Anda di halaman 1dari 115

IMPLEMENTASI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

CIMANUK DI KABUPATEN GARUT BERDASARKAN PERATURAN


PEMERINTAH NO.37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH
ALIRAN SUNGAI JO PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
NO.20 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN
SUNGAI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Sarjana (S1)
Pada Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung

Disusun Oleh :
NAZELIA OKTOVIANI
NPM. 10040013034
Program Kekhususan : Hukum Perdata

Dibawah Bimbingan
Dr. Neni Ruhaeni, SH.,LL.M.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2017
IMPLEMENTASI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)
CIMANUK DI KABUPATEN GARUT BERDASARKAN PERATURAN
PEMERINTAH NO.37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH
ALIRAN SUNGAI JO PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
NO.20 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN
SUNGAI

SKRIPSI
Bandung,
Disetujui Untuk Diajukan Ke Muka Sidang
Panitia Ujian Sarjana Hukum
Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung

Menyetujui :
Pembimbing,

Dr. Neni Ruhaeni., SH.,LL.,M

Mengetahui:
Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung

Prof. Dr. Nandang Sambas., SH.,MH


Scanned by CamScanner
ABSTRAK
Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh rusaknya Daerah Aliran Sungai
(DAS) Cimanuk di Kabupaten Garut dan pengelolaan yang tidak dilakukan secara
optimal oleh para pemangku kepentingan serta instansi terkait. Kerusakan DAS
tersebut mengakibatkan kondisi DAS Cimanuk semakin kritis, sehingga ekosistem di
wilayah DAS Cimanuk tidak lagi seimbang dan mengakibatkan terjadinya banjir
bandang di wilayah Garut sebagaimana yang baru-baru ini terjadi. Banjir bandang
tersebut menandakan adanya ketidakseimbangan ekosistem di wilayah Garut yang
disebabkan antara lain oleh banyaknya kawasan hutan di sekitar DAS Cimanuk yang
beralihfungsi menjadi lahan permukiman warga, lahan perkebunan, maupun lahan
wisata. Pemerintah telah mengeluarkan PP No.37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya dijabarkan oleh Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, namun
kondisi kerusakan DAS di wilayah Garut semakin masif.
Oleh karena itu permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini adalah bagaimana
pengelolaan DAS berdasarkan PP No.37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai Jo Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan bagaimana implementasi dari kedua
peraturan tersebut di DAS Cimanuk di Kabupaten Garut. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode yuridis normatif, yaitu penelitian yang dilakukan
dengan cara mengkaji dan menganalisis secara logis ketentuan-ketentuan hukum yang
relevan dengan melalui studi pustaka terhadap data sekunder yang terdiri dari bahan
hukum primer dan sekunder, serta wawancara sebagai pendukung data sekunder.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis kualitatif.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pengelolaan DAS berdasarkan PP No.37
Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jo Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dilakukan
dengan melalui beberapa tahapan kegiatan yaitu Perencanaan, Pelaksanaan,
Monitoring dan Evaluasi, serta Pembinaan dan Pengawasan. Tetapi peraturan terkait
dengan Pengelolaan DAS di DAS Cimanuk di Kabupaten Garut belum dapat
diimplementasikan secara optimal oleh masyarakat maupun instansi terkait dengan
pengelolaan DAS, sehingga menyebabkan kerusakan terhadap DAS Cimanuk,
dimana hal tersebut mengakibatkan banjir bandang di Kabupaten Garut dan hal
tersebut juga berdampak pada kerusakan lingkungan sekitar wilayah Garut. Apabila
peraturan tersebut dapat dilaksanakan secara optimal oleh para pihak terkait, maka
besar kemungkinan banjir yang terjadi tidak akan separah seperti yang baru saja
dialami oleh masayarakat Garut.

i
KATA PENGANTAR

ِ ‫ْــــــــــــــــــم هللاِ الرَّحْ َم ِن الر‬


‫َّحي ِْم‬ ِ ‫بِس‬

Assalamu’alaikum Wr.Wb,

Puji dan syukur penulis Panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan seru sekalian

Alam karena atas Nikmat, Karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul: “Implementasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Cimanuk Di Kabupaten Garut Berdasarkan PP No.37 Tahun 2012 Tentang

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jo Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat

No.20 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai“.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi besar

Muhammad SAW beserta keluarganya yang telah menyampaikan pesan-pesan

kebenaran dari Allah SWT dan yang menjadi suri tauladan setiap insan yang beriman.

Skripsi ini disusun oleh penulis sebagai tugas akademis untuk memenuhi salah satu

syarat dalam menempuh sidang skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada

Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung. Penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun pembahasan oleh

karenanya penulis sangat berterimakasih dan sangat menghargai kritik dan saran dari

semua pihak yang bersifat membangun. Dari awal ide dan gagasan penulisan skripsi

ini dimulai tentunya tidak terlepas dari kontribusi para pihak yang telah banyak

membantu baik secara langsung maupun secara tidak langsung maka sudah

sepatutnya penulis mengucapkan terimakasih khusunya kepada Ibu Dr. Neni

ii
Ruhaeni., SH.,LL.,M selaku dosen pembimbing, yang telah meluangkan waktunya

untuk membimbing dan mengarahkan penulis agar dapat menyelesaikan penulisan ini

dengan baik serta berkenan membagi ilmunya kepada penulis. Atas semua yang telah

diberikan semoga Allah SWT akan membalas kebaikan beliau dengan balasan

berlipat ganda Aamiin. Disamping itu penulis juga ingin mengucapkan terimakasih

kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Nandang Sambas., SH.MH, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Islam Bandung.

2. Ibu Hj.Lina Jamilah, SH., M.H., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum

Universitas Islam Bandung.

3. Ibu Hj. Yeti Sumiyati,S.H.,M.H., selaku Ketua Bagian Perdata Fakultas Hukum

Universitas Islam Bandung.

4. Bapak Dr. H. Asyhar Hidayat, SH.MH, selaku dosen wali penulis selama di

Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung.

5. Dosen - dosen dan Seluruh civitas akademika Fakultas Hukum Universitas Islam

Bandung.

6. Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada orang-

orang terbaik dalam hidup Penulis yakni Ibunda tercinta Lina dan Ayahanda

tercinta Raden Dedi Djuandi yang menjadi tempat pengaduan dan tumpuanku.

Kakak penulis yang tersayang Akbar Nazary S.Hum, Adisa Muhamad S.Par dan

Diana Arum S.Psi yang memberikan dukungan kepada penulis dalam

menghadapi tugas akhir ini. Terimakasih atas kesabaran kalian. Terima kasih

iii
pula atas kasih sayang keluarga besar penulis yang juga memberikan dorongan

semangat.

7. Sahabat terdekat penulis yakni Windasari, Desta Fransiska A.Md, Andine Azka, ,

Ryantino M, Dwina Tamara A.Md, Arimbi Dayu, Risma Yunita A.Md, Aviana

Ayu A.Md, Dini Ardiningsih, Ria Utami Eka A.Md, Mala Fitriani, Layli

Maghfiro, Raenaldy Putra, M Boby R, sahabat BGS dan kawan-kawan lainnya

yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis yang selalu memberikan

motivasi bagi penulis untuk dapat dengan cepat menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat penulis Adinda Nurrizkia, Refani Yanuarti, Hasya Fatharani,

Destri Putriarni, Andhika Ekky, Rizki Gunatiar, Alip Maulana, Fariz Aziz,

Monica Arisna, Yunita, dan Bianca Shita, kalian rekan-rekan kuliah

seperjuangan yang selalu menghibur dan memberikan semangat kepada penulis

selama ini.

9. Dan terakhir terimakasih untuk Raden Fahmy Fauzi Soeriaadiningrat A.Md yang

selalu menemani dan mendengarkan segala keluh kesah penulis dalam

menghadapi penulisan skripsi ini. Terimakasih banyak atas kesabaran dalam

memberikan pendapat dan saran kepada penulis, serta selalu memberikan

motivasi dan semangat agar penulis dapat dengan cepat menyelesaikan penulisan

skripsi ini dengan baik. Terimakasih banyak.

Demikianlah Kata Pengantar ini diakhiri dengan doa “Semoga Allah

senantiasa melimpahkan Rahmat dan karunianya serta membalas setiap kebaikan

dari kita Aamiin”.

iv
Bandung, Januari 2017

Nazelia Oktoviani

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 7

D. Kegunaan Penelitian ........................................................................................... 7

E. Kerangka Pemikiran ........................................................................................... 8

F. Metode Penelitian ............................................................................................. 17

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN

HIDUP DAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI .......................... 20

A. Lingkungan Hidup ............................................................................................ 20

1. Pengertian Lingkungan Hidup ..................................................................... 20

2. Fungsi Lingkungan Hidup ............................................................................ 21

B. Hukum Lingkungan ........................................................................................... 22

1. Pengertian Hukum Lingkungan ................................................................... 22

2. Pengaturan Mengenai Hukum Lingkungan ................................................. 23

C. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ............................................ 25

1. Pengertian Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ..................... 25

2. Ruang Lingkup Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ............. 26

v
3. Asas-asas Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ...................... 32

4. Kewenangan Pemerintah dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup .. ....................................................................................................... 34

D. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai .. ................................................................. 34

1. Pengelolaan DAS berdasarkan PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai ..................................................................................... 36

2. Pengelolaan DAS berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.20

tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai .............................. 44

3. Peraturan Terkait dengan Pengelolaan DAS ................................................ 54

4. Prinsip-prinsip Dasar Perencanaan Pengelolaan DAS ................................. 55

BAB III KONDISI OBJEKTIF DAS CIMANUK DI KABUPATEN GARUT

DAN PENGELOLAANNYA .................................................................................. 58

A. Kondisi Objektif DAS Cimanuk ....................................................................... 58

B. Pengelolaan DAS Cimanuk .............................................................................. 63

BAB IV PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI BERDASARKAN PP

NO.37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN

SUNGAI JO PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO.20

TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN

IMPLEMENTASINYA DI DAS CIMANUK KAB GARUT ............................... 71

A. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berdasarkan PP No.37 Tahun 2012 Tentang

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jo Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat

No.20 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai ...................... 71

vi
1. Pengelolaan DAS berdasarkan PP No.37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai ................................................................................ 74

2. Pengelolaan DAS berdasarkan Perda Provinsi Jawa Barat No.20 Tahun

2014 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai ..................................... 79

B. Implementasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Cimanuk di Kabupaten Garut

Berdasarkan PP No.37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Jo Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.20 Tahun 2014 Tentang

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai ................................................................... 85

BAB V PENUTUP .................................................................................................... 98

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 98

B. Saran ................................................................................................................ 100

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 102

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan hidup merupakan bagian yang tidak terlepas dari kehidupan

manusia. Lingkungan hidup merupakan tempat manusia untuk mencari

makan,minum,serta memenuhi kebutuhan lainnya, karena lingkungan hidup

merupakan sumber pertama yang terpenting bagi kehidupan manusia. Untuk

keperluan hidupnya,manusia memanfaatkan bagian-bagian lingkungan hidup seperti

hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan, air, udara, sinar matahari, dan lain

sebagainya.1Sumber daya alam juga merupakan bagian dari unsur lingkungan hidup

yang diperlukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sumber daya alam sangat

diperlukan oleh manusia untuk dikelola serta dikonsumsi untuk memenuhi

kebutuhan. Untuk mencapai semua kebutuhannya,manusia tidak bisa terlepas dari

alam sebagai penyedia sumber daya yang menyediakan pemenuhan kebutuhan

manusia. Sumber daya alam tertentu juga mempunyai keterbatasan menurut ruang

dan waktu, oleh sebab itu diperlukan pengelolaan sumber daya alam yang baik dan

bijaksana.2

Lingkungan hidup ini perlu dikembangkan juga dilestarikan kemampuannya

agar tetap dapat menjadi sumber dan penunjang hidup serta peningkatan kualitas bagi

1
N.H.T Siahaan, Ekologi Pembangunan Dan Hukum Tata Lingkungan, Erlangga:Jakarta,1987, hlm.1
2
Rachmadi Usman, Pembaharuan Hukum Lingkungan Nasional, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2003,
hlm 28.

1
bangsa dan rakyat Indonesia. Tetapi sampai pada saat ini telah banyak kerusakan

lingkungan hidup yang terjadi sehingga menyebabkan ekosistem suatu daerah tidak

lagi seimbang. Hal tersebut terjadi karena kurangnya kesadaran manusia untuk

menjaga dan melestarikan lingkungan hidup, yang di dalamnya terdapat sumber daya

alam yang melimpah. Padahal ketergantungan manusia akan sumber daya alam

semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk serta

semakin tinggi dan beragamnya tingkat kebutuhan.

Pada kenyataannya masih banyak lingkungan hidup yang rusak, salahsatunya

kerusakan hutan. Penyebab kerusakan hutan tersebut terjadi antara lain karena

penebangan liar,perambahan dan pembukaan lahan hutan,alih fungsi lahan hutan,

serta penggundulan hutan, di mana hal tersebut juga akan akan berdampak pada areal

resapan air,sehingga Daerah Aliran Sungai (DAS) di sekitar hutan tidak dapat bekerja

secara optimal dalam menyerap dan menampung curah air hujan ketika hujan turun

dalam intensitas tinggi. Padahal hutan sendiri memiliki peranan penting dalam

mengkonservasi DAS. Dengan semakin berkurangnya hutan,maka timbul berbagai

masalah dalam pengelolaan DAS, karena hutan mempunyai sifat:3

a. Meredam tingginya debit sungai pada musim hujan, dan berpotensi

memelihara kestabilan aliran air sungai pada musim kemarau.

b. Mempunyai serasah yang tebal sehingga memudahkan air meresap ke dalam

tanah dan mengalirkannya secara perlahan ke sungai. Selain itu, lapisan

3
https://bebasbanjir2025.wordpress.com, diakses tanggal 11 Oktober 2016.

2
serasahnya juga melindungi permukaan tanah dari gerusan aliran permukaan

sehingga erosi pada tanah hutan sangat rendah.

c. Mempunyai banyak pori makro dan pipa di dalam tanah yang memungkinkan

pergerakan air secara cepat ke dalam tanah.

Karena sifat-sifat hutan yang menguntungkan tersebut, maka hutan perlu

dipertahankan. Jika tidak, maka akan berdampak pada kerusakan-kerusakan

lingkungan hidup lainnya. Seperti kerusakan yang akan berakibat terhadap semakin

meluasnya lahan kritis, terutama lahan kritis dalam Daerah Aliran Sungai.4 Hal itu

disebabkan oleh penerapan pembangunan yang tidak berkelanjutan yang

menyebabkan berkurangnya kemampuan sungai dalam mendukung kehidupan dan

menyediakan sumber mata pencaharian bagi manusia.5 Kerusakan lahan atau tidak

lagi berfungsinya DAS dengan baik antara lain karena Pengelolaan DAS yang tidak

dilakukan secara optimal,keadaan tersebut akan mengakibatkan kerusakan pada

banyak hal seperti, terjadinya banjir bandang karena sungai tidak dapat lagi

menampung debit air, air sungai yang sangat keruh, pendangkalan di sungai dan

waduk, penggerusan tebing sungai, dan menurunnya produktivitas lahan yang

merupakan sebahagian dari dampak terjadinya erosi.6

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dilakukan sebagai upaya manusia

dalam mengatur hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia di

4
Joko Triwanto, Konservasi Lahan Hutan dan Pengelolaan DAS, Cetakan Pertama, Umm Press :
Jakarta. 2012, hlm 27.
5
Dodi Yuniar H. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai: Sebuah Pendekatan Negosiasi. InsistPress.
2008.hlm. 18.
6
http://repository.unhas.ac.id/, diakses tanggal 02 Oktober 2016.

3
dalam DAS dan segala aktivitasnya,agar terwujud kelestarian dan keserasian

ekosistem,serta meningkatnya kemanfaatan sumber daya alam bagi manusia secara

berkelanjutan.7Tujuan adanya pengelolaan DAS ini adalah untuk mewujudkan

kesadaran,dan partisipasi aktif dari Instansi Terkait serta peran masyarakat dalam

Pengelolaan DAS yang lebih baik, mewujudkan kondisi lahan yang produktif sesuai

dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan DAS yang berkelanjutan,

mewujudkan kuantitas,kualitas dan keberlanjutan ketersediaan air yang optimal

menurut ruang dan waktu serta mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat.8

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu bentuk pengembangan

wilayah dengan DAS sebagai suatu unit pengelolaan.9

Salah satu Daerah Aliran Sungai yang saat ini sudah tidak lagi berfungsi

dengan baik adalah DAS Cimanuk di Kabupaten Garut. Di mana menurutDinas

Kehutanan RI hanya 22 DAS di Indonesia yang kondisinya kritis dan super kritis.

Pada tahun 1992 , jumlah DAS yang rusak meningkat menjadi 29 DAS. Dua tahun

kemudian jumlahnya menjadi 39 DAS, lalu pada tahun 1998 menjadi 42 DAS, tahun

2000 menjadi 58 DAS, tahun 2002 menjadi 60 DAS, dan tahun 2007 sekitar 80 DAS

yang rusak super kritis dan kritis. Kerusakan ini akibat intervensi manusia yang

makin besar-besaran merusak DAS. Akibat kerusakan DAS membuat lingkungan

semakin sensitive. Untuk DAS Cimanuk sendiri,lahannya sudah kritis sejak tahun

7
PP No.37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
8
Penjelasan atas PP No.37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
9
Slamet Prayogi, Setyawan Purnama, dan Darmanto,Darmakusuma. Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai. Gadjahmada University Press:Yogyakarta: Gadjahmada University Press. 2015, hlm 12.

4
1984. Menurut Sutopo Purwo Nugroho selaku Ketua BNPB (Badan Nasional

Penanggulangan Bencana) menerangkan buruknya DAS bisa diukur dengan nilai

Koefisien Regim Sungai (KRS). KRS adalah perbandingan antara nilai debit air

maksimum alias saat banjir, dengan nilai debit air minimum alias saat kering pada

suatu DAS.Suatu DAS dapat dikategorikan baik jika KRS nilainya kurang dari 40 ,

sedang 40 hingga 80, dan buruk lebih dari 80,sedangkan KRS Cimanuk sudah

mencapai 713.10

Padahal telah ada peraturan terkait tentang pengelolaan DAS yang diatur

melalui Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup serta Peraturan Pemerintah No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai. Terhadap DAS Cimanuk di Kabupaten Garut yang berada di

Provinsi Jawa Barat, telah ada pula Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.20

Tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Peraturan-peraturan tersebut

menjelaskan bagaimana Pengelolaan DAS yang seharusnya dilakukan oleh pihak-

pihak terkait dalam menjaga dan memelihara DAS yang ada. Tetapi sampai saat ini

Peraturan-peraturan tersebut belum dilaksanakan secara optimal oleh Pemerintah. Di

mana Pengelolaan DAS secara Terpadu belum juga dapat tercapai hingga saat ini. Hal

tersebut mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem suatu daerah. Akibatnya

terjadi bencana seperti banjir bandang sebagai salah satu indikasi dari

ketidakseimbangan ekosistem tersebut, di mana tidak berfungsinya DAS Cimanuk di

10
http://mediaindonesia.com/news/read/68124/banjir-garut-akibat-hutan-gundul,diakses pada 06
November 2016.

5
Kabupaten Garut dengan baik.Banjir bandang yang terjadi akibat meluapnya air

Sungai Cimanuk berdampak kepada sejumlah kecamatan, kecamatan-kecamatan

tersebut meliputi Kecamatan Bayongbong, Kecamatan Garut Kota, Kecamatan Banyu

Resmi, Kecamatan Tarogong Kaler, Kecamatan Tarogong Kidul, Kecamatan Karang

Pawitan, dan Kecamatan Samarang.11Banjir bandang yang baru terjadi di Garut

tersebut menimbulkan banyak kerugian, antaralain seperti kerugian terhadap

pemukiman warga yang rusak,hancur, dan roboh, rusaknya infrastruktur publik dan

pemerintahan, perekonomian warga yang terhenti, kehidupan sosial masyarakat

Garutyang terganggu dan sejumlah sektor lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, untuk itu penulis tertarik untuk mengkaji lebih

lanjut mengenai penelitian dengan judul ”IMPLEMENTASI PENGELOLAAN

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIMANUK DI KABUPATEN GARUT

BERDASARKANPP NO.37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN

DAERAH ALIRAN SUNGAI JO PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA

BARAT NO.20 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN

SUNGAI.”

B. Identifikasi Masalah

Rumusan masalah di dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) berdasarkan PP No.37

Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jo Peraturan Daerah

11
https://act.id/index.php/id/whats-happening/view/3195/banjir-bandang-dan-longsor-terjang-
kabupaten-garut, diakses pada 19 Oktober 2016.

6
Provinsi Jawa Barat No.20 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran

Sungai?

2. Bagaimana implementasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

berdasarkan PP No.37 Tahun 2012 Tentang Daerah Aliran Sungai dan

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.20 Tahun 2014 Tentang

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai di DAS Cimanuk Kabupaten Garut?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan ini diperlukan untuk memberikan arah penyelesaian terhadap

permasalahan yang telah di paparkan. Adapun tujuan dari penelitian ini :

1. Untuk mengetahui Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) berdasarkan PP

No.37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jo Peraturan

Daerah Provinsi Jawa Barat No.20 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai.

2. Untuk mengetahui implementasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

berdasarkan PP No.37 Tahun 2012 Tentang Daerah Aliran Sungai dan

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.20 Tahun 2014 Tentang

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai di DAS Cimanuk Kabupaten Garut

D. Kegunaan Penelitiaan

Selain itu, kegunaan penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam

pengembangan ilmu hukum khususnya Hukum Lingkungan mengenai

7
pengelolaan Daerah Aliran Sungai berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran kepada pemerintah daerah Kabupaten Garut terhadap pengelolaan

DAS yang dilakukan secara optimal berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi

Jawa Barat No.20 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Cimanuk di Kabupaten Garut.

E. Kerangka Pemikiran

1. Teori Lingkungan Hidup dan Hukum Lingkungan

a. Lingkungan Hidup

Seorang ahli ilmu lingkungan (ekologi) terkemuka yaitu

Prof.Dr.Ir.Otto.Soemarwoto mendefinisikan lingkungan hidup adalah jumlah semua

benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi

kehidupan kita.12 Menurut Prof.Dr.St. Munadjat Danusaputro,SH sebagai ahli hukum

lingkungan terkemuka dan Gurubesar Hukum Lingkungan Universitas Padjajaran

mengartikan lingkungan hidup sebagai semua benda dan kondisi termasuk di

dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam ruang tempat

manusia berada

12
Otto Soemarwoto, Permasalahan Lingkungan Hidup, dalam Seminar segi-segi Hukum Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Binacipta,1977.

8
dan mempengaruhi hidup dan kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.13

Menurut Ketentuan Umum Pasal 1 angka 1 Undang-undang No.32 tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lingkungan hidup adalah

kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk

manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan

perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.14

Pada prinsipnya, lingkungan hidup merupakan suatu sistem yang saling

berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga pengertian lingkungan hidup hampir

mencakup semua unsur ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa di bumi ini. Maka dari

itu,lingkungan hidup termasuk manusia dan perilakunya merupakan unsur lingkungan

hidup yang sangat menentukan.15 Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan

saat ini oleh sebagian kalangan dianggap tidak bernilai, karena lingkungan hidup

(alam) hanya sebuah benda yang diperuntukkan bagi manusia. Dengan kata lain,

manusia merupakan penguasa lingkungan hidup, sehingga lingkungan hidup hanya

dipersepsikan sebagai obyek dan bukan sebagai subyek.16

13
St. Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan, Buku I Umum, Binacipta, 1980.
14
Pasal 1 angka 1 Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
15
Lusiana Tijow, Kebijakan Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Indonesia, Dosen Fakultas
Ilmu Sosial UNG, hlm.2.
16
Koesnadi Hardjasoemantri,. Hukum Tata Lingkungan. Cetakan Kesembilan Belas. Edisi Kedelapan.
Gajah Mada University Press.Yogyakarta. 2006, hlm. 25.

9
Dari definisi-definisi di atas, maka pengertian lingkungan hidup dapat

dirangkum dalam suatu rangkaian unsur-unsur sebagai berikut :17

1. Semua benda, berupa : manusia,hewan, tumbuhan, organisma, tanah, air,udara,

rumah, sampah, mobil, angina,dll. Keseluruhan yang disebut ini diglongkan sebagi

materi. Sedangkan satuan-satuannya disebut sebagai komponen;

2. Daya,disebut juga dengan energy;

3. Keadaan, disebut juga dengan kondisi atau situasi;

4. Perilaku atau tabiat ;

5. Ruang,yaitu wadah dengan berbagai komponen benda;

6. Proses interaksi, disebut juga saling mempengaruhi,atau pula bisa disebut dengan

jaringan kehidupan.

b. Hukum Lingkungan

Hukum lingkungan menurut Soedjono adalah hukum yang mengatur tatanan

lingkungan (lingkungan hidup), dimana lingkungan mencakup semua benda dan

kondisi, termasuk di dalamnya manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan

hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad-jasad hidup lainnya. Hukum lingkungan

merupakan sebuah cabang dalam disiplin ilmu hukum yang berkaitan dengan

pengaturan hukum terhadap perilaku atau kegiatan-kegiatan subjek hukum dalam

pemanfaatan dan perlindungan sumber daya alam.18 Hukum lingkungan dalam bidang

ilmu hukum, merupakan salah satu bidang ilmu hukum yang paling strategis karena

17
N.H.T Siahaan, Op.cit.,hlm.3.
18
Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan Di Indonesia, Rajawali Pers : Jakarta, 2013, hlm.15.

10
hukum lingkungan mempunyai banyak segi yaitu segi hukum administrasi, segi

hukum pidana, dan segi hukum perdata. Dengan demikian, tentu saja hukum

lingkungan memiliki aspek yang lebih kompleks. Sehingga untuk mendalami hukum

lingkungan itu sangat mustahil apabila dilakukan seorang diri, karena kaitannya yang

sangat erat dengan segi hukum yang lain yang mencakup pula hukum lingkungan di

dalamnya.19

Hukum Lingkungan Indonesia adalah keseluruhan peraturan yang mengatur

tingkah laku manusia (orang) tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak

dilakukan terhadap “lingkungan hidup Indonesia” yang pelaksanaan peraturan

tersebut dapat dipaksakan dengan suatu sanksi oleh pihak yang berwenang. Dengan

demikian, perbedaan pengertian antara “hukum lingkungan” dan “hukum lingkungan

Indonesia” adalah terletak pada ruang lingkup berlakunya keseluruhan peraturan

tersebut, yaitu hanya berlaku di wilayah Nusantara; atau hanya pada lingkungan

hidup Republik Indonesia.20

Menurut Mochtar Kusumaatmadja, pengaturan hukum mengenai masalah

lingkungan hidup manusia yang perlu dilakukan, antaralain :

1) Peranan hukum adalah untuk menstrukturkan keseluruhan proses sehingga

kepastian dan ketertiban terjamin. Adapun isi materi yang harus diatur ditentukan

oleh ahli-ahli dari masing-masing sektor, di samping perencanaan ekonomi dan

pembangunan yang akan memperlihatkan dampak secara keseluruhan.

19
http//id.wikipedia.org//wiki/Hukum_Lingkungan,diakses tanggal 10 Oktober 2016.
20
R,M Gatot P. Soemartono, Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika:Jakarta,2004, hlm.61.

11
2) Cara pengaturan menurut hukum perundang-undangan dapat bersifat preventif

atau represif; sedangkan mekanismenya ada beberapa macam, yang antara lain

dapat berupa perizinan, insentif, denda, dan hukuman.

3) Cara pendekatan atas penanggulangannya dapat bersifat sektoral, misalnya

perencanaan kota, pertambangan, pertanian, industri, pekerjaan umum,

kesehatan, dan lain-lain. Dapat juga dilakukan secara menyeluruh dengan

mengadakan Undang-undang Pokok mengenai Limgkungan Hidup Manusia

(Law on the Human Environment atau Environmental Act) yang merupakan

dasar bagi pengaturan sektoral.

4) Pengaturan masalah ini dengan jalan hukum harus disertai oleh suatu usaha

penerangan dan pendidikan masyarakat dalam soalsoal lingkungan hidup

manusia. Hal ini karena pengaturan hukum hanya akan berhasil apabila

ketentuan-ketentuan atau peraturan perundang-undangan itu dipahami oleh

masyarakat dan dirasakan kegunaannya.

5) Efektivitas pengaturan hukum masalah lingkungan hidup manusia tidak dapat

dilepaskan dari keadaan aparat administrasi dan aparat penegak hukum sebagai

prasarana efektivitas pelaksanaan hukum dalam kenyataan hidup sehari-hari.21

2. Teori Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan

terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah

21
Ibid.,hlm 58-59.

12
terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi

perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan

hukum, dan diatur dalam dalam UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH).22 Menurut Pasal 2 UUPPLH,

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan asas :

tanggung jawab negara, kelestarian dan keberlanjutan, keserasian dan keseimbangan,

keterpaduan, manfaat, kehati-hatian, keadilan, keanekaragaman hayati, pencemar

membayar, partisipati kearifan lokal, tata kelola pemerintahan yang baik, dan

otonomi daerah.23Selain itu, pengelolaan lingkungan hidup harus dapat memberikan

kemanfaatan ekonomi, sosial, dan budaya yang dilakukan berdasarkan prinsip kehati-

hatian, demokrasi lingkungan, desentralisasi, serta pengakuan dan penghargaan

terhadap kearifan lokal dan kearifan lingkungan.24

Kekayaan sumber daya alam yang terdapat di dalam lingkungan hidup

manusia dapat menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat apabila dikelola, diolah

dan dimanfaatkan dengan baik dan benar. Hal ini sesuai dengan perintah Pasal 33

ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:25

“Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
22
Pasal 1 angka 2 Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
23
Pasal 1 angka 1 Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
24
Penjelasan Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
25
Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945

13
Dengan demikian, hal-hal yang berkenaan dengan kemakmuran dan

kesejahteraan rakyat harus diutamakan, tidak terkecuali pengelolaan lingkungan

hidup maupun pemanfaatan sumber daya alam yang harus dilakukan secara efektif

dan efisien.26

UUPPLH juga mengatur mengenai kewajiban pengelolaan lingkungan hidup

terhadap orang perorang. Dalam Pasal 67 UUPPLH disebutkan bahwa:27

“Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta


mengendalikan pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan.”

Selanjutnya bagi pelaku usaha diatur dalam Pasal 68 yang berbunyi:28

Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:

a. Memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu;

b. Menjaga fungsi keberlanjutan lingkungan hidup; dan

c. Menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/ atau kriteria baku

kerusakan lingkungan hidup.

Secara umum, kewenangan dalam pengelolaan lingkungan hidup dapat

dibedakan menjadi Kewenangan Pemerintah Pusat, Kewenangan Pemerintah

Propinsi, dan Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota.Dalam kaitannya dengan


26
Supriadi, Hukum Lingkungan di Indonesia: Sebuah Pengantar,Sinar Grafika:Jakarta,2008,hlm. 4
27
Pasal 67 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
28
Pasal 68 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup

14
Pengelolaan DAS Cimanuk di Kabupaten Garut yang berada di wilayah

Kabupaten/kota menurut Pasal 63 ayat (3) UUPPLH tentang tugas dan wewenang

Pemerintah dan Pemerintah Daerah dikatakan bahwa pemerintah kabupaten/kota

bertugas dan berwenang :29

Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota; menetapkan dan melaksanakan

KLHS tingkat kabupaten/kota; menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai

RPPLH kabupaten/kota; menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal

dan UKLUPL; menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam dan emisi gas

rumah kaca pada tingkat kabupaten/kota; mengembangkan dan melaksanakan kerja

sama dan kemitraan; mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup;

memfasilitasi penyelesaian sengketa; melakukan pembinaan dan pengawasan

ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan

lingkungan dan peraturan perundang-undangan; melaksanakan standar pelayanan

minimal; melaksanakan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan

masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat yang terkait

dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat kabupaten/kota;

mengelola informasi lingkungan hidup tingkat kabupaten/kota; mengembangkan dan

melaksanakan kebijakan sistem informasi lingkungan hidup tingkat kabupaten/kota;

memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan penghargaan; menerbitkan izin

29
Pasal 63 ayat (3) Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

15
lingkungan pada tingkat kabupaten/kota; dan melakukan penegakan hukum

lingkungan hidup pada tingkat kabupaten/kota.

3. Teori tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Pengelolaan DAS pada dasarnya ditujukan untuk terwujudnya kondisi yang

optimal dari sumberdaya vegetasi, tanah dan air sehingga mampu memberi manfaat

secara maksimal dan berkesinambungan bagi kesejahteraan manusia.30 Untuk

tercapainya pembangunan DAS yang berkelanjutan kegiatan pembangunan ekonomi

dan perlindungan hukum terhadap lingkungan harus diselaraskan. Dalam hal ini

diperlukan penyatuan kedua sisi pandang tersebut secara realistis melalui penyesuaian

kegiatan pengelolaan DAS dan konservasi daerah hulu ke dalam kenyataan-kenyataan

ekonomi dan social. Inilah tantangan formulasi kebijakan yang harus dituntaskan

apabila tujuan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan ingin di

wujudkan.

Agar suatu kebijakan bisa diformulasikan dengan baik diperlukan suatu

lembaga yang kuat sebagai leader dan fasilitator bagi lembaga lain yang dianggap

berkepentingan. Hal ini penting mengingat wilayah DAS sebagaian besar tidak

dibatasi oleh batas-batas administrasi ( antar kabupaten,antar provinsi), sehingga

diperlukan keterpaduan antar instansi yang dibatasi wilayah administrasi tersebut.

Dengan demikian kehadiran lembaga seperti BPDAS (Balai Pengelolaan DAS)

sebagai perwakilan pusat di daearah diharapkan bisa menjembatani kepentingan –

30
E. Effendi. Kajian Model Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu. Direktorat Kehutanan
dan Konservasi Sumberdaya Air, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional:Jakarta. 2008,hlm. 8.

16
kepentingan tersebut dengan menyusun rencana pengelolaan DAS dan dapat

menyajikannya dalam bentuk informasi DAS.

Pemerintah sendiri telah membuat suatu peraturan perundang-undangan

terkait dengan Pengelolaan DAS, di antaranya PP No.37 tahun 2012 tentang

Pengelolaan DAS secara umum dan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.20

Tahun 2014 Tentang Pengelolaan DAS yang berkaitan dengan penelitian penulis di

dalam penulisan hukum ini, yang khusus meneliti tentang Pengelolaan DAS Cimanuk

di Kabupaten Garut. Pengelolaan DAS sendiri menurut Pasal 2 PP No.37 tahun 2012

tentang Pengelolaan DAS dilakukan melalui tahapan-tahapan seperti perencanaan,

pelaksanaan,monitoring dan evaluasi, serta pembinaan dan pengawasan yang

dilaksanakan sesuai denganrencana tata ruang dan pola pengelolaan sumber daya air

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penataan ruang dan

sumber daya air. Pengelolaan tersebut diselenggarakansecara terkoordinasi dengan

melibatkan Instansi Terkait pada lintas wilayah administrasi serta peran

sertamasyarakat.31

F. Metode Penelitian

Dalam penulisan hukum ini, penulis akan menggunakan metodelogi penelitian

sebagai berikut:

1. Metode Pendekatan
31
Pasal 2 PP No.37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

17
Penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk

memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan, penulis

menggunakan metode pendekatan yuridis normatif.32 Penelitian ini dilakukan dengan

cara mengkaji dan menganalisis secara logis ketentuan-ketentuan hukum tentang

Lingkungan Hidup yang terdapat dalam Undang-undang No.32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,PP No.37 tahun 2012 tentang

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai,dan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.20

Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

2. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian menggunakan penelitian Deskriptif Analitis yaitu untuk

mendapatkan gambaran yang menyeluruh dan sistematis tentang Implementasi

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Das) Cimanuk Di Kabupaten Garut Berdasarkan

PP No.37 Tahun 2012 Tentang Pengeolaan Daerah Aliran Sungai Jo Peraturan

Daerah Provinsi Jawa Barat No.20 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran

Sungai.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melaksanakan metode ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan

data sebagai berikut :

a. Studi Pustaka dengan menggunakan data sekunder berupa :

1) Bahan hukum primer :

32
Soerjono soekanto Dan Sri Mamudji,Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Jakarta,2003,hlm 23.

18
a) Undang-undang Dasar 1945

b) Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup

c) Peraturan Pemerintah No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran

Sungai

d) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.20 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

2) Bahan hukum sekunder, yaitu dilakukan dengan cara menelaah dari buku-buku,

doktrin,jurnal, artikel, dan internet.

b. Studi Lapangan dengan menggunakan teknik wawancara sebagai bahan

pendukung data sekunder kepada pihak yang terkait dengan penelitian.

4. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode yuridis kualitatif. Karena penelitian ini berfokus pada

peraturan-peraturan yang ada sebagai norma hukum positif dan dimaksudkan untuk

menganalisis data yang bertitik tolak pada usaha-usaha penemuan asas-asas dan

informasi lain yang berhubungan dengan pokok permasalahan.

BAB II

19
TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

DAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

A.Lingkungan Hidup

1. Pengertian Lingkungan Hidup

Menurut Otto Soemarwoto lingkungan hidup diartikan sebagai ruang yang

ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup di

dalamnya.33 Manusia bersama tumbuhan, hewan dan jasad renik menempati suatu

ruang tertentu. Kecuali makhluk hidup, dalam ruang itu terdapat juga benda tak

hidup, seperti udara yang terdiri atas bermacam gas, air dalam bentuk uap, cair dan

padat, tanah dan batu. Ruang yang ditempati makhluk hidup bersama benda hidup
34
dan tak hidup inilah dinamakan lingkungan hidup. Sedangkan menurut Ketentuan

Umum Pasal 1 angka 1 Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan

semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,

yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan

manusia serta makhluk hidup lain.35

33
Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta:Djambatan,1991, hlm.
48.
34
Loc.cit.
35
Pasal 1 angka 1 Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

20
Dari definisi-definisi di atas, maka pengertian lingkungan hidup dapat

dirangkum dalam suatu rangkaian unsur-unsur sebagai berikut :36

1. Semua benda, berupa : manusia,hewan, tumbuhan, organisma, tanah, air,udara,

rumah, sampah, mobil, angin,dll. Keseluruhan yang disebut ini diglongkan

sebagi materi. Sedangkan satuan-satuannya disebut sebagai komponen;

2. Daya,disebut juga dengan energy;

3. Keadaan, disebut juga dengan kondisi atau situasi;

4. Perilaku atau tabiat ;

5. Ruang,yaitu wadah dengan berbagai komponen benda;

6. Proses interaksi, disebut juga saling mempengaruhi,atau pula bisa disebut dengan

jaringan kehidupan.

2. Fungsi Lingkungan Hidup

Manusia sebagai makhluk yang berakal sangat berperan penting dalam

menjaga keseimbangan lingkungan hidup. Maka manusia harus memiliki kesadaran

untuk menjaga keseimbangan dalam lingkungan hidupnya. Lingkungan hidup ini

memiliki fungsi pokok dalam keberlangsungan hidup semua makhluk hidup di alam.

Tanpa lingkungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya tidak akan bisa

bertahan hidup dan tidak akan memiliki tempat untuk tinggal. Berbagai fungsi pokok

dari lingkungan hidup antara lain :37

a. Sebagai habitat makhluk hidup

36
N.H.T Siahaan, Op.cit.,hlm.3.
37
Hardjasoemantri Koesnadi, Op.cit, hlm 23.

21
Semua makhluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan memerlukan

lingkungan hidup untuk menjadi tempat ia tinggal. Bukan hanya sekedar lingkungan

saja, namun lingkungan yang sehat dan berjalan dengan baik dan semestinya

sehingga bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan makhluk hidup.

Selain itu lingkungan hidup juga menjadi tempat tumbuh dan berkembang makhluk

hidup itu sendiri.

b. Penyedia Sumber Daya Alam (SDA) bagi keberlangsungan hidup manusia

Lingkungan hidup sangat penting bagi seluruh makhluk hidup, namun

terutama manusia. Segala kebutuhan manusia bersumber dari alam. Tanpa adanya

lingkungan hidup, manusia tidak akan bisa memenuhi kebutuhannya dan tidak akan

bisa mempertahankan keberadaanya.

c. Memberi pengaruh pada pola pikir, tingkah laku, dan sifat makhluk hidup.

Lingkungan hidup bukan hanya berupa lingkungan fisik saja, namun juga

budaya, sosial, dan sebagainya. Maka lingkungan hidup juga akan berpengaruh bagi

pola pikir, tingkah laku, dan sifat makhluk hidup.

B. Hukum Lingkungan

1. Pengertian Hukum Lingkungan

Hukum lingkungan menurut Soedjono adalah hukum yang mengatur tatanan

lingkungan (lingkungan hidup), dimana lingkungan mencakup semua benda dan

kondisi, termasuk di dalamnya manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan

22
hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad-jasad hidup lainnya.38 Dilihat dari aspek

fungsi hukum dan lusanya lingkup pengaturan hukum lingkungan, menurut

Drupsteen hukum lingkungan adalah instrumentum yuridis bagi pengelolaan

lingkungan. Dengan demikian, hukum lingkungan adalah hukum yang berkaitan

dengan lingkungan alam dalam artian yang luas. Ruang lingkupnya berkaitan dengan

dan ditentukan oleh ruang lingkup pengelolaan lingkungan.39

2. Pengaturan Hukum mengenai Lingkungan

Hukum Lingkungan di Indonesia dalam peraturan perundang-undangan diatur

dalam Undang-undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup yang dijadikan dasar bagi pengelolaan lingkungan hidup saat ini.

Hukum lingkungan dalam bidang ilmu hukum, merupakan salah satu bidang ilmu

hukum yang paling strategis karena hukum lingkungan mempunyai banyak segi yaitu

segi Hukum Administrasi,Hukum Pidana, Hukum Perdata, dan Hukum International.

Dengan demikian, hukum lingkungan memiliki aspek yang lebih kompleks. Sehingga

untuk mendalami hukum lingkungan itu sangat mustahil apabila dilakukan seorang

diri, karena kaitannya yang sangat erat dengan segi hukum yang lain yang mencakup

pula hukum lingkungan di dalamnya.40

38
Lusiana Tijow. Op.cit. hlm.2
39
Th. G. Drupsteen, Nederlands Miliurecht in Kort Bestek, 2e herziene druk, (Zwolle:W.E. Tjeenk
Willink, 1978), hlm. 7.
40
http//id.wikipedia.org//wiki/Hukum_Lingkungan,diakses tanggal 10 Oktober 2016.

23
Hukum Lingkungan Indonesia adalah keseluruhan peraturan yang mengatur

tingkah laku manusia (orang) tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak

dilakukan terhadap “lingkungan hidup Indonesia” yang pelaksanaan peraturan

tersebut dapat dipaksakan dengan suatu sanksi oleh pihak yang berwenang. Dengan

demikian, perbedaan pengertian antara “hukum lingkungan” dan “hukum lingkungan

Indonesia” adalah terletak pada ruang lingkup berlakunya keseluruhan peraturan

tersebut, yaitu hanya berlaku di wilayah Nusantara; atau hanya pada lingkungan

hidup Republik Indonesia.41

Menurut Mochtar Kusumaatmadja, pengaturan hukum mengenai masalah

lingkungan hidup manusia yang perlu dilakukan, antaralain :

a. Peranan hukum adalah untuk menstrukturkan keseluruhan proses sehingga

kepastian dan ketertiban terjamin. Adapun isi materi yang harus diatur ditentukan

oleh ahli-ahli dari masing-masing sektor, di samping perencanaan ekonomi dan

pembangunan yang akan memperlihatkan dampak secara keseluruhan.

b. Cara pengaturan menurut hukum perundang-undangan dapat bersifat preventif

atau represif; sedangkan mekanismenya ada beberapa macam, yang antara lain

dapat berupa perizinan, insentif, denda, dan hukuman.

c. Cara pendekatan atas penanggulangannya dapat bersifat sektoral, misalnya

perencanaan kota, pertambangan, pertanian, industri, pekerjaan umum, kesehatan,

dan lain-lain. Dapat juga dilakukan secara menyeluruh dengan mengadakan

41
R,M Gatot P. Soemartono, Loc.cit,, hlm.61.

24
Undang-undang Pokok mengenai Limgkungan Hidup Manusia (Law on the

Human Environment atau Environmental Act) yang merupakan dasar bagi

pengaturan sektoral.

d. Pengaturan masalah ini dengan jalan hukum harus disertai oleh suatu usaha

penerangan dan pendidikan masyarakat dalam soalsoal lingkungan hidup manusia.

Hal ini karena pengaturan hukum hanya akan berhasil apabila ketentuan-ketentuan

atau peraturan perundang-undangan itu dipahami oleh masyarakat dan dirasakan

kegunaannya.

e. Efektivitas pengaturan hukum masalah lingkungan hidup manusia tidak dapat

dilepaskan dari keadaan aparat administrasi dan aparat penegak hukum sebagai

prasarana efektivitas pelaksanaan hukum dalam kenyataan hidup sehari-hari.42

C.Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

1.Pengertian Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan

terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah

terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi

perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan

hukum, dan diatur dalam dalam UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH).43 Adanya UUPPLH menjadi pedoman

42
Ibid.,hlm 58-59.
43
Pasal 1 angka 2 Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup

25
mengenai apa yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan terhadap lingkungan

hidup pada saat ini.

2. Ruang Lingkup Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup meliputi :

a. Perencanaan

Perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan

melalui tahapan inventarisasi lingkungan hidup; penetapan wilayah ekoregion; dan

penyusunan RPPLH.44

1) Inventarisasi Lingkungan Hidup

Inventarisasi lingkungan hidup terdiri atas inventariisasi lingkungan hidup

tingkat nasional, tingkat pulau/kepulauan, dan tingkat wilayah ekoregion.

Inventarisasi lingkungan hidup dilaksanakan untuk memperoleh data dan informasi

mengenai sumber daya alam yang meliputipotensi dan ketersediaan, jenis yang

dimanfaatkan, bentuk penguasaan, pengetahuan pengelolaan, bentuk kerusakan,

konflik dan penyebab konflik yang timbul akibat pengelolaan.45

2) Penetapan Wilayah Ekoregion

Penetapan wilayah ekoregion dan dilaksanakan oleh Menteri setelah

berkoordinasi dengan instansi terkait.46 Ekoregion itu sendiri merupakan wilayah

geografis yang memiliki wilayah kesamaan ciri iklim, tanah, air, flora dan fauna asli,

serta pola interaksi manusia dengan alam yang menggambarkan integritas sistem

44
Pasal 5 Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
45
Pasal 6 Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
46
Pasal 7 Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

26
alam dan lingkungan hidup.47Penetapan wilayah ekoregion dilaksanakan dengan

mempertimbangkan kesamaan karakteristik bentang alam, daerah aliran sungai, iklim,

flora dan fauna, sosial budaya, ekonomi, kelembagaan masyarakat, dan hasil

inventarisasi lingkungan hidup. Inventarisasi lingkungan hidup di tingkat wilayah

ekoregion dilakukan untuk menentukan daya dukung dan daya tampung serta

cadangan sumber daya alam.48

3) Penyusunan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(RPPLH)

Upaya perencanaan terdapat pada Penyusunan Rencana Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) yang merupakan perencanaan tertulis yang

memuat potensi, masalah lingkungan hidup, serta upaya perlindungan dan

pengelolaannya dalam kurun waktu tertentu. PenyusunanRPPLH terdiri atas RPPLH

nasional, RPPLH provinsi, dan RPPLH kabupaten/kota.49RPPLH nasional disusun

oleh Menteri lingkungan hdup berdasarkan inventarisasi nasional yang kemudian

dituangkan dalam suatu bentuk Peraturan Pemerintah (PP). RPPLH provinsi disusun

oleh gubernur berdasarkan RPPLH nasional, yang kemudian dituangkan dalam

bentuk Peraturan Daerah (PERDA). RPPLH kabupaten/kota disusun oleh

bupati/walikota berdasarkan RPPLH provinsi, inventarisasi tingkat pulau/kepulauan,

dan , inventarisasi tingkat ecoregion yang kemudian dirumuskan ke dalam bentuk

47
Muhamad Erwin, Hukum Lingkungan dalam Sistem Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup di Indonesia, Cetakan ke-4, PT.Refika Aditama:Bandung, 2015, hlm.16.
48
Pasal 8 Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
49
Pasal 9 Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

27
PERDA kabupaten/kota. Selain itu RPPLH juga menjadi dasar penyusunan dan

dimuat dalam rencana pembangunan jangka panjang dan rencana pembangunan

jangka menengah.50

b. Pemanfaatan

Pemanfaatan SDA dilakukan berdasarkan RPPLH beserta daya dukung

lingkungan dan daya tamping lingkungan hidup dengan memperhatikan keberlanjutan

proses dan fungsi lingkungan hidup, keberlanjutan produktivitas lingkungan hidup,

dan keselamatan, mutu hidup, dan kesejahteraan masyarakat. Daya dukung dan daya

tampung lingkungan hidup ditetapkan oleh Menteri untuk daya dukung dan daya

tampung lingkungan hidup nasional dan pulau/kepulauan, gubernur untuk daya

dukung dan daya tampung lingkungan hidup provinsi dan ekoregion lintas

kabupaten/kota; atau bupati/walikota untuk daya dukung dan daya tampung

lingkungan hidup kabupaten/kota dan ekoregion di wilayah kabupaten/kota. Tata cara

penetapan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sendiri diatur dalam

Peraturan Pemerintah.51

c. Pengendalian

Pengendalian terhadap pencemaran/kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan

dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup, meliputi pencegahan,.

Penanggulangan, dan pemulihan.Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan

50
Pasal 10 ayat (5) Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
51
Pasal 12 Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.

28
lingkungan hidup dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan penanggung

jawab usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran, dan tanggung

jawab masing-masing.52

1) Instrumen Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan

Hidup

Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup

terdiri atas: Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), tata ruang, baku mutu

lingkungan hidup, kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, amdal, UKL-UPL,

perizinan, instrumen ekonomi lingkungan hidup, peraturan perundang-undangan

berbasis lingkungan hidup, anggaran berbasis lingkungan hidup, analisis risiko

lingkungan hidup, audit lingkungan hidup, dan instrumen lain sesuai dengan

kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan.53

2) Penanggulangan Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup

Penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilakukan

dengan pemberian informasi peringatan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan

hidup kepada masyarakat, pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan

hidup, penghentian sumber pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup,

52
Pasal 13 Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
53
Pasal 14 Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.

29
dan/atau cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.54

3) Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup

Pemulihan fungsi lingkungan hidup dilakukan dengan tahapan penghentian

sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar,remediasi, rehabilitasi,

restorasidan/atau cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.55

d. Pemeliharaan

Pemeliharaan lingkungan hidup dilakukan melalui upayakonservasi SDA,

pencadangan SDA, dan/atau pelestarian fungsi atmosfer. Konservasi SDA meliputi

kegiatanperlindungan sumber daya alam; pengawetan sumber daya alam;

danpemanfaatan secara lestari sumber daya alam.56

Pencadangan sumber daya alam merupakan sumber daya alam yang tidak

dapat dikelola dalam jangka waktu tertentu. Pelestarian fungsi atmosfer meliputi

upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, upaya perlindungan lapisan ozon dan

upaya perlindungan terhadap hujan asam.

e. Pengawasan

54
Pasal 53 Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
55
Pasal 53 Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
56
Pasal 57Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.

30
Pengawasan dilakukan oleh menteri lingkungan hidup, gubernur, atau

bupati/walikota terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan atau kegiatan atas

ketentuan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup. Dalam melakukan pengawasan, kewenangannyapun

dapat didelegasikan kepada pejabat/instansi teknis yang bertanggung jawab di bidang

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.57

Dalam melaksanakan pengawasan, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota

menetapkan pejabat pengawas lingkungan hidup yang merupakan pejabat fungsional.

Pejabat pengawasan lingkungan hidup berwenang untuk melakukan pemantauan,

meminta keterangan, membuat salinan dari dokumen dan/atau membuat catatan yang

diperlukan, memasuki tempat tertentu, memotret, membuat rekaman audio visual,

mengambil sampel, memeriksa peralatan, memeriksa instalasi dan/atau alat

transportasi, dan/atau menghentikan pelanggaran tertentu.58

Dalam melaksanakan tugasnya, pejabat pengawas lingkungan hidup dapat

melakukan koordinasi dengan pejabat penyidik pegawai negeri sipil. Penanggung

jawab usaha dan/atau kegiatan dilarang menghalangi pelaksanaan tugas pejabat

pengawas lingkungan hidup. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan

sanksi administratif kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam

pengawasan ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan.Menteri dapat

57
Pasal 71 Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
58
Pasal 74 Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.

31
menerapkan sanksi administratif terhadap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan

jika Pemerintah menganggap pemerintah daerah secara sengaja tidak menerapkan

sanksi administratif terhadap pelanggaran yang serius di bidang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup.59

f. Penegakan Hukum

Penegakan hukum dilakukan melalui upaya untuk mencapai ketaatan terhadap

peraturan dan persyaratan dalam ketentuan hukum yang berlaku secara umum dan

individual melalui pengawasan dan penerapan(atau ancaman) sarana administratif,

kepidanaan, dan keperdataan.60

3. Asas-asas Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Menurut Pasal 2 UUPPLH, Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

dilaksanakan berdasarkan asas : tanggung jawab negara, kelestarian dan

keberlanjutan, keserasian dan keseimbangan, keterpaduan, manfaat, kehati-hatian,

keadilan, keanekaragaman hayati, pencemar membayar, partisipati kearifan lokal, tata

kelola pemerintahan yang baik, dan otonomi daerah.61 Selain itu, pengelolaan

lingkungan hidup harus dapat memberikan kemanfaatan ekonomi, sosial, dan budaya

yang dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian, demokrasi lingkungan,

59
Pasal 77 Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
60
Muhammad Erwin, Op.cit, hlm.28-29.
61
Pasal 1 angka 1 Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup

32
desentralisasi, serta pengakuan dan penghargaan terhadap kearifan lokal dan kearifan

lingkungan.62

Kekayaan sumber daya alam yang terdapat di dalam lingkungan hidup

manusia dapat menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat apabila dikelola, diolah

dan dimanfaatkan dengan baik dan benar. Hal ini sesuai dengan perintah Pasal 33

ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:63

“Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dipergunakan


untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Dengan demikian, hal-hal yang berkenaan dengan kemakmuran dan

kesejahteraan rakyat harus diutamakan, tidak terkecuali pengelolaan lingkungan

hidup maupun pemanfaatan SDA yang harus dilakukan secara efektif dan efisien.64

UUPPLH juga mengatur mengenai kewajiban pengelolaan lingkungan hidup

terhadap orangperorang. Dalam Pasal 67 UUPPLH disebutkan bahwa:65

“Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup


serta mengendalikan pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan.”

Selanjutnya bagi pelaku usaha diatur dalam Pasal 68 yang berbunyi:66

Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:

62
Penjelasan Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
63
Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945
64
Supriadi, Loc.cit, ,hlm. 4
65
Pasal 67 Undang-Undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
66
Pasal 68 Undang-Undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup

33
a. Memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu;

b. Menjaga fungsi keberlanjutan lingkungan hidup; dan

c. Menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/ atau kriteria baku

kerusakan lingkungan hidup.

4. Kewenangan Pemerintah dalam Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup

Secara umum, kewenangan dalam pengelolaan lingkungan hidup dapat

dibedakan menjadi Kewenangan Pemerintah Pusat, Kewenangan Pemerintah

Provinsi, dan Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota.Tugas dan wewenang

Pemerintah dilaksanakan dan/atau dikoordinasikan oleh Menteri.67

D. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

menyebutkan bahwa DAS adalah suatu bentang lahan yang dibatasi oleh punggung

bukit pemisah aliran (topographic divide) yang menerima, menyimpan, dan

mengalirkan air hujan melalui jaringan sungai dan bermuara di satu patusan (single

outlet) di sungai utama menuju danau dan laut. Pengelolaan DAS dilakukan sebagai

upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik antara SDA dengan manusia

di dalam DAS dan segala aktivitasnya,agar terwujud kelestarian dan keserasian

67
Pasal 64 Undang-Undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup

34
ekosistem,serta meningkatnya kemanfaatan sumber daya alam bagi manusia secara

berkelanjutan.

Untuk tercapainya pembangunan DAS yang berkelanjutan kegiatan

pembangunan ekonomi dan perlindungan hukum terhadap lingkungan harus

diselaraskan. Dalam hal ini diperlukan penyatuan kedua sisi pandang tersebut secara

realistis melalui penyesuaian kegiatan pengelolaan DAS dan konservasi daerah hulu

ke dalam kenyataan-kenyataan ekonomi dan social. Inilah tantangan formulasi

kebijakan yang harus dituntaskan apabila tujuan pembangunan yang berwawasan

lingkungan dan berkelanjutan ingin di wujudkan.

Agar suatu kebijakan bisa diformulasikan dengan baik diperlukan suatu

lembaga yang kuat sebagai leader dan fasilitator bagi lembaga lain yang dianggap

berkepentingan. Hal ini penting mengingat wilayah DAS sebagaian besar tidak

dibatasi oleh batas-batas administrasi ( antar kabupaten,antar propinsi), sehingga

diperlukan keterpaduan antar instansi yang dibatasi wilayah administrasi tersebut.

Dengan demikian kehadiran lembaga seperti BPDAS (Balai Pengelolaan DAS)

sebagai perwakilan pusat di daearah diharapkan bisa menjembatani kepentingan –

kepentingan tersebut dengan menyusun rencana pengelolaan DAS dan dapat

menyajikannya dalam bentuk informasi DAS.

Pemerintah sendiri telah membuat suatu peraturan perundang-undangan

terkait dengan Pengelolaan DAS, di antaranya PP No.37 tahun 2012 tentang

35
Pengelolaan DAS secara umum dan kemudian dijabarkan dalam Peraturan Daerah

Provinsi Jawa Barat No.20 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan DAS yang berkaitan

dengan penelitian penulis di dalam penulisan hukum ini, yang khusus meneliti

tentang Pengelolaan DAS Cimanuk di Kabupaten Garut. Berikut adalah penjabaran

keterangan-keterangan mengenai pengelolaan DAS berdasarkan PP dan Perda.

a. Pengelolaan DAS berdasarkan PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai

Pengelolaan DAS menurut Pasal 2 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan

DAS dilakukan melalui beberapa tahapan seperti Perencanaan,

Pelaksanaan,Monitoring dan Evaluasi, serta Pembinaan dan Pengawasan yang

dilaksanakan sesuai dengan rencana tata ruang dan pola pengelolaan sumber daya air

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penataan ruang dan

sumber daya air,yang diselenggarakan secara terkoordinasi dengan melibatkan

Instansi Terkait pada lintas wilayah administrasi serta peran serta masyarakat.68

Berdasarkan PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS Tahap Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai meliputi :

1) Perencanaan

Perencanaan dalam Pengelolaan DAS menurut Pasal 4 PP No.37 tahun 2012

tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dilakukan dengan tahapan

68
PP No.37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

36
kegiataninventarisasi DAS: penyusunan Rencana Pengelolaan DAS; dan penetapan

Rencana Pengelolaan DAS.

a) Inventarisasi DAS

Inventarisasi DAS meliputi proses penetapan batas DAS dan penyusunan

klasifikasi DAS.

b) Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS

Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS dilakukan oleh Menteri untuk DAS

lintas negara dan DAS lintas Provinsi, gubernur sesuai kewenangannya untuk DAS

dalam provinsi dan/atau lintas kabupaten/kota, dan bupati/walikota sesuai

kewenangannya untuk DAS dalam kabupaten/kota. Sesuai kewenangannya

pemerintah tersebut dapat membentuk tim dengan melibatkan Instansi Terkait.69

Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS, meliputi:

a. Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS yang dipulihkan daya dukungnya

DAS yang dipulihkan daya dukungnya adalah DAS yang kondisi lahan serta

kualitas, kuantitas dan kontinuitas air, sosial ekonomi, investasi bangunan air dan

pemanfaatan ruang wilayah tidak berfungsi sebagaimana mestinya. 70Penyusunan

Rencana Pengelolaan DAS yang dipulihkan daya dukungnya dilakukan dengan :71

1. Perumusan permasalahan DAS yang dilakukan melalui identifikasi dan

analisis masalah dan rumusan masalah terhadap DAS.

69
Pasal 22 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
70
Pasal 1 angka 4 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
71
Pasal 2 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

37
2. Tujuan pemulihan Daya Dukung DAS dilakukan dengan mengacu pada hasil

perumusan masalah dan dengan cara mengedepankan keterpaduan

kepentingan antar dan di dalam sektor serta wilayah administrasi.

3. Strategi pengelolaan DAS yang dipulihkan Daya Dukung DAS dilakukan

berdasarkan hasil perumusan tujuan pemulihan Daya Dukung DAS.

Perumusan strategi pemulihan Daya Dukung DAS meliputi perumusan

kebijakan, program dan kegiatan.

4. Monitoring dan evaluasi DAS yang dilakukan harus memperhatikan sistem

analisis indikator kinerja,pelaksana, dan capaian hasil.

Hal yang penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan rencana

pengelolaan DAS adalah bahwa perencanaan adalah suatu proses berulang (iterative

process). Perencanaan tersebut mengatur langkah-langkah atau aktivitas-aktivitas

pengelolaan DAS yang harus dilaksanakan termasuk rencana monitoring dan

evaluasi terhadap tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Dengan demikian, dapat

tercipta suatu mekanisme umpan balik (feedback) terhadap keseluruhan rencana

pengelolaan DAS sehingga dapat dilakukan perbaikan terhadap rencana yang telah

disusun.

b. Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS yang dipertahankan daya dukungnya.

DAS yang dipertahankan daya dukungnya adalah DAS yang kondisi lahan,

kualitas, kuantitas dan kontinuitas air, sosial ekonomi, investasi bangunan air, dan

38
pemanfaatan ruang wilayah berfungsi sebagaimana mestinya. 72Penyusunan Rencana

Pengelolaan DAS yang dipertahankan daya dukungnya dilakukan dengan :73

1. Perumusan permasalahan DAS yang dilakukan melalui identifikasi dan

analisis masalah dan rumusan masalah terhadap DAS.

2. Tujuan mempertahankan daya dukung DAS dilakukan dengan mengacu pada

hasil perumusan masalah dan dengan cara mengedepankan keterpaduan

kepentingan berbagai sektor serta wilayah.

3. Strategi pengelolaan DAS yang dipertahankan Daya Dukung DAS dilakukan

berdasarkan hasil perumusan tujuan mempertahankan Daya Dukung DAS.

Perumusan strategi Pengelolaan DAS yang dipertahankanDaya Dukung DAS

meliputi perumusan kebijakan, program dan kegiatan.

4. Monitoring dan evaluasi DAS yang dilakukan harus memperhatikan sistem

analisis indikator kinerja,pelaksana, dan capaian hasil.

c) Penetapan Rencana Pengelolaan DAS

Penetapan Rencana Pengelolaan DAS dilaksanakan untuk DAS yang

dipulihkan daya dukungnya dan/atau DAS yang dipertahankan daya dukungnya serta

ditetapkan olehMenteri untuk DAS lintas negara dan/atau DAS lintas Provinsi,

gubernur sesuai kewenangannya untuk DAS dalam provinsi dan/atau lintas

kabupaten/kota, dan bupati/walikota sesuai kewenangannya untuk DAS dalam

kabupaten/kota.Rencana Pengelolaan DAS ditetapkan untuk jangka waktu 15 tahun

72
Pasal 1 angka 5 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
73
Pasal 2 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

39
dan dapat dievaluasi serta ditinjau kembali setiap 5 tahun sekali, tetapi dalam hal

tertentu misalnya yang berkiatan dengan terjadinya bencana alam dengan skala besar

Rencana Pengelolaan DAS dapat ditinjau kembali kurang dari 5 tahun.

2) Pelaksanaan

Kegiatan Pengelolaan DAS dilakukan berdasarkan Rencana Pengelolaan DAS

yang telah ditetapkan dan menjadi acuan rencana pembangunan sektor dan rencana

pembangunan wilayah administrasi serta dilaksanakan pada:74

1. DAS yang akan dipulihkan daya dukungnya meliputi:75

a. optimalisasi penggunaan lahan sesuai dengan fungsi dan Daya Dukung

wilayah;

b. penerapan teknik konservasi tanah dan air dilakukan dalam rangka

pemeliharaan kelangsungandaerah tangkapan air, menjaga kualitas, kuantitas,

kontinuitas dan distribusi air;

c. pengelolaan vegetasi dilakukan dalam rangka pelestarian keanekaragaman

hayati, peningkatanproduktivitas lahan, restorasi ekosistem, rehabilitasi dan

reklamasi lahan;

74
Pasal 38 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
75
Pasal 40 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

40
d. peningkatan kepedulian dan peran serta Instansi Terkait dalam pengelolaan

DAS; dan/atau

e. pengembangan kelembagaan Pengelolaan DAS untuk meningkatkan

koordinasi, integrasi,sinkronisasi dan sinergi lintas sektor dan wilayah

administrasi.

2. DAS yang akan dipertahankan daya dukungnya.meliputi :76

a. menjaga dan memelihara produktivitas dan keutuhan ekosistem dalam DAS

secara berkelanjutan;

b. bimbingan teknis dan fasilitasi dalam rangka penerapan teknik konservasi

tanah dan air demikelangsungan daerah tangkapan air, untuk menjaga

kualitas, kuantitas, kontinuitas dan distribusiair;

c. peningkatan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar sektor dan

wilayah administrasidalam rangka mempertahankan kelestarian vegetasi,

keanekaragaman hayati dan produktivitas lahan; dan/atau

d. peningkatan kapasitas kelembagaan Pengelolaan DAS untuk meningkatkan

koordinasi, integrasi,sinkronisasi dan sinergi lintas sektor dan wilayah

administrasi kegiatan.

Pelaksanaan Pengelolaan DAS menjadi wewenang dan tanggung jawab

Menteri dan menteri terkait sesuai kewenangannya untuk DAS lintas Negara dan

lintas Provinsi, gubernur sesuai kewenangannya untuk DAS dalam provinsi dan/atau

76
Pasal 41 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

41
lintas kabupaten/kota, dan bupati/walikota sesuai kewenangannya untuk DAS dalam

kabupaten/kota.77

3) Monitoring dan Evaluasi

Dalam Pengelolaan DAS baik dalam pemulihan maupun mempertahankan

Daya Dukung DAS wajib dilakukan monitoring dan evaluasi untuk mendapatkan data

indikator kinerja DAS.78 Monitoring terhadap indikator kinerja DAS dilakukan secara

periodik paling sedikit setiap tahun sekali dan hasil monitoring tersebut menjadi dasar

untuk melakukan evaluasi kinerja pengelolaan DAS.

Evaluasi kinerja Pengelolaan DAS dilakukan dilakukan paling sedikit 2 (dua)

tahun untukmemperoleh gambaran perubahan Daya Dukung DASmencakup evaluasi

sebelum, selama dan setelah kegiatan berjalan.79Hasil evaluasi tersebut digunakan

dalam rangka untuk penyempurnaan perencanaan dan/ataupelaksanaan Pengelolaan

DAS. Menteri, gubernur atau bupati/walikota melaksanakan monitoring dan evaluasi

pelaksanaan kegiatanPengelolaan DAS sesuai dengan kewenangannya.

4) Pembinaan dan Pengawasan

a) Pembinaan

Pembinaan dalam kegiatan Pengelolaan DAS dilakukan oleh Menteri dan

menteri terkait, gubernur, dan bupati/walikota sesuai kewenangannya pada kegiatan

perencanaan, pelaksanaan maupun monitoring dan evaluasi.80Pembinaan tersebut

77
Pasal 42 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
78
Pasal 46 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
79
Pasal 48 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
80
Pasal 52 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

42
dilakukan oleh institusi pemerintah secara berjenjang. Pembinaan dilakukan dengan

kegiatan koordinasi, pemberian pedoman, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis,

pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi, pendidikan, pelatihan dan

penyuluhan, pemberian bantuan teknis, fasilitasi, sosialisasi dan diseminasi, dan/atau

penyediaan sarana dan prasarana.

b) Pengawasan

Pengawasan dilaksanakan oleh Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai

dengan kewenangannya dan bertujuan untuk mewujudkan efektivitas dan kesesuaian

pelaksanaan Pengelolaan DAS dengan peraturan perundang-undangan.81

Dalam Pengelolaan DAS berdasarkan Pasal 57 PP No.37 tahun 2012 tentang

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, terdapat beberapa kegiatan yang tidak kalah

pentingnya untuk dilaksanakan, dimana kegiatan tersebut dilakukan untuk

mewujudkan kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan

sumber daya alam manusia secara berkelanjutan.

Pertama, Peran serta Masyarakat. Masyarakat dapat turut berperan serta

dalam pengelolaan DAS, baik secara perorangan maupun melalui forum koordinasi

DAS.82 Di mana forum tersebut memiliki fungsi untuk menampung dan menyalurkan

81
Pasal 55 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
82
Pasal 57 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

43
aspirasi masyarakat terkait pengelolaan DAS, memberikan sumbangan pemikiran

dalam pengelolaan DAS, dan menumbuhkembangkan peran pengawasan masyarakat

dalam pengelolaan DAS. Peran serta masyarakat secara perorangan dapat berupa:83

a. menjaga, memelihara dan menikmati kualitas lingkungan hidup yang dihasilkan

ekosistem DAS;

b. mendapatkan dan memberikan informasi, saran dan pertimbangan dalam

pengelolaan DAS; dan

c. mendapatkan pelatihan dan penyuluhan yang berkaitan dengan pengelolaan DAS.

Kedua, Pemberdayaan Masyarakat. Untuk meningkatkan kapasitas dan

kapabilitas, kepedulian dan peranserta masyarakat dalam pengelolaan DAS

diperlukan adanya pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dalam

kegiatan Pengelolaan DAS dilakukan oleh kementerian/lembaga pemerintahan non

kementerian, pemerintah provinsi, pemerintah

kabupaten/kota, serta dapat pula dilakukan oleh BUMN, BUMD, BUMS, Koperasi,

dan organisasi masyarakat. Pemberdayaan masyarakat tersebut dilakukan paling

sedikit melalui pendidikan, pelatihan dan penyuluhan, pendampingan, pemberian

bantuan modal, sosialisasi dan diseminasi; dan/atau penyediaan sarana dan

prasarana.84

b. Pengelolaan DAS berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat

No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

83
Pasal 59 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
84
Pasal 63 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

44
Pengelolaan DAS berdasarkan Pasal 3 Perda Provinsi Jawa Barat No 20 tahun

2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Pengelolaan DAS dimaksudkan

untuk menjamin kelestarian fungsi DAS sebagai sumber utama kehidupan manusia

dan makhluk hidup lainnya secara serasi, seimbang, dan berkesinambungan melalui

Perencanaan, Pelaksanaan, Monitoring dan Evaluasi, serta Pembinaan dan

Pengawasan. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014

tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, beberapa tahapan kegiatan dalam

pengelolaan DAS, meliputi:

1) Perencanaan

Pemerintah Daerah Provinsi menyusun rencana pengelolaan DAS yang

mengintegrasikan antar sektor dan antar wilayah administrasi dari hulu sampai hilir,

yaitu pelaksanaan pengelolaan DAS dalam Daerah Kabupaten/Kota dan DAS lintas

Daerah Kabupatan/Kota. Penyusunan rencana pengelolaan DAS dilaksanakan sesuai

prinsip dasar sebagai berikut:85

a. dilaksanakan secara utuh dari hulu sampai dengan hilir;

b. didasarkan secara terpadu sebagai satu kesatuan ekosistem, satu rencana, dan satu

sistem pengelolaan;

c. didasarkan pada kajian kondisi biofisik, kebudayaan, kelembagaan, dan peraturan

perundang-undangan;

d. melibatkan para pemangku kepentingan, terkoordinasi, menyeluruh, dan

berkelanjutan;
85
Pasal 9 Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

45
e. adaptif terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang dinamis dan

karakteristik DAS;

f. pembagian tugas, fungsi, beban biaya, dan manfaat antar para pemangku

kepentingan secara adil;

g. akuntabel dan transparan; dan

h. melibatkan multi disiplin ilmu.

Rencana pengelolaan DAS disusun untuk setiap DAS, meliputi :

a) Rencana Pengelolaan DAS

Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS meliputi penyusunan rencana

pengelolaan DAS yang dipulihkan daya dukungnya dan penyusunan rencana

pengelolaan DAS yang dipertahankan daya dukungnya.86Rencana pengelolaan DAS

ditetapkan untuk jangka waktu paling lama 15 tahun dan ditetapkan dengan Peraturan

Gubernur. Rencana Pengelolaan DAS antara lainmemuat :87

a. inventarisasi karakteristik DAS;

b. identifikasi masalah dan para pihak; dan

c. tujuan, program dan kebijakan, kelembagaan, sistem pemantauan dan evaluasi,

serta sistem pendanaan.

Evaluasi dan peninjauan kembali terhadap Rencana Pengelolaan DAS yang

telah ditetapkan dapat dilakukan setiap 5 tahun sekali.Jika terjadi bencana alam dalam

skala besar, maka Rencana Pengelolaan DAS dapat ditinjau kembali paling lama 5

86
Pasal 10 Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
87
Pasal 11 Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

46
dan ditetapkan oleh Peraturan Gubernur.88Rencana Pengelolaan DAS sendiri menjadi

salah satu dasar dalam penyusunan rencana pembangunan Daerah Provinsi dan

rencana pembangunan Daerah Kabupaten/Kota.

b) Rencana Tindak Pengelolaan DAS

Rencana Tindak Pengelolaan dilaksanakan berdasarkan pada Rencana

Pengelolaan DAS dilakukan secara terkoordinasi dengan instansi terkait di bidang

pengelolaan DAS dan paling sedikit memuat tentang :89Permasalahan; Rencana

tindak penanganan; serta Investasi dan pembiayaan, kondisi harapan, sistem

pemantauan, dan evaluasi.

Rencana tindak pengelolaan DAS tersebut disusun untuk jangka waktu 5

(lima) tahun dan menjadi acuan penyusunan rencana strategis Perangkat Darah

Provinsi, dan rencana strategis instansi terkait di bidang pengelolaan DAS, serta

RPJM DaerahKabupaten/Kota.90 Rencana tindak pengelolaan DAS dalam Daerah

Kabupaten/Kota dan DAS lintas Daerah Kabupaten/Kota, ditetapkan dengan

Keputusan Gubernur.

2) Pelaksanaan

Pemerintah Daerah Provinsi melaksanakan pengelolaan DAS dari hulu

sampai dengan hilir secara utuh sesuai Rencana Pengelolaan DAS, rencana tindak

pengelolaan DAS, RTRW Provinsi, dan pola pengelolaan sumber daya air pada setiap

wilayah sungai di Daerah Provinsi, serta memenuhi kriteria teknis dan persyaratan

88
Pasal 12 Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
89
Pasal 16 Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
90
Pasal 17 Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

47
kelestarian DAS. Pelaksanaan dalam pengelolaan DAS dilakukan padaDAS yang

dipulihkan daya dukungnya dan DAS yang dipertahankan daya dukungnya.

Pelaksanaan kegiatan pengelolaan DAS merupakan implementasi rencana

pengelolaan DAS yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah

Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, BUMN, BUMD Provinsi, dan

Perusahaan Swasta, serta masyarakat yang dimuat dalam rencana tindak pengelolaan

DAS sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Pengelolaan DAS harus

memberi kesempatan kerja, menjamin kelestarian lingkungan, pertumbuhan ekonomi,

dan pengentasan kemiskinan dengan mempertimbangkan karakteristik biofisik,

sosial, ekonomi, budaya, dan kearifan lokal masyarakat setempat.91Pelaksanaan

dalam pengelolaan DAS dilakukan pada :

a) Pengelolaan DAS Yang Dipulihkan Daya Dukungnya

Pelaksanaan pengelolaan DAS yang dipulihkan daya dukungnya meliputi:92

1. Optimalisasi Penggunaan Lahan Sesuai Fungsi Dan Daya Dukung DAS

Optimalisasi penggunaan lahan dilaksanakan untuk mencapai tutupan vegetasi

permanen paling kurang 30% (tiga puluh persen) guna menjamin keseimbangan

dinamis ekologi dan tata air DAS secara berkelanjutan. Pencapaian tutupan vegetasi

permanen tersebut tersebar pada kawasan lindung dan kawasan budidaya, sempadan

sungai, daerah sekitar sumber mata air, dan kawasan ruang terbuka hijau dalam DAS

yang terdistribusi secara proporsional mulai dari daerah hulu sampai dengan hilir.

91
Pasal 18 Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
92
Pasal 19 Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

48
Optimalisasi penggunaan lahan dilakukan dengan menggunakan pendekatan

morfologi DAS dan fungsi kawasan serta kearifan lokal masyarakat setempat.

2. Pemeliharaan Kelangsungan Daerah Tangkapan Air, Menjaga Kualitas,

Kuantitas, Kontinuitas, Dan Distribusi Air

Pemeliharaan kelangsungan daerah tangkapan air, menjaga kualitas, kuantitas,

kontinuitas, dan distribusi air dilaksanakan dengan menerapkan teknik konservasi

tanah dan air. Upaya pemeliharaan tersebut dilakukan berdasarkan prinsip agronomis

meliputi pemilihan jenis tanaman, pengaturan pola tanam, dan pengolahan tanah

konservasi dan dalam teknik konservasi tanah dan air dilaksanakan melalui vegetatif

dan sipil teknis.

3. Pelestarian Keanekaragaman Hayati, Peningkatan Produktivitas Lahan,

Restorasi Ekosistem, Rehabilitasi, Dan Reklamasi Lahan

Pelestarian keanekaragaman hayati, peningkatan produktivitas lahan, restorasi

ekosistem, rehabilitasi, dan reklamasi lahan dalam pengelolaan DAS dilaksanakan

melalui pengelolaan vegetasi, dengan cara antara lain penanaman vegetasi,

pengkayaan jenis tumbuhan, konservasi ex situ dan in situ, dan jenis pengelolaan

vegetasi lainnya.

4. Peningkatan Kepedulian Serta Peran Pemangku Kepentingan Dan

Masyarakat Dalam Pengelolaan DAS

Peningkatan kepedulian serta peran pemangku kepentingan dan masyarakat

dalam pengelolaan DAS dilaksanakan melalui analisis pemangku kepentingan

pengelolaan DAS, pelibatan instansi terkait dalam siklus perencanaan, integrasi

49
Rencana Pengelolaan DAS dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Provinsi, implementasi kegiatan pengelolaan DAS berdasarkan tugas dan fungsi,

monitoring dan evaluasi peningkatan kepedulian dan peran serta, dan meningkatkan

intensitas pertemuan Forum Koordinasi Pengelolaan DAS.

5. Peningkatan Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, Dan Sinergi Antar

Perangkat Daerah Provinsi Dan Antar Daerah Kabupaten/Kota.

Peningkatan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, serta sinergi antar sektor dan

antar wilayah dilaksanakan melalui pengembangan dan fasilitasi kelembagaan

pengelolaan DAS.

b) Pengelolaan DAS Yang Dipertahankan Daya Dukungnya

Pelaksanaan pengelolaan DAS yang dipertahankan daya dukungnya meliputi:93

1. Menjaga Dan Memelihara Produktivitas, Serta Keutuhan Ekosistem

Dalam DAS Secara Berkelanjutan

Pelaksanaan pengelolaan DAS dalam rangka menjaga dan memelihara

produktivitas, serta keutuhan ekosistem dalam DAS secara berkelanjutan dilakukan

melaluiidentifikasi jenis flora, fauna, dan tipe-tipe ekosistem kawasan lindung serta

kawasan budidaya, pelaksanaan pengamanan dan perlindungan di kawasan lindung

dan kawasan budidaya, pembuatan/pengadaan bibit tanaman serbaguna, penanaman

pengkayaan dan pemeliharaan vegetasi, memelihara dan mempertahankan bangunan

sipil teknis yang sudah ada, dan monitoring dan evaluasi perkembangan produktivitas

dan keutuhan ekosistem.


93
Pasal 25 Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

50
2. Pemberian Bimbingan Teknis Dan Fasilitasi Dalam Penerapan Teknik

Konservasi Tanah Dan Air Untuk Kelangsungan Daerah Tangkapan Air

Pemberian bimbingan teknis dan fasilitasi dalam penerapan teknik konservasi

tanah dan air untuk kelangsungan daerah tangkapan air dilaksanakan untuk menjaga

kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan distribusi air.

3. Peningkatan Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, Dan Sinergi Antar

Perangkat Daerah Provinsi Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

Serta Instansi Terkait Lainnya

Peningkatan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antar Perangkat

Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota serta instansi terkait

lainnya, dalam mempertahankan kelestarian vegetasi, keanekaragaman hayati, dan

produktivitas lahan dilaksanakan melalui pola kerjasama, kemitraan, dan wadah

koordinasi.

Pemanfaatan, Pemulihan dan Konservasi Pelaksanaan Pengelolaan DAS

dilakukan dalam rangka untuk mewujudkan keseimbangan ekologi, ekonomi, sosial,

dan budaya guna menjamin pembangunan berkelanjutan. Pola dalam Pemanfaatan,

Pemulihan dan Konservasi Pelaksanaan Pengelolaan DASmeliputi hutan, tanah, dan

air dilakukan pada fungsi kawasan lindung dan kawasan budidaya dengan tetap

memperhatikan kriteria teknis dan kelestarian DAS serta fungsi morfologi DAS

bagian hulu sampai dengan bagian hilir secara utuh.

51
3) Monitoring Dan Evaluasi

Monitoring dan Evaluasi dalam Pengelolaan DAS dilakukan oleh

Pemerintah Daerah Provinsi sesuai dengan kriteria DAS yang dipulihkan dan

dipertahankan daya dukungnya serta dilaksanakan paling kurang 1 kali dalam 1

tahun. Hasil monitoring menjadi dasar pelaksanaan evaluasi pengelolaan DAS.

Evaluasi pengelolaan DAS sendiri dilaksanakan untuk setiap tahapan kegiatan

pengelolaan DAS guna memperoleh gambaran perubahan daya dukung DAS dan

dilakukan paling lama 2 tahun. Hasil evaluasi digunakan untuk penyempurnaan

perencanaan dan/atau pelaksanaan pengelolaan DAS.94

4)Pembinaan dan Pengawasan

Pembinaan, pengendalian, dan pengawasan terhadap pengelolaan DAS

dilakukan oleh Gubernur sesuai kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan serta dilaksanakan pula oleh Dinas dengan berkoordinasi

kepada Perangkat Daerah Provinsi dan Instansi terkait pengelolaan DAS.95

Dalam Pengelolaan DAS berdasarkan Perda Provinsi Jawa Barat No.20

tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, terdapat beberapa kegiatan

yang tidak kalah pentingnya untuk dilaksanakan dan termasuk ke dalam ruang

lingkup pengelolaan DAS, antara lain :

94
Pasal 32 Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
95
Pasal 53 Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

52
Pertama, Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan DAS. Pemerintah

Daerah Provinsi dapat membentuk dan/atau mengesahkan Forum Koordinasi

Pengelolaan DAS guna membangun dan mengembangkan mekanisme hubungan

hulu-hilir antar sektor dan antar wilayah administrasi. Susunan keanggotaan Forum

Koordinasi Pengelolaan DAS, meliputi unsur Pemerintah Daerah Provinsi; unsur

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; unsur Instansi terkait pengelolaan DAS;

masyarakat; unsur lembaga pendidikan; pemerhati lingkungan; serta Lembaga

Swadaya Masyarakat yang bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat,

pengelolaan sumberdaya air, dan lingkungan.96

Pembentukan dan/atau pengesahan Forum Koordinasi Pengelolaan DAS

untuk jangka waktu 5 (lima tahun) dan ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

Fungsi Forum Koordinasi Pengelolaan DAS antara lain :97

a. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dalam pengelolaan DAS;

b. memberikan sumbangan pemikiran dalam pengelolaan DAS; dan

c. menumbuhkan dan mengembangkan peran pengawasan masyarakat dalam

pengelolaan DAS dengan berkoordinasi kepada Dinas dan Perangkat Daerah

Provinsi terkait pengelolaan DAS.

Kedua, Pemberdayaan Masyarakat. Pemerintah Daerah Provinsi

menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kapasitas dan

kapabilitas, kepedulian, serta peran masyarakat dalam pengelolaan DAS dan

96
Pasal 33 Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
97
Pasal 34 Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

53
ditujukan pada kelembagaan masyarakat pengelolaan DAS, yang terdiri dari

kelompok petani pengguna dan pemakai air; kelompok tani di lingkup pertanian,

perkebunan, serta perikanan dan kelautan; kelompok tani hutan; dan kelompok

masyarakat pemerhati atau peduli di bidang pengelolaan DAS. Pemberdayaan

masyarakat dalam kegiatan pengelolaan DAS dapat melibatkan Badan Usaha Milik

Negara, Badan Usaha Milik Daerah Provinsi, Badan Usaha Milik Swasta, Koperasi,

dan organisasi masyarakat. Bentuk pemberdayaan masyarakat meliputi pendidikan,

pelatihan, dan penyuluhan; pendampingan; pemberian bantuan modal; sosialisasi dan

diseminasi; penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau kegiatan lainnya.98

E. Peraturan Terkait dengan Pengelolaan DAS

Dalam mengkaji DAS pada saat ini tidak mungkin hanya didasarkan kepada

satu atau beberapa undang-undang yang sejenis atau sebidang. DAS harus dipandang

sebagai satu kesatuan wilayah yang utuh-menyeluruh yang terdiri dari daerah

tangkapan air, sumber-sumber air, sungai, danau, dan waduk, yang satu dengan

lainnya tidak dapat dipisahpisahkan.Peraturan terkait dengan Pengelolaan DAS

antara lain :99

1. UUD 1945 pasal 33 ayat 3

2. UU No 41 tahun 1999 ttg Kehutanan

3. UU No 5 tahun 1990 ttg Konsevasi Alam Hayati dan Ekosistemnya

4. UU No 26 tahun 2007 ttg Penataan Ruang

98
Pasal 37 Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
99
http://www.bpdassolo.net/index.php/dasar-hukum-pengelolaan-das, diakses pada 21 November 2016.

54
5. UU No 7 tahun 2004 ttg Sumberdaya Air

6. PP No 38 tahun 2007 ttg Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsdi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

7. PP No 6 Tahun 2007 ttg Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana

Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan

8. PP No 3 tahun 2008 ttg Perubahan atas PP No 6 tahun 2007

9. PP No 76 Tahun 2008 ttg Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan

10. PP No.38 Tahun 2011 tentang Sungai

11. Kep Presiden Nomor 32 tahun 1990 ttg Pengelolaan Kawasan Lindung

12. Kep. Menhut No 52 tahun 2001 ttg Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan DAS

F. Prinsip-prinsip Dasar Perencanaan Pengelolaan DAS

1. Menentukan sasaran proyek secara jelas

Proyek pengelolaan DAS yang kurang berhasil atau gagal sering disebabkan

karena perencanaan proyek pengelolaan yang kurang mampu dalam menentukan

sasaran proyek secara jelas. Maka untuk menghindari hal tersebut sasaran yang akan

dicapai harus dinyatakan secara jelas sehingga perkembangan dan pencapaian sasaran

atau tujuan pengelolaan DAS dapat diukur dengan mudah. Dalam menentukan

sasaran proyek, perlu dibedakan sasaran-sasaran yang akan dihasilkan dalam jangka

menengah, jangka sedang dan jangka panjang. Perlu adanya antisipasi untuk

memungkinkan terjadinya dampak negative akibat rencana kegiatan sehingga

55
tindakan pencegahan atau penanggulangan dampak-dampak negative tersebut dapat

diupayakan secepat mungkin.100

2. Prinsip “Dengan” dan “Tanpa” Proyek

Salah satu prinsip dasar perencanaan pengelolaan adalah mengembangkan dan

membandingkan skenario-skenario alternative tentang apa yang akan terjadi jika

proyek dilaksanakan (“dengan” proyek) dan apa yang akan terjadi jika proyek tidak

dilaksanakan (“tanpa” proyek). Perbedaan dari kedua tersebut menunjukkan dampak

adanya kegiatan proyek.101

3. Ketidakpastian dalam Perencaaan

Memprakirakan kondisi yang akan datang berdasarkan data dan informasi

yang telah dikumpulkan telah menjadi kendala bagi para perencana pengelolaan

DAS. Data atau informasi yang akan digunakan untuk menyusun rencana mungkin

tidak tersedia sama sekali, atau jika tersedia, bisa jadi telah kadaluwarsa, tidak

lengkap, atau tidak relevan dengan materi perencanaan.Sejumlah ketidakpastian yang

berkaitan dengan data dan informasi harus dihadapi dalam proses penyusunan

rencana pengelolaan DAS. Ketidakpastian umumnya meliputi data iklim, masalah

teknis, dan ketidakpastian masalah sosial-ekonomi.102

Ketidakteraturan pola iklim telah mengakibatkan ketidakpastian prakiraan

iklim untuk masa yang akan datang. Pola curah hujan sangat bervariasi dari tahun ke

100
Chay Asdak, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, cetakan ke-2, Gadjah Mada
University Press:Yogyakarta,2002, hlm.568.
101
Loc.cit.
102
Chay Asdak, Op.cit. hlm.569.

56
tahun sehingga seringkali sulit untuk melakukan prakiraan curah hujan secara tepat.

Meskipun sulit untuk melakukan prakiraan komponen iklim dengan akurasi yang

tinggi, tetapi prakiraan pola iklim yang akan terjadi perlu diantisipasi dan dijadikan

pertimbangan dalam menyusun rencana pengelolaan DAS. Hal yang perlu

diperhatikan dalam hal ini bahwa penyusunan rencana pengelolaan DAS sebaiknya

tidak didasarkan pada keadaan rata-rata karena adanya variabilitas untuk masing-

masing lokasi.

Ketidakpastian yang bersifat teknis umumnya dijumpai dalam bentuk tidak

memadainya pengetahuan tentang hubungan keterkaitan teknis dalam hal aktivitas

pengelolaan DAS. Informasi yang akurat tentang dampak jenis vegetasi tertentu

terhadap erosi di suatu daerah dengan karakteristik iklim dan tanah tertentu seringkali

belum tersedia. Dengan latar belakang tersebut, dalam banyak hal, tim perencana

pengelolaan DAS hanya dapat menduga keluaran apa yang akan diperoleh dari

pengelolaan yang direncanakan, dan dengan demikian, mereka akan berhadapan

dengan ketidakpastian.

Jika dalam masalah teknis dijumpai adanya ketidakpastian, maka kadar

ketidakpastian dalam masalah sosial-ekonomi tentunya menjadi lebih besar. Data dan

informasi yang sering dimanfaatkan untuk perencanaan sosial seperti kekayaan,

kesejahteraan, pendapatan, tingkat pendidikan dan lain sebagainya, untuk tempat-

tempat tertentu, jadi sulit untuk memperolehnya. Kekacauan sosial dapat menciptakan

ketidakstabilan sosial dan ekonomi dari suatu masyarakat. Keadaan ini, pada

57
gilirannya, dapat juga mengacaukan arah kebijakan dan pengelolaan sumberdaya

untuk masa-masa yang akan datang.

BAB III

KONDISI OBJEKTIF DAS CIMANUK DI KABUPATEN GARUT

DAN PENGELOLAANNYA

A.Kondisi Objektif DAS Cimanuk

Sungai Cimanuk merupakan sungai utama di DAS Cimanuk yang berhulu di

Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut dan bermuara ke Laut Jawa di Kabupaten

Indramayu dengan panjang sungai 358 km. Luas DAS Cimanuk adalah 363.677,43

Ha dan meliputi beberapa wilayah administratif yaitu Kabupaten Bandung,

Kabupaten Garut, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten

Indramayu.103 Sungai Cimanuk merupakan salah satu sungai besar yang ada di

wilayah provinsi Jawa Barat dan DAS Cimanuk sendiri merupakan salah satu

penopang utama sumberdaya air di Jawa Barat.104 Luas wilayah Cimanuk di

daerah Hulu adalah sekitar 147.055 Ha, daerah Tengah sekitar 133.870 Ha, dan di

daerah Hilir sekitar 82.706 Ha.

103
Caya,Optimalisasi Penggunaan Lahan Untuk Agroforestri Di Daerah Aliran Sungai Cimanuk
Provinsi Jawa Barat, Disertasi Program Studi Ilmu Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta 2015, hlm. 8.
104
Adi Susetyaningsih, Pengaturan Penggunaan Lahan Di Daerah Huludas Cimanuk Sebagai Upaya
Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Air, Jurnal Konstruksi, Sekolah Tinggi Teknologi Garut,
Garut, hlm. 2.

58
Sebagian besar wilayah di Kabupaten Garut termasuk ke dalam Sub DAS

Cimanuk Hulu. Sungai Cimanuk Hulu mempunyai kondisi pengaliran air sepanjang

tahun dengan panjang sungai utama dari hulu (Gunung Mandalagiri Kec. Cikandang

Kab. Garut) sampai dengan hilir (Kec. Jatigede Kab. Sumedang) sepanjang ± 84 Km,

dengan jumlah anak sungai sebanyak 16 buah sungai sepanjang ± 178 Km , yaitu :

Cimanuk Hulu, Cibodas, Cipeujeuh, Cikamiri Ciroyom, Cibeureum, Cisangkan,

Cipari, Citameng, Cimuara, Cipancar, Cianten, Cicajur, Cipedes, Cigaruguy, dan

Cibunilarang. Tetapi saat ini sudah banyak lahan kritis di daerah DAS Cimanuk yang

sudah masuk ke pada tahapan-tahapan lahan yang :105

1. agak kritis mencapai 102.584,18 Ha

2. kritis mencapai 26.286,21 Ha, dan

3. sangat kritis mencapai 4.633,62 Ha.

Menurut Dinas Kehutanan RI hanya 22 DAS di Indonesia yang kondisinya

kritis dan super kritis. Pada tahun 1992 , jumlah DAS yang rusak meningkat menjadi

29 DAS. Dua tahun kemudian jumlahnya menjadi 39 DAS, lalu pada tahun 1998

menjadi 42 DAS, tahun 2000 menjadi 58 DAS, tahun 2002 menjadi 60 DAS, dan

tahun 2007 sekitar 80 DAS yang rusak super kritis dan kritis.106 Kerusakan ini akibat

intervensi manusia yang makin besar-besaran merusak DAS. Akibat kerusakan DAS

membuat lingkungan semakin sensitive. Untuk DAS Cimanuk sendiri,lahannya sudah

105
Data diperoleh berdasarkan Katalog Basis Data BPDAS Cimanuk-Citanduy, Bandung, tanggal 02
Desember 2016.
106
Caya. Op, cit, hlm. 9.

59
kritis sejak tahun 1984. Menurut Sutopo Purwo Nugroho selaku Ketua BNPB (Badan

Nasional Penanggulangan Bencana) menerangkan buruknya DAS bisa diukur dengan

nilai Koefisien Regim Sungai (KRS).107 KRS adalah perbandingan antara nilai debit

air maksimum alias saat banjir, dengan nilai debit air minimum alias saat kering pada

suatu DAS. Suatu DAS dapat dikategorikan baik jika KRS nilainya kurang dari 40 ,

sedang 40 hingga 80, dan buruk lebih dari 80,sedangkan KRS Cimanuk sudah

mencapai 713.108Kerusakan DAS tersebut antaralainkarena semakin sensitifnya

lingkungan terhadap komponen yang ada dalam sistem lingkungan. Ketika musim

hujan mudah terjadi banjir dan longsor, namun sebaliknya ketika musim kemarau

mudah terjadi kekeringan. Selain itu, banyak penyebab yang mengakibatkan rusaknya

DAS Cimanuk antara lain karena masalah di hulu Sungai Cimanuk, yaitu :109

a. masalah kawasan hutan sebagai resapan air diantaranya karena masih adanya

penebangan liar dan perambahan kawasan hutan, masih adanya penanaman

sayuran di dalam kawasan hutan, masih belum optimalnya pemanfaatan hasil

hutan bukan kayu dan jasa lingkungan, masih luasnya lahan kritis di luar

kawasan hutan. Penggunaan lahan Sub DAS Cimanuk Hulu didominasi oleh

penggunaan lahan untuk pertanian sebesar 66%, sedangkan hutan termasuk hutan

107
http://mediaindonesia.com/news/read/68124/banjir-garut-akibat-hutan-gundul, diakses pada 06
November 2016.
108
Ibid.
109
http://www.kompasiana.com/cepayifitriana/cimanuk-mengamuk_57e3d9076d7a61011e5ce6bf,
diakses pada 07 Desember 2016.

60
muda dan hutan rakyat sebesar 23,27%. Dari luas lahan pertanian, kebun

campuran dan tegalan mendominasi (59,91%) dan sawah (38,75%);

b. kawasan permukiman masyarakat yang ada di sekitar DAS Cimanuk yang sangat

mempengaruhi kerentanan bencana alam, konsentrasi penduduk yang tidak

merata, sebagian tinggal di daerah yang rawan seperti di pinggiran Sungai

Cimanuk;

c. tingkat bahaya erosi (satuan ton/Ha/tahun) di DAS Cimanuk yang pada saat ini

sudah mencapai pada tahap : 1) sangat berat >480 : 58.238,49

2) berat 180-480 : 37.229,66

3) sedang 60-180 : 41.945,08

4) ringan 15-60 : 236.414,87

dimana alur erosi umumnya terjadi pada tebing-tebing disepanjang Sungai

Cimanuk serta anak-anak sungainya. Dengan adanya penggalian pasir di dasar

sungai atau tebing-tebing sungai, dapat menambah intensitas erosi sungai.

c. selain kawasan permukiman, keberadaan fasilitas umum dan fasilitas sosial di

pinggiran Sungai Cimanuk seperti RSUD dr. Slamet, Panti Wreda (jompo),

asrama tentara, SLB, Kantor Polsek dan Kantor Kecamatan Karogong Kidul juga

kantor-kantor pemerintah lainnya, berada pada kondisi yang sangat rentan karena

persentase kawasan terbangun, kepadatan bangunan dan konstruksinya cukup

tinggi sehingga apabila terjadi suatu bencana maka kerugiannya sangat besar

seperti banjir bandang yang telah terjadi kemarin. Selain itu, bentuk kerentanan

61
fisik yang dimiliki masyarakat berupa daya tahan dan daya tanggap mitigasi

menghadapi bencana.

DAS Cimanuk yang terletak di wilayah Kabupaten Garut perlu mendapatkan

ekstra perhatian dalam upaya pengelolaan DAS Cimanuk.110 Sub DAS Cimanuk Hulu

merupakan salah satu dari 42 DAS di Indonesia yang tergolong dalam DAS kritis dan

perlu mendapatkan prioritas penanganan yang segera dari pemerintah. Akibat

kritisnya DAS Cimanuk tersebut mengakibatkan terjadinya banjir bandang yang

baru-baru ini terjadi di Kabupaten Garut, yang menandakan sebagai salah satu

indikasi dari ketidakseimbangan ekosistem di wilayah tersebut, dimana air Sungai

Cimanuk meluap ke permukaan karena tidak dapat lagi menampung debit air hujan

ketika hujan turun terutama dalam intensitas tinggi.

Banjir bandang yang melanda Kawasan Garut dan sekitarnya terjadi pada hari

Rabu 21 September 2016 sekitar waktu dini hari. Banjir bandang yang terjadi di DAS

Cimanuk melanda daerah sepanjang aliran sungai dengan jarak landaan limpasan

banjir lebih kurang 1m- 50m. Dampak banjir bandang meliputi areal di 7 kecamatan,

yaitu Kecamatan Bayongbong, Kecamatan Garut Kota, Kecamatan Banyu Resmi,

Kecamatan Tarogong Kaler, Kecamatan Tarogong Kidul, Kecamatan Karang

110
Adi Susetyaningsih, Op.cit. hlm. 2.

62
Pawitan, dan Kecamatan Samarang. Banyak dampak yang ditimbulkan dari banjir

bandang tersebut, antara lain :111

1. Banyak permukiman di bantaran sungai rusak ringan sampai rusak berat, di

beberapa tempat terlanda lumpur setinggi 20cm;

2. Pesawahan dan ladang rusak ringan, di lokasi tertentu, terlanda lumpur hasil

pengangkutan sedimen oleh arus sungai;

3. Tembok penahan erosi rusak di beberapa tempat akibat tergerus air;

4. Sisi sungai di sepanjang aliran sungai Cimanuk banyak yang tererosi;

5. Terputusnya jembatan yang menghubungkan Desa Patrol, Banyuresmi dan

Desa Cijambe, Karangpawitan;

6. Perekonomian warga yang terhenti dan kehidupan sosial masyarakat Garut

yang terganggu;

7. Banyak korban yang dinyatakan hilang, luka berat maupun ringan, hingga

meninggal dunia.

d. Pengelolaan DAS Cimanuk

Upaya pengelolaan DAS terhadap DAS Cimanuk terus dilakukan, namun

pada kenyataannya hasilnya belum signifikan. DAS yang buruk dan dampak yang

ditimbulkan terus meningkat. Peraturan-peraturan yang ada pun pada kenyataannya

belum dapat dilaksanakan secara optimal oleh pemerintah. Berdasarkan hasil

111
http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gerakan-tanah/kejadian-gerakan-tanah/1305-laporan-singkat-
pemeriksaan-banjir-di-das-cimanuk-kab-garut-jawa-barat, diakses pada 7 Desember 2016.

63
wawancara penulis dengan salah satu pihak instansi yang terkait dengan Pengelolaan

DAS Cimanuk, yaitu BPDAS Cimanuk-Citanduy yang merupakan Unit Pelaksana

Teknis (UPT) Kementerian Kehutanan yang berada di bawah Direktorat Jenderal

Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial, menurut Pak Arif selaku salah satu

pihak dari BPDAS Cimanuk-Citanduy mengatakan bahwa banjir bandang yang

terjadi di Kabupaten Garut bisa terjadi karena dapat dilihat dari beberapa aspek

(faktor), yang pertama dari aspek teknis, yaitu Kabupaten Garut yang :112

a. topografi lereng di daerah hulunya memiliki presentasi kemiringan lereng 14%-

55% atau masuk dalam klasifikasi agak curam;

b. hujan yang turun dan melanda Kabupaten Garut pada saat terjadinya banjir

sangat ekstrim dan lain dari biasanya, di mana ketebalan air hujan yang turun

pada saat itu mencapai 255 mm (millimeter) atau sekitar 25 cm (centimeter);

c. tutupan lahan dan atau pemanfaatan lahan di DAS Cimanuk yang tidak sesuai

dengan perencanaan tata ruang;

d. serta jenis tanah/struktur tanah di DAS Cimanuk yang tidak dapat menyerap air

dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak, dan juga vegetasi di daerah hulu

sungai Cimanuk dan anak sungainya kurang mampu menyimpan air.

Yang kedua dilihat dari aspek peraturan, bahwa adanya peraturan-peraturan

terkait dengan Pengelolaan DAS, seperti PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan

DAS dan Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan DAS

memang belum dilaksanakan secara optimal oleh pemerintah terkait dan juga
112
Hasil Wawancara dengan pihak BPDAS Cimanuk-Citanduy.

64
masyarakat Kabupaten Garut sendiri, karena jika peraturan tersebut telah

dilaksanakan secara optimal, tentunya banjir bandang yang terjadi baru-baru ini di

daerah tersebut tidak akan terjadi.

Pengelolaan DAS yang dilakukan saat ini terutama setelah terjadinya bencana

banjir oleh pihak-pihak terkait, salah satunya BPDAS Cimanuk-Citanduy antara lain

adalah dengan melakukan kajian dan evaluasi terhadap banjir bandang yang terjadi di

DAS Cimanuk, melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang Pengelolaan DAS

Cimanuk, dan melakukan gerakan penanaman lahan untuk dapat mengembalikan

fungsi lahan sebagaimana mestinya. Pengelolaan DAS Cimanuk tentunya menjadi

tanggung jawab bersama Instansi Terkait serta peran masyarakat yang

diselenggarakan secara terkoordinasi sesuai dengan kewenangannya.113 Pihak-pihak

yang terkait tersebut dalam melaksanakan Pengelolaan DAS antara lain dengan

meyediakan aspek perencanaan yaitu memberikan arahan yang sesuai dengan

peraturan perundang-undangan, bersama-sama dengan pihak lain yang terkait untuk

melakukan rehabilitasi terhadap hulu DAS Cimanuk, melakukan sosialisasi kepada

masyarakat baik yang sifatnya pengelolaan DAS secara general maupun terkait

dengan kondisi DAS Cimanuk, serta melakukan monitoring dan evaluasi terhadap

kinerja DAS Cimanuk dan juga pembinaan terhadap kondisi DAS Cimanuk.

Pihak-pihak yang terlibat atau para pemangku kepentingan yang ada dalam

Pengelolaan DAS tersebut adalah semua elemen yang berkaitan dengan Pengelolaan

DAS, diantaranya BPDAS Cimanuk-Citanduy, Dinas Kehutanan Provinsi, Dinas


113
Pasal 2 ayat (4) PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS

65
Kehutanan Kabupaten/Kota, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, Dinas Pertambangan

dan energi Kabupaten/Kota, Bappeda Provinsi Kabupaten/Kota, Balai Besar Wilayah

Sungai, Badan Lingkungan Hidup, LSM, Perguruan Tinggi, dan Perusahaan-

perusahaan yang berdampak pada lingkungan, misalnya Pertamina, Chevron, dan

Indocement.114 Masyarakat juga merupakan salah satu pihak yang terlibat dalam

Pengelolaan DAS, karena masyarakat merupakan bagian dari subsistem yang ada

dalam Pengelolaan DAS sendiri, dimana masyarakat harus dapat mengelola lahan

sesuai dengan peruntukkannya, fungsinya, dan tetap mengikuti kaidah konservasi

tanah dan air. Pihak-pihak yang terlibat dalam Pengelolaan DAS Cimanuk tersebut

bergerak sesuai dengan kewenangannya.

Sebagai wujud partisipasi para pemangku kepentingan tersebut dalam

mengelola sumber daya alam di DAS Cimanuk, maka disusun secara bersama

Rencana Pengelolaan DAS Terpadu (RPDAS) yang sesuai dengan Pasal 11 Perda

Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan DAS, yaitu suatu rencana

yang memuat arahan program dan kegiatan bagi masing-masing pemangku

kepentingan dalam rangka pemulihan dan pemeliharaan sumber daya alam di DAS,

serta mekanisme sistem monitoring dan evaluasi DAS yang disepakati bersama oleh

pemangku kepentingan dan disusun untuk jangka waktu 15 tahun.115

114
Data diperoleh berdasarkan Katalog Basis Data BPDAS Cimanuk-Citanduy, Bandung, tanggal 02
Desember 2016.
115
Data diperoleh berdasarkan Katalog Basis Data BPDAS Cimanuk-Citanduy, Bandung, tanggal 02
Desember 2016.

66
Beberapa arahan pengelolaan DAS yang terdapat dalam RPDAS, yang

direncanakan untuk dilaksanakan oleh para pemangku kepentingan, adalah :116

a. perubahan paradigma pendekatan pengelolaan DAS sehingga menjadi

berorientasi pada masyarakat (bottom up approach), kegiatan pengelolaan DAS

berbasis masyarakat dapat menjadikan masyarakat sebagai subyek dan sekaligus

obyek pembangunan;

b. penguatan keberdayaan masyarakat dalam bentuk peningkatan wawasan

pengetahuan dan keterampilan;

c. penguatan aspek hukum dalam pengamanan hutan sebagai upaya menghambat

laju penebangan liar serta mengurangi degradasi hutan dan lahan;

d. pemilihan vegetasi yang ditanam pada kawasan budidaya harus

mempertimbangkan kesesuaian jenis dan habitatnya, memiliki nilai

ekonomisyang tinggi , serta telah dikuasai cara budidayanya;

e. meningkatkan, memulihkan dan mempertahankan daya dukung, daya tampung,

dan fungsi sumber daya air secara berkelanjutan;

f. penyadaran publik tentang pola penggunaan lahan yang lestari, ramah

lingkungan dan secara ekonomi menguntungkan.

Dalam pengelolaan DAS, pihak BPDAS Cimanuk-Citanduy juga melakukan

Monitoring dan Evaluasi terhadap kinerja DAS. Monitoring dan Evaluasi adalah

kegiatan pengamatan, analisis data dan fakta yang dilakukan secara sederhana, praktis

116
Data diperoleh berdasarkan Katalog Basis Data BPDAS Cimanuk-Citanduy, Bandung, tanggal 02
Desember 2016.

67
terhadap kriteria dan indikator kinerja DAS dari aspek/kriteria pengelolaan lahan, tata

air, sosial, ekonomi, kelembagaan, investasi bangunan air dan pemanfaatan ruang

lingkup sehingga “status” atau “tingkat kesehatan” suatu DAS dapat ditentukan.

Ruang lingkup Monitoring dan Evaluasi terhadap kinerja DAS mencakup :117

a. Lahan : persentase lahan kritis, persentase penutupan vegetative, dan indek

erosi ;

b. Tata Air : Koefisien Regim Aliran (KRA) , Koefisien aliran tahunan (C) , muatan

sedimentasi, banjir, dan Indek Penggunaan Air (IPA) ;

c. Sosial Ekonomi : Tekanan penduduk, tingkat kesejahteraan penduduk,

keberadaan dan penegakan peraturan;

d. Investasi Bangunan Air : Klasifikasi Kota dan Klasifikasi nilai bangunan air;

e. Pemanfaatan Ruang Lingkup : Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya.

Tetapi pada kenyataannya, sampai saat ini masih banyak kendala yang dialami

oleh pemerintah atau instansi terkait dalam Pengelolaan DAS Cimanuk tersebut,

termasuk BPDAS Cimanuk-Citanduy sendiri, yang mengakibatkan belum

terlaksananya PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS dan Perda Provinsi

Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan DAS secara optimal, kendala

tersebut antara lain karena :118

117
Data diperoleh berdasarkan Katalog Basis Data BPDAS Cimanuk-Citanduy, Bandung, tanggal 02
Desember 2016.
118
Hasil Wawancara dengan pihak BPDAS Cimanuk-Citanduy.

68
a. pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang masih kurang atau rendah terhadap

lingkungan hidup dan Pengelolaan DAS;

b. sosialisasi yang masih dianggap kurang dan belum optimal terhadap peraturan

yang terkait, seperti lingkungan hidup, pengelolaan DAS, penataan ruang, dan

lain sebagainya, sehingga sebagian masyarakat awam tidak mengetahui peraturan

tersebut;

c. tekanan ekonomi atau produksi yang masih tinggi oleh masyarakat sekitar

sehingga mereka mengabaikan dan tidak memperhatikan peraturan-peraturan

yang ada, padahal masyarakat mengerti akan adanya peraturan tersebut, misalnya

seperti adanya alihfungsi lahan di sekitar DAS Cimanuk yang beralihfungsi

menjadi lahan pertanian, lahan permukiman warga, dan wisata. Di mana tujuan

masyarakat sekitar yang menggunakan lahan menjadi pertanian antara lain adalah

untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan adanya para pelaku

usaha yang mendirikan usaha seperti perkebunan ataupun tempat wisata yang

tujuannya ingin mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan menggunakan

lahan di sekitar DAS Cimanuk;

d. pengendalian dan penegakan hukum terhadap pelaksanaan tata ruang yang belum

dilaksanakan atau kurang tegas dijatuhkan kepada pihak-pihak yang merusak

DAS Cimanuk;

e. banyaknya permasalahan yang terjadi di Kabupaten Garut, seperti anggaran dari

pemerintah yang sangat terbatas untuk lingkungan hidup. Di mana anggaran

terhadap prioritas untuk lingkungan di Garut menjadi prioritas yang terakhir,

69
sehingga mengakibatkan terbengkalainya kondisi lingkungan di Garut, padahal

Garut sendiri 80% wilayahnya merupakan kawasan yang berfungsi lindung dan

rentan terkena bencana.

Berdasarkan hasil wawancara yang didapat penulis dengan pihak BPDAS

Cimanuk-Citanduy, bahwa DAS Cimanuk di Kabupaten Garut sudah masuk ke dalam

klasifikasi DAS yang harus dipulihkan daya dukungnya, karena DAS tersebut sudah

tidak berfungsi dengan baik, dan merujuk pada Pasal 1 angka 18 Perda Provinsi Jawa

Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan DAS bahwa DAS yang dipulihkan daya

dukungnya adalah DAS yang kondisi lahan serta kualitas, kuantitas dan kontinuitas

air, sosial ekonomi, investasi bangunan air dan pemanfaatan ruang wilayah tidak

berfungsi sebagaimana mestinya. Hal tersebut salah satunya akibat dari Pengelolaan

DAS Cimanuk yang kurang optimal oleh pihak-pihak terkait, karena jika

pengelolaannya baik maka banjir atau bencana yang terjadi tidak akan separah seperti

yang baru saja dialami oleh Kabupaten Garut.119

119
Hasil Wawancara dengan pihak BPDAS Cimanuk-Citanduy.

70
BAB IV

PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI BERDASARKAN PP NO.37

TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI JO

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO.20 TAHUN 2014

TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN

IMPLEMENTASINYA DI DAS CIMANUK KAB GARUT

A. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berdasarkan PP No.37 Tahun 2012

Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jo Peraturan Daerah Provinsi

Jawa Barat No.20 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan

terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah

terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi

perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan

hukum, sebagaimana diatur dalam UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH).120 Menurut UUPPLH, lingkungan hidup

merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,

120
Pasal 1 angka 2 Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup

71
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,

kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.121

Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, kerusakan DAS yang terjadi

pada saat ini salah satunya adalah karena intervensi manusia yang semakin masif

melakukan kerusakan terhadap lingkungan hidup, contohnya seperti banyaknya

bangunan-bangunan yang berdiri di sekitar wilayah DAS dan tidak memperhatikan

daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, sehingga akan mengganggu

kemampuan dan fungsi dari lingkungan hidup itu sendiri. Padahal kerusakan

lingkungan hidup yang terjadi seperti kerusakan DAS itu akan sangat berdampak

pada kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya serta menimbulkan kerugian

yang diderita sendiri oleh manusia sebagai makhluk hidup yang merusak DAS.

Dengan permasalahan tersebut maka perlu adanya hukum yang mengatur dalam

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, agar tercapainya pembangunan

lingkungan hidup dan mampu mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara

benar dan sesuai untuk menjamin keutuhan fungsi lingkungan hidup serta

meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di sekitar lingkungan hidup.

DAS merupakan kekayaan sumber daya alam yang terdapat di dalam

lingkungan hidup manusia dan dapat menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat

apabila dikelola, diolah dan dimanfaatkan dengan baik dan benar. Hal ini sesuai

121
Pasal 1 angka 1 Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

72
dengan perintah dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang

berbunyi:122

“Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dipergunakan


untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Dengan demikian, hal-hal yang berkenaan dengan kemakmuran dan

kesejahteraan rakyat harus diutamakan, tidak terkecuali pengelolaan lingkungan

hidup maupun pemanfaatan sumber daya alam yang harus dilakukan secara efektif

dan efisien.123 Di mana menurut Pasal 67 UUPPLH disebutkan bahwa:124

“Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup


serta mengendalikan pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan.”

Ketentuan mengenai Pengelolaan DAS diatur melalui PP No.37 Tahun 2012

Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, dan selanjutnya dijabarkan oleh Perda

Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

Menurut Pasal 1 angka 2 PP No.37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran

Sungai, Pengelolaan DAS dilakukan sebagai upaya manusia dalam mengatur

hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia di dalam DAS dan

segala aktivitasnya,agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem,serta

meningkatnya kemanfaatan sumber daya alam bagi manusia secara berkelanjutan.

Pengelolaan DAS berdasarkan Pasal 3 Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014

122
Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945
123
Supriadi, Op.cit, hlm. 4
124
Pasal 67 Undang-Undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup

73
tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dimaksudkan untuk menjamin kelestarian

fungsi DAS sebagai sumber utama kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya

secara serasi, seimbang, dan berkesinambungan melalui perencanaan, pelaksanaan,

monitoring dan evaluasi, serta pembinaan dan pengawasan. Berikut adalah

penjabaran ketentuan-ketentuan mengenai Pengelolaan DAS berdasarkan PP No.37

Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perda Provinsi Jawa

Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

1. Pengelolaan DAS berdasarkan PP No.37 Tahun 2012 Tentang

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Berdasarkan PP No.37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran

SungaiPengelolaan Daerah Aliran Sungai dilakukan melalui tahap :

a. Perencanaan

Perencanaan dalam Pengelolaan DAS menurut Pasal 4 PP No.37 tahun 2012

tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dilakukan dengan tahapan kegiatan :

1) Inventarisasi DAS;

2) Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS;

3) Penetapan Rencana Pengelolaan DAS

74
b. Pelaksanaan

Kegiatan Pengelolaan DAS dilakukan berdasarkan Rencana Pengelolaan DAS

yang telah ditetapkan dan menjadi acuan rencana pembangunan sektor dan rencana

pembangunan wilayah administrasi serta dilaksanakan pada:125

1) DAS yang akan dipulihkan daya dukungnya meliputi:126

a. optimalisasi penggunaan lahan sesuai dengan fungsi dan Daya Dukung

wilayah;

b. penerapan teknik konservasi tanah dan air dilakukan dalam rangka

pemeliharaan kelangsungandaerah tangkapan air, menjaga kualitas, kuantitas,

kontinuitas dan distribusi air;

c. pengelolaan vegetasi dilakukan dalam rangka pelestarian keanekaragaman

hayati, peningkatanproduktivitas lahan, restorasi ekosistem, rehabilitasi dan

reklamasi lahan;

d. peningkatan kepedulian dan peran serta Instansi Terkait dalam pengelolaan

DAS; dan/atau

e. pengembangan kelembagaan Pengelolaan DAS untuk meningkatkan

koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi lintas sektor dan wilayah

administrasi.

2) DAS yang akan dipertahankan daya dukungnya meliputi :127

125
Pasal 38 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
126
Pasal 40 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
127
Pasal 41 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

75
a. menjaga dan memelihara produktivitas dan keutuhan ekosistem dalam DAS

secara berkelanjutan;

b. bimbingan teknis dan fasilitasi dalam rangka penerapan teknik konservasi

tanah dan air demikelangsungan daerah tangkapan air, untuk menjaga

kualitas, kuantitas, kontinuitas dan distribusiair;

c. peningkatan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar sektor dan

wilayah administrasidalam rangka mempertahankan kelestarian vegetasi,

keanekaragaman hayati dan produktivitas lahan; dan/atau

d. peningkatan kapasitas kelembagaan Pengelolaan DAS untuk meningkatkan

koordinasi, integrasi,sinkronisasi dan sinergi lintas sektor dan wilayah

administrasi kegiatan.

Pelaksanaan Pengelolaan DAS menjadi wewenang dan tanggung jawab

Menteri dan menteri terkait sesuai kewenangannya untuk DAS lintas Negara dan

lintas Provinsi, gubernur sesuai kewenangannya untuk DAS dalam provinsi dan/atau

lintas kabupaten/kota, dan bupati/walikota sesuai kewenangannya untuk DAS dalam

kabupaten/kota.128

c. Monitoring dan Evaluasi

Dalam Pengelolaan DAS baik dalam pemulihan maupun mempertahankan

Daya Dukung DAS wajib dilakukan monitoring dan evaluasi untuk mendapatkan data

indikator kinerja DAS.129 Monitoring terhadap indikator kinerja DAS dilakukan

128
Pasal 42 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
129
Pasal 46 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

76
secara periodik paling sedikit setiap tahun sekali dan hasil monitoring tersebut

menjadi dasar untuk melakukan evaluasi kinerja pengelolaan DAS.

Evaluasi kinerja Pengelolaan DAS dilakukan dilakukan paling sedikit 2 (dua)

tahun untuk memperoleh gambaran perubahan Daya Dukung DAS mencakup

evaluasi sebelum, selama dan setelah kegiatan berjalan.130 Hasil evaluasi tersebut

digunakan dalam rangka untuk penyempurnaan perencanaan dan/atau pelaksanaan

Pengelolaan DAS. Menteri, gubernur atau bupati/walikota melaksanakan monitoring

dan evaluasi pelaksanaan kegiatanPengelolaan DAS sesuai dengan kewenangannya.

d. Pembinaan dan Pengawasan

1) Pembinaan

Pembinaan dalam kegiatan Pengelolaan DAS dilakukan oleh Menteri dan

menteri terkait, gubernur, dan bupati/walikota sesuai kewenangannya pada kegiatan

perencanaan, pelaksanaan maupun monitoring dan evaluasi.131Pembinaan tersebut

dilakukan oleh institusi pemerintah secara berjenjang. Pembinaan dilakukan dengan

kegiatan koordinasi, pemberian pedoman, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis,

pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi, pendidikan, pelatihan dan

penyuluhan, pemberian bantuan teknis, fasilitasi, sosialisasi dan diseminasi, dan/atau

penyediaan sarana dan prasarana.

130
Pasal 48 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
131
Pasal 52 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

77
2) Pengawasan

Pengawasan dilaksanakan oleh Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai

dengan kewenangannya dan bertujuan untuk mewujudkan efektivitas dan kesesuaian

pelaksanaan Pengelolaan DAS dengan peraturan perundang-undangan.132

Masyarakat juga dapat turut berperan serta dalam pengelolaan DAS, baik

secara perorangan maupun melalui forum koordinasi DAS.133 Di mana forum tersebut

memiliki fungsi untuk menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat terkait

pengelolaan DAS, memberikan sumbangan pemikiran dalam pengelolaan DAS, dan

menumbuhkembangkan peran pengawasan masyarakat dalam pengelolaan DAS.

Peran serta masyarakat secara perorangan dapat berupa:134

a. menjaga, memelihara dan menikmati kualitas lingkungan hidup yang dihasilkan

ekosistem DAS;

b. mendapatkan dan memberikan informasi, saran dan pertimbangan dalam

pengelolaan DAS; dan

c. mendapatkan pelatihan dan penyuluhan yang berkaitan dengan pengelolaan

DAS.

Untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas, kepedulian dan peranserta

masyarakat dalam pengelolaan DAS diperlukan adanya pemberdayaan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan Pengelolaan DAS dilakukan oleh

kementerian/lembaga pemerintahan non kementerian, pemerintah provinsi,

132
Pasal 55 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
133
Pasal 57 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
134
Pasal 59 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

78
pemerintah kabupaten/kota, serta dapat pula dilakukan oleh BUMN, BUMD, BUMS,

Koperasi, dan organisasi masyarakat. Pemberdayaan masyarakat tersebut dilakukan

paling sedikit melalui pendidikan, pelatihan dan penyuluhan, pendampingan,

pemberian bantuan modal, sosialisasi dan diseminasi; dan/atau penyediaan sarana dan

prasarana.135

2. Pengelolaan DAS berdasarkan Perda Provinsi Jawa Barat No.20

Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Berdasarkan Perda Provinsi Jawa Barat No.20 Tahun 2014 Tentang

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Pengelolaan DAS berdasarkan Perda dilakukan

melalui beberapa tahap, yaitu :

a. Perencanaan

Pemerintah Daerah Provinsi menyusun rencana pengelolaan DAS yang

mengintegrasikan antar sektor dan antar wilayah administrasi dari hulu sampai

dengan hilir, yaitu pelaksanaan pengelolaan DAS dalam Daerah Kabupaten/Kota dan

DAS lintas Daerah Kabupatan/Kota. Rencana pengelolaan DAS disusun untuk setiap

DAS, meliputi rencana pengelolaan DAS dan rencana tindak pengelolaan DAS.

1) Rencana Pengelolaan DAS

Penyusunan rencana Pengelolaan DAS itu mengacu pada klasifikasi DAS

yang meliputi penyusunan rencana pengelolaan DAS yang dipulihkan daya

135
Pasal 63 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

79
dukungnya dan penyusunan rencana pengelolaan DAS yang dipertahankan daya

dukungnya.136Rencana Pengelolaan DAS antara lainmemuat :137

a. inventarisasi karakteristik DAS;

b. identifikasi masalah dan para pihak; dan

c. tujuan, program dan kebijakan, kelembagaan, sistem pemantauan dan evaluasi,

serta sistem pendanaan.

Evaluasi dan peninjauan kembali terhadap Rencana Pengelolaan DAS yang

telah ditetapkan dapat dilakukan setiap 5 tahun sekali. Jika terjadi bencana alam

dalam skala besar, maka Rencana Pengelolaan DAS dapat ditinjau kembali paling

lama 5 dan ditetapkan oleh Peraturan Gubernur.138

2) Rencana Tindak Pengelolaan DAS

Rencana Tindak Pengelolaan DAS dilaksanakan berdasarkan pada Rencana

Pengelolaan DAS dilakukan secara terkoordinasi dengan instansi terkait di bidang

pengelolaan DASdan paling sedikit memuattentang :139

a. Permasalahan;

b. Rencana tindak penanganan; dan

c. Investasi dan pembiayaan, kondisi harapan, sistem pemantauan, dan evaluasi.

136
Pasal 10 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai.
137
Pasal 11 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai.
138
Pasal 12 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai.
139
Pasal 16 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai.

80
Rencana tindak pengelolaan DAS tersebut disusun untuk jangka waktu 5

(lima) tahun dan menjadi acuan penyusunan rencana strategis Perangkat Darah

Provinsi, dan rencana strategis instansi terkait di bidang pengelolaan DAS, serta

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten/Kota.140

b. Pelaksanaan

Pemerintah Daerah Provinsi melaksanakan pengelolaan DAS dari hulu

sampai dengan hilir secara utuh sesuai Rencana Pengelolaan DAS, rencana tindak

pengelolaan DAS,Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan pola pengelolaan

sumber daya air pada setiap wilayah sungai di Daerah Provinsi, serta memenuhi

kriteria teknis dan persyaratan kelestarian DAS. Kegiatan pengelolaan DAS

merupakan implementasi Rencana Pengelolaan DAS yang telah ditetapkan dan

menjadi acuan rencana pembangunan sektor dan rencana pembangunan wilayah

administrasiyang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi,

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik

Daerah Provinsi, dan Perusahaan Swasta, serta masyarakat yang dimuat dalam

rencana tindak pengelolaan DAS sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

Pengelolaan DAS harus memberi kesempatan kerja, menjamin kelestarian

lingkungan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan kemiskinan dengan

mempertimbangkan karakteristik biofisik, sosial, ekonomi, budaya, dan kearifan lokal

masyarakat setempat. Pelaksanaan dalam Pengelolaan DAS dilakukan pada :

140
Pasal 17 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai.

81
1) Pengelolaan DAS Yang Dipulihkan Daya Dukungnya

Pelaksanaan pengelolaan DAS yang dipulihkan daya dukungnya meliputi:

a. Optimalisasi Penggunaan Lahan Sesuai Fungsi dan Daya Dukung DAS

b. Pemeliharaan Kelangsungan Daerah Tangkapan Air, Menjaga Kualitas, Kuantitas,

Kontinuitas, dan Distribusi Air

b. Pelestarian Keanekaragaman Hayati, Peningkatan Produktivitas Lahan, Restorasi

Ekosistem, Rehabilitasi, dan Reklamasi Lahan

c. Pelestarian Keanekaragaman Hayati, Peningkatan Produktivitas Lahan, Restorasi

Ekosistem, Rehabilitasi, dan Reklamasi Lahan

d. Peningkatan Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergi Antar Perangkat

Daerah Provinsi dan Antar Daerah Kabupaten/Kota.

2) Pelaksanaan pengelolaan DAS yang dipertahankan daya dukungnya

Pelaksanaan pengelolaan DAS yang dipertahankan daya dukungnya meliputi:

a. Menjaga dan Memelihara Produktivitas, Serta Keutuhan Ekosistem dalam DAS

secara Berkelanjutan

b. Pemberian Bimbingan Teknis dan Fasilitasi dalam Penerapan Teknik Konservasi

Tanah dan Air Untuk Kelangsungan Daerah Tangkapan Air

c. Peningkatan Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergi Antar Perangkat

Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota serta Instansi Terkait

Lainnya.

82
c. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan Evaluasi dalam Pengelolaan DAS dilakukan oleh

Pemerintah Daerah Provinsi sesuai dengan kriteria DAS yang dipulihkan dan

dipertahankan daya dukungnya serta dilaksanakan paling kurang 1 kali dalam 1

tahun. Hasil monitoring menjadi dasar pelaksanaan evaluasi pengelolaan DAS.

Evaluasi pengelolaan DAS sendiri dilaksanakan untuk setiap tahapan kegiatan

pengelolaan DAS guna memperoleh gambaran perubahan daya dukung DAS dan

dilakukan paling lama 2 tahun. Hasil evaluasi digunakan untuk penyempurnaan

perencanaan dan/atau pelaksanaan pengelolaan DAS.141

d. Pembinaan dan Pengawasan

Pembinaan, pengendalian, dan pengawasan terhadap pengelolaan DAS

dilakukan oleh Gubernur sesuai kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan serta dilaksanakan pula oleh Dinas dengan berkoordinasi kepada

Perangkat Daerah Provinsi dan Instansi terkait pengelolaan DAS.142Pembinaan dalam

Pengelolaan DAS dilaksanakan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring

dan evaluasi dan dilakukan oleh institusi pemerintah secara berjenjang.

Dalam Pengelolaan DAS masyarakat juga dapat berperan serta baik secara

perorangan maupun melalui Forum Koordinasi Pengelolaan DAS. Peran serta

masyarakat secara perorangan menurut Pasal 42 Perda Provinsi Jawa Barat No.20

tahun 2014 tentang Pengelolaan DAS dapat berupa :

141
Pasal 32 Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
142
Pasal 53 Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

83
menjaga, memelihara dan menikmati kualitas lingkungan hidup yang

dihasilkan ekosistem DAS; mendapatkan dan memberikan informasi, saran dan

pertimbangan dalam pengelolaan DAS; melaporkan kejadian.kerusakan atau

perusakan di wilayah DAS kepada forum koordinasi pengelolaan DAS; dan

mendapatkan pelatihan dan penyuluhan yang berkaitan dengan pengelolaan DAS.

Pemerintah Daerah Provinsi dapat membentuk dan/atau mengesahkan Forum

Koordinasi Pengelolaan DAS guna membangun dan mengembangkan mekanisme

hubungan hulu-hilir antar sektor dan antar wilayah administrasi. Pembentukan

dan/atau pengesahan Forum Koordinasi Pengelolaan DAS untuk jangka waktu 5

(lima tahun) dan ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. Fungsi Forum Koordinasi

Pengelolaan DAS antara lain :143

a. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dalam pengelolaan DAS;

b. memberikan sumbangan pemikiran dalam pengelolaan DAS; dan

c. menumbuhkan dan mengembangkan peran pengawasan masyarakat dalam

pengelolaan DAS dengan berkoordinasi kepada Dinas dan Perangkat Daerah

Provinsi terkait pengelolaan DAS.

Pemerintah Daerah Provinsi menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat

untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas, kepedulian, serta peran masyarakat

dalam pengelolaan DAS dan ditujukan pada kelembagaan masyarakat pengelolaan

DAS, yang terdiri dari kelompok petani pengguna dan pemakai air; kelompok tani di
143
Pasal 34 Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

84
lingkup pertanian, perkebunan, serta perikanan dan kelautan; kelompok tani hutan;

dan kelompok masyarakat pemerhati atau peduli di bidang pengelolaan DAS.

Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan DAS dapat melibatkan Badan

Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah Provinsi, Badan Usaha Milik

Swasta, Koperasi, dan organisasi masyarakat. Bentuk pemberdayaan masyarakat

meliputi pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan; pendampingan; pemberian bantuan

modal; sosialisasi dan diseminasi; penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau

kegiatan lainnya.144

B. Implementasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Cimanuk di Kabupaten

Garut Berdasarkan PP No.37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran

Sungai Jo Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.20 Tahun 2014 Tentang

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Pengelolaan DAS pada dasarnya merupakan pengelolaan partisipasi yang

melibatkan berbagai sektor/sub sektor yang berkepentingan dalam pemanfaatan

sumberdaya alam pada suatu DAS, sehingga di antara mereka dapat saling

mempercayai, ada keterbukaan, mempunyai rasa tanggung jawab dan saling

mempunyai ketergantungan (inter-dependency). Pelaksanaan kegiatan pengelolaan

DAS, selayaknya tidak lagi seluruhnya dibebankan kepada pemerintah tetapi harus

dilaksanakan pula oleh semua pihak yang memanfaatkan dan semua pihak yang

berkepentingan dengan kelestariannya. Pengelolaan DAS tersebut haruslah sesuai


144
Pasal 37 Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

85
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan

DAS, sehingga dalam pengelolaannya terhadap DAS dapat menjamin kelestarian

lingkungan hidup termasuk DAS di dalamnya karena telah mengikuti kaidah, norma,

dan aturan yang sebagaimana mestinya.

Sebagaimana data yang telah diperoleh dari Kantor BPDAS Cimanuk

Citanduy, Pengelolaan DAS Cimanuk di Kabupaten Garut yang dilaksanakan

berdasarkan PP No.37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.20 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai, sampai saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal,

karena jika peraturan-peraturan yang berkaitan dengan Pengelolaan DAS tersebut

telah berjalan secara optimal, maka tentunya banjir bandang yang terjadi di

Kabupaten Garut tidak akan terjadi, meskipun terjadi banjir kemungkinan tidak akan

separah seperti yang baru saja dialami oleh masyarakat Garut kemarin. Banjir

bandang yang baru saja melanda Kabupaten Garut salahsatunya disebabkan karena

pengelolaan DAS yang buruk oleh pemerintah terkait, termasuk masyarakat di

dalamnya.

Seperti yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya, bahwa kendala-kendala

yang dialami pun cukup dirasakan oleh BPDAS Cimanuk-Citanduy sendiri, dimana

dalam mengimplementasikan PP dan Perda tersebut menjadi hambatan para instansi

dalam melakukan pengelolaan terhadap DAS Cimanuk sendiri, sehingga peraturan

86
tersebut tidak dapat dilaksanakan secara optimal, dan hal tersebut mengakibatkan

terjadinya banjir bandang sebagai salahsatu indikasi akibat ketidakseimbangan

ekosistem di wilayah DAS Cimanuk. Kendala-kendala tersebut antara lain karena :

1. kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat Garut untuk menjaga

lingkungan hidup terutama dalam Pengelolaan DAS yang seharusnya dilakukan

oleh masyarakat Garut sendiri karena masyarakat merupakan salah satu sub yang

terkait dengan pengelolaan DAS;

2. sosialisasi terhadap peraturan terkait dengan pengelolaan DAS seperti

lingkungan hidup, pengelolaan DAS, penataan ruang, dan lain sebagainya yang

belum optimal sehingga tidak sampai kepada masyarakat awam yang tidak

mengetahui peraturan tersebut;

3. masyarakat Garut yang masih memiliki tekanan ekonomi dan produksi yang

tinggi sehingga tidak memperhatikan peraturan-peraturan yang ada, di mana

banyaknya alihfungsi lahan yang terjadi di sekitaran wilayah DAS Cimanuk

seperti pendirian lahan permukiman warga, lahan pertanian, tempat wisata dan

lain sebagainya;

4. pengendalian dan penegakan hukum terhadap pelaksanaan tata ruang yang belum

dilaksanakan atau kurang tegas dijatuhkan kepada pihak-pihak yang merusak

DAS Cimanuk; dan

5. banyaknya permasalahan yang terjadi di Kabupaten Garut, seperti anggaran dari

pemerintah yang sangat terbatas untuk lingkungan hidup. Dimana anggaran

terhadap prioritas untuk lingkungan di Garut menjadi prioritas yang terakhir,

87
sehingga mengakibatkan terbengkalainya kondisi lingkungan di Garut, padahal

Garut sendiri 80% wilayahnya merupakan kawasan yang berfungsi lindung dan

rentan terkena bencana.

Jika keaadan DAS Cimanuk terus menerus memburuk karena pengelolaannya

yang tidak dilakukan secara optimal, maka hal tersebut akan sangat

mengkhawatirkan karena berpengaruh terhadap kelangsungan fungsi lingkungan

dan hidup dan keselamatan masyarakat Garut sendiri.

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPDAS Cimanuk-Citanduy sebenarnya

terhadap DAS Cimanuk sendiri telah disusun secara bersama Rencana Pengelolaan

DAS Terpadu (RPDAS) yang sesuai dengan Pasal 11 dan Pasal 12 Perda Provinsi

Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, yaitu suatu

rencana yang memuat arahan program dan kegiatan bagi masing-masing pemangku

kepentingan dalam rangka pemulihan dan pemeliharaan sumber daya alam di DAS,

serta mekanisme sistem monitoring dan evaluasi DAS yang disepakati bersama oleh

pemangku kepentingan dan disusun untuk jangka waktu 15 tahun.145

Berdasarkan Pasal 11 dan 12 tersebut di atas maka Pengelolaan DAS

Cimanuk berada di bawah kewenangan Pemerintah Daerah tingkat Provinsi, sehingga

Pemerintah Daerah Provinsilah yang menyusun rencana pengelolaan DAS dengan

mengintegrasikan antar sektor dan antar wilayah administrasi dari hulu sampai hilir,

145
Data diperoleh berdasarkan Katalog Basis Data BPDAS Cimanuk-Citanduy, Bandung, tanggal 02
Desember 2016.

88
yaitu pelaksanaan pengelolaan DAS dalam Daerah Kabupaten/Kota dan DAS lintas

Daerah Kabupatan/Kota.Pemerintah Daerah Provinsi juga memiliki kewenangan

untuk melaksanakan pengelolaan DAS dari hulu sampai dengan hilir secara utuh

sesuai Rencana Pengelolaan DAS, rencana tindak pengelolaan DAS, RTRW Provinsi,

dan pola pengelolaan sumber daya air pada setiap wilayah sungai di Daerah Provinsi,

serta memenuhi kriteria teknis dan persyaratan kelestarian DAS. Rencana

pengelolaan DAS disusun untuk setiap DAS, meliputi :

a. Rencana Pengelolaan DAS antara lainharuslah memuat :146

inventarisasi karakteristik DAS; identifikasi masalah dan para pihak; dan

tujuan, program dan kebijakan, kelembagaan, sistem pemantauan dan evaluasi, serta

sistem pendanaan.

Evaluasi dan peninjauan kembali terhadap Rencana Pengelolaan DAS yang

telah ditetapkan dapat dilakukan setiap 5 tahun sekali.Jika terjadi bencana alam dalam

skala besar seperti bencana banjir bandang yang baru saja dialami oleh masyarakat

Garut, maka Rencana Pengelolaan DAS dapat ditinjau kembali paling lama 5 tahun

sekali dan ditetapkan oleh Peraturan Gubernur.147

b. Rencana Tindak Pengelolaan dilaksanakan berdasarkan pada Rencana

Pengelolaan DAS yang dilakukan secara terkoordinasi dengan instansi terkait di

bidang pengelolaan DAS dan paling sedikit memuat tentang :148

146
Pasal 11 Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
147
Pasal 12 Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
148
Pasal 16 Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

89
Permasalahan; Rencana tindak penanganan; serta Investasi dan pembiayaan,

kondisi harapan, sistem pemantauan, dan evaluasi.

Hal yang penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan rencana

pengelolaan terhadap DAS Cimanuk yaitu bahwa perencanaan adalah suatu proses

berulang (iterative process). Perencanaan tersebut mengatur langkah-langkah atau

aktivitas-aktivitas pengelolaan DAS yang harus dilaksanakan termasuk rencana

monitoring dan evaluasi terhadap tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Dengan

demikian, dapat tercipta suatu mekanisme umpan balik (feedback) terhadap

keseluruhan rencana pengelolaan DAS Cimanuk sehingga dapat dilakukan perbaikan

terhadap rencana yang telah disusun.

DAS Cimanuk di Kabupaten Garut sendiri menurut BPDAS Cimanuk-

Citanduy sudah termasuk ke dalam klasifikasi DAS yang harus dipulihkan daya

dukungnya, dimana kondisi DAS di Kabupaten Garut tersebut sudah tidak berfungsi

sebagaimana mestinya, dan merujuk pada Pasal 1 angka 18 Perda Provinsi Jawa Barat

No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai bahwa DAS yang

dipulihkan daya dukungnya adalah DAS yang kondisi lahan serta kualitas, kuantitas

dan kontinuitas air, sosial ekonomi, investasi bangunan air dan pemanfaatan ruang

wilayah tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Berdasarkan Perda Provinsi Jawa Barat No.20 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, terhadap Pengelolaan DAS Cimanuk di

90
Kabupaten Garut yang DAS nya sudah termasuk ke dalam klasifikasi DAS yang

harus dipulihkan daya dukungnya, ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan

sebagaimana telah dijelaskan dalam BAB II penelitian ini, bahwa dalam

pelaksanaannya harus meliputi:149

1. Optimalisasi Penggunaan Lahan Sesuai Fungsi Dan Daya Dukung DAS

2. Pemeliharaan Kelangsungan Daerah Tangkapan Air, Menjaga Kualitas,

Kuantitas, Kontinuitas, Dan Distribusi Air

3. Pelestarian Keanekaragaman Hayati, Peningkatan Produktivitas Lahan,

Restorasi Ekosistem, Rehabilitasi, Dan Reklamasi Lahan

4. Peningkatan Kepedulian Serta Peran Pemangku Kepentingan Dan Masyarakat

Dalam Pengelolaan DAS

5. Peningkatan Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, Dan Sinergi Antar Perangkat

Daerah Provinsi Dan Antar Daerah Kabupaten/Kota.

Tetapi dalam pelaksanaannya kegiatan-kegiatan tersebut belum dapat

dilaksanakan secara menyeluruh oleh pihak-pihak terkait, hal ini dikuatkan dengan

hasil wawancara penulis dengan Dinas terkait yang dapat diketahui bahwa banjir

bandang yang terjadi di Garut menandakan bahwa adanya ketidakseimbangan

ekosistem di wilayah Garut tersebut, ditambah lagi karena Garut juga merupakan

kawasan yang rentan terkena bencana. Ada beberapa pihak yang berdasarkan

kewenangannya belum dapat melaksanakan beberapa tahapan kegiatan tersebut


149
Pasal 19 Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

91
dengan optimal, misalnya kurangnya kepedulian dan peran pemangku kepentingan

serta masyarakat dalam Pengelolaan DAS Cimanuk, dimana mereka masih tidak

memperhatikan peraturan-peraturan yang ada, dengan mendirikan bangunan-

bangunan di sekitar DAS, seperti permukiman dan tempat wisata, padahal hal

tersebut dapat membuat kondisi DAS Cimanuk semakin memburuk. Maka artinya,

bahwa pada kegiatan-kegiatan dalam rangka memulihkan daya dukung DAS tersebut

memang belum dilaksanakan secara optimal, sehingga mengakibatkan banjir bandang

di Kabupaten Garut. Jika pengelolaan DAS dilakukan secara optimal, pasti bencana

yang terjadi tidak akan separah seperti yang baru saja dialami oleh Garut.

Belum terlaksananya ketentuan Pengelolaan DAS Cimanuk berdasarkan PP

dan Perda juga dipengaruhi oleh adanya saling menunjuk siapa yang berwenang

melaksanakan kegiatan tersebut, dan merujuk pada Pasal 63 ayat (3) UUPPLH

tentang tugas dan wewenang Pemerintah dan Pemerintah Daerah, maka Garut yang

wilayahnya berada di kabupaten/kota, bertugas dan berwenang :150

Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota; menetapkan dan melaksanakan

KLHS tingkat kabupaten/kota; menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai

RPPLH kabupaten/kota; menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal

dan UKLUPL; menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam dan emisi gas

rumah kaca pada tingkat kabupaten/kota; mengembangkan dan melaksanakan kerja

150
Pasal 63 ayat (3) Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

92
sama dan kemitraan; mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup;

memfasilitasi penyelesaian sengketa; melakukan pembinaan dan pengawasan

ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan

lingkungan dan peraturan perundang-undangan; melaksanakan standar pelayanan

minimal; melaksanakan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan

masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat yang terkait

dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat kabupaten/kota;

mengelola informasi lingkungan hidup tingkat kabupaten/kota; mengembangkan dan

melaksanakan kebijakan sistem informasi lingkungan hidup tingkat kabupaten/kota;

memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan penghargaan; menerbitkan izin

lingkungan pada tingkat kabupaten/kota; dan melakukan penegakan hukum

lingkungan hidup pada tingkat kabupaten/kota.

Berdasarkan Pasal 57 PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai, dalam pengelolaannya terhadap DAS, masyarakat Garut sendiri harus

dapat berperan serta baik secara individu atau perorangan maupun melalui suatu

forum, yaitu Forum Koordinasi DAS, dimana dalam kegiatan pengelolaan DAS

Forum Koordinasi dibentuk untuk membantu dalam mendukung keterpaduan dalam

penyelenggaraan pengelolaan DAS. Sebagaimana data yang diperoleh dari BPDAS

Cimanuk-Citanduy, bahwa Forum Koordinasi DAS adalah wadah koordinasi

Pengelolaan DAS, yaitu organisasi para pemangku kepentingan yang terkoordinasi

dan dilegalisasi oleh Presiden, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai

93
kewenangannya. Forum tersebut diarahkan sebagai wadah koordinasi non struktural

dan bersifat independent yang berfungsi untuk memecahkan permasalahan yang

timbul dan merumuskannya secara bersama-sama dalam wilayah DAS seperti konflik

kepentingan antar sektor, antar pemerintah daerah, serta mengintegrasikan berbagai

program dan kegiatan untuk mencapai tujuan bersama.

Sebagaimana data yang telah diperoleh berdasarkan wawancara dengan pihak

BPDAS Cimanuk-Citanduy bahwa pada dasarnya PP No.37 tahun 2012 tentang

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014

tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai telah diketahui oleh para instansi yang

terkait dengan pengelolaan DAS, tetapi sebagian masyarakat Garut yang awam

tentang adanya ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut menjadi salah satu

penghambat terlaksananya peraturan-peraturan terkait dengan pengelolaan DAS.

Sebenarnya adanya PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran

Sungai dan Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai telah cukup memadai sebagai salah satu landasan hukum dalam rangka

pengelolaan DAS yang dapat mewujudkan kelestarian,keserasian ekosistem dan

meningkatnya kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan, dimana dalam substansinya peraturan-peraturan tersebut

telah menjelaskan bagaimana pengelolaan DAS yang seharusnya dilaksanakan.

Bahwa dalam pelaksanaannya dilakukan dengan melalui beberapa tahapan kegiatan

94
seperti perencanaan,pelaksanaan,monitoring dan evaluasi, serta pembinaan dan

pengawasan. Tetapi dalam penerapannya terhadap DAS Cimanuk sendiri masih sulit

untuk dilaksanakan karena banyaknya kendala-kendala yang dialami oleh instansi

terkait dengan pengelolaan DAS, sehingga hal tersebut mengakibatkan terhambatnya

konsekuensi pelaksanaan aturan kebijakan tentang pengelolaan DAS tersebut.

Menurut penulis,permasalahan banjir yang terjadi di Kabupaten Garut pun

disebabkan karena kurangnya keikutsertaan masyarakat Garut untuk memiliki

kesadaran dalam menjaga serta memelihara kondisi DAS Cimanuk untuk tetap utuh,

kurangnya pengawasan terhadap kegiatan para pelaku usaha seperti tempat wisata

yang merusak kondisi DAS Cimanuk dimana mereka tidak memperhatikan pendirian

lahan yang sesuai dengan penataan ruang, dan meskipun masayarakat tahu akan

kesalahan yang dilakukan oleh pelaku usaha tersebut tetapi mereka tidak

melaporkannya kepada Forum Koordinasi Pengelolaan DAS, serta kurangnya

koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antar Perangkat Daerah Provinsi Dan

Antar Daerah Kabupaten/Kota.

Kurangnya pembinaan, pengendalian, dan pengawasan terkait dengan

Pengelolaan DAS Cimanuk di Kabupaten Garut terhadap kegiatan para pelaku usaha

dan masyarakat Garut yang merusak DAS Cimanuk pun harus lebih diperhatikan,

sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 53 Perda Provinsi Jawa Barat No.20 tahun

2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, bahwa pembinaan, pengendalian

95
dan pengawasan yang seharusnya dilaksanakan oleh Dinas dengan berkoordinasi

kepada Perangkat Daerah Provinsi dan Instansi terkait dengan Pengelolaan DAS.

Artinya, peraturan terkait dengan Pengelolaan DAS di DAS Cimanuk di

Kabupaten Garut belum dapat diimplementasikan secara optimal oleh masyarakat

maupun instansi terkait dengan pengelolaan DAS, sehingga menyebabkan kerusakan

terhadap DAS Cimanuk, dimana hal tersebut mengakibatkan banjir bandang di

Kabupaten Garut dan hal tersebut juga berdampak pada kerusakan lingkungan sekitar

wilayah Garut.

Oleh karena itu, peran serta masyarakat dalam pengelolaan DAS sangat

diperlukan dan peran pemerintah Kabupaten Garut dalam melakukan Monitoring dan

Evaluasi yang dilakukan secara berkala seperti yang telah tercantum dalam peraturan

perundang-undangan punsangat dibutuhkan, hal tersebut ditujukan untuk terciptanya

sumber daya alam manusia secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Kegiatan pengelolaan DAS terhadap DAS Cimanuk di Kabupaten Garut berdasarkan

peraturan perundang-undangan tentang Pengelolaan DAS, harus disertai dengan

pengendalian dan pengawasan bersama dari berbagai pihak terkait dengan

Pengelolaan DAS. Strategi peraturan perundang-undangan terkait dengan

Pengelolaan DAS Cimanuk yang utama adalah dapat menerapkan peraturan

perundang-undangan tersebut agar peraturan tersebut dapat diimplementasikan di

DAS Cimanuk dan berlaku secara konsekuen serta dapat memberdayakan

96
masyarakat. Tugas pokok para pemangku kepentingan terkait dengan Pengelolaan

DAS Cimanuk di Kabupaten Garut pun harus dilaksanakan secara

professional,bertanggung jawab, akuntabel dan transparan.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengelolaan DAS berdasarkan PP No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah

Aliran SungaiJo Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang

Pengelolaan Daerah Aliran Sungaidapat dilakukan melalui beberapa

tahapan/kegiatan.

a. Dalam Pengelolaan DAS berdasarkan Pasal 2 PP No.37 tahun 2012 tentang

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, pengelolaan DAS dilakukan melalui

97
beberapa tahapan seperti perencanaan, pelaksanaan,monitoring dan evaluasi,

serta pembinaan dan pengawasan.

b. Dalam Pengelolaan DAS berdasarkan Pasal 3 Peraturan Daerah Provinsi Jawa

Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai,

pengelolaan DAS diselenggarakan dengan tahapan kegiatan seperti

perencanaan, pelaksanaan,monitoring dan evaluasi, serta pembinaan dan

pengawasan.

2. Implementasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Cimanuk di Kabupaten Garut

Berdasarkan PP No.37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jo

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.20 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai sampai saat ini belum dapat berjalan secara optimal, karena

kurangnya kepedulian dari masyarakat serta para pemangku kepentingan dalam

menjaga,memelihara dan mengelola DAS. Padahal sebenarnya dengan adanya PP

No.37 tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS dan Perda Provinsi Jawa Barat No.20

tahun 2014 tentang Pengelolaan DAS telah cukup memadai sebagai landasan

hukum dalam rangka pengelolaan DAS yang dapat mewujudkan

kelestarian,keserasian ekosistem dan meningkatnya kemanfaatan sumberdaya alam

bagi manusia secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, dimana substansi

dalam peraturan-peraturan tersebut telah tercantum bagaimana pengelolaan DAS

yang harus dilakukan oleh para pemangku kepentingan melalui beberapa tahapan

kegiatan seperti perencanaan,pelaksanaan,monitoring dan evaluasi, serta

pembinaan dan pengawasan. Tetapi dalam penerapannya terhadap DAS Cimanuk

98
sendiri masih sulit untuk dilaksanakan karena banyaknya kendala-kendala yang

dialami oleh instansi terkait dengan pengelolaan DAS, kendala-kendala tersebut

antara lain seperti kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat Garut untuk

menjaga lingkungan hidup terutama dalam Pengelolaan DAS, sosialisasi terhadap

peraturan terkait dengan pengelolaan DAS, tekanan ekonomi masayarakat Garut,

dan lain sebagainya. Sehingga hal tersebut mengakibatkan terhambatnya

konsekuensi pelaksanaan aturan kebijakan tentang pengelolaan DAS tersebut.

B. Saran

Beberapa saran yang diusulkan penulis antara lain :

1. Pengelolaan DAS berdasarkan PP No.37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Jo Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.20 Tahun 2014

Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai yang dilakukan dengan tahapan

kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta pembinaan dan

pengawasan harus dilaksanakan secara maksimal oleh pihak-pihak yang terkait

dengan Pengelolaan DAS, jika peraturan-peraturan terkait telah dijalankan sesuai

dengan sebagaimana mestinya, tentunya kerusakan lingkungan hidup termasuk

kerusakan DAS di dalamnya tidak akan terjadi.

2. Pembinaan dan Pengawasan secara langsung ke lapangan secara berkala

merupakan hal yang penting dilakukan oleh dinas-dinas terkait untuk

meminimalisir pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun

para pelaku usaha yang semakin banyak merusak DAS. Untuk menghindari

99
kerusakan lingkungan terhadap DAS Cimanuk di Kabupaten Garut,seharusnya

bukan hanya pemerintah yang berperan dalam mengimplementasikan pengelolaan

DAS berdasarkan peraturan-peraturan yang ada, melainkan semua pihak-pihak

yang terkait juga harus bersama-sama berperan secara aktif dalam menjaga,

memelihara, dan melestarikan lingkungan dalam mewujudkansumberdaya alam

yang berguna bagi manusia secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan di

DAS Cimanuk Kabupaten Garut.

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU :

Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Danusaputro, St. Munadjat. 1980. Hukum Lingkungan, Buku I Umum.

Jakarta: Binacipta.

Darmanto,Darmakusuma, Slamet Suprayogi, dan Ig.L. Setyawan Purnama,.

2015. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjahmada

University Press.

100
Drupsteen, Th. G. 1978. Nederlands Miliurecht in Kort Bestek, 2e herziene

druk, W.E. Tjeenk Willink : Zwolle.

Erwin, Muhammad. 2015. Hukum Lingkungan dalam Sistem Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia. Bandung :

PT.Refika Aditama.

Effendi E. 2008. Kajian Model Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Terpadu. Jakarta: Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya

Air, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

Hardjasoemantri, Koesnadi. 2005. Hukum Tata Lingkungan. Jogyakarta, :

Gadjah Mada University Press.

Mamudji, Sri dan Soerjono Soekanto. 2003. Penelitian Hukum Normatif Suatu

Tinjauan Singkat. Jakarta.

Rahmadi, Takdir. 2013. Hukum Lingkungan Di Indonesia.

Depok : PT. Raja Grafindo Persada

Siahaan, N.H.T. 1987. Ekologi Pembangunan Dan Hukum Tata Lingkungan.

Jakarta :Erlangga.

Sitorus, Santun R.P. 1998. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Penerbit TARSITO.

Bandung.

Soemarwoto, Otto. 1991. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan,

Jakarta : Djambatan.

101
Soemarwoto,Otto. 1977. Permasalahan Lingkungan Hidup, dalam Seminar

segi-segi Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta :

Binacipta.

Soemarwoto, Otto. 2000. Analisa Dampak Lingkungan. Yogyakarta:

Gadjahmada University Press.

Soemartono, R,M Gatot P. 2004. Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta :

Sinar Grafika.

Sunarti. 2008. Pengelolaan DAS berbasis Bioregion (Suatu Alternatif Menuju

Pengelolaan Berkelanjutan). Jakarta: Direktorat Jenderal Rehabilitasi

Lahan dan Perhutanan Sosial, Departemen Kehutanan.

Supriadi. 2008. Hukum Lingkungan di Indonesia: Sebuah Pengantar. Jakarta :

Sinar Grafika.

Triwanto, Joko. 2012. Konservasi Lahan Hutan dan Pengelolaan DAS.

Jakarta: Umm Press.

Usman,Rachmadi. 2003. Pembaharuan Hukum Lingkungan Nasional.

Bandung : Citra Aditya Bhakti.

Yuniar H,Dodi. 2008. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai: Sebuah

Pendekatan Negosiasi. InsistPress.

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang Dasar 1945.

102
Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup.

Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air. Jakarta.

Peraturan Pemerintah No.37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran

Sungai.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.20 tahun 2014 tentang Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai.

C. Sumber Pustaka Lain

https://act.id/index.php/id/whats-happening/view/3195/banjir-bandang-dan-

longsor-terjang-kabupaten-garut, diakses pada 19 Oktober 2016.

https://bebasbanjir2025.wordpress.com, diakses tanggal 11 Oktober 2016.

http://www.bpdassolo.net/index.php/dasar-hukum-pengelolaan-das, diakses

pada 21 November 2016.

http//id.wikipedia.org//wiki/Hukum_Lingkungan,diakses tanggal 10 Oktober

2016.

http://mediaindonesia.com/news/read/68124/banjir-garut-akibat-hutan-gundul,

diakses pada 06 November 2016.

http://repository.unhas.ac.id/, diakses tanggal 02 Oktober 2016.

103
http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gerakan-tanah/kejadian-gerakan-

tanah/1305-laporan-singkat-pemeriksaan-banjir-di-das-cimanuk-

kab-garut-jawa-barat, diakses pada 7 Desember 2016.

BPDAS Cimanuk-Citanduy, Katalog Basis Data Cimanuk-Citanduy.

Bandung, diperoleh tanggal 02 Desember 2016.

Caya. 2015. Optimalisasi Penggunaan Lahan Untuk Agroforestri Di Daerah

Aliran Sungai Cimanuk Provinsi Jawa Barat. Yogyakarta :

Disertasi Program Studi Ilmu Lingkungan, Sekolah Pascasarjana

Universitas Gadjah Mada.

Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya Air.2008. Kajian Model

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu.

Susetyaningsih, Adi. 2012. Pengaturan Penggunaan Lahan Di Daerah Hulu

DAS Cimanuk Sebagai Upaya Optimalisasi Pemanfaatan Sumber

daya Air. Garut : Jurnal Konstruksi, Sekolah Tinggi Teknologi

Garut.

104

Anda mungkin juga menyukai