat pada

tahap perencanaan. Dengan berpatokan pada kriteria-kriteria tersebut,


47

dinilai apakah telah teratasi seluruhnya atau belum sama sekali tapi justru

timbul msalah baru,yang selanjutnya respon klien dituangkan ke dalam

catatan perkembangan klien dan diuraikan berdasarkan urutan SOAP

atau SOAPIER.

S (Subjek) Keluhan-keluhan klien (apa yang akan dikatakan

O (Objektif) Apa yang dilihat, dicium, diraba, diukur oleh perawat.

A (Assement) Kesimpulan perawat tentang kondisi klien

P (Plan of Care) Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi

diagnosa / masalah klien

Intervensi Pelaksanaan dari rencana keperawat

Evaluasi Menilai dari intervensi keperawatan

Revisi Memperbaharui Plan of Care jika masalah keperawatan

belum teratasi.

Dalam pelaksanaan evaluasi pada klien dengan Anemia

diharapkan hasil yang didapat sesuai dengan kriteria tujuan pada

setiap diagnosa.

Anda mungkin juga menyukai