Anda di halaman 1dari 13

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG

PROVINSI LAMPUNG

PERATURAN WALIKOTA BANDAR LAMPUNG


NOMOR : 48 TAHUN 2018

TENTANG

SISTEM PERHITUNGAN DAN BESARAN JASA DOKTER SPESIALIS DAN


JASA PELAYANAN MEDIS PADA RUMAH SAKIT DAERAH
dr. A. DADI TJOKRODIPO KOTA BANDAR LAMPUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG,

Menimbang : a. bahwa sebagai salah satu upaya meningkatkan


kualitas pelayanan kesehatan Rumah Sakit
Daerah kepada masyarakat dipandang perlu
mengatur Sistem Perhitungan Dan Besaran Jasa
Dokter Spesialis Dan Jasa Pelayanan Medis Pada
Rumah Sakit Daerah dr. A Dadi Tjokkrodipi Kota
Bandar Lampung;
b. bahwa untuk memenuhi maksud pada huruf a
tersebut di atas, dipandang perlu ditetapkan
dengan Peraturan Walikota;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959
tentang Penetapan Undang-Undang Darurat
Nomor 4 Tahun 1956 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 55),
Undang-Undang Darurat Nomor 5 Tahun 1956
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1956 Nomor 56) dan Undang-Undang Darurat
Nomor 6 Tahun 1956 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 57),
tentang Pembentukan Daerah Tingkat II
Termasuk Kotapraja dalam Lingkungan Daerah
Tingkat I Sumatera Selatan sebagai Undang-
Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 1821);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5072);
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3828);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negeri
Republik Indonesia Nomor 5679);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1982


tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya
Daerah Tingkat II Tanjungkarang-Telukbetung
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1982 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3213);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1983


tentang Perubahan Nama Kotamadya Daerah
Tingkat II Tanjungkarang-Telukbetung menjadi
Kotamadya Daerah Tingkat II Bandar Lampung
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1983 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3254);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010


tentang Disiplin Pegawai Negeri (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5235);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2016


tentang Tata Cara Tuntutan Ganti Kerugian
Negara/Daerah Terhadap Pegawai Negeri Bukan
Bendahara atau Pejabat Lain (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 196,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5934);

10. Peraturan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan


Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007
tentang Tata Cara Penyelesaian Ganti Kerugian
Negara Terhadap Bendahara;
11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
217/PMK.05/2015 tetang Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Nomor
13 tentang Penyajian Laporan Keuangan Badan
Layanan Umum;
12. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung
Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum
Daerah dr. A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar
Lampung (Lembaran Daerah Kota Bandar
Lampung Tahun 2011 Nomor 12);

13. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung


Nomor 07 Tahun 2016 tentang Pembentukan
dan Susunan Perangkat Daerah Kota Bandar
Lampung (Lembaran Daerah Kota Bandar
Lampung Tahun 2016 Nomor 7);

14. Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 05


Tahun 2012 tentang Tugas, Fungsi, dan Tata
Kerja Rumah Sakit Umum Daerah dr. A. Dadi
Tjokrodipo Kota Bandar Lampung (Lembaran
Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2012
Nomor 05);

15. Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 39


Tahun 2016 tentang Tugas, Fungsi, dan Tata
Kerja Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung
(Berita Daerah Kota Bandar Lampung Tahun
2016 Nomor 39);

16. Peraturan Walikota Nomor 27 Tahun 2017


tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Rumah Sakit Daerah
dr. A. Dadi Tjokrodipo pada Dinas Kesehatan
Kota Bandar Lampung sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Walikota Bandar
Lampung Nomor 4 Tahun 2018 (Berita Daerah
Kota Bandar Lampung Tahun 2018 Nomor 4);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG JASA DOKTER


SPESIALIS DAN JASA PELAYANAN MEDIS PADA
RUMAH SAKIT DAERAH dr. A. DADI TJOKRODIPO
KOTA BANDAR LAMPUNG.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Walikota ini, yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Kota Bandar Lampung.
2. Walikota adalah Walikota Bandar Lampung.
3. Rumah Sakit Daerah dr. A Dadi Tjokrodipo Kota
Bandar Lampung yang selanjutnya disebut RSD
adalah unit organisasi bersifat fungsional dan
bekerja secara profesional di bidang kesehatan di
Lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung.
4. Direktur adalah Kepala UPT Rumah Sakit Daerah
dr. A Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung.
5. Pejabat Manajemen adalah Direktur dan Pejabat
Struktural.
6. Pejabat Struktural adalah Kepala Bagian Tata
Usaha, Kepala Sub Bagian, Kepala Bidang, dan
Kepala Seksi.
7. Kelompok Penerima Manfaat Jasa Pelayanan
Medis adalah kumpulan pegawai Rumah Sakit
Daerah yang ditetapkan sebagai penerima Jasa
Pelayanan Medis.
8. Pegawai Rumah Sakit Daerah adalah seluruh
pegawai Rumah Sakit Daerah dr. A. Dadi
Tjokordipo Kota Bandar Lampung yang ditetapkan
oleh Walikota Bandar Lampung dan Direktur
kecuali dokter tamu, Satuan Pengawas Internal,
dan pegawai lainnya yang ditetapkan tidak
sebagai penerima Jasa Pelayanan Medis.
9. Dokter spesialis adalah dokter yang
mengkhususkan diri dalam suatu bidang ilmu
kedokteran tertentu dan telah menjalani
pendidikan profesi dokter pasca sarjana
(spesialisasi).
10. Pendapatan Operasional RSD adalah seluruh hak
yang akan diterima oleh RSD karena telah
memberikan pelayanan kesehatan dan pelayanan
lainnya kepada pelanggan dan pihak lain terkait
operasional Rumah Sakit Daerah.
11. Pelanggan adalah pihak yang membeli dan
menerima jasa layanan Rumah Sakit.
12. Tarif Rumah Sakit adalah tarif yang berlaku di
Rumah Sakit Daerah dr. A. Dadi Tjokordipo yang
ditetapkan berdasarkan Peraturan Walikota
Bandar Lampung.
13. Tarif INACBGs adalah tarif Indonesian-Case Base
Groups yang merupakan besaran pembayaran
klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan atas paket
layanan yang didasarkan kepada pengelompokan
diagnosis penyakit dan prosedur.
BAB II
ASAS PERHITUNGAN JASA PELAYANAN

Pasal 2

Sistem Perhitungan Jasa Pelayanan berasaskan pada:


a. Proporsionalitas yang diukur berdasarkan
kontribusi yang telah dilakukan masing-masing
pegawai dalam melaksanakan tugas;
b. Kesetaraan yang diukur berdasarkan kesetaraan
dalam pelaksanaan pelayanan, meskipun memiliki
peran yang berbeda tetapi saling menunjang untuk
mencapai keberhasilan pelayanan kesehatan; dan
c. Kepatutan yang diukur berdasarkan kelayakan
pemberian insentif berdasarkan kepatutan umum,
perbandingan dengan industri sejenis, dan
pertimbangan kemanusiaan.

BAB III
PENDAPATAN OPERASIONAL DAN
JASA DOKTER SPESIALIS

Pasal 3

(1) Pendapatan Operasional RSD diperoleh sebagai


imbalan atas pelayanan, jasa, dan pemanfaatan
fasilitas yang telah selesai diberikan kepada
pelanggan dan pihak lainnya berdasarkan
peraturan perundang-undangan.

(2) Pendapatan Operasional RSD sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pendapatan jasa layanan dari masyarakat;
b. pendapatan jasa layanan dari entitas
akuntansi/entitas pelaporan;
c. pendapatan hasil kerja sama.

(3) Klasifikasi lebih lanjut jenis pendapatan


sebagaimana dimaksud pasal ayat (2) ditetapkan
dengan Keputusan Direktur berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 4

(1) Dokter Spesialis yang memberikan pelayanan


kesehatan di fasilitas kesehatan rumah sakit
diberikan Jasa Dokter Spesialis.

(2) Jasa Dokter Spesialis sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) diberikan berdasarkan asas
kepatutan dengan besaran sebagai berikut:
a. setiap pelayanan di poliklinik sebesar
Rp40.000,00 (empat puluh ribu rupiah);
b. setiap kunjungan di ruang perawatan kelas III
sebesar Rp45.000,00 (empat puluh lima ribu
rupiah);
c. setiap kunjungan di ruang perawatan kelas II
sebesar Rp70.000,00 (tujuh puluh ribu
rupiah);
d. setiap kunjungan di ruang perawatan kelas I
sebesar Rp85.000,00 (delapan puluh lima ribu
rupiah);
e. setiap kunjungan di ruang perawatan kelas
VIP sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu
rupiah);
f. setiap kunjungan di ruang perawatan kelas
HCU/ICU sebesar Rp125.000,00 (seratus dua
puluh lima ribu rupiah);
g. setiap kegiatan konsul di Instalasi Gawat
Darurat sebesar Rp20.000,00 (dua puluh ribu
rupiah);
h. setiap kegiatan penunjang di Laboratorium
sebesar 4,75% dari tarif rumah sakit;
i. setiap kegiatan penunjang di Radiologi sebesar
14,00% dari tarif rumah sakit;
j. setiap kegiatan penunjang di Instalasi Gizi
sebesar 1,5% dari tarif rumah sakit;
k. setiap tindakan di poliklinik sebesar 18% dari
Tarif INACBGs;
l. setiap tindakan operator di kamar operasi
sebesar 18% dari Tarif INACBGs;
m. setiap tindakan dokter spesialis anastesi di
kamar operasi sebesar 35% dari Jasa
Operator;
n. setiap tindakan dokter spesialis anak di kamar
operasi sebesar 15% dari Jasa Operator; dan
o. setiap tindakan partus spontan patologis
sebesar 18% dari Tarif INACBGs.

BAB IV
PENDAPATAN PELAYANAN RUMAH SAKIT DAERAH

Pasal 5

(1) Pendapatan pelayanan RSD merupakan selisih


antara jumlah pendapatan operasional dengan
jumlah biaya jasa dokter spesialis.

(2) Pendapatan pelayanan RSD sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) sebesar 65% dialokasikan
untuk jasa sarana prasarana dan sebesar 35%
dialokasikan untuk jasa pelayanan medis.
(3) Jasa sarana prasarana sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diperlukan guna menunjang
kesinambungan operasional dan kelangsungan
hidup RSD.

(4) Jasa Pelayanan Medis sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) diberikan sebagai insentif kepada
Kelompok Penerima Manfaat guna memberikan
motivasi untuk meningkatkan pelayanan yang
optimal kepada pelanggan.

(5) Anggaran untuk pembayaran jasa dokter


spesialis, jasa sarana prasarana dan jasa
pelayanan medis tercantum dalam Dokumen
Pelaksanaan Anggaran RSD.

BAB V
ALOKASI JASA PELAYANAN MEDIS

Pasal 6

(1) Kelompok penerima manfaat sebagai penerima


jasa pelayanan medis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (4) meliputi : manajemen,
dokter umum, perawat dan bidan, penunjang
medis, serta pegawai umum dan administrasi.

(2) Besaran alokasi jasa pelayanan medis kepada


kelompok penerima manfaat berdasarkan asas
kesetaraan ditetapkan sebagai berikut:
a. Manajemen sebesar 23%;
b. Dokter Umum sebesar 15%;
c. Perawat dan Bidan sebesar 41%;
d. Penunjang Medis sebesar 12%, dan
e. Pegawai Umum dan Administrasi sebesar 9%.

Pasal 7

(1) Pembagian dan/atau alokasi jasa pelayanan


medis kepada kelompok penerima manfaat
ditetapkan berdasarkan bobot indeks dari
indikator penilaian.

(2) Bobot indeks dari indikator penilaian


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai
berikut:
a. pengalaman dan masa kerja;
b. ketrampilan, ilmu pengetahuan dan perilaku;
c. risiko kerja;
d. tingkat kegawatdaruratan;
e. jabatan yang disandang; dan
f. hasil/capaian kinerja.
(3) Rincian lebih lanjut bobot indeks dari indikator
penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diuraikan dalam Lampiran.

BAB VI
SANKSI DAN REKAPITULASI KEHADIRAN

Pasal 8

(1) Setiap pegawai yang tidak hadir melaksanakan


tugas pokok dan fungsinya dikenakan sanksi
berupa pemotongan sebesar 5% setiap hari untuk
20 hari kerja, dan 4% setiap hari untuk 25 hari
kerja dari Jasa Pelayanan Medis yang seharusnya
diterima.

(2) Sanksi terhadap ketidakhadiran pegawai yang


melaksanakan tugas dengan tiga shift dikenakan
sanksi berupa pemotongan sebesar 4,37% untuk
23 hari kerja setiap ketidakhadiran dari Jasa
Pelayanan Medis yang seharusnya diterima.

(3) Jumlah pemotongan jasa pelayanan medis


sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2)
dialokasikan kepada pegawai lain dalam kelompok
penerima manfaat berdasarkan asas
proporsionalitas.

(4) Rekapitulasi kehadiran dilakukan pada minggu


kedua dan diakumulasikan dengan minggu
berikutnya pada awal bulan berikutnya.

(5) Setiap pegawai baik secara individu maupun


bersama-sama terbukti melakukan manipulasi
data kehadiran diberikan sanksi kepegawaian
sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

(6) Ketentuan lebih lanjut terkait rekapitulasi


kehadiran dan cuti diatur dengan Keputusan
Direktur.

BAB VII
PELAKSANAAN PENGHITUNGAN DAN PEMBAYARAN

Pasal 9

(1) Penghitungan Jasa Dokter Spesialis dan Jasa


Pelayanan Medis dilakukan pada bulan
berikutnya.

(2) Pembayaran Jasa Dokter Spesialis dan Jasa


Pelayanan Medis dilakukan setelah diterima
pembayaran klaim oleh pihak BPJS Kesehatan
dan pengelola Jaminan Kesehatan Nasional Dinas
Kesehatan Kota Bandar Lampung.
(3) Besaran pembayaran Jasa Dokter Spesialis dan
Jasa Pelayanan Medis sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) berdasarkan hasil verifikasi klaim
yang telah disetujui oleh pihak BPJS Kesehatan
dan pengelola Jaminan Kesehatan Nasional Dinas
Kesehatan Kota Bandar Lampung.

(4) Penghitungan dan pembayaran jasa dokter


spesialis dan jasa pelayanan medis dari
pendapatan pasien umum diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Direktur.

Pasal 10

(1) Guna menunjang kelancaran dan keakuratan


pelaksanaan penghitungan jasa dokter spesialis
dan jasa pelayanan medis, bila dipandang perlu
Direktur dapat membentuk Satuan Tugas
Pengendali.

(2) Secara berkala sesuai kebutuhan Direktur dapat


melakukan evaluasi sistem perhitungan jasa
dokter spesialis dan jasa pelayanan medis.

BAB VIII
PENGHARGAAN

Pasal 11

(1) Sebagai bentuk penghargaan atas prestasi


pegawai yang telah bekerja selama minimal 1
(satu) tahun dapat diberikan Tunjangan Hari
Raya.

(2) Pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


tidak termasuk Pegawai Negeri Sipil yang bekerja
sebagai pejabat pengelola dan pengawai RSD.

(3) Besaran Tunjangan Hari Raya sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) setiap tahun diberikan
berdasarkan kemampuan keuangan RSD dan
ditetapkan dengan Keputusan Direktur.

BAB IX
PENYELESAIAN TUNTUTAN GANTI RUGI DAN
TUNTUTAN PERBENDAHARAAN

Pasal 12

(1) Setiap dokter spesialis dan pegawai RSD


bertanggung jawab secara pribadi apabila terjadi
Tuntutan Ganti Rugi (TGR) dan Tuntutan
Perbendaharaan (TP).
(2) Penyelesaian TGR dan TP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 13

(1) Peraturan Walikota ini dipergunakan untuk


Penghitungan Jasa Dokter Spesialis dan Jasa
Pelayanan Medis untuk pendapatan Operasional
bulan Januari 2019 dan seterusnya.

(2) Pada saat Peraturan ini mulai berlaku Peraturan


Walikota Bandar Lampung Nomor 13 Tahun 2016
tentang Sistem Perhitungan Jasa Pelayanan
Rumah Sakit Umum dr. A. Dadi Tjokrodipo Kota
Bandar Lampung (Berita Daerah Kota Bandar
Lampung Tahun 2016 Nomor 13) dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 14

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Walikota ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kota Bandar
Lampung.

Ditetapkan di Bandar Lampung


pada tanggal 2 November 2018
WALIKOTA BANDAR LAMPUNG,

Cap/Dto

HERMAN HN

Diundangkan di Bandar Lampung


pada tanggal 5 November 2018
SEKRETARIS DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG,

Cap/Dto

BADRI TAMAM

BERITA DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2018 NOMOR 48


LAMPIRAN : PERATURAN WALIKOTA BANDAR LAMPUNG
NOMOR : 48 TAHUN 2018
TANGAL : 2 NOVEMBER 2018

SISTEM PERHITUNGAN DAN BESARAN JASA DOKTER SPESIALIS


DAN JASA PELAYANAN MEDIS PADA RUMAH SAKIT DAERAH dr. A.
DADI TJOKRODIPO KOTA BANDAR LAMPUNG

I. INDEKS DAN INDIKATOR PENILAIAN

Masing-masing bagian mempunyai pengelompokkan/daftar dari jenis


pekerjaan sesuai dengan grade.
a. Indeks pengalaman dan masa kerja merupakan indeks dasar untuk
penghargaan seluruh pegawai dengan standar yang diadopsi dari
gaji pokok pegawai yang bersangkutan dengan ketentuan setiap
Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) gaji pokok sama dengan 1
(satu) nilai indeks, demikian juga pegawai kontrak.

b. Indeks ketrampilan, ilmu pengetahuan dan prilaku adalah untuk


memberikan penghargaan nilai kualifikasi/capacity berdasarkan
pendidikan pegawai atau keterampilan yang bersertifikat dengan
ketentuan, sebagai berikut:

PENDIDIKAN INDEKS

SD 1
SMP 2
SMA/SMU 3
DI 4
D III 5
S1/D IV 6
Apoteker/Ners 7
Dokter umum/Dokter Gigi 8
S2 9
Dokter spesialis/S3 10

Dengan ketentuan sebagai berikut:


1. Tingkat pendidikan atau ketrampilan yang tidak sesuai dengan
posisi kerja pegawai tidak diakui dalam sistem ini.
2. Kursus/pelatihan bersertifikat minimal dua hari sesuai dengan
posisi kerja pegawai, diberi penghargaan dengan tambahan nilai
0,2 dan hanya berlaku maksimal 5 (lima) tahun, dengan nilai
maksimal satu.

c. Indeks risiko Kerja adalah nilai untuk resiko yang diterima pegawai
akibat pekerjaannya. Nilai rIsiko terbagi menjadi 5 grade yaitu:
1. Risiko grade I dengan nilai indeks 1 adalah kemungkinan terjadi
risiko kerja yang bersifat fisik walaupun pegawai yang
bersangkutan bekerja sesuai Standar Prosedur Operasional
(SPO); yaitu pegawai yang bekerja di perkantoran;
2. Risiko grade II dengan nilai indeks 2 adalah kemungkinan terjadi
risiko kerja yang bersifat kimiawi walaupun pegawai yang
bersangkutan bekerja sesuai Standar Prosedur Operasional
(SPO), terdiri dari rawat jalan, gizi, IPSRS, rehabilitasi medik,
diagnostik, cssd, ambulance, hemodialisa dan Farmasi;

3. Risiko grade III dengan nilai indeks 4 adalah kemungkinan


terjadi risiko kerja yang bersifat kontaminasi walaupun pegawai
yang bersangkutan bekerja sesuai Standar Prosedur Operasional
(SPO), terdiri dari rawat inap;

4. Risiko grade IV dengan nilai indeks 6 kemungkinan terjadi risiko


kerja yang bersifat infeksius dan radiasi walaupun pegawai yang
bersangkutan bekerja sesuai protap, terdiri dari isolasi, IGD,
ICU HCU ICCU NICU PICU, poli paru, loundry, forensik, radiologi,
laboratorium IPAL;

5. Risiko grade V dengan nilai indeks 12 kemungkinan terjadi risiko


kerja yang bersifat sangat infeksius dan radiasi walaupun
pegawai yang bersangkutan bekerja sesuai protap, terdiri dari
bedah sentral dan dokter jaga IGD;

6. Terjadi risiko kerja dengan nilai indeks 24 karena bersifat


khusus yaitu direktur.

d. Indeks tingkat kegawat daruratan adalah nilai untuk tenaga atau


pegawai yang bekerja pada daerah emergency yang setiap saat
harus siap melaksanakan tugas tanpa mengenal batas waktu.
Tingkatan emergency sangat tergantung kepada jenis pekerjaan
yang dilaksanakan oleh pegawai yang bersangkutan.

No Tingkat Emergency Indeks


1 Tingkat Emergency Rendah 1
Pegawai yang bekerja di perkantoran

2 Tingkat Emergency Sedang 2


Pegawai diluar perkantoran yang bekerja tidak
dengan 3 Shift.
a) Rawat Jalan
b) Rawat Inap
c) IGD
d) ICU
e) Gizi
f) Sanitasi Laundry,
g) CSSD,
h) Rehabilitasi medik
i) Farmasi
j) Radiologi
k) Laboratorium
l) IPSRS,
m) Security
n) dan instalasi/bagian lainnya
No Tingkat Emergency Indeks
3 Tingkat Emergency Tinggi 4
Pegawai diluar perkantoran yang bekerja
dengan 3 shift
a) Rawat Inap
b) Farmasi
c) Radiologi
d) Laboratorium
e) Isolasi
f) Ambulance
g) Instalasi/bagian lainnya.

4 Tingkat Emergency Sangat Tinggi 6


a) HCU, ICU, ICCU, NICU, PICU,
b) IGD

5 Tingkat Emergensi Amat Sangat Tinggi 12


a) Bedah Sentral
b) Dokter jaga IGD

6 Tingkat Emergensi khusus 24


Direktur

e. Indeks Jabatan yang disandang adalah untuk menilai beban


jabatan yang disandang pegawai yang bersangkutan, dengan
ketentuan kelompok jabatan sebagai berikut:

No Kelompok Jabatan Indeks


1 Staf/pejabat fungsional 1
2 Kepala Sub Bagian/Kepala Seksi 2
3 kepala Bidang, Kepala Bagian 12
4 Direktur 48

f. Indeks hasil/capaian kinerja adalah untuk mengukur hasil/


pencapaian kerja dari pegawai. Pengukuran hasil/capaian kinerja
ditentukan dengan kehadiran pegawai yang dibuktikan melalui
hasil presensi dari mesin finger print sesuai dengan jam kerja dan
dikonfirmasi ke atasan langsung secara bertanggung jawab.

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG,

Cap/Dto

HERMAN HN

Anda mungkin juga menyukai