Anda di halaman 1dari 109

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Persepsi Kredibilitas Jokowi Dalam Tayangan Debat


Pilpres 2019

Subjudul : Analisis Deskriptif tentang Persepsi Kredibilitas Jokowi


Dalam Tayangan Debat Pilpres 2019 menurut Mahasiswa
FIKOM 2019
Nama Mahasiswa : Mohammad Fauzan Ari Bagus
NPM : 10080015225
Bidang Kajian : Manajemen Komunikasi
Tanggal Lulus :

Menyetujui:
Pembimbing,

Dr. Zulfebriges, Drs., M.Si.

Menyetujui:
Ketua Bidang Kajian Manajemen Komunikasi,

Dr. Zulfebriges, Drs., M.Si.


PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Demi Allah, dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul:

Persepsi Kredibilitas Jokowi dalam Tayangan Debat Pilpres 2019 (Studi


Deskriptif Kredibilitas Jokowi dalam Tayangan Debat Pilpres 2019 Kedua)

Adalah benar hasil karya tulis saya. Apabila di kumudian hari diketahui terbukti
skripsi saya merupakan jiplakan dari karya tulisan orang lain, saya bersedia
menanggung sanki berupa pembatalan skripsi, pembatalan kelulusan sarjana, atau
pencopotan gerlar sarjana yang sudah saya peroleh.

Demikian Pernyataan ini saya kemukakan dengan penuh kesungguhan.

Yang menyatakan,

Mohammad Fauzan Ari Bagus


MOTTO

“Tidak ada iman bagi yang tidak ada amanat padanya (menjaga amanat) dan
tidak ada agama bagi yang tidak ada janjinya baginya (memenuhi janji).” (H.R.
Imam Ahmad)
LEMBAR DEDIKASI

Bismillahirahmanirrahim
Karya ini aku dedikasikan untuk dua manusia terhebat yang kumiliki,
Mamah dan Bapak, Terimakasih untuk segala cinta dan kasih sayang yang
teramat tulus. Untuk doa yang tak pernah berhenti terucap.
Untuk diri saya sendiri, yang telah selalu berjuang mengalahkan rasa malas dan
selalu percaya bahwa bisa melewati semua ujian yang datang menghampiri.
Mahakarya ini aku dedikasikan untuk kalian, dan untuk diriku yang telah
berjuang selama ini…
.
ABSTRAK
Pemilihan presiden yang sudah diselenggarakan pada tanggal 17 April 2019 yang
dimana terdapat dua pasangan calon presiden yang mengajukan diri sebagai calon
presiden yaitu Jokowi dan Prabowo. Dalam membuktikan kepemimpinan, KPU
menyediakan media yang dimana nantinya kedua paslon presiden tersebut beradu
argumentasi dalam satu tempat atau biasanya disebut debat pilpres yang tujuannya
untuk memastikan para calon pemilih agar mereka mengetahui kredibilitas kedua
pasangan calon presiden tersebut. Dilihat dari situs Youtube video debat kedua
antar capres menduduki rating pertama dibandingkan debat kelima dengan
penonton sebanyak 1,4 juta penonton melalui kanal KompasTV. Ini menjadi alasan
peneliti memilih judul penelitian ini adalah peneliti ingin mengatahui seberapa baik
kredibilitas Jokowi dalam tayangan debat Pilpres 2019 (kedua). Tujuan penelitian
ini adalah, pertama, untuk mengetahui keahlian Jokowi dalam tayangan debat
pilpres 2019. Kedua, untuk mengetahui keterpercayaan Jokowi dalam tayangan
debat pilpres 2019. Terakhir, untuk mengetahui daya tarik Jokowi dalam tayangan
debat pilpres 2019. Peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif, dengan
pendekatan deskriptif, peneliti menjadikan mahasiswa FIKOM 2019 sebagai
sampel. Hasil penelitian menunjukan, kredibilitas Jokowi dalam aspek keahlian
dinilai baik dengan persentase 71.7%, Jokowi dinilai sebagai komunikator yang
memiliki keahlian dalam menyampaikan argumentasi dalam tayangan debat pilpres
2019 (kedua). Kredibilitas Jokowi dalam aspek keterpercayaan dinilai cukup baik
dengan persentase 57.4%, Jokowi dinilai sebagai komunikator yang memiliki
keterpercayaan dalam menyampaikan argumentasi dalam tayangan debat pilpres
2019 (kedua). Kredibilitas Jokowi dalam aspek daya tarik dinilai baik dengan
persentase 57.4%, Jokowi dinilai sebagai komunikator yang memiliki daya tarik
dalam menyampaikan argumentasi dalam tayangan debat pilpres 2019 (kedua).

Kata Kunci: Kredibilitas, Jokowi, Tayangan Debat


ABSTRACT
The presidential election which was held on 17 April 2019 in which there were
presidential candidates who submitted themselves as presidential candidates
namely Jokowi and Prabowo. In proving leadership, the KPU provides a media in
which later the two presidential pairs compete in one place or commonly called a
presidential debate which aims to ensure the voters so that they know the credibility
of presidential candidates. The purpose of this study is, first, to find out Jokowi's
expertise in 2019 presidential election debates. Second, to determine Jokowi's trust
in 2019 presidential election debates. Finally, to find out Jokowi's appeal in 2019
presidential election debates. Researchers used quantitative research methods, with
an approach descriptive, the researchers made 2019 FIKOM students a sample. The
results showed, Jokowi's credibility in the aspect of expertise was considered good
because the percentage of the answers to the three indicators of Jokowi's credibility
was above 50%, Jokowi was judged as a communicator who had an appeal in
delivering arguments in the 2019 (second) presidential election debate.
Kata Kunci: Kredibilitas, Jokowi, Tayangan Debat
KATA PENGANTAR

Bismilahirrahmannirrahiim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, penulis ucapkan puji dan syukur kehadirat

Allah SWT karena atas rahmat serta hidayah-Nya, keyakinan dan juga kerja keras

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Kredibilitas Jokowi

dalam Tayangan Debat Pilpres” sebagai salah satu syarat akhir untuk memperoleh

gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Bandung.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak

ditemukan kesulitan dan hambatan baik dari segi penyajian maupun penggunaan

bahasa mengingat keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh

karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan adanya kritik dan saran

yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat selesai tanpa bantuan dari

berbagai pihak yang senantiasa memberikan bantuan, dorongan, pengorbanan,

waktu, serta kepercayan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah banyak memberikan bantuan

dalam penyusunan skripsi ini, khususnya kepada:


1. Bapak Dr. Septiawan Santana Kurnia, Drs., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung yang telah memberikan

kesempatan pada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Zulfebriges, Drs., M.Si., selaku Ketua Bidang Kajian Manajemen

Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung dan

sekaligus dosen pembimbing yang telah turut serta memberikan kesempatan

dan dukungan kepada penulis serta memberikan ide, inovasi, dan juga

arahan hingga skripsi penulis selesai.

3. Ibu Indri Rachmawati, S.Sos., M.Ikom., selaku Sekretaris Bidang Kajian

Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam

Bandung yang telah membantu peneliti selama menempuh studi di

Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam

Bandung.

4. Bapak Alex Sobur, Drs., M.Si selaku Dosen Wali dari penulis yang telah

membimbing, memberikan saran, dan juga menjadi orang tua untuk penulis

selama berkuliah di Universitas Islam Bandung.

5. Bapak Wiki Angga Wiksana, S.Sos., M.Si., selaku Kasie Akademik

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung yang selalu

memberikan kemudahan dan memberikan saran yang baik selama masa

perkuliahan.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung yang

pernah mengajar penulis maupun yang belum pernah mengajar penulis dari
awal semester sampai akhir perkuliahan ini. Terima kasih atas ilmu dan juga

pengalaman yang sangat bermanfaat kepada penulis selama masa berkuliah.

7. Seluruh Staf Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung yang

telah membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

8. Untuk Mamah yang telah menjadi motivasi untuk penulis menyelesaikan

studi ini sampai selesai, akhirnya amanat yang diberikan kepada penulis bisa

terselesaikan. Mudah-mudahan ini bisa menjadi salah satu hadiah yang bisa

diterima Mamah dan semoga untuk ke depannya bisa memberikan sebuah

kebanggan yang lebih besar lagi. Begitu senang rasanya ketika skripsi ini

bisa penulis dedikasikan untuk Mamah.

9. Untuk Kakak penulis Helda Martiana dan Indra Prasti Malik serta keluarga

yang senantiasa selalu memberikan dukungan baik dalam bentuk moril

maupun materil. Terima kasih atas jasa-jasanya mendukung penulis sampai

perkuliahan ini selesai. Belum ada yang bisa penulis berikan semoga di

kemudian hari penulis bisa membalas jasa dan kebaikan kalian semua.

10. Seluruh kerabat kerja Pa Hida, Pa Rere, A Bayu, Ayu, Pa Dani, Pa Iwan, Pa

Rahmat, Pa Ridwan dan semua yang tidak sempat penulis sebutkan, terima

kasih atas setiap waktu, tenaga, motivasi, kasih sayang, perhatian, dan

candaan yang selalu kalian berikan pada penulis yang tak akan pernah bisa

penulis lupakan.

11. Jodi, Yoga, Roni, Iko, Riki, Aldi, dan Andul yang penulis kenal semenjak

kecil, terima kasih karena selalu membantu penulis, memberi semangat

pada penulis, dan tak lelah untuk menghadapi sikap penulis.


12. Teruntuk orang-orang istimewa yang selalu menjadi tujuan ketika berangkat

dari rumah Kemed, Aming, Buaya, Poni, Boim, Ohang, Kodir, Hapid,

Genclang, Temi, Edi, Ibot, Epul, Dede, Ande. Terima kasih atas semua

support (dukungannya) selama ini, yang tidak pernah merasa lelah untuk

memberikan semangat, tempat berkeluh kesah dan menjadi penyemangat

dalam penyusunan skripsi ini.

13. Rekan-rekan atau lebih nyaman jika disebut Keluarga, seluruh jajaran

pengurus KMMK Periode 2017-2018. Untuk teman seperjuangan angkatan

2015 dan adik-adik angkatan 2016. Kalian, tentang yang dapat membuat

penulis merasa nyaman ketika kita dapat berdiskusi, berjuang dan membuat

sebuah cerita yang begitu amat menyenangkan, semoga kita semua

dipertemukan dalam suatu hari yang baik di mana kita telah menjadi orang-

orang yang sukses.

14. Rekan-rekan seperjuangan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung,

bidang kajian Mananajem Komunikasi, Public Relations, dan Jurnalistik

Angkatan 2015. Khususnya untuk teman-teman Fikom kelas F dan

MANKOM kelas C. Terima kasih untuk kebersamaannya selama menimba

ilmu di Fikom Unisba.

15. Seluruh pihak yang tak dapat dituliskan satu persatu, terima kasih atas

segala doa dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis dari awal

perkuliahan sampai penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT melimpahkan karunia dan

rahmat-Nya atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Dengan segala
kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-

pihak yang berkepentingan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Bandung, Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. 1


PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ..................................................................... 2
MOTTO ............................................................................................................................. 3
LEMBAR DEDIKASI ...................................................................................................... 4
ABSTRAK ......................................................................................................................... 5
ABSTRACT ....................................................................................................................... 6
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 7
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 14
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 14
1.2 Identifikasi Masalah................................................................................................ 19
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 20
1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................................... 20
1.4.1 Kegunaan Teoritis ...................................................................................... 20
1.4.2 Kegunaan Praktis ....................................................................................... 21
1.5 Ruang Lingkup dan Pengertian Istilah ................................................................. 21
1.5.1 Ruang Lingkup ........................................................................................... 21
1.5.2 Pengertian Istilah ....................................................................................... 22
BAB II TINJAUAN TEORITIS .................................................................................... 23
2.1 Review Penelitian Sejenis ....................................................................................... 23
2.2 Kerangka Pemikiran ............................................................................................... 26
2.2.1 Komunikasi Politik ..................................................................................... 26
2.2.2 Debat Pilpres 2019 ...................................................................................... 27
2.2.3 Kredibilitas.................................................................................................. 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 40
3.1 Metode Penelitian .................................................................................................... 40
3.1.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 40
3.1.2 Populasi dan Sampel .................................................................................. 40
3.1.3 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 43
3.1.4 Operasional Variabel ................................................................................. 44
3.1.5 Teknik Analisis Data .................................................................................. 46
3.1.6 Uji Validitas dan Reabilitas ....................................................................... 50
3.1.7 Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian ................................................. 55
3.2 Gambaran Umum Objek/Wilayah Penilitan ........................................................ 55
3.2.2 Joko Widodo ............................................................................................... 55
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................ 59
4.1 Analisis Deskriptif Data Responden ...................................................................... 60
4.2 Analisis Data Deskriptif Penelitian ........................................................................ 63
4.2.1 Analisis Deskriptif Variabel Keahlian (X1) ............................................. 64
4.2.2 Analisis Deskriptif Variabel Keterpercayaan (X2) ................................. 71
4.2.3 Analisis Deskriptif Variabel Daya Tarik (X3) ......................................... 79
4.3 Pembahasan ............................................................................................................... 86
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 94
5.1 Simpulan .................................................................................................................. 94
5.2 Saran......................................................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 98
LAMPIRAN................................................................................................................... 100
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi merupakan suatu hal yang umum bagi kehidupan manusia,

karena manusia merupakan mahkluk yang sosial. Secara kata “komunikasi” berasal

dari bahasa Latin, communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran

pikiran. Secara garis besar dalam proses komunikasi, harus ada unsur-unsur

kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran dan pengertian antara

komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan).

Komunikasi politik adalah objek kajian ilmu politik karena pesan – pesan

yang diungkapkan dalam proses komunikasi bercirikan politik, yaitu berkaitan

dengan kekuasaan politik negara, pemerintahan, dan juga aktivitas komunikator

dalam sebagai pelaku kegiatan politik. Komunikasi sangat berkaitan dengan unsur

– unsur politik salah satunya dalam penyelenggaraan kampanye calon presiden

2019 ini.

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate tentang sifat - sifat

komunikator. Dalam hal ini terkandung dua hal: pertama kredibilitas merupakan

persepsi khalayak, jadi tidak inhern dalam diri komunikator, kedua kredibilitas

berkenaan dengan sifat-sifat komunikator (Rakhmat, 2005:257). Kredibilitas

merupakan faktor penting dalam kriteria presiden. Dalam tayangan debat presiden,

kredibilitas kedua calon akan terlihat siapa yang lebih baik kredibilitasnya pasti

akan mempengaruhi suara para capres tersebut.


Berdasarkan Peraturan KPU (PKPU) Nomor 5 Tahun 2018 tentang

Tahapan, Program, dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilu 2019, masa pendaftaran

akan berlangsung selama tujuh hari, yaitu 4-10 Agustus 2018. Pengamatan

Kompas.com di Kantor KPU, Jakarta pada Sabtu pagi, sejumlah orang sedang

memasang tenda yang akan digunakan sebagai tempat menampung para pendukung

pasangan capres-cawapres. Para polisi juga tampak bersiap untuk mengamankan

lokasi. KPU telah menggelar rapat koordinasi teknis pendaftaran bersama

perwakilan partai politik peserta pemilu 2019 di Gedung KPU, Jakarta, Jumat

(3/8/2018).1

Pemilihan presiden yang sudah diselenggarakan pada tanggal 17 April 2019

yang dimana terdapat dua pasangan calon presiden yang mengajukan diri sebagai

calon presiden yaitu Joko Widodo sebagai nomer urut 01 dan Prabowo Subianto

sebagai nomer urut 02, kedua calon presiden tersebut telah mendaftarkan diri sesuai

dengan aturan atau tatacara yang telah ditentukan oleh Komisi Pemilihan Umum.

Dalam proses pemilihan presiden ini dua pasangan calon beradu kampanye ataupun

argumentasi demi memenangkan jabatan presiden ini.

Dalam membuktikan kecakapanya dalam memimpin dua paslon tersebut

beradu kampanye demi memasarkan nama dan juga visi serta misi yang biasanya

mereka terapkan dalam kampanye. Pada tahun 2014 dalam Kompas.com

Koordinator Monitoring dan Analisis Anggaran ICW (Indonesia Corruption

Watch) Firdaus Ilyas mengatakan “bahwa laporan penerimaan hasil dana kampanye

1
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180803164239-32-319303/kpu-resmi-buka-
pendaftaran-capres-cawapres-pemilu-2019 (Terakhir diakses pada 02/12/2019 pukul 20.30)
Jokowi-JK sebesar Rp. 321 Miliar dan pengeluaran sebesar Rp. 293 Miliar dan

pengeluaran paslon Prabowo-Hatta hanya sebesar Rp. 166 Miliar”.2 Hal ini

membuktikan bahwa paslon capres dan cawapres tersebut benar – benar berambisi

untuk memenangkan pemilu 2014 salah satunya dengan menggemborkan

kampanye sebesar mungkin untuk menarik minat dalam memilih masyarakat baik

menggunakan media cetak, televisi, ataupun outdoor.

Gambar 1.1 Data Total Dana Kampanye Kedua Paslon


Sumber: http://en.katadata.co.id

Jika dilihat dari data KPU jumlah pemilih pada tahun ini berjumlah 190 juta

orang dan dalam situs kemendagri Peneliti Center for Strategic and International

2
https://nasional.kompas.com/read/2014/09/18/18542121/Ini.Hasil.Monitoring.ICW.terhadap.La
poran.Dana.Kampanye.Prabowo-Hatta.dan.Jokowi-JK (Terakhir diakses pada 02/12/2019 Pukul
20.40)
Studies (CSIS) Arya Fernandes menilai debat Pilpres sangat penting bagi pasangan

Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno untuk merebut 25

persen suara dari swing voters.3

Koordinator Pusat Peneliti Politik LIPI, Sarah Nuraini Siregar menyatakan,

berdasarkan hasil survei lembaganya, ada sekitar 35 persen sampai 40 persen

pemilih dalam Pemilu 2019 didominasi generasi milenial. "Atau jumlahnya sekitar

80 juta dari 185 juta pemilih," kata Sarah saat ditemui di Gedung LIPI, Jakarta

Selatan4. Dan selain memakai media televisi pun masyarakat dapat mengakses

tayangan ulang debat pilpres ini di internet untuk menyaksikan siaran ulang debat

pilpres tersebut pemilih pemuda terutama pemilih pemula karena perilaku politik

pemilih pemula yang tertera dalam UU Pemilu 2009 disandarkan pada pemilih

berusia antara 17-21 tahun.

Selain hal tersebut dalam membuktikan kepemimpinan, komisi pemilihan

umum (KPU) menyediakan media yang dimana nantinya kedua paslon presiden

tersebut beradu argumentasi dalam satu tempat atau biasanya disebut debat pilpres

yang tujuanya untuk memastikan para calon pemilih agar mereka mengetahui

kredibilitas kedua pasangan calon presiden tersebut dalam memimpin untuk

nantinya. Hal tersebut sangat dinantikan oleh para pasangan calon presiden dan

wakil presiden karena debat pilpres ini dirasa tidak dapat dianggap sepele bagi

orang – orang yang mencalonkan diri sebagai presiden dan wakilnya karena

bertujuan untuk menarik minat para pemilih yang masih belum memutuskan akan

3
https://polpum.kemendagri.go.id/swing-voters-tunggu-penampilan-capres-cawapres (Terakhir
diakses pada 02/12/2019 Pukul 21.00)
4
https://tirto.id/hasil-survei-lipi-40-persen-suara-di-pemilu-didominasi-milenial-dbGF (Terakhir
diakses pada 03/12/2019 Pukul 19.00)
memihak di kubu mana atau biasa disebut dengan swing voters. Dan Seperti

dijelaskan dalam Pemilu Untuk Pemilih Pemula Modul I Komisi Pemilihan Umum

(2013) kategori Pemilih Pemula adalah warga negara yang baru pertama kali akan

menggunakan hak pilihnya di dalam kegiatan Pemilihan Umum (Pemilu). Mereka

bisa berasal dari Warga Negara Indonesia (WNI) yang genap berusia 17 tahun atau

belum berusia 17 tahun tetapi sudah pernah menikah.

Dikutip dari media tempo.co ketua Komisi Pemilihan Umum Arief

Budiman mengatakan “Dari hasil rapat koordinasi sebelumnya, debat diputuskan

dilakukan selama lima kali di tahun 2019 tanggal pada 17 Januari, 17 Februari, 17

Maret, dan 30 Maret, dan terakhir pada tanggal 13 april. Dalam kutipan diatas

dinyatakan bahwa debat pilpres dilaksanakan 5 kali yang berlokasi di Hotel

Bidakara Pancoran, Hotel Fairmont Senayan, Hotel Sultan Senayan, Balai

Sudirman Tebet, dan kembali lagi ke Hotel Bidakara.5

Kelima debat tersebut dibagi ke lima kelompok tema besar yang akan

diperdebatkan. Tema debat pertama yakni tentang hukum, HAM, korupsi, dan

terorisme, tema kedua adalah energi pangan, sumber daya alam, lingkungan hidup,

dan infrastruktur, tema ketiga adalah pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan,

sosial, dan kebudayaan, tema keempat yakni soal ideologi, pemerintahan,

pertahanan dan keamanan, serta hubungan internasional tema debat kelima adalah

tentang isu ekonomi, kesejahteraan sosial, keuangan dan investasi, serta

perdagangan dan industri. Arief menuturkan KPU juga membagi debat pilpres ke

5
https://pilpres.tempo.co/read/1159019/berikut-jadwal-siaran-debat-pilpres-2019 (Terakhir
diakses pada 03/12/2019 Pukul 19.30)
dalam tiga pola. Pola pertama, yakni debat antar capres, debat antar cawapres, dan

debat antar pasangan capres-cawapres. Debat pertama dan terakhir disepakati antar

pasangan capres-cawapres, debat kedua dan keempat diperuntukkan antar capres,

dan debat ketiga antar cawapres. Jika dilihat dari situs Youtube video debat kedua

antar capres menduduki rating pertama dibandingkan debat kelima dengan

penonton sebanyak 1,4 juta penonton melalui kanal KompasTV. Kesimpulan dari

pemaparan diatas, alasan peneliti memilih judul penelitian ini adalah peneliti ingin

mengatahui seberapa baik kredibilitas Jokowi dalam tayangan debat Pilpres 2019

(kedua).

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti

kredibilitas Joko Widodo dalam tayangan debat pilpres 2019. Kriteria pemilih ini

dibatasi kepada pemilih pemula yang merupakan pemilih presiden perdana pada

pemilihan presiden periode depan ini.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana keahlian Joko Widodo dalam tayangan debat pilpres 2019?

2. Bagaimana keterpercayaan Joko Widodo dalam tayangan debat pilpres

2019?

3. Bagaimana daya tarik Joko Widodo dalam tayangan debat pilpres

2019?
1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui keahlian Joko Widodo dalam tayangan debat pilpres

2019.

2. Untuk mengetahui keterpercayaan Joko Widodo dalam tayangan debat

pilpres 2019.

3. Untuk mengetahui daya tarik Joko Widodo dalam tayangan debat

pilpres 2019.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan mulai dari segi teoritis dan

juga praktis. Kegunaan teoritis adalah hasil yang bermanfaat untuk pengembangan

ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan objek penelitian. Kegunaan praktis adalah

kegunaan bagi berbagai pihak yang memerlukanya untuk mengubah strategi

kampanye nya terutama untuk menjadi bahan pertimbangan bagi para calon calon

lainya di periode kedepan dan juga untuk yang melakukan penelitian lebih lanjut.

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan, wawasan serta pengalaman serta dapat memberikan ide baru dalam

memilih calon presiden yang sedang berkampanye, khususnya dalam tayangan

debat pilpres khususnya pemilih pemula. Selain itu, dapat dijadikan bahan

pembelajaran dan mata kuliah yang bersangkutan dan perbandingan untuk

penelitian yang sejenis untuk kedepanya.


1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Dapat menjadi gambaran mengenai kredibilitas dalam tayangan debat

pilpres di Indonesia, khususnya para calon presiden di Indonesia

selanjutnya khususnya para pemilih pemula di kalangan Mahasiswa

UNISBA.

2. Dapat dijadikan bahan untuk membangun strategi kampanye untuk

calon presiden di periode selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup dan Pengertian Istilah

1.5.1 Ruang Lingkup

Demi menjaga konsistensi dari penelitian ini, maka peneliti memaparkan

permasalahan yang sedang terjadi dan aspek lainya dalam penelitian ini demi

meminimalisir dan meluaskan lingkup penelitian, sebagai berikut:

1. Penelitian ini membahas tentang kredibilitas komunikator sebagai

variabel yang diteliti.

2. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif untuk menyelesaikan

permasalahan yang ada.

3. Penelitian ini dilakukan di Kota Bandung, khususnya mahasiswa

Universitas Islam Bandung yang masih menjadi pemilih pemula.

4. Objek yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah debat yang berjudul

“Debat Kedua Pilpres 2019”.


1.5.2 Pengertian Istilah

1. Pemilih pemula adalah pemilih pemula merupakan masyarakat yang

pertama kali menentukan pemilihanya untuk memutuskan kandidat

mana yang akan dipilihnya.

2. Debat adalah kegiatan yang dimana adu argumentasi kedua belah pihak

atau lebih, baik perorangan ataupun kelompok demi memutuskan atau

memilih sesuatu.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Review Penelitian Sejenis

Dalam bab ini, peneliti akan mencantumkan 3 (tiga) penelitian terdahulu

yang hampir serupa dengan yang sedang penulis teliti. Penjelasan mengenai

penelitian terdahulu akan ditulis secara garis besar mengenai identitas peneliti,

permasalahan penelitian, dan hasil yang didapat dari penelitian tersebut. Peneliti

juga menambahkan tabel untuk mempertegas persamaan dan perbedaan dari

penelitian terdahulu dengan penelitian yang sedang dilakukan.

Penelitian pertama yang berjudul “Kredibilitas Reporter TVRI Jawa Barat

Dalam Kemudahan Perolehan Berita Aktual "Jabar Dalam Berita” yang ditulis oleh

Wendi Prayudi Febriyanto yang merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi

Universitas Komputer Indonesia pada tahun 2012. Metode penelitian yang

digunakan yaitu kualitatif dengan pendekatan penelitian deskriptif. Hasil penelitian

Dari beberapa unsur penunjang Kredibilitas, Keahlian, Kepercayaan, Dinamisme,

Reporter TVRI Jawa Barat memiliki sub unsur Kredibilitas itu sendiri. Sehingga

dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa Reporter TVRI Jawa Barat memilki

Kredibilitas yang diharapkan.

Penelitian yang kedua Penelitian kedua dilakukan oleh Mella Defiani,

Tahun 2014. Jurusan Ilmu Hubungan Masyarakat FIKOM UNPAD dengan judul .

“Hubungan Antara Kredibilitas Customer Service dengan Sikap Pelanggan dengan

sub judul studi korelasional mengenai Kredibilitas Customer Service dengan Sikap

Pelanggan terhadap PDAM Tirta Keta Raharja Kabupaten Tangerang”. Metode


yang digunakan metode korelasional. Kesimpulan penelitian. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Kredibilitas Customer Service memiliki hubungan yang

cukup berarti dengan Sikap Pelanggan. Semakin baik kredibilitas customer service

maka semakin baik pula sikap pelanggan.

Penelitian yang ketiga adalah penelitian mengenai “Pengaruh kredibilitas

Brand Ambassador Band Noah dalam Iklan Vaseline Men terhadap Keputusan

Membeli Produk”. Penelitian ini dilakukan oleh Puti Nurani mahasiswa Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa, Skripsi program sarjana Prodi Ilmu Komunikasi tahun

2015. Penelitian ini berfokus pada kredibilitas Band Noah sebagai Brand

Ambassador iklan Vaseline Men. Penelitian ini menggunakan teori kredibilitas

sumber dengan metode penelitian kuantitatif. Hasil dalam penelitian ini adalah

kredibilitas Brand Ambassador band noah dengan indikator kredibilitas yaitu daya

tarik, kepercayaan dan keahlian memiliki nilai presentase 83,79% (kategori sangat

baik). Keputusan membeli produk vaseline men yang dilakukan oleh fans club noah

‘sahabat serang’ dengan indikator kesadaran, mencoba dan penguatan memiliki

nilai presentase 77,57% (kategori baik).

Tabel 2.1
Review Penelitian Sejenis
Wendi Prayudi Mella Defiani Puti Nurani

Peneliti, Tahun Febriyanto 2012 2014 2015

Penelitian, Lembaga Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Prodi Ilmu

Universitas Komunikasi Komunikasi

Komputer Indonesia Universitas Universitas Sultan

Padjajaran Agung Tirtayasa


Kredibilitas Hubungan Antara Pengaruh kredibilitas

Judul Penelitian Reporter TVRI Jawa Kredibilitas Customer Brand Ambassador

Barat Dalam Service dengan Sikap Band Noah dalam

Kemudahan Pelanggan. Iklan Vaseline Men

Perolehan Berita terhadap Keputusan

Aktual "Jabar Dalam Membeli Produk.

Berita

Metode Penelitian Kualitatif Kuantitaif Kuantitatif

Perbedaan objek Perbedaan Objek Perbedaan Variabel y

Perbedaan Penelitian penelitian yang penelitian yang yang diteliti dan

diteliti serta metode diteliti dan pendekatanya.

penelitianya menggunakan metode

korelasional

Penelitian ini Penelitian ini Penelitian ini

Persamaan memiliki kesamaan memiliki kesamaan memiliki kesamaan

Penelitian dalam meneliti dalam meneliti yaitu dalam meneliti yaitu

kredibilitas kredibilitas kredibilitas.

Hasil penelitian Dari Hasil penelitian daya tarik,

Hasil Penelitian beberapa unsur menunjukkan bahwa kepercayaan dan

penunjang Kredibilitas Customer keahlian memiliki

Kredibilitas, Service memiliki nilai presentase

Keahlian, hubungan yang cukup 83,79% (Sangat Baik)

Kepercayaan, berarti dengan Sikap Keputusan membeli

Dinamisme, Pelanggan. Semakin produk vaseline men

Reporter TVRI Jawa baik kredibilitas yang dilakukan oleh

Barat memiliki sub customer service fans club noah


unsur Kredibilitas maka semakin baik ‘sahabat serang’

itu sendiri. Sehingga pula sikap pelanggan. dengan indikator

dapat disimpulkan kesadaran, mencoba

oleh peneliti bahwa dan penguatan

Reporeter TVRI memiliki nilai

Jawa Barat memilki presentase 77,57%

Kredibilitas yang (kategori baik)

diharapkan.

Repository Unikom Journal of Business Jurnal Epigram

Jurnal and Banking Vol 3 Volume 14 No. 2

No. 1 Mei 2013 Oktober 2017

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Komunikasi Politik

Komunikasi politik ialah proses penyampaian informasi mengenai politik

dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah

(Ramlan, 2010: 152).

Komunikasi politik adalah proses di mana informasi politik yang relevan

diteruskan dari satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya, dan di antara

sistem-sistem sosial dengan sistem-sistem politik. Kejadian tersebut merupakan

proses yang berkesinambungan, melibatkan pula pertukaran informasi di antara

individu-individu dengan kelompok- kelompoknya pada semua tingkatan

masyarakat. Lagi pula tidak hanya mencakup penampilan pandangan-pandangan

serta harapan-harapan para anggota masyarakat, tetapi juga merupakan sarana

dengan mana pandangan dan asal-usul serta anjuran-anjuran pejabat yang berkuasa
diteruskan kepada anggota-anggota masyarakat selanjutnya juga melibatkan reaksi-

reaksi anggota-anggota masyarakat terhadap pandangan-pandangan dan janji serta

saran-saran para penguasa. Maka komunikasi politik itu memainkan peranan yang

penting sekali di dalam sistem politik: komunikasi politik ini menentukan elemen

dinamis, dan menjadi bagian menentukan dari sosialisasi politik, partisipasi politik,

dan pengrekrutan politik (Michael Rush dan Phillip Althoff, 2008: 24).

Tujuan komunikasi politik sangat terkait dengan pesan politik yang

disampaikan komunikator politik. Sesuai dengan tujuan komunikasi, maka tujuan

komunikasi politik itu adakalanya sekadar penyampaian informasi politik,

pembentukan citra politik, pembentukan public opinion (pendapat umum) dan bisa

pula menghandel pendapat atau tuduhan lawan politik. Selanjutnya komunikasi

politik bertujuan menarik simpatik khalayak dalam rangka meningkatkan

partisipasi politik saat menjelang pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah

(Ardial, 2010: 44).

2.2.2 Debat Pilpres 2019

Debat identik dengan memaparkan atau mendiskusikan sesuatu untuk

mendapatkan titik temu atau kesimpulan dari suatu permasalahan. Dalam sebuah

negara demokrasi debat memegang peranan tersendiri sebagai sarana komunikasi

publik yang efektif. Debat yang mengikuti standar internasional atau ketentuan –

ketentuan khusus yang berlaku dalam suatu negara. Debat ini, mengutamakan

posisi moderator sebagai pengarah proses debat. Debat ini sering disebut dengan

debat politik atau dalam dunia internasional dikenal dengan debat parlementer.
Pelaksanaan debat dalam Pilpres telah diatur dalam Undang-undang Nomor

42 Tahun 2008 Tentang Pemilu. Dalam Pasal 38 ayat (1) g Undang-undang Nomor

42 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa kampanye salah satunya dapat dilakukan

dengan cara debat para kandidat mengenai materi kampanye. Tentang tata cara

debat capres cawapres, dalam Pasal 39 Undang-undang Nomor 42 Tahun 2008.

1. Debat termin satu tentang hukum, HAM, korupsi, dan terorisme.

2. Debat termin dua tentang energi pangan, sumber daya alam, lingkungan

hidup, dan infrastruktur.

3. Debat termin tiga tentang pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan,

sosial, dan kebudayaan.

4. Debat termin empat tentang soal ideologi, pemerintahan, pertahanan

dan keamanan.

5. Debat termin lima tentang isu ekonomi, kesejahteraan sosial, keuangan

dan investasi, serta perdagangan dan industri.

2.2.3 Kredibilitas

“The Source Credibility Theory States that people are more likely to be

persuaded when the source present it self as credible” (Rakhmat, 2018:322).

Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa sumber atau komunikator yang

kredibel akan lebih mudah memperngaruhi orang lain, sehingga jika komunikator

ahli dapat dipercaya maka komunikannya akan lebih mudah dipengaruhi untuk

mengikuti apa yang menjadi tujuan komunikator dalam melakukan komunikasi.

Asumsi epistimologis dari teori ini bahwa Source Credibility Theory adalah sebuah

pendekatan yang mengizinkan setiap individu untuk memberikan pandangannya


masing-masing terhadap suatu objek. Secara nyata teori ini memberikan

penjelasan semakin kredibel sumber maka akan semakin mudah mempengaruhi

cara pandang audiens. Dengan kata lain kredibilitas seseorang mempunyai peranan

yang penting dalam mempersuasi audiens untuk menentukan pandangannya.

Hovlan menggambarkan peranan kredibilitas dalam proses penerimaan

pesan dengan mengemukakan para ahli akan lebih persuasif dibandingkan dengan

bukan ahli. Suatu pesan persuasif akan lebih efektif apabila kita mengetahui bahwa

penyampai pesan adalah orang yang ahli dibidangnya (Azwar, 1995:64-65).

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate tentang sifat sifat

komunikator. Dalam hal ini terkandung dua hal: pertama kredibilitas merupakan

persepsi khalayak, jadi tidak inhern dalam diri komunikator kedua kredibilitas

berkenaan dengan sifat-sifat komunikator (Rakhmat, 2018:257).

Kredibilitas menurut Aristotales, bisa diperoleh jika seorang komunikator

memiliki ethos, pathos, dan logos. Ethos adalah kekuatan yang dimiliki pembicara

dari karakter pribadinya, sehingga ucapan-ucapannya dapat dipercaya. Pathos

adalah kekuatan yang dimiliki seorang pembicara dalam mengendalikan emosi

pendengarnya, sedangkan Logos adalah kekuatan yang dimiliki komunikator

melalui argumentasinya (Cangara, 2018). Seorang komunikator dalam proses

komunikasi akan sukses apabila berhasil menunjukan source credibility, artinya

menjadi sumber kepercayaan bagi komunikan. Kepercayaan kepada

komunikator mencerminkan bahwa pesan yang diterima komunikan dianggap

benar dan sesuai dengan kenyataan. Kepercayaan bagi komunikan kepada

komunikator ditentukan oleh keahlian komunikator dalam bidang tugas


pekerjaannya dan dapat tidaknya ia dipercaya. Dalam the Source Credibility

Theory, kredibilitas komunikator terbentuk oleh keahlian komunikator dalam

mengusai seluruh informasi mengenai objek yang dimakasudkan dan memiliki

keterpercayaan terhadap derajat kebenaran informasi yang ia sampaikan. Dari

pengertian tersebut kredibilitas dalam source credibility theory mengandung dua

unsur yaitu keahlian dan keterpercayaan yang dimiliki oleh sumber atau

komunikator. Dalam bentuk proses komunikasi seorang komunikator akan sukses

apabila ia berhasil menunjukkan source of credibility, artinya menjadi sumber

kepercayaan bagi komunikan kepada komunikator ditentukan oleh keahlian

komunikator dalam bidang pekerjaannya serta dapat tidaknya dipercaya (dalam

Winoto, 2015:2).

2.2.3.1 Komponen-Komponen Kredibilitas

Komunikator Telah dikemukakan sebelumnya bahwa berdasarkan the

source credibility theory, kredibilitas kmunikator terbentuk oleh keahlian

komunikator dalam menguasai seluruhh informasi mengenai objek yang dimaksud

dan memiliki keterpercayaan terhadap derajat kebenaran informasi yang ia

sampaikan. Adapun daya tarik adalah salah satu komponen pelengkap dalam

pembentukan kredibilitas sumber atau komunikator. Menurut Aristoteles dalam

Rakhmat menyebut karakter komunikator sebagai ethos. Ethos terdiri dari pikiran

baik, akhlak yang baik dan maksud yang baik (good sense, good moral character,

good will). Ethos adalah kekuatan yang dimiliki pembicara dari karakter

pribadinya (Aristoteles dalam Cangara, 2018). Jadi, kredibilitas dapat diperoleh jika

seorang komunikator memiliki ethos yaitu karakter kepribadian yang dapat


membentuk seorang komunikator menjadi kredibel dan untuk menjadikan

komunikator sebagai sumber yang kredibel diperlukan beberapa komponen yang

mempengaruhi terbentuknya kredibilitas, diantaranya:

1. Keahlian

Keahlian komunikator berhubungan dengan penelitian dimana sumber

dianggap berpengetahuan, cerdas, berpengalaman, memiliki kewenangan tertentu

dan menguasai skill yang bisa diandalkan (Venus, 2009:60). Dari pernyataan

tersebut dapat disimpulkan bahwa keahlian yang dimiliki oleh komunikator ada

dalam penilaian audien, hal ini dapat didefinisikan dengan penguasaan yang

dimiliki komunikator pada apa yang dibahas berpengetahuan, cerdas, terlatih dan

juga berpengalaman. Komunikator memiliki kekuatan melaui karakter pribadinya

sehingga ucapan-ucapan komunikator dapat dipercaya. Keahlian komunikator juga

menyangkut kekuatan yang dimilikinya dalam mengendalikan emosi komunikan

juga kekuatan dalam berargumentasi.

Pengetahuan merupakan buah pikir, ide, gagasan, konsep, serta pemahaman

manusia, yang kemudian mengambil inisiatif untuk berbagi pengetahuan dengan

berbagai metode (Keraf, 2001).

Kecerdasan merupakan kemampuan individu mencangkup tiga hal.

Pertama, kemampuan mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan, artinya

individu mampu menetapkan tujuan untuk dicapainya (goal setting). Kedua,

kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila dituntut demikian, artinya individu

mampu melakukan penyesuaian diri dalam lingkungan tertentu. Ketiga,

kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan auto kritik, artinya
individu mampu melakukan perubahan atas kesalahan-kesalahan. (Safaria,

2005:19).

Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan

perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun

nonformal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang

kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.Suatu pembelajaran juga

mencakup perubahan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan pengalaman,

pemahaman dan praktek (Asih, 2012).

Latihan merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu

untuk meningkatkan kualitas fisik kemampuan fungsional peralatan tubuh dan

kualitas psikis seseorang (Sukadiyanto 2005:1).

2. Keterpercayaan

Keterpercayaan adalah kesan audience tentang komunikator berkaitan

dengan wataknya. Komunikator yang dapat dipercaya adalah komunikator yang

dianggap jujur, tulus, bermoral, adil, sopan atau etis (Rakhmat, 2018:324). Menurut

Johnstan keterpercayaan atau kejujuran sumber banyak bergantung pada persepsi

khalayak tentang maksud tindakan sumber. Sumber harus dapat diandalkan dan

dipercaya, Jika khalayak menilai bahwa tindakan atau ucapan sumber didasari motif

untuk mengambil keuntungan sepihak, maka ia akan menjadi kurang persuasif

ketimbang sumber yang dipersuasi tidak memiliki kepentingan pribadi (Venus,

2009:57).

Jujur adalah menyatakan apa adanya, terbuka, konsisten antara apa yang

dikatakan dan dilakukannya, serta berani karena benar, tidak curang dan dapat
dipercaya. Kejujuran juga bisa ditunjukkan ketika seseorang menyampaikan

informasi secara jujur dan obyektif yakni tidak melebih-lebihkan suatu fakta atau

informasi tersebut. Selain kejujuran, komunikan juga akan mempertimbangkan

kepercayaan pada komunikatornya (Sarmani dan Haryanto, 2012:51).

Menurut Lawrence Kohlberg, penilaian dan perbuatan moral pada intinya

bersifat rasional. Keputusan dari moral ini bukanlah soal perasaan atau nilai,

malainkan selalu mengandung suatu tafsiran kognitif terhadap keadaan dilema

moral dan bersifat konstruksi kognitif yang bersifat aktif terhadap titik pandang

masing-masing individu sambil mempertimbangkan segala macam tuntutan,

kewajiban, hak dan keterlibatan setiap pribadi terhadap sesuatu yang baik dan juga

adil. (Safnowandi, 2012)

Axia dan Baroni (2009:918) berpendapat bahwa, “Politeness is acomplex

linguistic means used to maintain good interactions with other people”. Kesopanan

adalah suatu alat yang digunakan untuk memelihara interaksi yang baik dengan

orang lain. Brown dan Levinson mendefinisikan kesopanan sebagai sejumlah

strategi yang dirancang untuk melestarikan atau memperoleh citra diri dan

keinginan untuk dihargai publik (Kightley, 2009: 512).

Jadi, khalayak akan menolak pesan-pesan yang terlihat hanya mementingkan

kepentingan orang yang mengungkapkannya. Dari pernyataan tersebut, dapat

disimpulkan bahwa khalayak akan percaya pada komunikator bergantung pada

watak yang dimiliki oleh komunikator atau sumber itu sendiri. Jika ia dianggap

jujur dan tulus dalam menyampaikan informasi, bermoral adil, etis, serta
kesopananya dalam membuat pernyataan dan bertindak maka khalayak akan

percaya.

3. Daya Tarik

Daya tarik menjadi salah satu faktor penting yang turut memengaruhi

terbentuknya kredibilitas komunikator karena dapat menentukan efektivitas

persuasi yang dilakukan oleh komunikator. Daya tarik ini tidak hanya berupa

penampilan fisik (physic), namun bisa juga berupa daya tarik psikologis yang

terdiri dari kesamaan (similarity), keakraban (familiarity), atau kesukaan (liking)

(Rakhmat 2018:114). Kesamaan atau similarity dimaksudkan agar orang bisa

tertarik pada komunikator karena adanya kesamaan demografi, seperti bahasa,

agama, daerah asal, maupun ideologi. Familiarity maksudnya seorang komunikator

yang dikenal baik lebih diterima oleh audience daripada mereka yang tidak dikenal.

Komunikator yang sudah dikenal kepiawaiannya akan mudah diterima, sebab

audience tidak akan ragu terhadap kemampuan dan kejujurannya. Kesukaan

atau liking artinya komunikator memiliki kesamaan atau sudah dikenal pada

akhirnya akan lebih disegani oleh audience. (Cangara, 2018).

Semakin seseorang melihat diri mereka mirip dengan orang lain, maka

semakin besar kemungkinan mereka akan terus berinteraksi dengan orang tersebut.

Individu cenderung membandingkan diri mereka dengan individu yang tidak bisa,

serta rekan-rekan dalam hal berbagi padangan yang sama dan nilai nilai bersama

(Eun & Watkins, 2016).

Faktor penting interaksi interpersonal dan daya tarik adalah likeability atau

kesukaan. Individu secara otomatis membentuk kesan pertama yang menyenangkan


dari orang yang disukai selama pertemuan awal dan kesan pertama yang tidak

menguntungkan dari yang tidak disukai (Xiang et al, 2016).

2.2.3.2 Cara-cara Membangun Kredibilitas

Kredibilitas pada diri seseorang tidak datang begitu saja, tetapi ada cara cara

untuk membangunnya. Cara-caranya yaitu:

1) Kesiapan (preparedness)

Kesiapan seorang komunikator akan dapat terlihat pada komunikasi yang

meyakinkan dari komunikator. Penguasaan komunikator terhadap materi yang

dibahas harus dapat dilihat oleh khalayak. Maka dari itu, seorang komunikator

harus memiliki persiapan bahkan ia pun harus merencanakan terlebih dahulu bila

akan memulai suatu pembicaraan. Calhoun mengemukakan enam saran tentang

permulaan suatu pertemuan, yaitu:

a. Mengemukakan data identitas diri dan menanyakan identitas diri

khalayak;

b. Menyampaikan topik pembicaraan yang akan disampaikan;

c. Memberi sedikit pujian;

d. Komentar terhadap lingkungan sekitar atau kejadian-kejadian yang

aktual;

e. Permintaan informasi tentang hal yang mungkin diketahui khalayak;

f. Berikan perhatian yang tulus kepada khalayak;


2) Kesungguhan (seriousness)

Seorang komunikator yang berbicara dan membahas suatu topik dengan

penuh kesungguhan akan menimbulkan kepercayaan khalayak kepadanya. Makna

serius dalam hal ini tidak berarti pembicaraan menjadi kaku, komunikator bisa saja

menyelipkan kata-kata humor. Pada wkatu perang dunia ke dua, Winston Churcill

dikenal sebagai ahli pidato yang biasa menyisipkan humor, tetapi ia selalu berupaya

agar tidak menimbulkan kesan bahwa ia tidak sungguh-sungguh dalam menghadapi

perang atau masalah politik.

3) Kepercayaan diri (confidence)

Seorang komunikator harus senantiasa memancarkan kepastian. Ini harus

selalu muncul dengan penguasaan diri dan situasi secara sempurna. Ia harus

selamanya siap menghadapi segala sesuatu. Meskipun ia harus menunjukkan

kepercayaan dirinya, jangan sekali-kali bersikap terlalu percaya diri.

4) Ketenangan (patience)

Khalayak cenderung akan menaruh kepercayaan kepada komunikator

yangtenang dalam penampilan dan tenang dalammengutarakan kata-kata,

ketenangan ini perlu dipelihara dan selalu ditunjukkan pada setiap komunikasi yang

dilakukan. Ketenangan yang ditunjukkan seorang komunikator akan menimbulkan

kesan pada khalayak bahwa komunikator merupakan orang yang sudah

berpengalaman dalam menghadapi khalayak dan menguasai persoalan yang akan

dibicarakan. Lebih-lebih apabila ketenangan itu diperlihatkan sewaktu

komunikator menghadapi pertanyaan sulit atau serangan itu sudah biasa baginya.

Selain itu, jika komunikator bersikap tenang ia akan dapat melakukan ideasi
(ideation) dengan mantap, yakni pengorganisasian, pikiran, perasaan, dan hasil

pengideraannya secara terpadu sehingga yang terlontar adalah jawaban yang

argumentatif.

5) Keramahan (friendship)

Keramahan komunikator menimbulkan rasa simpati khalayak

kepadanya. Keramahan tidak berarti kelemahan, tetapi pengekspresian sikap etis.

Lebih-lebih jika komunikator muncul dalam forum yang mengandung perdebatan.

Ada kalanya dalam suatu forum, timbul tanggapan salah seorang di antara yang

hadir berupa kritikan pedas. Dalam situasi sikap seperti ini, sikap hormat

komunikator dalam memberikan jawaban akan meluluhkan sikap emosional

khalayak, dan akan menimbulkan rasa simpati pada komunikator. Jadi,

keramahan tidak saja ditunjukkan dengan ekspresi wajah tetapi juga dengan gaya

dan cara pengutaran paduan pikiran dan perasaannya.

6) Kesederhanaan (moeration)

Kesederhanaan tidak hanya menyangkut hal yang bersifat fisik tetapi juga

dalam hal penggunaan bahasa sebagai alat untuk mengeluarkan pikiran dan

perasaan dan dalam gaya mengkomunikasikannya. Kesederhanaan sering

menunjukkan keaslian dan kemurnian sikap. Dalam kehidupan sehari-hari sering

kita jumpai komunikator yang meniru gaya orang lain, yang ditiru sudah tentun

orang-orang termasyur. Peniruan seperti ini justru akan mengurangi penilaian sikap

positif dari pihak khalayak.


Johnson dalam Supratiknya mengungkapkan bahwa kredibilitas

komunikator memiliki beberapa aspek:

a. Sifat dipercaya komunikator sebagai sumber informasi

b. Intensi, yaitu maksud atau motivasi baik dari komunikator

c. Ungkapan sikap hangat dan bersahabat dari pengirim

d. Predikat yang diberikan masyarakat kepada komunikator sebagai

seorang yang bisa dipercaya.

e. Keahlian komunikator menyangkut pokok pembicaraan yang

disampaikan.

f. Sifat dinamis (proaktif dan empati) komunikator (Supratiknya,

2003:75).
Kredibilitas Joko Widodo dalam tayangan
debat pilpres 2019

Persepsi Khalayak

Teori Kredibilitas

(Cangara,2018)

Komponen - Komponen Kredibilitas

1. Keahlian
2. Keterpercayaan
3. Daya Tarik

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


Sumber: Kerangka Pemikiran Peneliti
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kuantitatif yaitu dalam

studi deskriptif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode

penelitian yang berlandaskan pada sampel filsafat positivisme, digunakan untuk

meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik (Sugiyono, 2017).

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan karakteristik

dari suatu populasi tentang suatu fenomena yang diamati. Penelitian deskriptif salah

satu jenis penelitian yang bertujuan untuk menyajikan gambaran yang lengkap

mengenai seting sosial. Pada dasarnya tujuan penelitian deskriptif adalah dapat

menghasilkan gambaran yang akurat tentang fenomena yang diteliti,

menggambarkan proses yang terjadi, menyajikan berbagai informasi penting

tentang variabel tersebut (Sinambela 2014:66-67).

3.1.2 Populasi dan Sampel

3.1.2.1 Populasi

“Populasi adalah obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan

karakterisrik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dan kemudian

ditarik kesimpulannya” (Sinambela, 2014: 94). “Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2017: 61). Dalam penelitian ini, populasi yang

akan dijadikan objek penelitian ialah Mahasiswa FIKOM 2019 sebanyak 384 orang.

3.1.2.2 Sampel

Teknik penggunaan sampel pada penelitian ini yaitu menggunakan teknik

sampling nonprobabilitas, dengan menggunakan Probability sampling merupakan

teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)

populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Meskipun begitu, “sampel yang

diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili) agar kesimpulan

yang ditarik akan dapat diberlakukan untuk seluruh populasi” (Sugiyono, 2017: 62).

Adapun teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

probability sampling dengan teknik simple random sampling.

Simple random sampling (SRS) atau penarikan sampel acak sederhana

adalah suatu metode pengambilan sebuah sampel terdiri dari n unit yang diambil

dari populasi sebanyak N unit secara acak sedemikian rupa sehingga setiap

kemungkinan sampel yang terdiri dari n unit mempunyai peluang yang sama untuk

terambil, serta setiap unit yang ada dalam populasi mempunyai kemungkinan yang

juga sama untuk terpilih kedalam sampel (Asra dan Prasetyo, 2015 : 79).

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampling

sampel acak sederhana (simple random sampling) dikatakan sederhana karena

pengambilannya yang secara acak tanpa melihat strata dalam populasi (Sugiyono,

2017:122). Populasi ini dianggap homogen karena semua anggota populasi telah

menonton tayangan debat pilpres 2019 (kedua) oleh karena itu, teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini dapat menggunakan teknik sampel acak sederhana

(simple random sampling).

Untuk menentukan besaran sampel pada penelitian ini, penulis

menggunakan Rumus Slovin yang dikutip dalam buku Jalaluddin Rakhmat

(2012:82) sebagai berikut :

N
𝑛=
1 + Ne2

Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
E = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang dapat ditolerir, misalnya 10% kemudian e dikuadradkan.

Dengan menggunakan rumus slovin, diperoleh jumlah dengan nilai

kelonggaran ketidaktelitian (e) sebesar 10% (0,1) dengan hasil sebagai berikut:

N
𝑛=
1 + Ne2

384
=
1 + 384(0,01)2

384
=
1 + 3.84

384
=
1 + 3.84

384
=
4.84

n= 79.33 dibulatkan menjadi 79


Dari hasil hitung diatas maka jumlah sampel yang digunakan dalam

penelitian adalah sebanyak 99,16 atau menjadi 100 orang untuk menjadi sampel.

Penggunaan sampel dalam penelitian ini, digunakan oleh peneliti karena

jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi sangat banyak sehingga dengan

pertimbangan peneliti, harus mengambil sampel dari populasi yang ada. Selain itu,

pengambilan sampel ini dilakukan agar lebih mudah dalam mengumpulkan dan

mengolah data. Sampel dari penelitian ini merupakan mahasiswa FIKOM 2019

yang menonton tayangan debat pilpres 2019 (kedua).

3.1.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan

data antara lain:

1. Kuesioner

Secara umum kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang

memungkinkan analis mempelajari perilaku dan keyakinan, dan karakteristik

beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang

diajukan atau oleh sistem yang sudah ada. Kuesioner juga dikenal sebagai angket.

Kuesioner merupakan sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi atau dijawab oleh

responden atau orang yang akan diukur. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

kuesioner dengan tipe tertutup di mana telah tersedia alternatif jawaban dari setiap

pertanyaan dan responden tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat

diluar alternatif jawaban yang ada. Kuesioner dipilih sebagai teknik pengumpulan

data ini dapat secara langsung menunjukkan tanggapan masing-masing responden


(sampel). Selain itu juga dengan menggunakan kuesioner memungkinkan peneliti

meneliti persepsi kredibilitas dari responden (sampel).

Penyebaran kuesioner/angket diberikan kepada 79 responden yang telah

dihitung menggunakan rumus Slovin pada subab sebelumnya. Penyebaran

kuesioner dilakukan dengan media berbasis online menggunakan Google Form

dikarenakan adanya keterbatasan waktu dan jarak serta memudahkan responden

untuk mengaksesnya. Kuesioner akan disebarkan kepada responden terpilih yang

keluar dari undian sebagaimana dalam cara penarikan simple random sampling.

Kuesioner yang dibagikan kepada 79 responden menggunakan Google Form,

terkumpul dalam jangka waktu 5 hari untuk dianalisis pada bab selanjutnya.

2. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dapat diartikan sebagai suatu langkah untuk memperoleh

informasi dari penelitian terdahulu yang harus dikerjakan, tanpa memperdulikan

apakah sebuah penelitian menggunakan data primer atau data sekunder, apakah

penelitian tersebut menggunakan penelitian lapangan ataupun laboratorium atau

didalam museum.

3.1.4 Operasional Variabel

Operasionalisasi variabel digunakan dalam penelitian ini untuk

mengidentifikasi karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang

didefinisikan atau “mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-

kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat

diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain”. (Siregar, 2014: 111). Dalam

penelitian ini variabel X yaitu kredibilitas.


Tabel 3.1
Tabel Variabel X
Variabel Indikator Alat Ukur Skala Pengukuran
Keahlian Jokowi saat Skala Ordinal
berargumentasi dalam - Sangat Setuju
tayangan debat pilpres - Setuju
2019 kedua
1. Keahlian - Netral
memperlihatkan bahwa
(X1) Jokowi memiliki - Tidak Setuju
pengetahuan yang luas. - Sangat Tidak Setuju

Argumentasi yang dimiliki


oleh Jokowi dalam
tayangan debat pilpres
2019 kedua
Kredibilitas memperlihatkan
(X) kecerdasan dalam beradu
argument dengan lawan
debat
Salah satu argumentasi
Jokowi dalam tayangan
debat pilpres 2019 kedua
berbicara tentang hal - hal
yang belum tercapai saat
periode sebelumnya.

Pemaparan argumen
Jokowi menunjukan bahwa
beliau memiliki keahlian
dalam menyampaikan
argumen.
Pernyataan Jokowi dalam
2.Keterperc tayangan debat pilpres
ayaan 2019 kedua yang
(X2) sebagaimana adanya
memperlihatkan kejujuran.
Jokowi dalam tayangan
debat pilpres 2019 kedua
memperlihatkan rasa tulus
dalam menerima
tanggapan lawan debat.
Jokowi terlihat bermoral
dalam membuat
pernyataan dan bertindak
saat tayangan debat pilpres
2019 kedua.
Jokowi dalam tayangan
debat pilpres 2019 kedua
memperlihatkan kepatuhan
dalam tata aturan debat
yang sudah ada.

Saat Jokowi dalam


tayangan debat pilpres
2019 kedua beradu debat
dengan lawanya memakai
bahasa dan nada bicara
yang menghargai lawan.
3.Daya Argumentasi Jokowi dalam
Tarik tayangan debat pilpres
(X3) 2019 kedua melihat dari
sudut pandang rakyat
Pakaian yang dikenakan
Jokowi dalam tayangan
debat pilpres 2019 kedua
menarik perhatian.
Penyesuaian pakaian
Jokowi dalam tayangan
debat pilpres 2019 kedua
menarik perhatian.
Jokowi memperlihatkan
hubungan yang baik
dengan lawan debat.

3.1.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data diperlukan untuk memecahkan masalah yang diteliti

sudah diperoleh secara lengkap. Akurat pengambilan kesimpulan dalam penelitian

ditentukan dari bagaimana peneliti menentukan penggunaan alat analisis data. Oleh

karena itu, kegiatan analisis data tidak dapat diabaikan begitu saja dalam proses

penelitian. Bila terjadi kesalahan dalam menentukan alat analisis dapat berakibat

fatal terhadap apa yang sedang ditelitinya. Teknik analisis yang digunakan dalam

penelitian ini sebagai berikut:


1) Analisa Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambaran data yang telah terkumpul atau dengan kata

lain menilai karakteristik dari sebuah data. Pada analisis ini, peneliti akan

melakukan tabulasi yaitu memasukan data pada tabel-tabel tertentu dan mengatur

angka-angka lalu menghitungnya.

Dalam analisis deskriptif ini perhitungan yang digunakan untuk

mengetahui tingkat presentase skor jawaban dari variabel yang ditemukan adalah

dengan rumus (Ridwan, 2004):

𝑛
% = 𝑁 × 100%

Keterangan:

n= Skor Empirik (Skor yang diperoleh)

N= Jumlah nilai ideal (jumlah responden x jumlah soal x skor

tertinggi)

%= Tingkat keberhasilan yang dicapai.

Perhitungan deskriptif presentase ini mempunyai langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Menentukan presentase maksimal

𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍
× 𝟏𝟎𝟎%
𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍

𝟒
× 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏𝟎𝟎%
𝟒
2. Menentukan angka presentase minimal

𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒊𝒏𝒊𝒏𝒎𝒂𝒍
× 𝟏𝟎𝟎%
𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍

𝟏
× 𝟏𝟎𝟎% = 𝟐𝟓%
𝟒

3. Menentukan interval kelas presentase, diperoleh dari pembagian

kriteria terhadap rentang presentase (100% - 25% = 75%), maka didapat

75% : 4 = 18,7%.

Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya dibuat sebuah tabel

kriteria analisis dimuali dari angka presentasi minimal, kemudian dijumlah dengan

interval kelas presentase sehingga mencapai angka presesntase maksimal, skor

yang diperoleh (dalam%) dengan analisis deskriptif presentase diperoleh sebagai

berikut:

Tabel 3. 1
Kriteria Analisis Deskriptif Persentase
NO Rentang Presentase Kriteria

1 >81,25-100% Sangat Baik

2 >62,25%-81,25% Baik

3 43,75%-62,25% Cukup Baik

4 25%-43,75% Tidak Baik

Sumber: Ridwan, 2004

Dari seluruh item pernyataan yang diajukan dalam penelitian ini memilik

skor akhir pada variabel persepsi. Dengan melakukan perhitungan deskriptif


presentase maka peneliti dapay mengambil kesimpulan bagaimana Persepsi

Kredibilitas Jokowi dalam Tayangan Debat Pilpres 2019 (kedua). Nantinya hasil

deksriptif persentase ini digunakan untuk menjawb rumusan sekaligus keseluruhan

identifikasi masalah.

Skala ordinal menandai relasi atau hubungan dari suatu data dari tingkatan

atau urutan menurut besarannya atau ordernya dengan berbagai variasi. Skala

ordinal tidak menunjukkan bahwa interval angka sama. Angka itu hanya

menunjukkan urutan dan tidak mungkin dibagi, ditambah atau dikurangi. Biasanya

data akan diurutkan berdasarkan dimensi tertentu seperti dari terkecil hingga

terbesar. Dari pilihan yang sudah ditentukan sebelumnya yang terdiri dari 5 (lima)

kategori jawaban untuk kuesioner yang menyatakan tingkat menarik/setuju atau

tidak menarik/tidak setuju. Bobot nilai setiap pertanyaan akan dijabarkan sebagai

berikut :

Tabel 3.3
Skala Pengukuran Instrumen
Skala Ordinal Skor

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Netral 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Sumber : Siregar, 2014

Menurut Sugiyono (2016:136) Skala Likert adalah bentuk kuisioner yang

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena
yang terjadi. Setiap jawaban dari responden akan dalam bentuk jawaban

(pernyataan) yang berupa Sangat setuju (SS), Setuju (S), Netral (N) Tidak setuju

(TS), Sangat tidak setuju (STS). Untuk keperluan analsiis kuantitatif, maka jawaban

tersebut dapat diberi skor.

Dengan skala likert variabel yang ingin diukur dijabarkan menjadi indikator

variabel, kemudian indikator tersebut menjadi tolak ukur untuk menyusun item-

item yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Selanjutnya kuesioner tersebut

dibagikan kepada responden sampel pada penelitian ini, data dikumpulkan menjadi

coding sheet untuk memprmudah dalam penghitungan. Selanjutnya penelitian ini

melakukan uji validitas dan relabilitas menggunakan aplikasi SPSS (statistical

product and service solution) versi 25 untuk mencari tahu hasil kevalidan data.

3.1.6 Uji Validitas dan Reabilitas

3.1.6.1 Uji Validitas

Menurut Arikunto (2013:211), validitas adalah suatu ukuran ynag

menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu

instrument yang valid atau sah mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrument

yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan validitas konstrak seperti yang

diketahui, konstrak adalah suatu abstraksi dan generalisasi khusus dan merupakan

suatu konsep yang diciptakan khusus untuk kebutuhan ilmiah dan mempunyai

pengertian terbatas. Konstrak tersebut diberi definisi sehingga dapat diamati dan

diukur.
Rumus yang bisa digunakan untuk uji validitas konstruk dengan teknik

korelasi. Mengingat data penelitian berskala ordinal, maka korelasi yang digunakan

adalah korelasi rank Spearman.

Pada penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya dan seberapa besar tingkat

signifikan antara instrumen pada variabel X dengan menggunakan aplikasi SPSS

versi 25. Teknik analisis yang digunakan adalah koefisien korelasi Rank Spearman

(Sugiyono, 2018:183) sebagai berikut:

𝑁(𝛴 𝑋𝑌)– (𝛴 𝑋)(𝛴 𝑌)


𝑟𝑥𝑦 =
√(𝑁𝛴 𝑋 2 – (𝛴 𝑋)2 )(𝑁𝛴 𝑌 2 – (𝛴 𝑌)2 )

Keterangan :

rxy = Menunjukan korelasi validitas antara X dan Y

X = Skor untuk pertanyaan yang dipilih

Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item

ΣX = Jumlah skor dalam distribusi X

ΣY = Jumlah skor dalam distribusi Y

Σ X2 = Jumlah kuadrat skor dalam distribusi X

Σ Y2 = Jumlah kuadrat skor dalam distribusi Y

N = Banyaknya responden

Agar memperoleh nilai yang signifikan, maka dilakukan uji korelasi

dengan membaningkan rhitung dengan rtabel. Rumus uji t yang dilakukan sebagai

berikut (Sugiyono, 2016:184):

𝑟 √𝑛 − 2
𝑡= ; 𝑑𝑏 = 𝑛 − 2
√1 − 𝑟 2
Keputusan pengujian validitas item responden adalah sebagai berikut:

1. Nilai r dibandingkan dengan nilai r tabel dengan dk = n-2 dan taraf

signifikansi sebesar 10%

2. Item pertanyaan yang diteliti dikatakan valid jika rhitung > rtabel

3. Item pertanyaan yang diteliti dikatakan tidak valid jika rhitung < rtabel

Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi validitas suatu alat pengukur, maka

alat pengukur tersebut semakin tepat untuk digunakan dalam penelitian. Dengan

menggunakan uji validitas peneliti dapat mengetahui apakah ada pertanyaan-

pertanyaan pada kuisioner yang harus dibuang/diganti karena dianggap tidak

relevan.

Dengan jumlah responden sebanyak 30 orang, maka df=28 dan α= 10%

diperoleh nilai rtabel= 0,306 berikut hasil tabel hasil uji validitas dalam penelitian

yang dihitung dengan menggunakan SPSS versi 25:

Variabel Indikator Alat Ukur RHitung rTabel Ket


Pertanyaan 1 0.492 0.306 Valid

Pertanyaan 2 0.610 0.306 Valid

Pertanyaan 3 0.681 0.306 Valid


1. Keahlian
Pertanyaan 4 0.375 0.306 Valid

Pertanyaan 5 0.664 0.306 Valid


2.Keterperca
yaan Pertanyaan 6 0.811 0.306 Valid

Pertanyaan 7 0.907 0.306 Valid


Kredibilitas (X) 0.851 0.306 Valid
Pertanyaan 8

Pertanyaan 9 0.824 0.306 Valid

3.Daya Tarik Pertanyaan 10 0.780 0.306 Valid

Pertanyaan 11 0.534 0.306 Valid


Pertanyaan 12 0.623 0.306 Valid

Pertanyaan 13 0.329 0.306 Valid

Tabel diatas menunjukan bahwa seluruh item pertanyaan variabel X

memiliki koefisien validitas yang lebih besar dari r-tabel 0,306 sehingga item-item

tersebut layak digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian kemudian dapat

digunakan untuk analisis selanjutnya.

3.1.6.2 Uji Reabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang

digunakan dalam pertanyaan penelitian reliabel atau tidak. Instrumen yang reliabel

adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang

sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2016:18). Reliabilitas adalah

untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap koefisien, apabila dilakukan

pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan

alat pengukur yang sama pula (Siregar, 2014:55).

Pada penelitian ini, teknik perhitungan reliabilitas kuesioner yang

digunakan oleh peneliti dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 25 dengan

rumus uji reliabilitas yaitu Cronbach Alpha dengan rumus sebagai berikut:

a. Menentukan nilai varians setiap butir pertanyaan

(Σ𝑥𝑖 )2
Σ𝑥𝑖 2 −
𝜎𝑖 2 = 𝑛
𝑛

b. Menentukan nilai varians total

(Σ𝑥)2
Σ𝑥 2 −
𝜎𝑡 2 = 𝑛
𝑛
c. Menentukan reliabilitas instrumen

𝑘 Σ 𝜎𝑏 2
𝑟11 = [1 − ]
(𝑘 − 1) 𝜎𝑡 2

Keterangan:

𝑛 : jumlah sampel
𝑥𝑖 : jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan
Σx : total jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan
𝜎𝑡 2 : varians total
Σ𝜎𝑏 2 : jumlah varians butir
𝑘 : jumlah pertanyaan
𝑟11 : koefisien reliabilitas instrumen (Siregar, 2014:58)

Kriteria keputusan uji reliabilitas sebagai berikut:

Jika 𝑟 > 0,60, maka instrumen tersebut bersifat reliabel.

Jika 𝑟 < 0,60, maka instrumen tersebut bersifat tidak reliabel.

Adapun kriteria instrument penelitian dikatakan reliable dengan

menggunakan teknik ini, bila reabilitas (r) >0,6 sama halnya dengan uji validitas,

uji realibilitas juga menggunakan data dari 30 orang. Berikut adalah penyajian hasil

uji reliabilitas yang dihitung dengan menggunakan SPSS versi 25:

Variabel Indeks Reliabilitas Nilai Kritis Keterangan


Persepsi Kredibilitas Joko
Widodo dalam Tayangan 0,912 0,6 Reliabel
Debat Pilpres 2019(Kedua)

Nilai reliabilitas butir pertanyaan pada kuesioner masing-masing variabel

yang diteliti menunjukan hasil indeks reliabilitas lebih besar dari 0,60. Sehingga

artinya pertanyaan yang dipakai mampu mengukur apa yang perlu diukur dan dapat

kembali digunakan untuk pengukuran dalam mengumpulkan data pada waktu

berikutnya.
3.1.7 Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian

Pada penelitian ini, tentunya peneliti memiliki keterbatasan juga kelemahan.

Dalam meneliti Persepsi Kredibilitas Joko Widodo dalam Tayangan Debat Pilpres

2019 (Kedua) terdapat keterbatasan dan kekurangan yaitu:

1. Keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh peneliti, sehingga masih banyak

melakukan kesalahan, baik dari penulisan maupun pemahaman materi.

Namun peneliti dibantu oleh adanya dosen pembimbing juga dosen penguji

yang menguji peneliti pada sidang usulan penelitia dalam menyelesaikan

suatu permasalahan yang sedang peneliti alami.

2. Keterbatasan mendapatkan responden yang sudah menonton tayangan debat

Pilpres 2019 (kedua) walaupun mereka sudah menonton tayangan debat

tersebut, tetapi ada saja yang tidak mau mengisi kuesioner peneliti dan

menghambat peneliti untuk mendapatkan data.

3.2 Gambaran Umum Objek/Wilayah Penilitan

3.2.2 Joko Widodo

Gambar 3.1 Bapak Presiden RI Ir. H. Joko Widodo


Ir. H. Joko Widodo atau Jokowi lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 21 Juni

1961 umur 58 tahun adalah Presiden ke-7 Indonesia yang mulai menjabat sejak 20

Oktober 2014. Ia terpilih bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla dalam

Pemilu Presiden 2014 dan kembali terpilih bersama Wakil Presiden Ma'ruf Amin

dalam Pemilu Serentak 2019. Jokowi pernah menjabat Gubernur DKI Jakarta sejak

15 Oktober 2012 hingga 16 Oktober 2014 didampingi Basuki Tjahaja Purnama

sebagai wakil gubernur. Sebelumnya, ia adalah Wali Kota Surakarta (Solo), sejak

28 Juli 2005 hingga 1 Oktober 2012 didampingi F.X. Hadi Rudyatmo sebagai wakil

wali kota. Dua tahun menjalani periode keduanya menjadi Wali Kota Solo, Jokowi

ditunjuk oleh partainya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), untuk

bertarung dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Basuki

Tjahaja Purnama (Ahok).

Joko Widodo berasal dari keluarga sederhana, bahkan rumahnya pernah

digusur sebanyak tiga kali ketika dia masih kecil, tetapi ia mampu menyelesaikan

pendidikannya di Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Setelah lulus, dia

menekuni profesinya sebagai pengusaha mebel. Karier politiknya dimulai dengan

menjadi Wali Kota Surakarta pada tahun 2005. Namanya mulai dikenal setelah

dianggap berhasil mengubah wajah Kota Surakarta menjadi kota pariwisata, kota

budaya, dan kota batik. Pada tanggal 20 September 2012, Jokowi berhasil

memenangi Pilkada Jakarta 2012. Kemenangannya dianggap mencerminkan

dukungan populer untuk seorang pemimpin yang "muda" dan "bersih", meskipun

umurnya sudah lebih dari lima puluh tahun.


Sosok Jokowi begitu dikenal oleh publik nasional maupun internasional

karena sosok kepemimpinannya yang dirasa berbeda saat memimpin Republik

Indonesia baik saat sebelum menjadi Gubernur Jakarta maupun Walikota Solo.

Jokowi makin dikenal karena gaya kepemimpinannya yang berbeda dan dipandang

oleh banyak kalangan sesuai dengan kebutuhan masyarakat saatini.

Dalam pandangan Ahok, yang sekarang menjabat sebagai Gubernur DKI

Jakarta menilai sosok Jokowi memang presiden yang luar biasa. Jokowi disebutnya

berasal dari kalangan bawah yang tentunya memiliki pribadi yang merakyat

(Republika, 17 Agustus 2015). Di luar negeripun sosok Jokowi juga mendapat

kesan tersendiri oleh kepala negara lain. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan

Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama yang menyatakan tersanjung dapat

bertemu Presiden Jokowi, dan berharap dapat meningkatkan kerja sama, termasuk

hubungan personal (antar kepala negara). Selain itu, Presiden Rusia Vladimir Putin

juga menyatakan bahwa hubungan antara Indonesia dengan Rusia akan semakin

baik dibawah kepemimpinan Jokowi lima tahun ke depan.

Kemunculan Jokowi membawa fenomena baru dalam kancah

kepemimpinan politik di Indonesia. Munculnya Jokowi sebagai pemimpin dengan

gayanya yang khas ternyata disikapi secara berbeda oleh sebagian elit politik.

Jokowi dipandang hanya melakukan pencitraan guna menarik simpati warga. Gaya

Jokowi dalam memimpin Jakarta juga menjadikan kekhawatiran tersendiri bagi

orang-orang politik yang berada disekitarnya. Cara yang dilakukan oleh Jokowi

dipastikan akan menjadikan Jokowi semakin kuat untuk memperoleh dukungan dari

masyarakat luas. Hal ini dibuktikan ketika Jokowi memimpin Solo, dengan
menggunakan cara kepemimpinan yang selalu turun ke lapangan menemui warga

masyarakat dari berbagai kalangan dan profesi, dirinya kemudian berhasil terpilih

kembali untuk menjadi walikota Solo periode kedua dengan perolehan suara 90%

suara. Sejak Presiden Jokowi menjadi sorotan media di dalam maupun luar negeri,

membuat para anggota keluarga orang nomor satu di Indonesia juga ikut menjadi

perhatian publik. Publik ingin tahu mendalam seperti apa kehidupan keluarga orang

nomor satu di Indonesia itu. Joko Widodo merupakan Presiden RI ke-7 yang

menikah dengan Iriana tangal 24 Desember 1986, di Solo, Jawa Tengah. Dan di

periode ini beliau terpilih lagi menjadi Presiden RI ke-8. Lewat tayangan debat

beliau memperlihatkan kredibilitasnya untuk menjadi Presiden ke -8 yang layak.


BAB IV
PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan mengenai analisis data-data yang telah diperoleh dari

data primer maupun data sekunder. Data primer dalam penelitian ini merupakan

hasil dari penyebaran angket menggunakan google form kepada 79 responden

dengan memuat pertanyaan sebanyak 13 butir pertanyaan, Responden tersebut

merupakan mahasiswa FIKOM 2019 yang sudah menonton tayangan Debat Pilpres

2019 (Kedua) yang bersedia dijadikan responden oleh peneliti. Data tersebut

ditunjang oleh data sekunder yaitu berupa studi kepustakaan yang bertujuan untuk

mendukung dan memperkuat hasil analisis data.

Pada data primer terdiri dari dua macam data yaitu data responden dan data

penelitian. Data penelitian ini diukur menggunakan skala likert. Pertanyaan-

pertanyaan yang diberikan di dalam angket kemudian direspon melalui 5 alternatif

jawaban yaitu: sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

Agar pembahasan sistematis, maka peneliti merumuskan urutan analisis

data sebagai sub bab berikut:

1. Analisis Deskriptif data responden

2. Analisis Deskriptif data penelitian

3. Pembahasan
4.1 Analisis Deskriptif Data Responden

Pada sub bagian ini memaparkan dan menjelaskan karakteristik tertentu dari

responden (unit analisis) penelitian yaitu mengenai data-data responden yang

ditetapkan sebagai sampel dalam penelitian ini, data tersebut diperoleh melalui

angket atau kuesioner yang disebar dan telah diisi oleh responden. Jawaban

responden atas pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner akan ditampilkan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi.

Proses penyebaran kuesioner dilakukan pada Jumat 20 Desember 2019.

Proses penyebaran kuesioner dilakukan secara tidak langsung yaitu melalui aplikasi

google form mempermudah peneliti dalam menyebarkan angket serta memudahkan

responden dalam mengisi kuesioner. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan cara

menghubungi responden melalui media sosial LINE grup FIKOM 2019 yang

bersedia menjadi responden pada penelitian ini dan memberikan link Google Form

kepada responden tersebut. Dalam mengelola data penulis menggunakan analisis

korelasi Rank Spearman sebagai olah data statistik.

Responden dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FIKOM 2019 yang

sudah menonton debat pilpres 2019 (kedua) yakni sebanyak 79 orang.

Pengumpulan data responden dalam penelitian dimaksudkan untuk

menggambarkan identitas responden yang berkaitan dengan peneliti seperti jenis

kelamin, usia, dan keterangan telah menonton atau belum tayangan tersebut.

Kemudian berdasarkan hasil pengumpulan dan pengelolahan data melalui

penyebaran angket kepada responden tersebut dapat diketahui beberapa


karakteristik responden yang diteliti dan selengkapnya melalui tabel-tabel sebagai

berikut:

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden


No Jenis Kelamin F %
1 Laki-Laki 54 68.4
2 Perempuan 25 31.6
TOTAL 79 100
n: 79 Sumber: Pengolahan Data

Berdasarkan Tabel 4.1 menerangkan tentang jumlah jenis kelamin

responden yang mengisi kuesioner penelitian ini yaitu laki-laki sebanyak 54

responden (68.4%) dan perempuan sebanyak 25 responden (31.6%).

Dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden yang mengisi

kuesioner penelitian ini adalah responden yang berjenis kelamin Laki - Laki yaitu

sebanyak 54 responden (68.4%). Karena teknik sample random sampling yang

digunakan pada penelitian ini, sampel yang keluar tak terduga sehingga

kemungkinan untuk terpilihnya responden berjenis kelamin Laki - Laki lebih besar

daripada Perempuan.

Tabel 4.2 Usia Responden


No. Usia f %
1. 17 – 20 Tahun 51 64.6
2. 21 - 24 tahun 28 35.4
Jumlah 79 100
Sumber: Pengolahan Data

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas menerangkan tentang usia responden yang

mengisi kuesioner penelitian ini adalah 17 – 20 tahun sebanyak 51 responden

(64.6%), 21 - 24 tahun sebanyak 28 responden (35.4%).


Dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden yang mengisi

kuesioner penelitian ini adalah responden yang berumur 17 - 20 tahun sebanyak 51

responden (64.6%). Hal tersebut terjadi karena responden yang berumur 17 - 20

tahun merupakan mayoritas usia Mahasiswa FIKOM 2019. Selain itu, teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik simple random sampling di

mana cara memilih sampel telah ditetapkan sebanyak 79 orang dari jumlah populasi

penelitian dengan mengundi nomor sampel sebanyak 79 kali sehingga

kemungkinan terpilihnya responden acak dan mungkin seluruh sampel penelitian

ini didominasi oleh range umur 17 - 20 tahun.

Tabel 4.3
Apakah anda sudah menonton tayangan debat capres 2019 yang kedua
No. Jawaban f %
1. Ya 71 89.9
Belum, saya
akan
2. menontonya 8 10.1
terlebih
dahulu
Jumlah 79 100
Sumber: Pengolahan Data

Berdasarkan tabel 4.3 diatas menerangkan tentang responden yang sudah

atau belum menonton tayangan debat tersebut dan dalam kuesioner yang telah

disebarkan oleh peneliti didalamnya terdapat video tayangan debat pilpres 2019

(kedua) tersebut yang diambil dari situs youtube.com jadi pada penelitian ini

peneliti memberikan opsi pada responden jika belum menontonya responden dapat

menontonya terlebih dahulu dalam kuesioner tersebut.

Data diatas menyebutkan bahwa responden menjawab Ya 71 (89.9%)

responden dan 8 (10.1%) orang responden menjawab belum, Saya akan


menontonya terlebih dahulu. Dapat disimpulkan bahwa sebagian responden sudah

menonton tayangan debat tersebut yaitu 71 (89.9%) responden dan 8 (10,1%) orang

responden menjawab belum, saya akan menontonya. Dan dalam pertanyaan ini

dapat dibuktikan bahwa responden yang diambil dalam penelitian ini telah

menonton tayangan debat pilpres 2019 (kedua).

4.2 Analisis Data Deskriptif Penelitian

Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas, tahapan selanjutnya

melakukan pengolahan data penelitian pada semua item pertanyaan kuesioner

menggunakan analisis statistik. Dalam analisis deskriptif data penelitian ini,

diperoleh hasil pengolahan data variabel, yaitu variabel X yang merupakan

Kredibilitas dari Joko Widodo yang dilihat dalam tayangan debat pilpres 2019

(Kedua). Hasil pengolahan data pun didapat dari jawaban masing-masing

responden yang terpilih menjadi sampel dan telah mengisi beberapa butir

pertanyaan dari kuesioner yang telah disebarkan.

Pada subbab ini, akan dijabarkan mengenai hasil jawaban dari para

responden yang disertai dengan analisis yang dihubungkan dengan teori yang

terdapat pada bab-bab sebelumnya. Untuk memudahkan dalam menjabarkan serta

menganalisis hasil penelitian dalam tabel, maka menggunakan pedoman dari hasil

penelitian Arikunto (2010: 246) yaitu:

0% : tidak seorang pun dari responden


1-25% : sangat sedikit dari responden
26-49% : sebagian kecil atau hampir setengah dari responden
50% : setengah responden
51-76% : sebagian besar dari responden
77-99% : hampir keseluruhan dari responden
100% : keseluruhan dari responden
4.2.1 Analisis Deskriptif Variabel Keahlian (X1)

Keahlian dalam kredibilitas dapat diartikan sebagai keahlian yang dimiliki

oleh komunikator ada dalam penilaian audien, hal ini dapat didefinisikan dengan

penguasaan yang dimiliki komunikator pada apa yang dibahas, ia cerdas, terlatih

dan juga berpengalaman. Komunikator memiliki kekuatan melaui karakter

pribadinya sehingga ucapan-ucapan komunikator dapat dipercaya. Dalam

penelitian ini komponen keahlian dijabarkan melalui 4 pertanyaan yang tentunya

berkaitan dengan keahlian yang telah dijabarkan dalam studi kepustakaan dalam

tayangan debat pilpres 2019 (kedua). Berikut adalah deskripsi dari pertanyaan

variabel keahlian (X1):

Tabel 4.4
Keahlian Jokowi saat berargumentasi dalam tayangan debat pilpres 2019
kedua memperlihatkan bahwa Jokowi memiliki pengetahuan yang luas.

No. Jawaban f %
1. Sangat Setuju 9 11.4
2. Setuju 39 49.4
3. Netral 17 21.5
4. Tidak Setuju 12 15.2
5. Sangat Tidak Setuju 2 2.5
Jumlah 79 100
Sumber:Pengolahan Data

Dapat dikatakan bahwa 9 (11.4%) orang responden menjawab sangat setuju,

39 (49.4%) responden menyatakan setuju, 17 (21.5%) responden netral, 12 (15.2%)

responden tidak setuju, dan 2 (2.5%) responden sangat tidak setuju atas pernyataan

keahlian Jokowi saat berargumentasi dalam tayangan debat pilpres 2019 (kedua)

memperlihatkan bahwa Jokowi memiliki pengetahuan yang luas.


Pada tabel 4.4 banyak responden yang menilai bahwa argumentasi Jokowi

didasarkan atas pengetahuanya yang luas. Pengetahuan merupakan buah pikir, ide,

gagasan, konsep, serta pemahaman manusia, yang kemudian mengambil inisiatif

untuk berbagi pengetahuan dengan berbagai metode (Keraf, 2001). Sesuai dengan

pengertian pengetahuan menurut Keraf, dalam tayangan tersebut responden menilai

Jokowi memiliki pengetahuan yang luas dalam tema perdebatan tentang energi dan

pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, dan infrastuktur dalam

argumentasi yang dilontarkanya. Selain itu, pengetahuan itu menjadi salah satu hal

yang penting dalam kredibilitas. Karena, dengan memiliki pengetahuan tentang

energi dan pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, dan infrastuktur bisa

menjadi nilai bahwa individu tersebut berpengetahuan.

Dan juga ada sebagian responden yang tidak setuju dengan pengetahuan

Jokowi dalam memberikan argumentnya tentang energi dan pangan, sumber daya

alam dan lingkungan hidup, dan infrastuktur memperlihatkan bahwa Jokowi

mempunyai pengetahuan yang luas yang berarti masih ada beberapa responden

yang tidak setuju bahwa Jokowi mempunyai pengetahuan yang baik dalam

argumentnya. Namun, lebih banyak yang memberikan jawaban positif atas

argumentasi yang dimiliki Jokowi memiliki pengetahuan yang luas disbanding

negatif atau pun netral.


Tabel 4.5
Argumentasi yang dimiliki oleh Jokowi dalam tayangan debat pilpres
2019 kedua memperlihatkan kecerdasan dalam beradu argumen dengan
lawan debat

No. Jawaban F %
1. Sangat Setuju 9 11.4
2. Setuju 32 40.5
3. Netral 21 26.6
4. Tidak Setuju 15 19
5. Sangat Tidak Setuju 2 2.5
Jumlah 79 100
Sumber:Pengolahan Data

Dapat dikatakan bahwa 9 (11.4%) orang responden menjawab sangat setuju,

32 (40.5%) responden menyatakan setuju, 21 (26.6%) responden netral, 15 (19%)

responden tidak setuju, dan 2(2.5%) responden sangat tidak setuju atas pernyataan

kecerdasan yang dimiliki Jokowi dalam beradu argument dengan lawan debat

dalam tayangan debat pilpres 2019 (kedua).

Pada tabel 4.5 responden yang menjawab sangat setuju dan setuju bahwa

pernyataan Argumentasi yang dimiliki oleh Jokowi dalam tayangan debat pilpres

2019 kedua memperlihatkan kecerdasan dalam beradu argumen dengan lawan

debat.

Kecerdasan merupakan kemampuan individu mencangkup tiga hal.

Pertama, kemampuan mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan, artinya

individu mampu menetapkan tujuan untuk dicapainya (goal setting). Kedua,

kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila dituntut demikian, artinya individu

mampu melakukan penyesuaian diri dalam lingkungan tertentu. Ketiga,

kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan auto kritik, artinya
individu mampu melakukan perubahan atas kesalahan-kesalahan. (Safaria,

2005:19)

Kecerdasan saat Jokowi berdebat memperlihatkan bahwa beliau terlihat

keahlianya (skill) dalam tema tema yang sudah disediakan, selain itu beliau terlihat

cerdas saat beradu argumen dengan lawan debatnya dapat dilihat dari menetapkan

tujuan untuk dicapai (goal), penyesuaian diri yang dimiliki Jokowi pun terlihat baik

beliau dapat mengetahui kapan waktunya beliau mematahkan argumen dan

membela argumen yang beliau sampaikan, dan juga mampu melakukan perubahan

atas kesalahan-kesalahan beliau saat berargumen bahwa beliau memiliki

kecerdasan yang sangat baik.

Namun masih ada beberapa responden yang memilih untuk netral, tidak

setuju, dan sangat tidak setuju bahwa Jokowi memiliki kecerdasan yang baik dalam

beradu argumen dengan lawan debatnya, yang berarti menetapkan tujuan untuk

dicapai (goal), penyesuaian diri, mampu melakukan perubahan atas kesalahan-

kesalahan beliau saat berargumen beliau tidak terlihat baik saat beradu argument

dengan lawan debatnya. Namun, mayoritas memberi respond positif yang berarti

kecerdasan Jokowi terlihat saat beradu argumen dengan lawan debatnya.

Tabel 4.6
Argumentasi Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019 kedua berbicara tentang
hal - hal yang belum tercapai saat periode sebelumnya.
No. Jawaban F %
1. Sangat Setuju 19 24
2. Setuju 29 36.7
3. Netral 14 17.7
4. Tidak Setuju 16 20.3
5. Sangat Tidak Setuju 1 1.3
Jumlah 79 100
Sumber: Pengolahan Data
Dapat dikatakan bahwa 19 (36.7%) orang responden menjawab sangat

setuju, 29 (24.1%) responden menyatakan setuju, 14 (17.7%) responden netral, 16

(20.3%) responden tidak setuju, dan 1 (1.3%) responden sangat tidak setuju atas

pernyataan Argumentasi Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019 kedua

berbicara tentang hal - hal yang belum tercapai saat periode sebelumnya.

Pada tabel 4.6 responden yang menjawab sangat setuju dan setuju bahwa

pernyataan Argumentasi Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019 kedua

berbicara tentang hal - hal yang belum tercapai saat periode sebelumnya. Jokowi

menceritakan bagaimana pengalamanya saat beliau masih menjabat sebagai

presiden hal ini membuktikan bahwa Jokowi memiliki pengalaman yang

menjadikan salah satu indikasi dalam keahlian bahwa individu yang dapat

memperlihatkan pengalamanya dapat membuat individu tersebut memiliki nilai

kredibilitas yang baik.

Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan

perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun

nonformal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang

kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.Suatu pembelajaran juga

mencakup perubahan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan pengalaman,

pemahaman dan praktek (Asih, 2012).

Dalam beberapa argumen Jokowi banyak yang mengacu pada evaluasi dari

periode kemarin seperti contoh beliau memberitahukan visi beliau mengenai

infrastruktur yang mengacu pada periode sebelumnya yang dimana beliau menjabat
sebagai Presiden RI dan ada juga visi yang ingin melanjutkan apa yang sudah

dilaksanakan pada periode sebelumnya.

Namun masih ada beberapa responden yang memilih untuk netral, tidak

setuju, dan sangat tidak setuju bahwa Jokowi memiliki pengalaman yang baik untuk

membangun negara ini, yang berarti sebagian responden menilai visi beliau masih

belum cukup atau kurang untuk membangun negara ini. Namun, mayoritas

memberi respon positif yang berarti kecerdasan Jokowi terlihat saat beradu

argumen dengan lawan debatnya.

Tabel 4.7
Pemaparan argumen Jokowi menunjukan bahwa beliau memiliki keahlian
dalam menyampaikan argumen.
No. Jawaban F %
1. Sangat Setuju 9 11.4
2. Setuju 46 58.2
3. Netral 23 29.1
4. Tidak Setuju 1 1.3
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 79 100
Sumber: Pengolahan Data

Dapat dikatakan bahwa 9 (11.4%) orang responden menjawab sangat setuju,

46 (58.2%) responden menyatakan setuju, 23 (29.1%) responden netral, dan 1

(1.3%) responden tidak setuju atas pernyataan Pemaparan argumen Jokowi

menunjukan bahwa beliau memiliki keahlian dalam menyampaikan argumen.

Latihan merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu

untuk meningkatkan kualitas fisik kemampuan fungsional peralatan tubuh dan

kualitas psikis seseorang (Sukadiyanto 2005:1). Terlatih merupakan suatu alat ukur

untuk mengukur keahlian dari Jokowi, pada penelitian ini hal yang diukur dari

terlatih adalah argumen – argumen yang diberikan oleh Jokowi dalam tayangan
debat tersebut apakah beliau sudah mahir dalam menyampaikan argumenya atau

tidak.

Pada tabel 4.7 responden yang menjawab sangat setuju dan setuju bahwa

pernyataan pemaparan argumen Jokowi menunjukan bahwa beliau memiliki

keahlian dalam menyampaikan argumen dalam tayangan debat pilpres 2019 kedua.

Jokowi terlihat terlatih saat memberikan argumenya terlihat berbeda dibandingkan

dengan saat beliau pertama kali menduduki pekerjaan pemerintahan sebagai

Walikota Solo. Seperti memberikan data dan menerangkan tentang kondisi

lapangan, argumenya pun sesuai dengan fakta yang ada, menguasai tema yang telah

diberikan.

Namun masih ada beberapa responden yang memilih untuk netral, tidak

setuju, dan sangat tidak setuju bahwa Pemaparan argumen Jokowi menunjukan

bahwa beliau memiliki keahlian dalam menyampaikan argumen, yang berarti

sebagian responden menilai beliau masih belum cukup atau kurang terlatih . Tetapi,

mayoritas memberi respon positif yang berarti kecerdasan Jokowi terlihat saat

beradu argumen dengan lawan debatnya.

4.2.1.1 Persentase Jawaban Responden Mengenai Keahlian (X1)

Setelah menguraikan jawaban dari data responden, maka selanjutnya adalah

mengetahui kategori dari keseluruhan jawaban responden mengenai keahlian (X1).

Adapun langkah yang dilakukan adalah pertama menghitung skor total gabungan

variabel keahlian (X1) dengan menggabungkan seluruh penilaian dari 79 responden

atas 4 pertanyaan mengenai variabel keahlian (X1). Kedua membuat rentang

kategori yang terdiri dari Tidak Baik, Cukup Baik, Baik, dan Sangat Baik. Terakhir
adalah menentukan posisi dari skor total gabungan variabel keahlian (X1) hingga

penentuan kategori:

Dalam analisis deskriptif ini perhitungan yang digunakan untuk mengetahui

tingkat persentase skor jawaban dari variabel yang ditemukan adalah dengan rumus

(Ridwan, 2004) :

𝑛
%= × 100%
𝑁

1134
%= × 100%
1580

%= 71.7%

Keterangan:
N = Skor Empirik (Skor yang diperoleh)

N = Jumlah nilai ideal (jumlah responden x jumlah soal x skor

tertinggi)

% = Tingkat keberhasilan yang dicapai.

Perhitungan di atas menunjukan bahwa variabel keahlian mengenai

Kredibilitas Jokowi dalam Tayangan debat pilpres 2019 (kedua) menghasilkan

71.7%, nilai tersebut masuk kedalam kategori Baik berdasarkan pada tabel 3.3

tentang kriteria analisis deskriptif presentase.

4.2.2 Analisis Deskriptif Variabel Keterpercayaan (X2)

Keterpercayaan adalah kesan audience tentang komunikator berkaitan

dengan wataknya. Komunikator yang dapat dipercaya adalah komunikator yang

dianggap jujur, tulus, bermoral, adil, sopan atau etis (Rakhmat, 2018:324). Rasa
percaya yang diperlihatkan oleh suatu individu atau kelompok dapat meningkatkan

kredibilitasnya itu sendiri. Agar indikator keterpercayaan dapat diukur peneliti

membagi indakator tersebut menjadi lima pertanyaan yang akan di deskripsikan

pada penelitian ini dan akan diselaraskan dengan studi kepustakaan yang sudah

tercantum pada penelitian ini. Berikut adalah deskripsi dari pernyataan variabel

keterpercayaan (X2):

Tabel 4.8
Pernyataan Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019 kedua yang
sebagaimana adanya memperlihatkan kejujuran.
No. Jawaban F %
1. Sangat Setuju 13 16.5
2. Setuju 28 35.4
3. Netral 19 24.1
4. Tidak Setuju 15 19
5. Sangat Tidak Setuju 4 5
Jumlah 79 100
Sumber: Pengolahan Data

Dapat dikatakan bahwa 13 (16.5%) orang responden menjawab sangat

setuju, 28 (35.4%) responden menyatakan setuju, 19 (24.1%) responden netral, dan

15 (19%) responden tidak setuju, 4 (5%) responden sangat tidak setuju atas

pernyataan Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019 kedua yang sebagaimana

adanya memperlihatkan kejujuran.

Gambar 4.8 di atas menjelaskan mengenai kejujuran komunikator dalam

menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikannya. Dimana tabel diatas

menjelaskan bahwa penyampaian informasi secara jujur dan obyektif yakni tidak

melebih-lebihkan suatu fakta atau informasi terkait tema – tema yang telah

ditentukan. Hasilnya menyatakan bahwa sebagian besar dari responden setuju


bahwa Jokowi menyampaikan argumen – argument dalam tayangan debat pilpres

2019 (kedua) secara jujur dan obyektif.

Jujur adalah menyatakan apa adanya, terbuka, konsisten antara apa yang

dikatakan dan dilakukannya, serta berani karena benar, tidak curang dan dapat

dipercaya. Kejujuran juga bisa ditunjukkan ketika seseorang menyampaikan

informasi secara jujur dan obyektif yakni tidak melebih-lebihkan suatu fakta atau

informasi tersebut. Selain kejujuran, komunikan juga akan mempertimbangkan

kepercayaan pada komunikatornya (Sarmani dan Haryanto, 2012:51). Jokowi

menyampaikan argumen – argumennya dengan jujur apa adanya dan tidak melebih

lebihkan suatu fakta dalam hal ini Jokowi mempunyai nilai keterpercayaan yang

baik terutama pada aspek kejujuranya.

Namun masih ada beberapa responden yang memilih untuk netral, tidak

setuju, dan sangat tidak setuju bahwa argumen yang diungkapkan oleh Jokowi

sesuai dengan fakta dan tidak dilebih - lebihkan, yang berarti sebagian responden

menilai beliau masih belum cukup atau kurang jujur. Tetapi, mayoritas memberi

respon positif yang berarti aspek kejujuran Jokowi baik.

Tabel 4.9
Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019 kedua memperlihatkan rasa tulus
dalam menerima tanggapan lawan debat.
No. Jawaban F %
1. Sangat Setuju 11 13.9
2. Setuju 35 44.3
3. Netral 16 20.3
4. Tidak Setuju 14 17.7
5. Sangat Tidak Setuju 3 3.8
Jumlah 79 100
Sumber: Pengolahan Data
Dapat dikatakan bahwa 11 (13.9%) orang responden menjawab sangat

setuju, 35 (44.3%) responden menyatakan setuju, 16 (20.3%) responden netral, dan

16 (20.3%) responden tidak setuju, 3 (3.8%) responden sangat tidak setuju atas

pernyataan Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019 kedua memperlihatkan rasa

tulus dalam menerima tanggapan lawan debat.

Pada tabel 4.9 menjelaskan ketulusan komunikator yang dapat

mempengaruhi keterpercayaan komunikator tersebut, dalam hal ini peneliti

mengukur rasa keterpercayaan dari bagaimana Jokowi menanggapi argumen lawan

debatnya. Dan sebagian besar responden menyatakan setuju bahwa Jokowi

memiliki rasa ketulusan dalam menanggapi lawan debatnya. Sifat yang tulus dalam

menanggapi argument lawan debat ini terlihat dimana saat Jokowi menanggapi

argument lawan debatnya dengan emosi yang tenang dan nada bicara yang halus.

Aspek ketulusan yang diperlihatkan oleh komunikator dapat menguatkan

kredibilitas komunikator tersebut.

Namun masih ada beberapa responden yang memilih untuk netral, tidak

setuju, dan sangat tidak setuju bahwa Jokowi memperlihatkan ketulusan saat

menanggapi argumen lawan debatnya, yang berarti sebagian responden menilai

beliau masih belum cukup atau kurang tulus. Tetapi, mayoritas memberi respon

positif yang berarti aspek ketulusan Jokowi baik.


Tabel 4.10
Jokowi terlihat bermoral dalam membuat pernyataan dan bertindak saat
tayangan debat pilpres 2019 kedua.
No. Jawaban F %
1. Sangat Setuju 8 10.1
2. Setuju 34 43
3. Netral 21 26.6
4. Tidak Setuju 16 20.3
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 79 100
Sumber: Pengolahan Data

Dapat dikatakan bahwa 8 (10.1%) orang responden menjawab sangat setuju,

34 (43%) responden menyatakan setuju, 21 (26.6%) responden netral, dan 16

(20.3%) responden tidak setuju atas pernyataan Jokowi terlihat bermoral dalam

membuat pernyataan dan bertindak saat tayangan debat pilpres 2019 (kedua).

Pada tabel 4.10 dapat dilihat jawaban atas pernyataan diatas mayoritas

mengisi setuju sebanyak 34 (43%) responden. Tabel ini mengukur kredibilitas

Jokowi dalam aspek moral. Penilaian moral dapat dilihat ketika individu

mempertimbangkan segala macam tuntutan, kewajiban, hak dan keterlibatan setiap

pribadi terhadap sesuatu yang baik dan juga adil (Safnowandi, 2012). Tindakan

yang dibuat dan pernyataan Jokowi saat berdebat telah mempertimbangkan segala

macam aspek moral, seperti ketika beliau memberikan argumen sesuai dengan

aturan yang ada serta menghormati lawan saat sedang berargumen dengan adil.

Namun masih ada beberapa responden yang memilih untuk netral, tidak

setuju, dan sangat tidak setuju bahwa Jokowi saat berdebat telah

mempertimbangkan tindakanya. Tetapi, mayoritas memberi respon positif yang

berarti aspek moral Jokowi baik.


Tabel 4.11
Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019 kedua memperlihatkan
kepatuhan dalam tata aturan debat yang sudah ada.
No. Jawaban F %
1. Sangat Setuju 13 16.5
2. Setuju 36 45.6
3. Netral 14 17.7
4. Tidak Setuju 15 19
5. Sangat Tidak Setuju 1 1.2
Jumlah 79 100
Sumber: Pengolahan Data

Dapat dikatakan bahwa 13 (16.5%) orang responden menjawab sangat

setuju, 36 (45.6%) responden menyatakan setuju, 14 (17.7%) responden netral, dan

15 (19%) responden tidak setuju, 1 (1.2%) responden sangat tidak setuju atas

pernyataan Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019 kedua memperlihatkan

kepatuhan dalam tata aturan debat yang sudah ada.

Pada tabel 4.11 pernyataan tentang kepatuhan Jokowi kepada peraturan

yang sudah diberikan dalam tayangan debat pilpres 2019 (kedua) bertujuan untuk

menilai aspek adil yang menjadi salah satu indikator keterpercayaan. Pada

pernyataan ini mayoritas responden setuju dengan pernyataan yang ada berarti

persepsi kredibilitas responden kepada sikap Jokowi yang telah patuh pada aturan

yang ada baik. Dan disamping itu argumen – argument Jokowi soal infrastruktur

beliau menginginkan pemerataan pada negara tidak hanya terpusat pada satu kota

saja. Hal ini membuat Jokowi terlihat adil.

Namun masih ada beberapa responden yang memilih untuk netral, tidak

setuju, dan sangat tidak setuju dengan sikap Jokowi saat berdebat telah

memperlihatkan aspek adil. Tetapi, mayoritas memberi respon positif yang berarti

aspek adil Jokowi baik.


Tabel 4.12
Saat Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019 kedua beradu debat dengan
lawanya memakai bahasa dan nada bicara yang menghargai lawan.
No. Jawaban F %
1. Sangat Setuju 10 12.7
2. Setuju 38 48.1
3. Netral 20 25.3
4. Tidak Setuju 11 13.9
5. Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 79 100
Sumber: Pengolahan Data

Dapat dikatakan bahwa 10 (12.7%) orang responden menjawab sangat

setuju, 38 (48.1%) responden menyatakan setuju, 20 (25.3%) responden netral, dan

11 (13.9%) responden tidak setuju atas pernyataan saat Jokowi dalam tayangan

debat pilpres 2019 kedua beradu debat dengan lawanya memakai bahasa dan nada

bicara yang menghargai lawan.

Pada tabel 4.12 peneliti membahas indikator keterpercayaan dalam aspek

kesopanan Jokowi saat dalam debat pilpres 2019 (kedua). Axia dan Baroni

(2009:918) berpendapat bahwa, “Politeness is acomplex linguistic means used to

maintain good interactions with other people”. Kesopanan adalah suatu alat yang

digunakan untuk memelihara interaksi yang baik dengan orang lain. Brown dan

Levinson mendefinisikan kesopanan sebagai sejumlah strategi yang dirancang

untuk melestarikan atau memperoleh citra diri dan keinginan untuk dihargai publik

(Kightley, 2009: 512).

Pada pernyataan responden mayoritas menjawab setuju dengan pernyataan

bahasa dan nada Jokowi yang digunakan Jokowi saat berdebat yang sopan untuk

menghargai lawan debatnya. Interaksi antara Jokowi dengan lawan debatnya

terlihat baik dan hal ini menunjukan bahwa Jokowi ingin memperlihatkan
kesopananya didepan lawan debatnya. Dan ini hal tersebut bisa dijadikan sebagai

strategi yang dirancang untuk memperoleh persepsi Jokowi sendiri pada aspek

kesopananya.

Namun masih ada beberapa responden yang memilih untuk netral, tidak

setuju, dan sangat tidak setuju dengan sikap Jokowi saat beradu argumen dengan

menggunakan bahasa dan nada bicara yang menghargai lawanya. Tetapi, mayoritas

memberi respon positif yang berarti aspek adil Jokowi baik.

4.2.2.1 Persentase Jawaban Responden Mengenai Keterpercayaan (X2)

Setelah menguraikan jawaban dari data responden, maka selanjutnya adalah

mengetahui kategori dari keseluruhan jawaban responden mengenai keterpercayaan

(X2). Adapun langkah yang dilakukan adalah pertama menghitung skor total

gabungan variabel keterpercayaan (X2) dengan menggabungkan seluruh penilaian

dari 79 responden atas 5 pertanyaan mengenai variabel keterpercayaan (X2). Kedua

membuat rentang kategori yang terdiri dari Tidak Baik, Cukup Baik, Baik, dan

Sangat Baik. Terakhir adalah menentukan posisi dari skor total gabungan variabel

keterpercayaan (X2) hingga penentuan kategori:

Dalam analisis deskriptif ini perhitungan yang digunakan untuk mengetahui

tingkat persentase skor jawaban dari variabel yang ditemukan adalah dengan rumus

(Ridwan, 2004) :

𝑛
%= × 100%
𝑁

1134
%= × 100%
1975
%= 57.4%

Keterangan:
n = Skor Empirik (Skor yang diperoleh)

N = Jumlah nilai ideal (jumlah responden x jumlah soal x skor

tertinggi)

% = Tingkat keberhasilan yang dicapai.

Perhitungan di atas menunjukan bahwa variabel keterpercayaan mengenai

Kredibilitas Jokowi dalam Tayangan debat pilpres 2019 (kedua) menghasilkan

57.4%, nilai tersebut masuk kedalam kategori Cukup Baik berdasarkan pada tabel

3.3 tentang kriteria analisis deskriptif presentase.

4.2.3 Analisis Deskriptif Variabel Daya Tarik (X3)

Daya tarik menjadi salah satu faktor penting yang turut memengaruhi

terbentuknya kredibilitas komunikator karena dapat menentukan efektivitas

persuasi yang dilakukan oleh komunikator. Daya tarik ini tidak hanya berupa

penampilan fisik (physic), namun bisa juga berupa daya tarik psikologis yang

terdiri dari kesamaan (similarity), keakraban (familiarity), atau kesukaan (liking)

(Rakhmat 2018:114). Dalam penelitian ini peneliti membuat empat buah hal

tentang pernyataan daya tarik Jokowi dalam tayangan debat. Pernyataan yang telah

dibuat oleh peneliti diambil dari studi kepustakaan yang sudah tertera pada

penelitian ini. Berikut adalah deskripsi pernyataan perihal daya tarik (X3):
Tabel 4.13
Argumentasi Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019 kedua melihat dari
sudut pandang rakyat.
No. Jawaban F %
1. Sangat Setuju 10 12.7
2. Setuju 37 46.8
3. Netral 17 21.5
4. Tidak Setuju 12 15.2
5. Sangat Tidak Setuju 3 3.8
Jumlah 79 100
Sumber: Pengolahan Data

Dapat dikatakan bahwa 10 (12.7%) orang responden menjawab sangat

setuju, 37 (46.8%) responden menyatakan setuju, 17 (21.5%) responden netral, dan

12 (15.2%) responden tidak setuju, 3 (3.8%) responden sangat tidak setuju atas

pernyataan argumentasi Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019 kedua melihat

dari sudut pandang rakyat.

Pada tabel 4.12 peneliti indikator daya tarik yang diukur dalam similiarity

yang diangkat dalam pernyataan Jokowi yang memposisikan dirinya bagian dari

rakyat. Kesamaan atau similarity dimaksudkan agar orang bisa tertarik pada

komunikator karena adanya kesamaan demografi, seperti bahasa, agama, daerah

asal, maupun ideologi (Cangara, 2018).

Sebagian banyak dari responden menyatakan setuju atas pernyataan

penyesuaian Jokowi menjadi rakyat. Argumen – argumen Jokowi banyak melihat

dari sudut pandang rakyat kredibilitas Jokowi pun dapat dilihat dengan baik apabila

faktor kesamaan demografi ini terbentuk dalam persepsi responden yang telah

setuju dengan pernyataan diatas.


Namun masih ada beberapa responden yang memilih untuk netral, tidak

setuju, dan sangat tidak setuju dengan argumentasi Jokowi dalam tayangan debat

pilpres 2019 kedua melihat dari sudut pandang rakyat yang berarti sebagian dari

responden masih ada yang merasa bahwa penyampaian dari Jokowi belum

mewakili pendapat rakyat. Tetapi, mayoritas memberi respon positif yang berarti

aspek similiarity Jokowi baik.

Tabel 4.14
Pakaian yang dikenakan Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019 kedua
menarik perhatian.
No. Jawaban F %
1. Sangat Setuju 16 20.3
2. Setuju 30 38
3. Netral 15 19
4. Tidak Setuju 16 20.3
5. Sangat Tidak Setuju 2 2.4
Jumlah 79 100
Sumber: Pengolahan Data

Dapat dikatakan bahwa 16 (20.3%) orang responden menjawab sangat

setuju, 30 (38%) responden menyatakan setuju, 15 (19%) responden netral, dan 16

(20.3%) responden tidak setuju, 2 (2.4%) responden sangat tidak setuju atas

pernyataan pakaian yang dikenakan Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019

kedua menarik perhatian.

Pada tabel 4.13 ini peneliti membahas indikator daya tarik dalam aspek

physic melalui pernyataan pakaian yang dikenakan Jokowi dalam tayangan debat

pilpres 2019 (kedua) menarik perhatian responden. Daya tarik ini tidak hanya

berupa penampilan fisik (physic), namun bisa juga berupa daya tarik psikologis
yang terdiri dari kesamaan (similarity), keakraban (familiarity), atau kesukaan

(liking) (Rakhmat 2005:114).

Sebagian banyak responden merasa setuju dengan pernyataan pakaian yang

dikenakan Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019 (kedua) menarik perhatian.

Jokowi memakai pakaian serba sederhana dengan pakaian hitam putih dan ini

merupakan ciri khas Jokowi sendiri dengan ikon kesederhanaanya, ciri khas ini

menarik perhatian responden dan secara tidak langsung mempengaruhi persepsi

responden dalam kredibilitas Jokowi itu sendiri.

Namun masih ada beberapa responden yang memilih untuk netral, tidak

setuju, dan sangat tidak setuju dengan Pakaian yang dikenakan Jokowi dalam

tayangan debat pilpres 2019 kedua menarik perhatian yang berarti sebagian dari

responden masih ada yang merasa menampakan ciri khas nya yang berupa

kesederhanaan tidak menarik perhatian responden. Tetapi, mayoritas memberi

respon positif yang berarti aspek physic Jokowi baik.

Tabel 4.15
Penyesuaian pakaian Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019 kedua
menarik perhatian.

No. Jawaban F %
1. Sangat Setuju 11 13.9
2. Setuju 30 38
3. Netral 22 27.8
4. Tidak Setuju 15 19
5. Sangat Tidak Setuju 1 1.3
Jumlah 79 100

Sumber: Pengolahan Data


Dapat dikatakan bahwa 11 (13.9%) orang responden menjawab sangat

setuju, 30 (38%) responden menyatakan setuju, 22 (27.8%) responden netral, dan

15 (19%) responden tidak setuju, 1 (1.3%) responden sangat tidak setuju atas

pernyataan pakaian yang dikenakan Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019

kedua menarik perhatian.

Pada tabel 4.14 ini peneliti membahas indikator daya tarik dalam aspek

likelibility melalui pernyataan penyesuaian pakaian Jokowi dalam tayangan debat

pilpres 2019 kedua menarik perhatian responden. Faktor penting interaksi

interpersonal dan daya tarik adalah likeability atau kesukaan. Individu secara

otomatis membentuk kesan pertama yang menyenangkan dari orang yang disukai

selama pertemuan awal dan kesan pertama yang tidak menguntungkan dari yang

tidak disukai (Xiang et al, 2016).

Sebagian banyak responden pada penelitian ini menyatakan setuju untuk

pernyataan pernyataan penyesuaian pakaian Jokowi dalam tayangan debat pilpres

2019 kedua menarik perhatian responden. Hal yang pertama dilihat dari Jokowi

adalah penampilanya ataupun juga pakaianya, dalam tayangan debat pilpres 2019

(kedua) responden tertarik dengan penyesuaian pakaian yang dikenakan Jokowi

saat tampil pada tayangan debat tersebut. Hal ini membuat indikator daya tarik

Jokowi menjadi baik karena salah satu aspek dari daya tarik adalah likeability.

Namun masih ada beberapa responden yang memilih untuk netral, tidak

setuju, dan sangat tidak setuju dengan penyesuaian pakaian yang dikenakan Jokowi

saat tampil pada tayangan debat tersebut yang berarti sebagian dari responden

masih ada yang merasa penyesuaian pakaianya tidak menarik perhatian responden.
Tetapi, mayoritas memberi respon positif yang berarti aspek likeability Jokowi

baik.

Tabel 4.16
Jokowi memperlihatkan hubungan yang baik dengan lawan debat.

No. Jawaban F %
1. Sangat Setuju 10 12.7
2. Setuju 44 55.7
3. Netral 15 19
4. Tidak Setuju 8 10.1
5. Sangat Tidak Setuju 2 2.5
Jumlah 79 100
Sumber: Pengolahan Data

Dapat dikatakan bahwa 10 (12.7%) orang responden menjawab sangat

setuju, 44 (55.7%) responden menyatakan setuju, 15 (19%) responden netral, dan 8

(10.1%) responden tidak setuju, 2 (2.5%) responden sangat tidak setuju atas

pernyataan Jokowi memperlihatkan hubungan yang baik dengan lawan debat.

Pada tabel 4.15 ini peneliti membahas indikator daya tarik dalam aspek

familiarity melalui pernyataan Jokowi memperlihatkan hubungan yang baik dengan

lawan debat responden. Familiarity maksudnya seorang komunikator yang dikenal

baik lebih diterima oleh audien daripada mereka yang tidak dikenal. Komunikator

yang sudah dikenal kepiawaiannya akan mudah diterima, sebab audien tidak

akan ragu terhadap kemampuan dan kejujurannya.

Sebagian banyak responden pada penelitian ini menyatakan setuju atas

pernyataan Jokowi memperlihatkan hubungan yang baik dengan lawan debat.

Jokowi secara tidak langsung memperlihatkan keakrabanya dengan lawan debat

demi menciptakan suasana yang akrab agar menjadi sosok yang friendly dan dalam
konteks pernyataan ini kredibilitas beliau pun terlihat baik karena salah satu aspek

daya tarik yaitu Familiarity.

Namun masih ada beberapa responden yang memilih untuk netral, tidak

setuju, dan sangat tidak setuju dengan Jokowi memperlihatkan hubungan yang baik

dengan lawan debat tersebut yang berarti sebagian dari responden masih ada yang

merasa keakraban Jokowi dengan lawan debatnya terbilang belum baik. Tetapi,

mayoritas memberi respon positif yang berarti aspek Familiarity Jokowi baik.

4.2.3.1 Persentase Jawaban Responden Mengenai Daya Tarik (X3)

Setelah menguraikan jawaban dari data responden, maka selanjutnya adalah

mengetahui kategori dari keseluruhan jawaban responden mengenai daya tarik

(X3). Adapun langkah yang dilakukan adalah pertama menghitung skor total

gabungan variabel daya tarik (X3) dengan menggabungkan seluruh penilaian dari

79 responden atas 4 pertanyaan mengenai variabel daya tarik (X3). Kedua membuat

rentang kategori yang terdiri dari Tidak Baik, Cukup Baik, Baik, dan Sangat Baik.

Terakhir adalah menentukan posisi dari skor total gabungan variabel daya tarik

(X3) hingga penentuan kategori:

Dalam analisis deskriptif ini perhitungan yang digunakan untuk mengetahui

tingkat persentase skor jawaban dari variabel yang ditemukan adalah dengan rumus

(Ridwan, 2004) :

𝑛
%= × 100%
𝑁

1116
%= × 100%
1580
%= 70.6%

Keterangan:
N = Skor Empirik (Skor yang diperoleh)

N = Jumlah nilai ideal (jumlah responden x jumlah soal x skor

tertinggi)

% = Tingkat keberhasilan yang dicapai.

Perhitungan deskriptif presentase ini mempunyai langkah-langkah

Perhitungan di atas menunjukan bahwa variabel daya tarik mengenai

Kredibilitas Jokowi dalam Tayangan debat pilpres 2019 (kedua) menghasilkan

70.6%, nilai tersebut masuk kedalam kategori Baik berdasarkan pada tabel 3.3

tentang kriteria analisis deskriptif presentase.

4.3 Pembahasan

Setelah menyebarkan kuesioner kepada 79 sampel responden, lalu mengkaji

dan menganalisis data yang didapat. Peneliti menghasilkan bahwa responden yang

merupakan Mahasiswa FIKOM UNISBA 2019 memiliki persepsi kredibilitas

kepada Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019 (kedua) dinyatakan baik.

Variabel Kredibilitas pada Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019 (kedua)

diukur dengan tiga indikator dari kredibilitas berupa keahlian, keterpercayaan, dan

juga daya tarik.

Indikator “keahlian” komunikator berhubungan dengan penelitian dimana

sumber dianggap berpengetahuan, cerdas, berpengalaman, memiliki kewenangan

tertentu dan menguasai skill yang bisa diandalkan (Venus, 2009:60). Dari

pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa keahlian yang dimiliki oleh


komunikator ada dalam penilaian audience, hal ini dapat didefinisikan dengan

penguasaan yang dimiliki komunikator pada tayangang debat pilres 2019 (kedua)

dalam aspek berpengetahuan, cerdas, terlatih dan juga berpengalaman. Peneliti

memilih empat aspek pernyataan untuk mengukur indikator keahlian ini yaitu

pengetahuan, kecerdasan, pengalaman, serta terlatihnya komunikator dalam

tayangan debat tersebut.

Pernyataan mengenai aspek pengetahuan komunikator dalam tayangan

debat ini menggunakan pernyataan tabel 4.4 yaitu “keahlian Jokowi saat

berargumentasi dalam tayangan debat pilpres 2019 kedua memperlihatkan bahwa

Jokowi memiliki pengetahuan yang luas” menunjukan bahwa mayoritas responden

telah setuju atas pernyataan yang telah peneliti cantumkan dalam kuesioner tersebut

39 (49.4%) responden menyatakan setuju atas pernyataan Jokowi yang memiliki

pengetahuan yang luas saat debat pilpres 2019 (kedua).

Pernyataan kedua mengenai aspek kecerdasan Jokowi dalam tayangan debat

menggunakan pernyataan tabel 4.5 mengenai “argumentasi yang dimiliki oleh

Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019 kedua memperlihatkan kecerdasan

dalam beradu argumen dengan lawan debat”. Pernyataan ini disetujui juga oleh

responden dengan 32 (40.5%) suara responden setuju atas kecerdasan Jokowi saat

beradu argument dengan lawan debatnya. Hal ini menunjukan bahwa aspek

kecerdasan Jokowi terlihat baik saat dalam tayangan debat pilpres 2019 (kedua).

Dalam aspek kecerdasan ini Jokowi terbilang baik.

Pernyataan ketiga mengenai aspek pengalaman jokowi menggunakan tabel

4.6 mengenai “argumentasi Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019 kedua
berbicara tentang hal - hal yang belum tercapai saat periode sebelumnya”.

Pernyataan ini disetujui oleh responden dengan 29 (36.7%) suara setuju atas

pengalaman yang dimiliki oleh Jokowi saat berargumen. Hal ini menunjukan bahwa

aspek pengalaman Jokowi terbilang baik.

Pernyataan keempat mengenai aspek terlatihnya Jokowi pada saat

menyampaikan argumennya yang tertera dalam tabel 4.7 “Pemaparan argumen

Jokowi menunjukan bahwa beliau memiliki keahlian dalam menyampaikan

argument.” Pernyataan ini disetujui oleh responden sebanyak 46 (58.2%). Hal ini

menunjukan bahwa aspek terlatih Jokowi baik.

Dalam empat pernyataan diatas mengenai aspek – aspek keahlian yaitu

pengetahuan, kecerdasan, pengalaman, serta terlatihnya Jokowi dalam tayangan

debat pilpres 2019 (kedua) menunjukan bahwa indikator keahlian yang dimiliki

Jokowi baik karena dari pemaparan, isi informasi, serta bagaimana beliau

mengikuti alur tayangan debat memperlihatkan bahwa Jokowi sebagai

Komunikator tayangan debat pilpres 2019 (kedua) dapat menonjolkan

kredibilitasnya sebagai capres. Hal ini juga didukung dengan persentase jawaban

responden dari indikator keahlian yang hasilnya 71.7% dan dapat dinyatakan baik.

Indikator yang kedua peneliti mengangkat indikator keterpercayaan dalam

kredibilitas komunikator. Keterpercayaan adalah kesan audience tentang

komunikator berkaitan dengan wataknya. Komunikator yang dapat dipercaya

adalah komunikator yang dianggap jujur, tulus, bermoral, adil, sopan atau etis

(Rakhmat, 2018:324). Jokowi memperlihatkan beberapa aspek keterpercayaan

dalam tayangan debat pilpres 2019 (kedua) melalui beberapa aspek yaitu kejujuran,
moral, adil, dan juga sopan atau etis. Keempat aspek tersebut dijadikan pernyataan

yang dikemas dalam bentuk kuesioner. Berikut penjabaran hasil penelitian dalam

indikator keterpercayaan.

Pernyataan mengenai aspek kejujuran komunikator dalam tayangan debat

ini menggunakan pernyataan tabel 4.8 yaitu “Pernyataan Jokowi dalam tayangan

debat pilpres 2019 kedua yang sebagaimana adanya memperlihatkan kejujuran”

menunjukan bahwa mayoritas responden telah setuju atas pernyataan yang telah

peneliti cantumkan dalam kuesioner tersebut 28 (35.4%) responden menyatakan

setuju atas pernyataan Jokowi yang memiliki kejujuran yang luas saat debat pilpres

2019 (kedua).

Pernyataan kedua mengenai aspek ketulusan Jokowi dalam tayangan debat

menggunakan pernyataan tabel 4.9 mengenai “Jokowi dalam tayangan debat pilpres

2019 kedua memperlihatkan rasa tulus dalam menerima tanggapan lawan debat”.

Pernyataan ini disetujui juga oleh responden dengan 35 (44.3%) suara responden

setuju atas ketulusan Jokowi saat beradu argument dengan lawan debatnya. Hal ini

menunjukan bahwa aspek ketulusan Jokowi terlihat baik saat dalam tayangan debat

pilpres 2019 (kedua). Dalam aspek ketulusan ini Jokowi terbilang baik.

Pernyataan ketiga mengenai aspek moral jokowi menggunakan tabel 4.10

mengenai “Jokowi terlihat bermoral dalam membuat pernyataan dan bertindak saat

tayangan debat pilpres 2019 kedua”. Pernyataan ini disetujui oleh responden

dengan 34 (43%) suara setuju atas moral yang dimiliki oleh Jokowi saat

berargumen. Hal ini menunjukan bahwa aspek moral Jokowi terbilang baik.
Pernyataan keempat mengenai aspek keadilan Jokowi pada saat

menyampaikan argumennya yang tertera dalam tabel 4.11 “Jokowi dalam tayangan

debat pilpres 2019 kedua memperlihatkan kepatuhan dalam tata aturan debat yang

sudah ada” Pernyataan ini disetujui oleh responden sebanyak 36 (45.6%). Hal ini

menunjukan bahwa aspek keadilan Jokowi baik.

Pernyataan keempat mengenai aspek kesopanan Jokowi pada saat

menyampaikan argumennya yang tertera dalam tabel 4.12 “Saat Jokowi dalam

tayangan debat pilpres 2019 kedua beradu debat dengan lawanya memakai bahasa

dan nada bicara yang menghargai lawan” Pernyataan ini disetujui oleh responden

sebanyak 38 (48.1%). Hal ini menunjukan bahwa aspek kesopanan Jokowi baik.

Dalam empat pernyataan diatas mengenai aspek – aspek keterpercayaan

yaitu jujur, tulus, bermoral, adil, sopan atau etis Jokowi dalam tayangan debat

pilpres 2019 (kedua) menunjukan bahwa indikator keterpercayaan yang dimiliki

Jokowi baik karena dari seluruh aspek – aspek dari keterpercayaan sebagian besar

menjawab setuju atas pernyataan positif tentang indikator keterpercayaan Jokowi

dalam tayangan debat pilpres 2019 (kedua). Hal ini juga didukung dengan

persentase jawaban responden dari indikator keterpercayaan yang hasilnya 57.4%

dan dapat dinyatakan cukup baik.

Indikator yang ketiga peneliti mengangkat indikator daya tarik dalam

kredibilitas komunikator. Daya tarik menjadi salah satu faktor penting yang turut

memengaruhi terbentuknya kredibilitas komunikator karena dapat menentukan

efektivitas persuasi yang dilakukan oleh komunikator. Daya tarik ini tidak hanya

berupa penampilan fisik (physic), namun bisa juga berupa daya tarik psikologis
yang terdiri dari kesamaan (similarity), keakraban (familiarity), atau kesukaan

(liking) (Rakhmat 2005:114). Salah satu faktor kredibilitas Jokowi yaitu adanya

komponen daya tarik dalam persepsi khalayak. Daya tarik pada diri Jokowi seperti

ketika ia berpenampilan menarik, memiliki ekspresi wajah yang menarik pada saat

mengeluarkan argumenya dalam tayangan debat pilpres 2019 (kedua)

menyebabkan dirinya terlihat menarik.

Pernyataan mengenai aspek kesamaan (similarity) komunikator dalam

tayangan debat ini menggunakan pernyataan tabel 4.13 yaitu “Argumentasi Jokowi

dalam tayangan debat pilpres 2019 kedua melihat dari sudut pandang rakyat”

menunjukan bahwa mayoritas responden telah setuju atas pernyataan yang telah

peneliti cantumkan dalam kuesioner tersebut 37 (46.8%) responden menyatakan

setuju atas pernyataan Jokowi yang memiliki kesamaan (similarity) yang luas saat

debat pilpres 2019 (kedua).

Pernyataan kedua mengenai aspek physic Jokowi dalam tayangan debat

menggunakan pernyataan tabel 4.14 mengenai “Pakaian yang dikenakan Jokowi

dalam tayangan debat pilpres 2019 kedua menarik perhatian”. Pernyataan ini

disetujui juga oleh responden dengan 30 (38%) suara responden setuju atas pakaian

yang dikenakan Jokowi menarik perhatian. Hal ini menunjukan bahwa aspek physic

Jokowi terlihat baik saat dalam tayangan debat pilpres 2019 (kedua).

Pernyataan ketiga mengenai aspek moral jokowi menggunakan tabel 4.15

mengenai “Penyesuaian pakaian Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019 kedua

menarik perhatian”. Pernyataan ini disetujui oleh responden dengan 30 (38%) suara
setuju atas aspek likelibility. Hal ini menunjukan bahwa aspek moral Jokowi

terbilang baik.

Pernyataan keempat mengenai aspek keadilan Jokowi pada saat

menyampaikan argumennya yang tertera dalam tabel 4.16 “Jokowi dalam tayangan

debat pilpres 2019 kedua memperlihatkan kepatuhan dalam tata aturan debat yang

sudah ada” Pernyataan ini disetujui oleh responden sebanyak 36 (45.6%). Hal ini

menunjukan bahwa aspek keadilan Jokowi baik.

Pernyataan keempat mengenai aspek familiarity Jokowi pada saat

menyampaikan argumennya yang tertera dalam tabel 4.17 “Jokowi memperlihatkan

hubungan yang baik dengan lawan debat” Pernyataan ini disetujui oleh responden

sebanyak 44 (55.7%). Hal ini menunjukan bahwa aspek familiarity Jokowi baik.

Dalam empat pernyataan diatas mengenai aspek – aspek daya tarik yaitu

physic, similiarity, likelibility, familiarity Jokowi dalam tayangan debat pilpres

2019 (kedua) menunjukan bahwa indikator daya tarik yang dimiliki Jokowi baik.

Khalayak akan lebih menerima pesan yang ingin disampaikan oleh Jokowi apabilan

kesan khalayak kepada komunikator memiliki kesan yang baik, merasakan

keakraban pada diri Komunikator, kesamaan pendapat yang dikeluarkan melalui

argumen – argumen yang diberikan oleh komunikator dalam tayangan debat pilpres

2019 (kedua) dapat meningkatkan persepsi kredibilitas Jokowi. Hal ini juga

didukung dengan persentase jawaban responden dari indikator daya tarik yang

hasilnya 70.6% dan dapat dinyatakan baik.

Melihat dari hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa ketika seorang

komunikator dinilai memiliki kredibilitas dalam menyampaikan pesan maka


komunikan atau khalayak yang menerima pesan tersebut akan cenderung setuju

dengan pesan yang disampaikan. Berkaitan dengan hal ini, sosok Jokowi dianggap

sebagai seseorang yang memiliki kredibilitas dalam tayangan debat pilpres 2019

(kedua). Jokowi dinilai memiliki ketiga komponen kredibilitas yakni keahlian,

keterpercayaan, serta daya tarik dalam dirinya. Seperti yang diungkapkan oleh

Onong Uchjana Effendy (dalam Winoto, 2015:2) bahwa:

“Dalam bentuk proses komunikasi seorang komunikator akan sukses


apabila ia berhasil menunjukkan source of credibility, artinya menjadi
sumber kepercayaan bagi komunikan kepada komunikator ditentukan oleh
keahlian komunikator dalam bidang pekerjaannya serta dapat tidaknya
dipercaya”.
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan

Sesuai dengan maksud dan tujuan dari penelitian ini, yakni untuk

mengetahui bagaimana persepsi kredibilitas Jokowi dalam tayangan debat pilpres

2019 (kedua) yang dilihat dari dalam aspek keahlian, keterpercayaan, dan daya

tarik. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang sudah di uji statistik serta di

analisis melalui studi kepustakaan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1) Kredibilitas Jokowi dalam aspek keahlian dinilai baik dengan

persentase 71.7%. Komponen keahlian yang ada dalam pada diri

Jokowi secara keseluruhan mendapatkan penilaian yang baik dari

responden. Jokowi dinilai sebagai komunikator yang memiliki

keahlian dalam menyampaikan argumentasi dalam tayangan debat

pilpres 2019 (kedua).

2) Kredibilitas Jokowi dalam aspek keterpercayaan dinilai cukup baik

dengan persentase 57.4%. Komponen keterpercayaan yang ada dalam

pada diri Jokowi secara keseluruhan mendapatkan penilaian yang baik

dari responden. Jokowi dinilai sebagai komunikator yang memiliki

keterpercayaan dalam menyampaikan argumentasi dalam tayangan

debat pilpres 2019 (kedua).

3) Kredibilitas Jokowi dalam aspek daya tarik dinilai baik dengan

persentase 57.4%. Komponen keterpercayaan yang ada dalam pada

diri Jokowi secara keseluruhan mendapatkan penilaian yang baik dari


responden. Jokowi dinilai sebagai komunikator yang memiliki daya

tarik dalam menyampaikan argumentasi dalam tayangan debat pilpres

2019 (kedua).

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai

persepsi kredibilitas Jokowi dalam debat pilpres 2019 (kedua) yang dilihat dari

keahlian, keterpercayaan, dan daya tarik maka peneliti memiliki beberapa saran

atau masukan kepada komunikator yang akan mengejar cita – cita ingin menjadi

sosok public figure ataupun peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis,

yaitu:

5.2.1 Saran Pengembangan Teoritis

1) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti dengan judul

“Persepsi Kredibilitas Jokowi dalam Tayangan Debat Pilpres 2019” ini

diharapkan dapat menambah pengetahuan secara akademis dengan

konsep-konsep dan teori-teori yang terkait dengan ilmu komunikasi.

2) Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis terkait

kredibilitas sumber bisa menggunakan metode yang berbeda dengan

penelitian ini yang bisa lebih memperdalam dan menggambarkan lebih

jelas mengenai kredibilitas sumber yang tentunya sangat berkenaan

dengan kegiatan komunikasi.

3) Kepada peneliti lain yang akan meneliti mengenai kredibilitas sumber

bisa mengembangkan dan memperdalam ataupun mengkaitannya dengan

variabel lain agar bisa lebih jelas.


5.2.2 Saran Pengembangan Praktis

1) Jokowi sebagai komunikator dalam debat pilpres 2019 (kedua) dinilai

telah memiliki kredibilitas yang baik sehingga hal ini dapat diterapkan

oleh komunikator lainnya yang akan menjadi public figure yang

membutuhkan tingkat kredibilitas yang tinggi. Untuk bisa

menyampaikan pesan yang lebih meyakinkan, komunikator tersebut

harus bisa menunjukkan cara berkomunikasi yang baik yang dilihat dari

kejujuran dia, bagaimana ia dapat menyampaikan pesan secara ahli dan

juga memiliki daya tarik bagi komunikannya.

2) Komunikator harus bisa meningkatkan pengetahuan mereka terkait

dengan hal yang akan disampaikan karena hal itu akan berdampak

kepada keahlian mereka untuk bisa menyampaikan pesan berdasarkan

pengetahuan dan pengalaman terkait produk. Komunikator akan lebih

mudah dipercaya ketika ia menguasai bahan atau pesan yang akan ia

sampaikan. Sehingga ketika pesan tersebut diterima oleh

komunikannya, mereka akan lebih bisa mempercayai apa yang

dikatakan oleh komunikator tersebut.

Sebaiknya untuk para komunikator yang ingin menjadi public figure

harus bisa menunjukkan atau menampilkan kredibilitas dalam dirinya,

walaupun sebenarnya kredibilitas ini tidak inheren didalam diri mereka

namun setidaknya komunikator harus bisa menunjukkan komponen-

komponen yang ada pada kredibilitas tersebut seperti keahlian,

keterpercayaan, dan daya tarik karena lebih terbukti bisa menjadikan


pesan yang mereka sampaikan mudah dan efektif diterima oleh

komunikan.
DAFTAR PUSTAKA

Ardial. (2010). Komunikasi Politik. Jakarta: Indeks.


Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Asra, A. d. (2015). Pengambilan Sampel dalam Penelitian Survey. Jakarta:
Rajawali Pers.
Azwar, S. (2005). Sikap Manusia: Teori dan Pengukuranya . Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Cangara, H. (2005). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Keraf, G. (2001). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rakhmat, J. (2018). Psikologi Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media.
Ridwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Rus, M. d. (2008). Pengantar Sosial Politik. Jakarta: Rajawali Press.
Safaria. (2005). Interpersonal Intelegence: Metode Pengembangan Kecerdasan
Interpersonal. Yogyakarta: Amara Books.
Samani, M. H. (2012). Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sinambela, L. P. (2014). Reformasi Pelayanan Publik (Teori, Kebijakan, dan
Reformasi). Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sofyan, S. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: KENCANA.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: PT. Alfabet.
Sukadiyanto. (2005). Pengantar Teori dan Metodologi Melatih FIsik.
Yogyakarta: FIK Universitas Negeri Yogyakarta.
Supratikya. (2003). Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikologis.
Yogyakarta.
Surbakti, R. (2019). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grafindo.
Venus, A. (2009). Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media.
Winoto, Y. (2015). Penerapan Teori Kredibilitas Sumber dalam Penelitian
Penelitian Layanan Perpustakaan. Edulib Vol 5 No.2.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Angket/Kuesioner Penelitian

No. Responden: ……………

Assalamualaikum Wr. Wb, saya Mohammad Fauzan Ari Bagus (10080015225)

mahasiswa Manajemen komunikasi Universitas Islam Bandung 2015 sedang

melakukan penelitian untuk skripsi mengenai "Persepsi Kredibilitas Joko Widodo

dalam Tayangan Debat Pilpres 2019" . Saya Meminta ketersediaan teman-teman

untuk menjawab pertanyaan dengan sebenar-benarnya. Apabila teman teman belum

pernah menonton tayangan tersebut, diharapkan teman - teman menontonya

terlebih dahulu. Semoga teman-teman yang sudah mengisi di balas kebaikannya

oleh Allah SWT. Terimakasih. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Tayangan Debat Capres 2019 (Kedua)


Data Responden
1. Jenis Kelamin
a. Laki - Laki b. Perempuan
2. Usia
a.17 – 20 tahun b. 21 – 24 tahun
3. Apakah anda sudah menonton tayangan debat capres 2019 yang kedua?
a. Sudah b. Belum, saya akan menontonya
Petunjuk Pengisian:
Isilah kuesioner ini sesuai dengan penilaian anda, dengan memberi tanda centang
(√) atau tanda silang (X) pada kolom yang tersedia. Pilih salah satu dari 5 poin
dibawah dimana semakin ke kanan, makin rendah tingkat persetujuan anda
terhadap suatu pernyataan.
Keterangan:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
N = Netral
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju

No. Keahlian (X1) SS S N TS STS


1 Keahlian Jokowi saat berargumentasi dalam
tayangan debat pilpres 2019 kedua
memperlihatkan bahwa Jokowi memiliki
pengetahuan yang luas.
Argumentasi yang dimiliki oleh Jokowi dalam
tayangan debat pilpres 2019 kedua
2
memperlihatkan kecerdasan dalam beradu
argument dengan lawan debat
Salah satu argumentasi Jokowi dalam tayangan
debat pilpres 2019 kedua berbicara tentang hal -
3 hal yang belum tercapai saat periode
sebelumnya.

Pemaparan argumen Jokowi menunjukan bahwa


4 beliau memiliki keahlian dalam menyampaikan
argumen.
Keterpercayaan (X2) SS S N TS STS

Pernyataan Jokowi dalam tayangan debat pilpres


5 2019 kedua yang sebagaimana adanya
memperlihatkan kejujuran.
Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019
6 kedua memperlihatkan rasa tulus dalam
menerima tanggapan lawan debat.
Jokowi terlihat bermoral dalam membuat
7 pernyataan dan bertindak saat tayangan debat
pilpres 2019 kedua.
Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019
8 kedua memperlihatkan kepatuhan dalam tata
aturan debat yang sudah ada.

Saat Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019


9 kedua beradu debat dengan lawanya memakai
bahasa dan nada bicara yang menghargai lawan.
Daya Tarik (X3) SS S N TS STS
Argumentasi Jokowi dalam tayangan debat
10 pilpres 2019 kedua melihat dari sudut pandang
rakyat
Pakaian yang dikenakan Jokowi dalam tayangan
11
debat pilpres 2019 kedua menarik perhatian.
Penyesuaian pakaian Jokowi dalam tayangan
12
debat pilpres 2019 kedua menarik perhatian.
Jokowi memperlihatkan hubungan yang baik
13 dengan lawan debat.
Lampiran 2. Coding Book
No. Responden: ……………

Assalamualaikum Wr. Wb, saya Mohammad Fauzan Ari Bagus (10080015225)

mahasiswa Manajemen komunikasi Universitas Islam Bandung 2015 sedang

melakukan penelitian untuk skripsi mengenai "Persepsi Kredibilitas Joko Widodo

dalam Tayangan Debat Pilpres 2019" . Saya Meminta ketersediaan teman-teman

untuk menjawab pertanyaan dengan sebenar-benarnya. Apabila teman teman belum

pernah menonton tayangan tersebut, diharapkan teman - teman menontonya

terlebih dahulu. Semoga teman-teman yang sudah mengisi di balas kebaikannya

oleh Allah SWT. Terimakasih. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Tayangan Debat Capres 2019 (Kedua)


Data Responden
1. Jenis Kelamin
a. Laki – Laki = 1 b. Perempuan = 2
2. Usia
a.17 – 20 tahun = 1 b. 21 – 24 tahun = 2
3. Apakah anda sudah menonton tayangan debat capres 2019 yang kedua?
a. Sudah = 1 b. Belum, saya akan menontonya = 2
Petunjuk Pengisian:
Isilah kuesioner ini sesuai dengan penilaian anda, dengan memberi tanda centang
(√) atau tanda silang (X) pada kolom yang tersedia. Pilih salah satu dari 5 poin
dibawah dimana semakin ke kanan, makin rendah tingkat persetujuan anda
terhadap suatu pernyataan.
Keterangan:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
N = Netral
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju

No. Keahlian (X1) SS S N TS STS


1 Keahlian Jokowi saat berargumentasi dalam 5 4 3 2 1
tayangan debat pilpres 2019 kedua
memperlihatkan bahwa Jokowi memiliki
pengetahuan yang luas.
Argumentasi yang dimiliki oleh Jokowi dalam 5 4 3 2 1
tayangan debat pilpres 2019 kedua
2
memperlihatkan kecerdasan dalam beradu
argument dengan lawan debat
Salah satu argumentasi Jokowi dalam tayangan 5 4 3 2 1
debat pilpres 2019 kedua berbicara tentang hal -
3 hal yang belum tercapai saat periode
sebelumnya.

Pemaparan argumen Jokowi menunjukan bahwa 5 4 3 2 1


4 beliau memiliki keahlian dalam menyampaikan
argumen.
Keterpercayaan (X2) SS S N TS STS

Pernyataan Jokowi dalam tayangan debat pilpres 5 4 3 2 1


5 2019 kedua yang sebagaimana adanya
memperlihatkan kejujuran.
Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019 5 4 3 2 1
6 kedua memperlihatkan rasa tulus dalam
menerima tanggapan lawan debat.
Jokowi terlihat bermoral dalam membuat 5 4 3 2 1
7 pernyataan dan bertindak saat tayangan debat
pilpres 2019 kedua.
Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019 5 4 3 2 1
8 kedua memperlihatkan kepatuhan dalam tata
aturan debat yang sudah ada.

Saat Jokowi dalam tayangan debat pilpres 2019 5 4 3 2 1


9 kedua beradu debat dengan lawanya memakai
bahasa dan nada bicara yang menghargai lawan.
Daya Tarik (X3) SS S N TS STS
Argumentasi Jokowi dalam tayangan debat 5 4 3 2 1
10 pilpres 2019 kedua melihat dari sudut pandang
rakyat
Pakaian yang dikenakan Jokowi dalam tayangan 5 4 3 2 1
11
debat pilpres 2019 kedua menarik perhatian.
Penyesuaian pakaian Jokowi dalam tayangan 5 4 3 2 1
12
debat pilpres 2019 kedua menarik perhatian.
Jokowi memperlihatkan hubungan yang baik 5 4 3 2 1
13 dengan lawan debat.
Lampiran 3. Coding Sheet
DATA RESPONDEN Keahlian (X1) Keterpercayaan (X2) Daya Tarik (X3)
NO Total X
D1 D2 D3 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13
1 1 2 1 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 57
2 1 1 1 5 4 4 3 4 4 4 5 4 4 5 4 3 53
3 1 1 1 4 5 4 4 5 3 4 5 3 4 5 3 3 52
4 2 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52
5 2 1 1 4 4 5 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 50
6 2 1 1 4 3 4 5 4 4 3 4 4 4 5 3 4 51
7 1 1 1 4 3 4 4 3 4 4 5 4 4 3 4 4 50
8 1 1 1 4 5 4 3 4 4 3 4 5 3 5 3 4 51
9 1 1 1 5 4 4 3 5 5 3 5 3 5 5 4 4 55
10 2 1 1 4 3 5 4 3 4 5 4 4 5 5 3 4 53
11 1 1 1 4 5 4 5 3 4 4 4 3 5 3 5 4 53
12 1 1 1 4 3 4 4 3 5 5 4 3 4 5 3 5 52
13 2 1 1 4 4 5 4 3 4 5 4 4 5 4 5 3 54
14 1 1 1 4 4 3 4 5 4 4 5 3 4 5 4 4 53
15 2 1 1 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 3 5 4 52
16 1 1 1 4 4 5 3 5 4 4 3 5 3 4 4 4 52
17 2 1 1 4 4 5 4 4 3 3 3 5 4 4 4 3 50
18 1 1 1 4 3 4 4 5 4 3 3 4 5 4 4 4 51
19 2 1 1 4 4 4 4 5 3 3 4 3 3 4 3 4 48
20 1 1 1 3 4 4 3 5 5 5 4 5 4 3 5 4 54
21 2 1 1 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52
22 1 1 1 4 3 4 5 3 4 4 4 4 5 4 5 4 53
23 2 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 51
24 2 1 1 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 53
25 1 1 1 5 4 5 4 3 3 4 5 4 4 5 2 4 52
26 1 1 1 3 4 2 4 4 5 4 4 3 2 4 5 4 48
27 2 1 1 3 5 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 47
28 1 2 1 4 4 5 3 4 5 3 4 4 4 4 2 1 47
29 1 1 1 4 4 3 3 5 5 4 4 3 5 5 5 2 52
30 1 1 1 3 5 4 4 4 3 4 3 4 4 5 3 4 50
31 1 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52
32 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52
33 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52
34 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 53
35 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52
36 1 2 1 4 4 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 4 34
37 1 2 1 2 2 2 5 2 2 2 2 4 2 5 2 5 37
38 2 2 1 5 2 5 5 2 2 2 2 4 2 1 2 2 36
39 1 2 1 1 2 1 2 5 2 2 2 4 4 2 4 4 35
40 1 1 1 5 4 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
41 1 2 1 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 3 5 32
42 1 2 1 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 4 2 30
43 1 1 1 2 2 2 4 2 2 3 2 2 2 4 4 4 35
44 1 1 1 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 58
45 1 2 1 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 4 2 4 32
46 1 2 1 2 2 2 4 2 2 2 2 2 1 2 2 4 29
47 1 2 1 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28
48 1 2 1 4 4 4 3 4 4 4 3 5 4 4 4 4 51
49 1 2 1 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 53
50 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 46
51 1 1 1 2 2 2 4 2 2 2 2 2 1 2 2 2 27
52 1 2 1 2 2 2 4 1 1 2 2 4 1 2 2 2 27
53 1 2 1 3 2 5 3 1 1 2 4 4 3 2 1 5 36
54 1 2 1 3 1 2 4 4 1 3 4 4 4 4 3 4 41
55 1 2 1 3 2 5 3 1 4 4 4 4 4 2 2 5 43
56 1 2 2 1 3 5 3 1 4 4 5 3 4 5 4 5 47
57 1 2 1 2 1 5 3 3 4 4 5 4 3 2 3 4 43
58 1 2 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 65
59 1 2 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 65
60 1 1 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 65
61 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36
62 1 2 1 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 51
63 1 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52
64 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39
65 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39
66 2 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39
67 2 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52
68 2 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39
69 1 1 1 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 48
70 2 1 2 3 3 2 4 2 2 2 4 4 3 4 3 3 39
71 2 1 2 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 50
72 2 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39
73 2 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39
74 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39
75 2 1 1 3 3 5 4 2 2 3 1 3 4 1 2 1 34
76 1 1 1 4 2 3 4 3 3 3 3 4 3 2 2 4 40
77 1 1 1 2 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 44
78 2 1 1 4 3 2 4 2 4 2 2 2 2 2 3 4 36
79 2 1 1 4 3 2 4 2 4 2 2 2 2 2 3 4 36
Lampiran 4. Uji Statistik
Lampiran 6. Riwayat Hidup Peneliti
1. Data Pribadi
Nama : Mohammad Fauzan Ari Bagus
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 12 November 1997
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Komplek Bandung Indah Raya Blok C13 No.12a
No. Handphone : 081394873444
E-mail : mohammadfauzanaribagus@gmail.com
2. Riwayat Pendidikan
2002 – 2003 : TK Sabili
2003 – 2009 : SDI Asy- Syifa 1
2009 – 2012 : SMPN 28 Bandung
2012 – 2015 : SMAN 25 Bandung
2015 – Sekarang : Fakulltas Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Bandung
3. Kepanitiaan dan Organisasi
 Staff Divisi Connection of Mankom Alumi Keluarga Mahasiswa
Manajemen Komunikasi 2016-2017.
 Panitia Studium Generale Mankom 2017 Staff Divisi Produksi
 Panitia Mankom Awards 2018 Staff Divisi Produksi
 Panitia Salam Sapa Mankom 2018 Staff Divisi Dekorasi
 Kepala Divisi Connection of Mankom Alumni Mahasiswa Manajemen
Komunikasi 2017-2018
 Penasihat Pra – Studium Generale Mankom 2018
 Penasihat Studium Generale Mankom 2018
 Penasihat Studi Kunjungan Mankom 2018
 Penasihat Salam Sapa Mankom 2019
 Panitia CGEN Festival 2019 Staff Divisi Acara

Anda mungkin juga menyukai