PENGGUNAAN MATERIAL
3
3.1. UMUM
Bahan-bahan yang akan digunakan pada pekerjaan ini harus mengutamakan
penggunaan bahan-bahan yang telah diproduksi di dalam negeri dan sesuai
dengan spesifikasi yang disyaratkan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
Teknis.
3.1.1. Spesifikasi Standar
Kecuali ditentukan lain dalam spesifikasi atau diijinkan oleh Pengawas Lapangan
secara tertulis semua bahan-bahan atau barang-barang harus sesuai dengan
terbitan terbaru dari J.I.S. yang dapat digunakan atau Standar Nasional Indonesia
(selanjutnya disebut SNI.) atau American Society For Testing And Materials
(selanjutnya disebut ASTM), atau AASHTO.
Bahan-bahan lain yang tidak sepenuhnya disebut didalamnya dan untuk mana
tidak ada dalam JIS, ASTM, atau SNI, harus disetujui secara khusus oleh Pengawas
Lapangan.
3.3. BAJA
3.3.1. Baja Tulangan
Setiap jenis baja tulangan yang digunakan untuk penulangan beton harus
merupakan produksi pabrik baja yang dikenal dan dapat menunjukkan sertifikat
standar mutu, sesuai dengan standar yang diikuti dan harus disetujui oleh Pemberi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan.
Persyaratan baja tulangan mengikuti standar JIS G 3112. Mutu baja tulangan
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Tulangan < 13mm (polos) : U-24; fy = 2400 kg/cm2 (240 MPa); Es =
2,100,000 kg/cm2 (210,000 MPa)
dengan diameter minimum 1 mm. Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak
yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng.
3.3.3. Baut.
Mutu material baut penyambung yang digunakan standar ASTM A325 dengan
tegangann ultimit baut fub = 825 MPa.
seluruhnya digalvanis.
a) Penyimpanan Bahan
Pekerjaan baja, baik fabrikasi di bengkel dan di lapangan, harus
ditumpuk di atas balok pengganjal atau landasan sedemikian rupa
sehingga tidak bersentuhan dengan tanah dan dengan suatu cara
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana pekerjaan baja
ditumpuk dalam beberapa lapis, maka pengganjal untuk semua lapis
harus berada dalam satu garis.
b) Perlindungan Bahan
Bahan harus dilindungi dari korosi, dan kerusakan lainnya dan harus
tetap bebas dari kotoran, minyak, gemuk, dan benda-benda asing
lainnya. Perlindungan korosi dapat dilakukan dengan galvanisasi dan
atau pengecatan pada permukaannya
(1) Galvanisasi
Semua komponen struktur baja termasuk komponen Gelagar
Baja Komposit termasuk balok, pelat, baut, ring, diafragma dan
sejenisnya harus digalvanisasi dengan sistem pencelupan panas
sesuai dengan AASHTO M 11IM-04 Zinc (Hot-DipGalvanized)
Coatings on Iron and Steel Products
(2) Pengecatan
(a) Permukaan yang akan dicat harus bersih dan bebas dari lemak,
debu, produk korosi, residu garam, dan sebagainya
(b) Jenis, komposisi dan tebal cat harus sesuai dengan Pedoman
Teknik No.
(c) 028/T/BM/1999 (Pedoman Penanggulangan Korosi
Komponen Baja Jembatan dengan Cara Pengecatan).
Apabila ditentukan lain maka sistem proteksi dapat dilakukan dengan
cara pengecatan dengan bahan cat yang telah terlebih dahulu disetujui
jenis dan ketebalannya oleh Direksi Pekerjaan di lokasi pekerjaan.
Pemasok harus memberikan lapisan pelindung awal (primer coating)
a. Analisis saringan.
Prosentase Berat Bahan
Saringan
yang lolos saringan
3“ 100
1 1/2 “ 60 - 90
1“ 46 - 78
3/4 “ 40 - 70
3/8 “ 24 - 56
No. 4 13 - 45
No. 8 6 - 36
No. 30 2 - 22
No. 40 2 - 18
No. 200 0 - 10
b. Sand Equivalent ( AASHTO T - 176 ) min 25
c. Kehilangan berat akibat abrasi dari partikel yang tertinggal pada pada ayakan
ASTM No.12 ( AASHTO T - 96 ) max 40
d. Bila menggunakan kerikil pecah, tidak kurang dari 50% berat partikel yang
tertinggal pada ayakan No.4 harus mempunyai paling tidak satu bidang pecah.
e. Harus memiliki nilai CBR tidak kurang dari karakteristik daya dukung tanah
dasar yang diambil untuk rancangan dan ditunjukkan dalam gambar atau
tidak kurang dari 6%.
3.4.3. Base Course
Material untuk base course (pondasi atas) dari jenis batu pecah mesin ukuran 5/7
cm. Bentuk batuan yang boleh dipakai adalah bentuk kubus (tidak pipih, gepeng
atau memanjang), paling sedikit mempunyai 3 permukaan datar, harus bebas dari
kotoran-kotoran atau unsur organik lainnya. Agregate base course harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut.
Tabel 3.1 Tabel Agregate base course
Persyaratan Nilai
Gradasi batu pecah untuk base course harus memenuhi standar persyaratan
menurut analisis saringan sebagai berikut :
2 1/2 “ 100
2“ 90 - 100
1 1/5 “ 35 - 70
1“ 0 -15
1/2 “ 0-5
c) Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25,
atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258
sebagai "very high" atau "extra high" tidak boleh digunakan sebagai
bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks
Plastisitas I PI - (SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar lempung (SNI
03-3422-1994).
d) Bahan untuk timbunan biasa tidak boleh dari bahan galian tanah
yang mempunyai sifat sifat sebagai berikut:
3.6. SEMEN
3.6.1. Umum
Jenis semen yang dipakai untuk beton dan adukan dalam pekerjaan ini adalah tipe
1 yang memenuhi ketentuan dan syarat-syarat dalam SII 0013-81, atau type lain
yang mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas. Semen ditambah bahan Additive
Silica Fume yang sesuai dengan JIS R 5210, ASTM C 150 dan atau SII-0013-81,
terkecuali jika ditentukan lain.
Penggunaan bahan tambahan dan semen jenis lain misalnya yang dapat cepat
mengeras, harus mendapat persetujuan dari Pemberi Pekerjaan/Pengawas
Lapangan .
Jika Pelaksana Pekerjaan menginginkan, maka P.C. yang cepat mengeras boleh
dipakai sebagai pengganti P.C. tahan sulfat asal mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Pengawas Lapangan/Engineer/Pengawas.
Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan warna ini dapat juga dipakai,
asalkan kekuatan tekan sample mortar dengan agregat tersebut pada umur 7
(tujuh) dan 28 (dua puluh delapan) hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan
adukan dengan agregat yang sama, tetapi dicuci dalam larutan 3% NaOH yang
kemudian dicuci dengan air hingga bersih pada umur yang sama. Test ini harus
dilakukan sesuai dengan ASTM C 87.
Gradasi dari agregat halus harus masuk dalam batasan yang ditentukan dalam BS
1198 - 1200 atau dalam N I atau dalam tabel berikut ini dari JIS.
Tabel 3.2 Prosentase terhadap berat yang lolos saringan (JIS A 1102 sieve)
Pasir dari pecahan batu dapat ditambahkan pada pasir alami untuk memperoleh
pasir dengan gradasi yang memenuhi syarat. Pasir dari pecahan batu saja dapat
dipakai hanya atas persetujuan Pengawas Lapangan.
Agregat halus harus mempunyai gradasi sedemikian sehingga apabila dicampur
dengan agregat kasar akan menghasilkan beton, dengan kerapatan maksimum.
Pasir dari pecahan batu saja hanya dapat dipakai atas persetujuan Pemberi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan.
3.7.3. Agregat Kasar (Batu Pecah)
Agregat kasar terdiri dari kerikil/gravel yang telah disetujui atau pecahan batuan
dengan ukuran butir maximum tidak melebihi daftar dibawah ini.
Untuk seluruh pekerjaan beton agregat kasar harus memenuhi persyaratan
gradasi yang ditentukan dalam BS 882, 1201, Part 2, Table 1, untuk saringan 40
mm - 5 mm, 20 mm - 5 mm ukuran nominal atau syarat dalam N I atau dalam tabel
berikut ini standar JIS.
Tabel 3.3 Prosentase terhadap berat yang Lolos saringan (JIS A 1002 sieve)
Ukuran Saringan ( mm )
Ukuran
Agregat
50 40 30 25 20 15 10 5 2,5
Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat
kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai apabila jumlah berat
butir pipih tersebut tidak melampaui 20% dari berat agregat seluruhnya.
Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah ataupun hancur
oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti panas matahari dan hujan.
Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton, seperti
zat-zat reaktif alkali.
Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana uji dari Rudeloff
dengan beban penguji 20 ton, dimana harus dipenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a. tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5-19 mm, lebih dari 24% berat.
b. tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22% berat.
Atau dengan mesin pengaus Los Angeles, dimana tidak boleh terjadi kehilangan
berat lebih dari 40%.
Besar butir agregat maximum tidak boleh lebih besar dari seperlima jarak terkecil
antara bidang-bidang samping dari cetakan, sepertiga dari tebal plat atau tiga
perempat dari jarak bersih minimum antara tulangan.
Kerapatan berbagai kelas beton akan ditentukan oleh Pengawas Lapangan setelah
dilakukan pengetesan dilapangan. Kerikil dari batu pecah haruslah keras, tidak
lapuk, bersih dan tidak mengandung clay atau pelapukan batuan. Batuan tersebut
harus di pecah untuk mendapat ukuran yang disyaratkan dengan jenis crusher
yang disetujui. Bubuk atau partikel halus lolos saringan 5 mm harus dipisahkan dan
kalau dikehendaki Pengawas Lapangan harus dicuci secara seksama
Agregat yang tidak memenuhi syarat dalam test, harus diganti atau dicuci sampai
test lebih lanjut untuk membuktikan bahwa agregat dapat memenuhi persyaratan
untuk dipakai. Semua biaya yang dikeluarkan untuk dipenuhinya persyaratan ini
menjadi tanggungan Pelaksana Pekerjaan.
3.7.5. Penyimpanan Agregat
Agregat halus dan kasar untuk bahan beton harus disimpan terpisah dalam bak
atau lantai papan yang direncanakan khusus untuk mencegah terpisahnya suatu
komposisi agregat tertentu atau tercampurnya agregat dari ukuran yang berbeda
dan menghindarkan tercampurnya dengan tanah dasar, debu, zat-zat organik atau
bahan-bahan pencemar lainnya.
Agregat dengan ukuran tertentu harus disimpan secara terpisah kecuali disetujui
lain oleh Pemberi Pekerjaan/Pengawas Lapangan .
Di tempat-tempat dimana tanahnya menjadi lembek dan terjadi genangan air,
maka penggunaan bak dengan lantai adukan semen dan pasir menjadi suatu
keharusan.
b. Kuat tekan beton uji kubus 600 kg/cm2 pada umur 28 hari
a. Tiang pancang pipa baja harus mempunyai mutu sesuai standar ASTM A252 grade 3
atau setara dengan sistem "weldable structural steels" dengan tegangan leleh
minimal 315 Mpa dan harus diproduksi dengan dibentuk las spiral dengan
menggunakan mesin las otomatis
b. Untuk memenuhi persyaratan standar ASTM A252 atau setara, toleransi pembuatan
harus sedemikian rupa, sehingga berat sebenarnya dan setiap bagian tidak akan
berbeda lebih dari - 2 % % sampai + 5 % dari berat teori.
c. Vadasi dimensi luar dari pipa baja harus tidak lebih dari + 1 % dari dimensi nominal
dan dimensi diameter pada ujung pipa tidak boleh berbeda lebih dari + 1.5 mm dari
dimensi nominal.
d. Proses pembuatan dan prosedur pengendalian mutu dari tiang pancang pipa baja ini
harus sesuai dengan standar API 5LX atau setara. Kecuali untuk ketentuan mengenai
"non destructive test" dapat dilaksanakan dengan cara "off line" test atau dapat
dilakukan pengujian non destructive tidak bersamaan dengan proses pengelasan.
a. Pabrikan pipa harus menyiapkan spesifikasi untuk manufaktur dan inspeksi pipa
secara detail. Prosedur menggambarkan proses pembuatan dan inspeksi pipa secara
jelas dan berurutan termasuk didalamnya parameter- parameter yang digunakan.
b. Prosedur ini juga menyertakan karakteristik peralatan yang digunakan dan tata cara
untuk melakukannya.
a. Untuk mengkualifikasi prosedur, satu pipa jadi dipilih dari sekelompok pipa yang
diproduksi pada hari pertama (dengan dimensi dan kelas yang sama, dan berasal dari
satu Pabrikan plat baja / canai baja yang sama) untuk diuji dan diinspeksi. Pipa ini
ditentukan oleh Inspektor yang ditunjuk oleh Pembeli.
b. Pabrikan pipa harus mengirimkan laporan kualifikasi prosedur yang berisi semua hasil
inspeksi dan pengujian. Laporan harus disetujui dan ditandatangi oleh Inspektor yang
menyaksikan pengujian dan inspkesi.
d. Bila satu atau lebih hasil kualifikasi tidak memenuhi persyaratan maka semua pipa
yang diproduksi dengan prosedur tersebut ditolak oleh Pembeli. Penyebab kegagalan
harus dievaluasi dan dilaporkan ke Inspektor. Pabrikan dapat melanjutkan kembali
proses kualifikasi sesudah MPS diperbaiki dan disetujui oleh Inspektor serta sesudah
dilakukan pengujian dan inspeksi terhadap pipa pertama yang diproduksi dengan MPS
ini dan hasilnya memenuhi persyaratan.
1) Uji tampak bagian dalam dan luar permukaan pipa termasuk lasan harus
dilakukan terhadap uji tampak bagian dalam pipa harus dilakukan untuk pipa
berdiameter 600mm (24") atau lebih besar.
2) Bevel ujung pipa harus bebas dari bekas jejak permesinan dan mulus.
a) Benjolan (bulges), penyok (dent), rata (flat) mengacu pada API 5L.
b) Kesejajaran ujung plat area lasan tidak boleh melebihi 10% tebal nominal.
Ketidak-lurusan kampuh las dalam dan luar pipa tidak boleh melebihi 3mm.
Tembusan lasan dalam dan luar pipa tidak boleh kurang dari seperempat
(1/4) tebal nominal pipa dan sekurang-kurangnya 4mm.
e) Hard Spot
Semua retak-retak, rembes, bocor tidak boleh ada pada pipa. Pipa dengan
kondisi ini harus ditandai dan dipisahkan untuk investigasi lebih lanjut.
Pabrikan pipa harus menentukan penyebab retak-retak dalam bentuk laporan
tertulis kepada lnspektor. Berdasarkan penyebabnya, maka Pabrikan Pipa
harus menentukan dan mempertahankan hal-hal yang harus dilakukan untuk
mencegah terulangnya masalah ini. Berdasarkan penyebab retak-retak
lnspektor dapat meminta Pabrikan Pipa untuk meningkatkan frekuensi
pengendalian mutu.
g) Laminasi Bevel pipa yang memperlihatkan adanya laminasi Iebih dari 3mm
harus dipotong hingga laminasi hilang
j) Kondisi Permukaan Pipa Pipa harus mulus dan bebas dari cacat.
Permukaan pipa harus bebas dari mill scale, scat, pits, scores dan lap, sliver,
bristles, takik tajam, baret-baret akibat tekanan atau goresan. Semua cacat ini
harus dihilangkan dengan penggerindaan. Area yang digerinda harus dicek
kembali ketebalannya. Tebal tidak boleh kurang dari persyaratan.
b. Uji Ultrasonik
2) Kampuh Las
b) Bagian kampuh las yang tidak dapat dicapai dengan Ultrasonik Otomatis
boleh diperiksa dengan Ultrasonik Manual.
a) Sesudah proses beveling ke- ujung pipa, Laminasi ke-2 keliling ujung pipa
selebar 50mm harus diperiksa dengan metodo Ultrasonik. Apabila pengujian
Laminasi dilakukan sebelutn Beveling maka lebar pengujian sekurang-
kurangnya 60mm.
1) Pengujian Radiografi harus dilakukan pada ke-2 ujung kampuh las dengan panjang
sekurang-kuranya 240mm, restart proses pengelasan, dan kampuh las yang
diperbaiki dengan pengelasan Pengujian mengacu pada standard ISO 12096 dan
menggunakan X- ray.
a) Uji unsur kimia harus dilakukan pada setiap Heat atau per-100 batang pipa, (mana
yang lebih sering) dengan dimensi, grade, dan tebal yang sama.
b) Uji mekanikal harus dilakukan pada setiap Heat atau per-100 batang pipa, (mana yang
lebin sering) dengan dimensi, grade, dan tebal yang sama.
Pipa dengan kampuh las menonjol (SAW dan atau GMAW) harus diletakan sedemikian
rupa sehingga kampuh lasnya tidak bersinggungan secara langsung dengan pipa lain.
Penyimpangan dari kelurusan tiang tidak boleh lebih dari1/600 dari panjangnya dan untuk
2 (dua) atau lebih pipa yang disambung, penyirnpangan dari kelurusan harus tidak lebih
dari 1/960 dari keseluruhan panjang pipa tersebut.
Bila perpanjangan tiang pancang harus dibuat dilapangan, maka semua prosedur
pengujian dan toleransi dimensi harus sesuai dengan pasal yang relevan pada spesifikasi
ini.
Pada waktu pemuatan dan pembongkaran pipa, semua pipa harus diperlakukan
sedemikian sehingga tidak terjadi gaya-gaya dalam baik momen atau lintang yang besar
yang dapat merusak pipa-pipa tersebut.
Pipa tiang pancang tidak boleh ditumpuk lebih dari ketinggian tertentu. Balok-balok
penumpunya ditempatkan diantara lapisan dengan jarak antara tertentu. Ketentuan-
ketentuan tersebut adalah seperti yang diberikan oleh Pengawas Lapangan.
Ukuran standar balok, kayu penumpu adalah 10x10 cm2. Dimana ada kemungkinan pipa
melendut, maka harus segera dilakukan penumpukan/pengaturan kembali.
Pelaksana Pekerjaan harus mendapatkan sertifikat dari pabrik pipa yang memproduksinya
dan sertifikat tersebut harus dapat disetujui Pengawas/Pengawas Lapangan.
3.10. AIR
Air yang akan digunakan untuk adukan beton harus bersih, tawar dan bebas dari
zat-zat organik atau inorganis yang larut atau mengambang dalam suatu jumlah
yang dapat mengurangi kekuatan atau keawetan beton.
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak,
asam, alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat
merusak beton dan/atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih
yang dapat diminum.
Apabila mungkin, air harus diperoleh dari sumber air minum, atau didapat dari
sumber lain dan harus mendapat persetujuan dari Pemberi Pekerjaan/Pengawas
Lapangan .
Hanya air dengan kualitas yang telah disetujui yang dapat digunakan untuk
pembuatan beton, penyemprotan dan membasahi bekisting (form work) atau
pengeringan beton.
Pelaksana Pekerjaan harus melakukan pengaturan untuk memperoleh atau
penyimpanan yang cukup dilapangan untuk mengaduk dan mengeringkan beton
dan menyemprot dan membasahi bekisting.
Untuk penggunaan air yang diperoleh dari sumber sumur dalam lokasi proyek,
maka seluruh biaya pengadaan, pemeliharaan, sumber tenaga listrik dan lain-lain
ditanggung oleh Pelaksana Pekerjaan.
Bila terdapat keragu-raguan mengenai air untuk pembuatan beton, Kontrator
diharuskan untuk mengirim contoh air itu, ke lembaga pemeriksaan bahan yang
diakui untuk diselidiki kandungan zat yang dapat merusak beton dan/atau baja
tulangan.
Dan hanya air dengan kualitas yang telah disetujui Pemberi Pekerjaan/Pengawas
Lapangan yang dapat digunakan.
Apabila pemeriksaan contoh air tersebut diatas tidak dapat dilakukan, maka dalam
hal adanya keragu-raguan mengenai air harus diadakan percobaan perbandingan
antara kekuatan tekan campuran semen dan pasir dengan memakai air tersebut
diatas, dan dengan memakai air suling.
Air tersebut dianggap dapat dipakai, apabila kekuatan mortar dengan memakai air
tersebut pada umur 7 dan 28 hari paling sedikit adalah 95% dari kekuatan tekan
mortar dengan memakai air suling pada umur yang sama.
3.11. ADMIXTURES (BAHAN TAMBAHAN)
Untuk meningkatkan mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu pengikatan dan
pengerasan ataupun untuk maksud-maksud lain, dapat dipakai bahan-bahan
tambahan. Jenis dan jumlah bahan tambahan yang dipakai harus disetujui terlebih
dahulu oleh Pemberi Pekerjaan/Pengawas Lapangan.
b. Laporan hasil uji yang menunjukkan bahwa desain campuran yang diusulkan
telah memenuhi persyaratan dalam uji laboratorium sebelum menempatkan
setiap beton silica fume. Setelah itu, desain campuran tidak boleh diubah
tanpa mengirimkan detail alternatif yang diusulkan, bersama-sama dengan
hasil RCP, resistivitas dan sorptivity, yang menunjukkan kesesuaian dengan
sifat-sifat di atas.
c. Campuran beton silica fume digunakan dengan rasio w/c maksimum 0.4.
d. Minimum silica fume yang digunakan dalam mix design sebesar 8% dari berat
semen.
3.13.4. Waterstops
Jenis dan bahan waterstops harus terinci dalam Gambar atau sebagaimana yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
3.13.5. Bahan-bahan Lain
Semua bahan lainnya yang diperlukan untuk sambungan harus sesuai dengan
Gambar dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
DAFTAR ISI
Contents
3 ............................................................................................................................................................. 3-1
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Agregate base course........................................................................................... 3-7
Tabel 3.2 Prosentase terhadap berat yang lolos saringan (JIS A 1102 sieve) ..................... 3-14
Tabel 3.3 Prosentase terhadap berat yang Lolos saringan (JIS A 1002 sieve) .................... 3-14
Tabel 3.4 Kapasitas Tiang Concrete Spun Piles (CSP) ............................................................... 3-17