Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN AKHIR PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN KEPERAWATAN

KELUARGA DENGAN ANGGOTA KELUARGA OSTEOARTHRITIS


KELUARGA BP. J DAN IBU H DI RT 02 RW 01 DUSUN KRAJAN
KELURAHAN GALAGAHWERO KECAMATAN PANTI JEMBER

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga

disusun oleh :

Kelompok 5 /A 2017

Imaniar Rosyida 172310101005


Yudha Ferdian Firmansyah 172310101018

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax (0331) 323450
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
ABSTRAK
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan keluarga merupakan sebuah area spesialisasi yang berbeda


dengan keperawatan lainnya, keperawatan keluarga merupakan area spesialisasi yang
dinamis serta telah berkembang berfokus pada praktik, pendidikan dan penelitian
(Friedman). Keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang bersatu
dikarenakan adanya hubungan darah, perkawinan, adopsi, atau hidup dalam satu rumah
tangga yang saling berinteraksi satu sama lainnya sesuai dengan perannya dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon & Maglaya, 1997).

Tingkatan praktik keperawatan keluarga dapat dibedakan menjadi empat yakni


keluarga sebagai konteks, keluarga sebagai penjumlahan anggotanya, subsistem
keluarga sebagai klien, dan keluarga sebagai klien. Keluarga memerlukan pelayanan
kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan
sosial maka dapat mengakibatkan keluarga juga akan berkembang mengikutinya. Agar
dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka
perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga (Friedman, 2010). Perawatan
kesehatan keluarga merupakan pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga
sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan suatu keluarga yang sehat yang berfungsi
agar dapat menyelesaikan masalah kesehatan yang ada pada keluarga dengan cara
meningkatkan kemampuan keluarga agar dapat menjalankan fungsi dan tugas
perawatan kesehatan keluarga (Susantto, 2012).

Keberadaan usia lanjut pada suatu keluarga tidak akan lepas dengan peranan
keluarga dalam memnuhi tugas pekembangan pada keluarga usia lanjut. Proses lanjut
usia dan pensiun merupakan suatu realitas yang tidak dapat dihindari hal ini
dikarenakan adanya berbagai stresordan kehilangan yang harus dialami oleh keluarga.
Peran keluarga untuk mengatasi stressor tersebut dapat berupa berkurangnya suatu
pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan serta perasaan
menurunnya produktivitas dan fungsi kesehatan yaitu dapat membantu orangtua agar
mampu untuk berdaptasi menghadapi stresor tersebut (Susanto, 2012).
Berdasarkan kegiatan keluarga binaan yang dilakukan oleh mahasiswa fakultas
keperawatan universitas jember yang dilakukan selama 7 minggu mulai dari tanggal 26
Oktober 2019 hingga 08 Desember 2019 pada keluarga Bp. J dan Ibu H Dusun Krajan
RT 02 RW 01 Glagahwero, Kecamatan Panti – Jember ditemukan permasalahan
kesehatan yakni Osteoarthiritis. Pera

Peran perawat untuk melakukan perawatan kesehatan keluarga yakni perawat


sebagai pendidik dapat memberikan pengetahuan kepada klien untuk meningkatkan
kesehatan, perawat sebagai koordinir untuk seluruh pelayanan keperawatan, perawat
sebagai pelaksana dalam memberikan asuhan atau pelayanan keperawatan secara
professional, perawat sebagai pembaharu untuk mengadakan inovasi agar keluarga
memiliki cara berfikir yang tepat dalam mengatasi masalah, perawat sebagai advokat
berfungsi untuk penghubung antara klien dengan tim kesehatan lainnya, perawat
sebagai konsultan mediator antara klien dengan kesehaatan lain, perawat dapat
berkolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain dalam memberikan asuhan
keperawatan keluarga, perawat sebagai pengelola untuk mengatur kegiatan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan serta perawat sebagai penliti yang diharapkan dapat
mampu mengidentifikasi masalah.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara keterlibatan keluarga Bp. J dan Ibu H untuk mengatasi nyeri
lutut (osteoarthritis) ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Membantu keluarga Bp. J dan Ibu H untuk mengatasi masalah kesehatan yakni
Osteoarthritis. Serta dapat membantu keluarga untuk dapat meningkatkan status
kesehatannya.
1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mampu mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada pada keluarga Bp. J dan
Ibu H yang tinggal di RT 2 RW 1 Dusun Krajan Desa Glagahwero, Kecamatan
Panti – Jember.
b. Mampu mengambil keeputusan untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada
pada keluarga Bp. J dan Ibu H yang tinggal di RT 2 RW 1 Dusun Krajan Desa
Glagahwero, Kecamatan Panti – Jember.
c. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan
yang ada pada keluarga Bp. J dan Ibu H yang tinggal di RT 2 RW 1 Dusun
Krajan Desa Glagahwero, Kecamatan Panti – Jember.
d. Mampu mencegah masalah kesehatan yang ada pada keluarga Bp. J dan Ibu H
yang tinggal di RT 2 RW 1 Dusun Krajan Desa Glagahwero, Kecamatan Panti
– Jember
e. Mampu meningkatkan kualitas kesehatan yang ada pada keluarga Bp. J dan Ibu
H yang tinggal di RT 2 RW 1 Dusun Krajan Desa Glagahwero, Kecamatan
Panti – Jember

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Keluarga

Keluarga dapat menambah pengetahuan mengenai intervensi keperawatan yang


dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri lutut (osteoarthritis) yang dialaminya.
Mempererat hubungan antar anggota keluarga Bp. J dan Ibu H karena proses intervensi
keperawatan yang melibatkan anggota keluarga.
1.3.2 Bagi Tenaga Kesehatan

Meningkatkan kemampuan untuk berlatih berfikir kritis dalam mengetahui


dampak yang akan timbul kedepannya serta dapat menambah pengetahuan serta
pengalaman sebagai tenaga kesehatan.
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Keluarga dan Permasalahannya

Keluarga Bp. J dan Ibu H merupakan tipe keluarga inti (Nuclear Family) yakni
suatu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak. Keluarga Bp. J terdiri dari bapak
J, ibu H dan kedua anak yaitu An. Ek dan An Ed. Anak pertama An. Ek telah menikah
dan memiliki dua anak, bertempat tinggal di sebelah rumah dari Bp. J. Sedangkan anak
keduanya An. Ed telah menikah dan memiliki satu anak, bertempat tinggal di
kecamatan yang berbeda dengan Bp. J. Keluarga Bp. J ddan Ibu H beragama islam,
Latar belakang dari Bp. J merupakan warga asli dari Dusun Krajan RT 02 RW 01
Glagahwero, Kecamatan Panti – Jember dengan bersuku jawa sedangkan Ibu H istri
dari Bp. J merupakan warga Panti dengan bersuku pandhalungan. Keluarga Bp. J dan
Ibu H, keduanya sama-sama bekerja untuk memenuhi kebutahan sehari-hari. Bp. J
bekerja sebagai buruh bangunan yang penghasilan setiap minggunya sebesar Rp.
360.000,- dengan estimasi kerja dari hari senin sampai sabtu pada pukul 07.00-16.00
WIB sedangkan Ibu H bekerja serabutan di rumah tetangganya dari pukul 13.00 – 21.00
WIB dengan penghasilan setiap minggunya Rp. 150.000,- Bp. J dan Ibu H juga sebagai
petani yang memiliki lahan sawah (tidak menyebutkan luasnya berapa).

Di usinya yang telah usia lanjut Bp. J dan Ibu H berusaha untuk dapat
memenuhi kebutuhan kesehariannya tanpa meminta kepada anakanya. Permasalahan
yang dialami oleh keluarga Bp. J yakni Osteoarthtritis. 2 tahun yang lalu Bp. J masuk
rumah sakit dengan keluhan nyeri dibagian lutut dan selama 4 hari tidak bisa berjalan
hal ini juga dialami oleh ibu dari Bp. J yang semasa hidupnya mengalami nyeri lutut
yang tak kunjung sembuh.
2.2 Kerangka Model Family Center Nursing

1. Teori Imongene King

Teori imongene king menjelaskan tentang bagaimana peran perawat dalam


melakukan praktik keperawatan dan bagaimana perawat mampu membuat keputusan
dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai sebuah tujuan khususnya dalam
keluarga Bp. J untuk mengatasi permasalahan nyeri lutut (osteoarthritis) yang dialami
Bp. J. teori king berfokus pada bagaimana interaksi antara perawat dank lien dengan
pendekatan sistem. Kekuatan yang ada pada model ini ialah partisipasi klien dalam
menentukan tujuan yang akan dicapai yakni untuk mengatasi nyeri lutut (osteoarthritis)
yang dialami oleh Bp. J, mengambil keputusan intervensi yang sesuai dengan
permasalahan yang dialami oleh Bp. J serta bagaimana interaksi dari Bp. J untuk
menggapai tujuan.

Bp. J dan Ibu H diberikan demonstrasi


mengenai mekanisme terjadinya osteoarthritis

Mahasiswa mengajarkan cara untuk mengatasi nyeri lutut pada keluarga Bp.
J serta Ibu H cara dengan cara terapi kompres hangat basah dan pandan
wangi sesuai dengan SOP dan Jurnal.

Bp. J dan Ibu H mampu memahami intervensi yang


diajarkan oleh mahasiswa sesuai dengan SOP dan jurnal.

Bp. J dan Ibu H mampu mempraktikkan intervensi yang


diajarkan oleh mahasiswa sesuai dengan SOP dan jurnal.
Mahasiswa dapat melakukan evaluasi pada kunjungan selanjutnya dengan
cara menanyakan kepada Bp. J dan Ibu H intervensi yang telah dilakukan
serta kaji tingkat nyeri yang dialaminya sesuai dengan PQRST
Setelah dilakukan evaluasi pada hari Rabu, 04 Desember 2019 mendapatkan
hasil bahwasanya Keluarga Bp. J dan Ibu H tidak menerapkan kompres hangat dan
pandan wangi yang telah diberikan dan dianjurkan dikarenakan Ibu H mengatakan
tidak memiliki waktu untuk membuat kompres hangat dan pandan wangi untuk Bp. J
karena Ibu H bekerja dan membantu untuk mempersiapkan pernikahan saudaranya.
Oleh sebab itu, mahasiswa mencari alternative lain agar keluarga Bp. J dan Ibu H dapat
mengatasi rasa nyeri lutut (osteoarthritis). Setelah berkonsultasi dengan dosen
pembimbing, mahasiswa mendapatkan teknik latihan relaksasi otot progresif (ROP)
dan Range Of Motion (ROM) yang dapat dilakukan oleh keluarga Bp. J dan Ibu H
tanpa membutuhkan waktu luang yang panjang, yakni sebagai berikut:

Bp. J dan Ibu H diberikan teknik latihan relaksasi


otot progresif (ROP) dan Range Of Motion(ROM)

Mahasiswa mengajarkan cara untuk mengatasi nyeri lutut pada keluarga Bp.
J serta Ibu H cara dengan cara melakukan latihan relaksasi otot progresif
(ROP) dan range of motion (ROM) sesuai dengan SOP dan Jurnal.

Bp. J dan Ibu H mampu memahami intervensi yang


diajarkan oleh mahasiswa sesuai dengan SOP dan jurnal.

Bp. J dan Ibu H mampu mempraktikkan intervensi yang


diajarkan oleh mahasiswa sesuai dengan SOP dan jurnal.

Mahasiswa dapat melakukan evaluasi pada kunjungan selanjutnya dengan


cara menanyakan kepada Bp. J dan Ibu H intervensi yang telah dilakukan
serta kaji tingkat nyeri yang dialaminya sesuai dengan PQRST
Setelah dilakukan implementasi mengenai latihan relaksasi otot progresif (ROP) dan
Range Of Motion (ROM) nyeri dapat berkurang dengan alat ukur sebagai berikut:

Tanggal pengkajian nyeri:

Selasa, 19 November 2019

Pain : obesitas, aktivitas berlebih, usia, dan genetic

Quality : skala nyeri 6

Region : nyeri di lutut dan tidak menyebar ke bagian lainnya

Scale : dapat mengganggu Bp. J ketika berjalan

Timing : nyeri akan muncul di pagi hari dan ketika melakukan aktivitas
berlebih, nyeri akan dirasakan apabila Bp. J tidak meminum obat
methylprednissoine dan terjadi secara mendadak serta akan hilang
kurang dari 15 menit
Jumat, 6 Desember 2019

Pain : obesitas, aktivitas berlebih, usia, dan genetic

Quality : skala nyeri 2

Region : nyeri di lutut dan tidak menyebar ke bagian lainnya

Scale : dapat mengganggu Bp. J ketika berjalan

Timing : nyeri jarang dirasakan walaupun tidak meminum obat


methylprednissoine

2. Model Dorothea E. Orem

Menurut orem, asuhan keperawatan dapat dilaksanakan pada setiaap individu yang
memiliki keyakinan dan kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga dapat
membantu individu memenuhi kebutuhan hidupnya, memelihara kesehatan dan
kesejahterannya oleh karena itu teori ini dikenal dengan sebutan “Self Care atau Self
Care Defisit Theory”. Terdapat 3 prinsip dalam perawatan diri sendiri atau perawatan
mandiri sebagai berikut:
1. Perawatan mandiri yang bersifat Pada keluarga Bp. J dan Ibu H telah
holistic yakni pemenuhan oksigen, mendapatkan pemenuhan oksigen
air, makanan, eliminasi, aktivitas yang optimal hal ini dibuktikan
serta istirahat yang ditujukan untuk dengan tidak adanya permasalahan
mencegah trauma dan kebutuhan sistem pernapasan akan tetapi jika Bp.
hidup lainnya. J melakukan aktivitas fisik secara
berlebih dapat berdampak sesak
napas. Kebutuhan air pada keluarga
Bp. J dan Ibu H telah tercukupi dengan
optimal hal ini ditandai dengan
Keluarga Bp. J dan Ibu H selalu
mengkonsumsi air matang dan air
hangat setiap harinya untuk
memelihara status kesehatan.
Konsumsi makanan pada keluarga Bp.
J dan Ibu H tergantung pada kondisi
keuangan yang dimili keluarga,
keluarga Bp. J dan Ibu H memiliki
kamar mandi dan toilet di dalam
rumahnya. Setiap harinya aktivitas
Bp. J bekerja sebagai buruh bangunan
dengan estimasi kerja dari hari senin
sampai sabtu pada pukul 07.00-16.00
WIB sedangkan Ibu H bekerja
serabutan di rumah tetangganya dari
pukul 13.00 – 21.00 WIB hal ini
berdampak pada pola istirahat pada
keluarga Bp. J dan Ibu H setiap
harinya dimulai pukul 22.00 sampai
04.00 WIB dengan tidak adanya
waktu istirahat di siang harinya. Pola
aktivitas yang padat dapat
menyebabkan permasalahan yang di
hadapi keluarga Bp. J dan Ibu H saat
ini yakni nyeri lutut (osteoarthritis).
2. Perawatan mandiri yang dilakukan Tugas perkembangan pertama
harus sesuai dengan tumbuh kembang mempertahankan suasana rumah
manusia yang menyenangkan telah dilakukan
dengan cara Keluaraga Bp. J setiap
harinya memiliki waktu bersama
dengan istrinya setelah isya untuk
menonton TV sambil berbincang-
bincang mengenai masalah
kesehariannya secara bersama-sama
dengan bermain dengan cucunya.
Kedua, adaptasi perubahan
kehilangan pasangan teman, kekuatan
fisik dan pendapatan telah dilakukan
dengan cara Keluarga Bp. J telah
menerima dari perubahan yang terjadi
serta yang dialami akan tetapi Bp. J
akan merasakan nyeri di bagian
kakinya apabila tidak meminum obat.
Di usinya yang telah usia lanjut Bp. J
dan Ibu H berusaha untuk dapat
memenuhi kebutuhan kesehariannya
tanpa meminta kepada anakanya.
Ketiga, mempertahankan keakraban
suami, istri dan saling merawat telah
dilakukan dengan cara Keluarga
Bapak Jumali telah memiliki waktu
luang untuk bersama dan membentuk
keakraban satu sama lain serta
keluarga tersebut telah bisa merawat
satu sama lain apabila salah satu
pasangan yang sakit. Keempat,
mempertahankan hubungan dengan
anak dan sosial yang ada di
masyarakat telah dilakukan dengan
cara Keluarga Bapak Jumali
bersebelahan rumahnya dengan anak
pertamnya (An. Ek) dan sering
dikunjungi oleh anak kedunya (An.
Ed) serta Keluarga Bp. J rutin
mengikuti kegiatan sosial yang ada di
lingkungan RW 01. Kelima, Life
review: refleksi dari tujuan keluarga
yang sudah tercapai atau belum
dibuktikan dengan cara Setiap pagi
Bp. J dan Ibu H selalu masak bersama
di dapur sambil berbincang – bincang
mengenang masa lalunya, ketika
hujan mereka juga duduk berdua
bersama di depan rumah, bahkan
setiap malam mereka juga berbincang
terkait kesehariannya yang sudah
dilakukan hari ini. Tugas
perkembangan keluarga yang saat ini
masih belum dilaksanakan secara
optimal oleh keluarga Bp.J yakni
mampu beradaptasi dengan perubahan
kekuatan fisiknya yang ditandai
dengan Bp. J setiap hari akan
merasakan nyeri di bagian kakinya
apabila tidak meminum obat asam urat
yang dibelinya di apotek
3. Perawatan mandiri dilakukan karena Ketika Bp. J mengalami nyeri lutut
adanya masalah kesehatan atau maka, Ibu H akan mengompresnya
penyakit untuk mencegah dan dengan air hangat dengan cara
menigkatkan status kesehatan memasak air hingga mendidih lalu
dikompreskan secara langsung saat itu
juga ke lutut Bp. J. keluarga Bp. J dan
Ibu H setiap harinya meminum air
hangat untuk mencegah dan
mengingkatkan staus kesehatan
keluarganya.
3. Model Friedman

Perawat keluarga dalam praktiknya harus dapat menstimulasi individu,


keluarga dan sistem keluarga dapat diartikan bahwa seorang perawat dalam
menerapkan asuhan keperawatan keluarga daapat menerapkan dua jalan yakni
perawatan pada individu dan keluarga serta keluarga sebagai sistemnya. Friedman
(2004) dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dapat menerapkan langkah –
langkah terkait dengan lima langkah dalam proses keperawatan keluarga. Asuhan
keperawatan keluarga sapat dimulai dengan pengkajian keluarga, diagnosa keluarga,
intervensi keluarga, implementasi keluarga dan evaluasi keperawatan keluarga. Dalam
pengkajian dapat ditekankan pada struktur dan fungsi keluarga secara menyeluruh dan
terintegrasi. Berikut merupakan kerangka model konseptual friedman:

Pengkajian Terhadap Pengkajian anggota keluarga:


Keluarga:
I. Mental
I. Data Sosial
II. Fisik
Budaya
II. Data Lingkungan III. Emosional
III. Struktur IV. Sosial
IV. fungsi V. spiritual

Identifikasi masalah-masalah keluarga dan individu (Diagnosa Keperawatan)

Rencana perawatan:
1. Penyusunan Tujuan
2. Mengidentifikasi sumber – sumber
3. Mendefinisikan pendekatan alternative
4. Memilih intervensi perawatan
5. Penyusunan prioritas
Intervensi:
Implementasi rencana pengerahan sumber – sumber

Evaluasi Perawatan
BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN OSTEOARTHRITIS

I. Data Umum
Tanggal Pengkajian: Minggu, 3 November 2019
1. Nama KK : Bp. J
2. Usia : 63
3. Pendidikan : SD
4. Pekerjaan : Buruh Bangunan
5. Alamat : Dusun Krajan RT 02 RW 01 Glagahwero, Kecamatan
Panti – Jember
6. Komposisi anggota keluarga :
Keterangan Genogram:

: Laki – Laki : Menikah

: Perempuan : Garis Keturunan : Klien

: Meninggal : Tinggal Serumah

7. Tipe Keluarga
Keluarga inti. Keluarga Bp. J terdiri dari bapak J, ibu H dan kedua anak
yaitu An. Ek dan An Ed. Anak pertama An. Ek telah menikah dan
memiliki dua anak, bertempat tinggal di sebelah rumah dari Bp. J.
Sedangkan anak keduanya An. Ed telah menikah dan memiliki satu
anak, bertempat tinggal di kecamatan yang berbeda dengan Bp. J. Saat
ini keharmonisan keluarga Bp. J saling mendukung satu sama lain.
Dengan tipe keluarga seperti ini Bp. J dan Ibu H tidak memiliki kendala
atau masalah dikarenakan Bp. J dan Ibu H merasa nyaman dengan tipe
keluarga yang seperti ini.

8. Suku Bangsa
Latar belakang dari Bp. J merupakan warga asli dari Dusun Krajan RT
02 RW 01 Glagahwero, Kecamatan Panti – Jember dengan bersuku
jawa sedangkan Ibu H istri dari Bp. J merupakan warga Panti dengan
bersuku pandhalungan. Bp. J mengatakan keluarga tidak memiliki
kebiasaan khusus dalam keluarga yang mempengaruhi status kesehatan
keluarga yang diajarkan turun-temurun dari orangtua kakek neneknya.
Bp. J mengatakan hanya diajarkan cara merawat anaknya dengan penuh
kedisiplinan, mencukupi kebutuhan pangan dan kesehatannya. Praktek
sosial budaya yang dibawa baik dari Bp. J dan Ibu H sama yakni
setiap 2 minggu sekali tepatnya di malam jumat keluarga Bp. J akan
membuat “sandingan” untuk mengirim doa sesepuh atau kerabatnya
yang telah meninggal dunia. Rekreasi yang Bp. J lakukan biasanya
karena adanya ajakan dari anaknya. Ketika Bp. J dan Ibu H menikah
menggunakan adat busana jawa yang artinya keluarga tersebut tidak
pernah memakai busana tradisional dari suku madura. Dalam kehidupan
kesehariannya Keluarga Bapak Jumali menggunakan bahasa jawa,
bahasa madura dan bahasa indonesia akan tetapi yang paling sering
digunakan ialah bahasa jawa. Di sekitar lingkungan tempat tinggal
Keluarga Bp. J terdapat jasa pijat tradisonal akan tetapi Keluarga Bp. J
tidak memanfaatkannya dengan rutin dikarenakan Keluarga Bp. J lebih
mempercayai jasa pelayanan kesehatan yang ada di lingkungan sekitar
tempat tinggalnya. Ibu H mengatakan dalam keluarganya memiliki
kebiasaan khusus yang dapat mempengaruhi status kesehatan
keluarganya.
9. Agama
Keluarga Bp. J memiliki keyakinan yang sama yakni beragama islam.
Kegiatan keagamaan keluarga Bp. J baik, Sholat lima waktu dilakukan
oleh Bp. J dan Ibu H. Keluarga Bp. J berperan aktif dalam kegiatan
keagamaan yang ada di lingkungan RW 01 seperti musliminan dan
muslimatan. Bp. J mengikuti kegiatan keagamaan yang ada di RW 01
seperti pengajian musliminan yang dilaksanakan setiap hari minggu
malam senin pukul 18.00 WIB (Setelah Ba’da Magrib) sedangkan Ibu
H mengikuti pengajian rutin setiap hari rabu malam kamis pukul 19.00
(Setelah Ba’da isya). Keluarga tersebut mengikuti acara keagamaan
dengan rutin Menurut ibu H tingkatan ibadah seseorang tidak
mempengaruhi kualitas kesehatan dari seseorang tersebut.

10. Status sosial ekonomi keluarga


Keluarga Bp. J dan Ibu H, keduanya sama-sama bekerja untuk
memenuhi kebutahan sehari-hari. Bp. J bekerja sebagai buruh bangunan
yang penghasilan setiap minggunya sebesar Rp. 360.000,- dengan
estimasi kerja dari hari senin sampai sabtu pada pukul 07.00-16.00 WIB
sedangkan Ibu H bekerja serabutan di rumah tetangganya dari pukul
13.00 – 21.00 WIB dengan penghasilan setiap minggunya Rp. 150.000,-
Bp. J dan Ibu H juga sebagai petani yang memiliki lahan sawah (tidak
menyebutkan luasnya berapa). Sawah yang dimiliki dikelola sendiri
oleh Bp. J dan Ibu H jika, akan menggarap sawah Bp. J dan Ibu H akan
cuti berkerja sebagai buruhnya. Sawah yang di garap akan
menghasilkan panen setiap 4 bulan sekali dengan estimasi setiap sekali
panen akan menghasilkan 5 Kwintal padi dengan jumlah keuangan Rp.
2.375.000,-. Dari penghasilan panen tersebut dipotong 475.000 untuk
membayar orang yang telah membantu untuk memanen padi jadi, hasil
bersih yang diperolah Bp. J dan Ibu H Rp. 1.900.000., penghasilan
tersebut dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari selama satu bulan serta
Ibu H masih bisa menabung untuk keperluan mendadak. Saat ini Ibu H
tidak memiliki hutang tetapi memiliki 1 tanggungan barang kredit
tiap minggunya membayar Rp. 10.000,- sebayak 10 kali saat ini Ibu
H baru sampai pada pembayaran ke-3. Keluarga Bp. J memiliki
televisi, pompa air, kursi dengan set mejanya, 2 ranjang tempat tidur, 3
kasur dengan beberapa bantal dan guling, 1 lemari, 1 kusen, kompor dan
gasnya, rak piring dan beberapa alat dapur. Keluarga Bp. J dalam
memenuhi kebutuhan pangannya disesuaikan dengan penghasilan yang
diperoleh, Ibu H mengatakan bahwa jarang sekali membeli ikan laut dan
membeli daging hanya saat lebaran idul fitri saja sedangkan untuk
kebutuhan sandang dipenuhi setahun sekali pada saat waktu lebaran idul
fitri.Keluarga Bp. J memiliki asuransi kesehatan BPJS.

11. Aktivitas rekreasi keluarga


Keluarga Bp. J dan Ibu H tidak memiliki jadwal rekreasi, rekreasi yang
dilakukan terjadi karena ajakan dari 2 anaknya. ketika dirumah
seringkali melihat TV dengan berbincang-bincang mengenai kejadian
yang dilakukan seharian. Keluarga Bp. J juga sering menonton TV
secara bersamaan dengan kedua anaknya dan cucunya walaupun anak
ke-2 (An. Ed) tinggal berjauhan dengannya. Bp. J dan Ibu H
mengatakan bahwa saat ini waktunya untuk tidak kemana-mana
(dirumah saja). Jika diantara Bp. J dan Ibu H memiliki keinginan akan
saling menyampaikan satu sama lain apabila, mampu untuk dipenuhi
maka akan saling memenuhi kebutuhan itu dengan ikhlas.
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

12. Tahapan Keluarga saat ini


Keluarga Bp. J (60 Tahun) dan Ibu H (54 Tahun) memiliki 2
orang anak, anak pertama An. Ek (39 Tahun) dan anak kedua An. Ed
(33 Tahun). Bp. J dan Ibu H setiap harinya menggunakan komunikasi
langsung dibuktikan dengan jika diantara Bp. J dan Ibu H ada hal yang
tidak disukai atau sebuah keinginan maka Bp. J dan Ibu H saling
memnuhi satu sama lain. akan Maka dapat disimpulkan bahwa
Keluarga Bp. J berada pada tahap perkembangan keluarga usia lanjut
dengan terdapat 5 tugas: 1. Mempertahankan suasana rumah yang
menyenangkan, 2. Adaptasi perubahan kehilangan pasangan teman,
kekuatan fisik, dan pendapatan, 3. Mempertahankan keakraban suami,
istri dan saling perawat, 4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan
sosial yang ada di masyarakat,5. Life review: refleksi dari tujuan
keluarga yang sudah tercapai atau belum.

13. Tahap Perkembangan Keluarga yang belum terpenuhi


Tugas perkembangan pertama mempertahankan suasana rumah
yang menyenangkan telah dilakukan dengan cara Keluaraga Bp. J setiap
harinya memiliki waktu bersama dengan istrinya setelah isya untuk
menonton TV sambil berbincang-bincang mengenai masalah
kesehariannya secara bersama-sama dengan bermain dengan cucunya.
Kedua, adaptasi perubahan kehilangan pasangan teman, kekuatan fisik
dan pendapatan telah dilakukan dengan cara Keluarga Bp. J telah
menerima dari perubahan yang terjadi serta yang dialami akan tetapi
Bp. J akan merasakan nyeri di bagian kakinya apabila tidak meminum
obat. Di usinya yang telah usia lanjut Bp. J dan Ibu H berusaha untuk
dapat memenuhi kebutuhan kesehariannya tanpa meminta kepada
anakanya. Ketiga, mempertahankan keakraban suami, istri dan saling
merawat telah dilakukan dengan cara Keluarga Bapak Jumali telah
memiliki waktu luang untuk bersama dan membentuk keakraban satu
sama lain serta keluarga tersebut telah bisa merawat satu sama lain
apabila salah satu pasangan yang sakit. Keempat, mempertahankan
hubungan dengan anak dan sosial yang ada di masyarakat telah
dilakukan dengan cara Keluarga Bapak Jumali bersebelahan rumahnya
dengan anak pertamnya (An. Ek) dan sering dikunjungi oleh anak
kedunya (An. Ed) serta Keluarga Bp. J rutin mengikuti kegiatan sosial
yang ada di lingkungan RW 01. Kelima, Life review: refleksi dari
tujuan keluarga yang sudah tercapai atau belum dibuktikan dengan
cara Setiap pagi Bp. J dan Ibu H selalu masak bersama di dapur sambil
berbincang – bincang mengenang masa lalunya, ketika hujan mereka
juga duduk berdua bersama di depan rumah, bahkan setiap malam
mereka juga berbincang terkait kesehariannya yang sudah dilakukan
hari ini. Tugas perkembangan keluarga yang saat ini masih belum
dilaksanakan secara optimal oleh keluarga Bp.J yakni mampu
beradaptasi dengan perubahan kekuatan fisiknya yang ditandai dengan
Bp. J setiap hari akan merasakan nyeri di bagian kakinya apabila
tidak meminum obat asam urat yang dibelinya di apotek.

14. Riwayat keluarga inti

Bp. J dan Ibu H merupakan orang bersuku jawa, sejak kecil Bp.
J telah bertempat tinggal di Dusun Krajan RT 02 RW 02 Glagahwero
sedangkan Ibu H berasal dari desa panti. Keluarga Bp. J menempati
tempat tinggal sekarang dari rumah yang dibangunkan oleh Bp. J diatas
lahannya. Bp. J mengatakan pernikahan yang terjadi karena adanya
perjodohan yang dilakukan oleh pak denya dengan Ibu H, selama 3
bulan berkenalan Bp. J dan Ibu H meresmikan hubungannya dengan
bertunangan selang 3 bulan Ibu H dan Bp. J meresmikan hubungan
dengan pernikahan. Satu tahun kemudian Ibu H dinyatakan
mengandung anak pertamanya yang bernama An. Ek (39 tahun) dan
selang 6 tahun lahir anak kedua An. Ed (33 tahun) saat ini Bp. J sedang
mengalami sesak napas dan nyeri di bagian kaki sedangkan Ibu H
memiliki penyakit asam lambung, ketika asam lambung meningkat
maka hipertensi yang diderita akan muncul. Imunisasi yang diberikan
pada kedua anak dari keluarga Bp. J telah lengkap dikarenakan Ibu H
tidak mengingatnya kembali. Kondisi An. Ek (39 tahun) dan An. Ed (33
tahun) bekerja sebagai pemborong masang plavon seringkali, kedua
anaknya bekerja di tempat yang sama. Anak pertamanya An. Ek (39
tahun) memiliki rumah sendiri dan sebuah sepeda motor sedangkan
untuk anak keduanya An. Ed (33 tahun) ikut tinggal dengan istrinya.

15. Riwayat keluarga sebelumnya

Keluarga Bp. J berasal dari keluarga menengah kebawah di Dusun


Krajan RT 02 RW 02 Glagahwero, bersal dari keluarga yang harmonis, Bp.
J mengatakan orang tua darinya bodoh karena tidak sekolah. Bp. J
merupakan anak Ke-4 dari 4 bersaudara dengan 2 laki-laki dan 2
perempuan. anak pertama bernama An. Ja dengan kondisi sehat tidak ada
keluhan penyakit, anak kedua Alm. P, anak ketiga bernama Ibu S dengan
kondisi sehat tidak ada keluhan penyakit. Anak keempat ialah Bp. J yang
saat ini mengalami osteoarthritis atau rematik. Riwayat keluarga Ibu H
merupakan keluarga menengah kebawah di keluarahan panti dan berasal
dari keluarga yang harmonis. Ibu H merupakan anak ke-2 dari 2
bersaudara. Ibu H memiliki kakak laki-laki bernama Alm. K. Ibu H
mengatakan bahwa saat ini sedang bekerja bersama suaminya. Riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami yaitu Bp. J tidak memiliki
penyakit keturunan seperti hipertensi dan diabetes sedangkan untuk
riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak istri yaitu Ibu H tidak memiliki
penyakit keturunan seperti hipertensi dan diabetes.

III. Lingkungan

16. Karakteristik rumah


Rumah terletak didalam perkampungan penduduk dan rumah yang
di tinggali adalah rumah sendiri dimana tanah dari rumah tersebut di bagi
menjadi dua yaitu setengah rumah anak dan setengahnya rumahnya sendiri
dan rumah tersebut terhubung oleh dapur. Alas daripada rumah masih
semen belum berkeramik dimana terdiri dari 2 kamar tidur, 1 kamar mandi,
1 gudang, 1 dapur yang menjadi satu dengan rumah sang anak, 1 sumur, 1
ruang tamu yang menjadi satu dengan ruang keluarga. Untuk pencahayaan
dari rumah masih sedikit dimana sinar matahari belum dapat masuk ke
semua ruangan dan hanya bergantung pada lampu saja sebagai
penerangannya, dimana udara yang masuk ke ruangan hanya lewat
pintu depan saja tanpa ada tambahan ventilasi. Kondisi dapur rumah
termasuk sudah memadari dimana sudah memakai bahan bakar LPG,
namun tidak adanya apar sebagai pengamanan kebakanan, untuk air yang
digunakan berasal dari sumur dimana air sumur ini juga digunakan
untuk keperluan toileting rumah tersebut, jarak septik tank dengan
sumur sangat berdekatan. Untuk keluarga sudah ada kamar mandi sendiri
sehinnga tidak pernah mandi di sungai lagi, dimana kamar mandi juga
sudah terdapat sabun, handuk, dan sikat gigi.
Setiap malam Bp. J dan Ibu H selalu berkumpul bersama di ruang
tamu sambil menonton TV dengan posisi tiduran. Meskipun kebersihan
rumahnya masih perlu di perbaiki terkait dengan sampah dan bekas
makanan / jajan sang cucu. Terkadang juga barang sang cucu tercecer
dimana – mana. Namun bagi mereka rumah ini sudah sangat nyaman
dan meraka suka tinggal di rumah tersebut karena keamanan bagi mereka
sudah sangatlah terjaga dan mereka sudah nyaman dengan keadaan dan
pengaturan rumahnya yang seperti ini. Untuk pembuangan sampah sudah
ada tempat tersendiri, Ibu H mengatakan setiap harinya sudah ada petugas
sampah yang mengambilnya. Secara umum keadaan lingkungan fisik
rumah keluarga Bp. J adalah kurang sehat dan nyaman untuk hunian
sebuah keluarga dari aspek kesehatannya.
Denah rumah :

Keterangan :
1. Ruang tamu dan keluarga 3m X 5m
2. Kamar tidur 2,5m X 2,5m
3. Kamar mandi 2m X 1m
4. Ruang Makan 2m X 1,5m
5. Sumur 1,5m
6. Dapur 2m X 1m

17. Karakteristik tetangga dan komunitas


Tipe rumah yang di huni adalah pedesaan dimana keadaan
huniannya masih terpelihara meskipun jalan di daerah rumah masih berupa
tanah dan sempit, jalan di sekitar hanya bisa di lalui 1 sepeda motor dan
tidak bisa berpapasan, untungnya jalan tersebut tidak ada tumpukan
sampah yang membuat jalan semakin sempit. Di lingkungan sekitar
rumah Bp. J masih banyak rumah yang saling berdempetan, Rumah ini
terletak berdekatan dengan jalan raya sehingga kebisingan di rumah berasal
dari kendaraan yang lewat namun Bp. J dan Ibu H tidak
mempermasalahkan akan hal tersebut. Untuk tanah dan air tidak ada
pencemaran karena tidak ada pabrik di daerah tersebut.
Pelayanan kesehatan dapat terjangkau dengan mudah mulai dari
praktek perawat / bidan sampai puskesmas bahkan Ibu H aktif dalam
mengikuti posyandu yang dilakukan di desa tersebut namun, apabila salah
satu dari anggota keluarga sakit, keluarga Bp. J akan berobat ke dokter
langganannya walau tempat praktek dokter tersebut jauh. Keluarga Bp. J
tidak percaya terhadap praktek pelayanan kesehatan terdekat seperti
adanya praktek bidan wilayah tersebut. Sehingga dapat disimpulkan
bahwasannya layanan kesehatan sudah memadai dan mudah diakses oleh
mereka. Disekitar rumah juga terdapat apotik, warung, toko yang
menyediakan kebutuhannya, namun yang masih belum ada adalah layanan
sosial di sekitar daerah rumah. Terkadang Ibu maupun Bapak mengantar
sang cucu untuk sekolah dimana jalannya sudah halus dan dapat diakses
dengan mudah, Untuk transportasi umum yang ada di daerah dimana
biasanya keluarga akan menuju ke Rambipuji untuk menaikinya dan untuk
transportasi pribadi yang dimiliki sepeda ontel.
Bp. J dan Ibu H tidak pernah memiliki masalah atau konflik dengan
tetannganya. Jika terdapat tetangga yang bertengkar Bp. J dan Ibu H tidak
akan peduli dengan urusan orang lain. Bp. J dan Ibu H

18. Mobilitas geagrafis keluarga


Keluara Bp. J dan Ibu H sudah tinggal di Dusun RT 02 RW 02
Glagahwero selama kurang lebih > 40 tahun yang lalu ketika mereka
menikah dan tidak berpindah kemanapun akan tetapi setelah anak
pertamanya menikah Bp. J membangun rumah dibelakang rumah anaknya
pada tahun 2010. Menurut perkataan Ibu H keluarganya jarang pergi ke
luar kota biasanya kedua anaknya yang mengajak pergi Bp. J dan Ibu H ke
tempat rekreasi.

19. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Bp. J dan Ibu H setiap hari berikteraksi dengan tetangganya dalam
bentuk perbincangan tanpa tujuan yang jelas yang hanya untuk memiliki
keakraban dengan tetangganya. Biasanya saat kerja Bp. J dan Ibu H akan
berbincang-bincang dengan teman kerjanya. Sesekali ketika Ibu H selesai
memasak akan kerumah tetangganya untuk berbincang masakan. Ibu Bp.
J dan Ibu H lebih aktif dalam mengikuti pengajian yang ada di hari malam
senin, kamis, dan jumat dan meraka lebih suka bertinteraksi dengan
masyarakat ketika selesai pengajian tersebut, keseharaiannya ketika ada
waktu luang Bapak dan Ibu lebih suka untuk di rumah dan berbincang
berdua sambil menonton TV.
20. Sistem pendukung keluarga
Bp. J dapat dikatakan kurang sehat karena nyeri lutut akan
dirasakan setiap hari apabila tidak meminum obat sedangkan untuk Ibu H
saat ini dapat dikatakan sehat karena dalam 3 bulan terakhir ini asam
lambung dan hipertensi tidak kambuh lagi. Ibu H mengatakan dirinya
sehat karena minum air putih hangat 3x sehari yaitu pagi hari saat
selesai sholat shubuh, siang hari setelah sholat shubuh, dan malam hari
ketika akan tidur, Ibu H mendapatkan saran seperti ini dari saudaranya
dan tidak memiliki alasan yang jelas. Hal itu dilakukan oleh sang Bapak
dan Ibu yang membedakan adalah dimana sang Bapak setiap akan tidur
pada malam hari sang Bapak selalu meminum obat Methylprednisoine
dimana ketika obat ini tidak di minum oleh sang Bp. J maka di pagi hari
Bp. J akan mengalami nyeri di bagian lutut hingga tidak bisa berjalan.
Saat sakit keluarga Bp. J akan terlebih dahulu untuk mengatasinya sendiri
jika sudah parah dan tidak mampu untuk diatasi sendiri keluarga Bp. J akan
pergi ke dokter langganannya. Bp. J mengatakan jika sakit anaknya yang
akan merawat apabila Ibu H bekerja.

IV. Struktur Keluarga

21. Pola komunikasi keluarga


Keluaraga Bp. J dalam kesehariannya menggunakan bahasa jawa
dengan arah komunikasi langsung. Apabila terdapat pesan emosional oleh
salah satu pasangan maka disampaikan secara langsung terhadap salah satu
pasangan. Jika Bp. J dan Ibu H terdapat permasalahan atau bertengkar
maka Ibu H menyampaikannya dengan meninggalkan Bp. J atau keluar dari
rumah untuk jalan jalan disekitar rumah agar permasalahan yang terjadi
dapat terlupakan setelah itu, ketika Ibu H datang kerumah dan menemui
Bp. J permasalahan yang ada telah hilang dan suasana Keluarga Bp. J
normal kembali.
22. Struktur kekuatan keluarga
Dalam Keluarga Bp. J yang mengambil keputusan dalam
keluarganya, yang mengatur penggunaan keuangannya, yang memutuskan
masalah tempat tinggal tetap disini atau pindah dan yang mendisiplikan
anak anak iyalah Ibu H. Ketika Keluarga Bp. J mengambil keputusan
dilakukan secara bermusyawarah antara Bp. J dengan Ibu H untuk
mencapai kesepakatan bersama. Ketika telah mendapatkan kesepakatan
bersama Bp. J akan menerima keputusan tersebut. Menggunakan model
kekuasaan kekuasaan aktif dikarenakan Bp. J dan Ibu H memiliki peran
yang sama yakni secara bersama-sama untuk mencapai kesepakatan
bersama.
23. Struktur peran keluarga
Bp. J telah menjalankan perannya sebagai kepala keluarga yakni
telah manjadi seorang pemimpin dalam rumah tangga, bertugas untuk
mencari nafkah dengan menjadi buruh bangunan, serta menjadi sosok yang
berperan penting dalam pendidikan anak-anaknya. Sedangkan Ibu H telah
menjalankan perannya sebagai seorang istri yakni menjadi sebuah
kekuatan penting dalam kehidupan suaminya, memenuhi kebutuhan rumah
tangga seperti memasak, merawat rumah dan mencuci pakaian. Akan tetapi
Ibu H juga membantu suaminya Bp. J untuk mencari nafkah dengan
menjadi buruh serabutan.
Bp. J telah menjalankan perannya sebagai seorang ayah yang baik
bagi anak-anaknya hal ini terbukti dengan keadaannya saat ini. Kedua
anaknya sangat peduli dan perhatian terhadap Bp. J dan Ibu H seperti
mengajaknya Bp. J dan Ibu H rekreasi, memberikan uang namun Bp. dan
Ibu H menolaknya karena jika Bp. J dan Ibu H masih sanggup untuk
bekerja maka tidak akan merepotkan anak-anaknya. Ibu H telah menjadi
ibu yang baik bagi anak-anaknya hal ini dibuktikan dengan keadaan anak-
anaknya saat ini yang mampu mendidik cucunya dengan baik sehingga
terjalin hubungan yang baik dan kuat antara cucu dengan Bp. J dan Ibu H.
Dalam keluarga Bp. J terdapat peran infrormal yang dilakukan oleh Ibu H
dan tidak mendapatkan dampak yang dapat menyebabkan masalah
terhadap struktur peran keluarga.
Peran informal yang ada pada keluarga Bp.J, Bp.J berperan sebagai
pendorong. Bp. J selalu menyetujui dan menerima kontribusi dengan orang
lain. Sedangkan Ibu H juga berperan sebagai pendorong yang selalu
menyetujui dan menerima kontribusi dengan orang lain. Budaya yang ada
di lingkungan RW 01 merupakan hal yang lumrah jika seorang istri juga
ikut serta dalam mencari nafkah serta sosial yang dimiliki oleh keluarga
juga dapat mempengaruhi perubahan struktur peran yang terjadi.
Perubahan peran yang terjadi di telah sesuai dengan tugas perkembangan
keluarga usia lanjut ketiga, yakni adaptasi perubahan kehilangan pasangan,
teman, kekuatan fisik, dan pendapatan. Akibat dari perubahan peran yang
terjadi dapat muncul masalah kesehatan seperti yang dialami oleh Ibu H
yakni nyeri di persendian lutut akan tetapi, hal ini tidak akan mengubah
struktur peran. Apabila terdapat salah satu anggota keluarga yang sakit
maka salah satu anggota lainnya akan saling merawat.
24. Nilai dan norma budaya
Budaya pandhalungan yang dianut oleh Keluarga Bp. J tidak
mempengaruhi status kesehatan. Keluarga Bp. J memiliki keyakinan
apabila meminum air hangat secara rutin maka dapat, mengatasi masalah
kesehatan yang terjadi di keluarga tersebut dan hal ini telah dibuktikan oleh
Keluarga Bp. J.

V. Fungsi keluarga

25. Fungsi afektif


Dalam keluarga Bp. J terdapat perasaan saling membutuhkan antar
pasangan lainnya dalam keluarga, setiap anggota keluarga telah memiliki
rasa percaya terhadap lawan pasangannya. Apabila antara Bp. J dan Ibu H
memiliki perbedaan pendapat maka keduanya akan saling menghargai dan
menghormati satu sama lain. Jika, terdapat persoalan di antara anggota
keluarga maka keluarga tersebut tidak terlalu mempersoalkan hingga
berlarut-larut. Dalam keluarga Bp. J telah memiliki waktu luang untuk
mempererat hubungan antar anggota keluarganya.
26. Fungsi ekonomi
Sumber pendapatan yang ada di Keluarga Bp. J didapati dari
pekerjaan yang dilakukan oleh Bp. J sebagai buruh bangunan dan Ibu H
sebagai Buruh serabutan dengan yang mengatur keuangan ialah Ibu H.
Keluarga Bp. J memiliki asuransi kesehatan untuk keluarganya

27. Fungsi reproduksi


Jumlah anak dari Bp. J dan Ibu H adalah 2, anak pertama bernama
An. Ek berumur 39 tahun dan anak kedua bernama An. Ed berumur 33
tahun mereka berdua sudah menikah dan memiliki anak.
28. Fungsi sosialisasi
Dalam keluarga Bp. J terdapat perasaan saling membutuhkan antar
anggota lainnya serta fungsi sosialisasi yang ada di keluarga dilakukan
secara bersama-sama.

29. Fungsi perawatan keluarga


Keluarga Bp. J mampu untuk meningkatkan kesehatanya dimana
keluarga tersebut menerima masukan dan saran baik dari kerabat dan juga
petugas kesehatan seperti setahun yang lalu Bp. J masuk rumah sakit
sampai tidak bisa berjalan, Bp. J sampai saat ini meminum obat
Methylprednisoin untuk mengatasi nyeri yang dirasakan. Apabila Bp. J
tidak meminum obat maka nyeri akan dirasakan setiap pagi.
Kebiasaan tidur yang dilakukan oleh keluarga Bp. J setiap
harinya, tidur dari jam 22.00 WIB dan akan terbangun subuh jam 04.00
WIB. Durasi tidur keluarga Bp. J 6 jam per harinya dengan tidak ada
tambahan tidur di siang hari, hal ini tidak sesuai dengan anjuran tidur
per harinya yaitu 8 jam per hari.
Keluarga ini juga tidak ada yang mengkonsumsi alkohol, tidak ada
yang merokok, bahkan tidak ada yang minum kopi. Mereka minum obat
yang di resepkan dari puskesmas atau posyandu atau petugas kesehatan,
mereka juga dapat menerapkan apa yang di instruksikan oleh petugas
kesehatan.
Dalam keluarga ini semua keputusan terkait kesehatan di lakukan
secara musyawarah dan diputuskan oleh sang Ibu. Seperti contoh ketika
tahu bahwasannya sang Ibu dan Bapak tahu kalau terkena Asam Urat ,
dimana riwayat ini hanya ada pada keluarga sang Ibu, sang Ibu
memutuskan untuk mencoba minum air putih hangat setiap pagi hari dan
akan tidur. Hasil daripada penerapan meminum air hangat setiap pagi
adalah menurunnya waktu timbul daripada Asam Urat ini, dan hal ini di
lakukan oleh Ibu dan Bapak sudah dilakukan sejak lama bahkan sampai
sekarang. Ketika mengetahui sang Bapak nyeri sendi lututnya masih tetap
sering kambuh akhirnya mereka pergi ke pelayan kesehatan untuk
berkonsultasi dan diberi obat Asam Urat yang di konsumsi setiap malam
hari akan tidur dan hal ini sudah menjadi kewajiban bagi Bapak karena jika
tidak minum Bapak tidak akan bisa berjalan di pagi harinya nanti.
Di sekitar lingkungan tempat tinggal tidak terpapar polusi air,
polusi udara, polusi tanah, terdapat kebisisngan suara karena rumah dari
Bp. J dekat dengan jalan raya yang menyebabkan timbulnya bunyi bising
dari kendaraan.
Keluarga Bapak dan Ibu ini percaya akan kehadiran petugas
kesehatan dan dapat menerimanya, bahkan ketika keluarga ada yang sakit
maka akan lansung dibawa ke puskesmas.
Keluarga Bp. J tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti
diabetes mellitus, sedangkan dari pihak Ibu H memiliki keturunan
hipertensi.
Keluarga Bp. J jika sakit biasanya akan mengunjungi dokter
keluarga yang telah dipercaya, keluarga Bp. J tidak percaya terhadap
praktek kesehatan seperti bidan wilayah yang ada di desa glagahwero.
Disamping mereka sudah percaya mereka juga dapat pengobatan
secara gratis karena memiliki asuransi kesehatan berupa BPJS.
Ketika ada hal darurat maka akan dibawa langsung ke puskesmas
menggunakan sepeda motor yang dapat di jangkau dengan mudah dan
cepat.

VI. Stress dan Koping keluarga

30. Stresor jangka pendek


Dalam 3 minggu terakhir Bp. J mengalami nyeri lutut yang
dialaminya.
31. Kemampuan keluarga berespons terhadap masalah
Bp. J dan Ibu H mengatasinya dengan mnggunakan kompres
menggunakan air hangat dan mengkonsumsi obat setiap harinya agar nyeri
yang dirasakan teratasi dan berkurang.
32. Strategi koping yang digunakan
Keluarga Bp. J akan berespon meninggalkan anggota keluarga yang
memiliki masalah atau meninggalkan rumah untuk melakukan jalan-jalan
di area desa Galagahwero untuk menghilangkan pemikiran dari masalah
tersebut.
33. Strategi adaptasi disfungsional
Dalam keluarga Bp. J dan Ibu H tidak ada yang merokok dan
mabukan.

VII. Pemeriksaan fisik


(Terlampir)

VIII. Harapan keluarga terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga


Keluarga Bp. J dan Ibu H berharap dengan adanya mahasiswa PBL
semester 5 Fakultas Keperawatan Universitas Jember nyeri lutut yang
dialaminya dapat berkurang dan teratasi melalui tindakan terapi
keperawatan yang akan diberikan.
Pemeriksaan fisik Bp. J Ibu H
UMUM
1. Penampilan umun
Kesadaran Kompos mentis Kompos mentis
Cara berpakaian Tampak rapi memkai baju kokoh Tampak rapi memakai baju santai
berwarna putih dengan sarung variasi dengan corak batik berwarna ungu
kotak-kotak berwarna cokelat disertai dengan jilbab berwarna pink
memakai peci warna hitam
Kebersihan personal Bersih Bersih
Postur dan cara berjalan Bp. J memiliki postur tubuh yang Ibu H memiliki postur tubuh yang
standart Sedangkan cara berjalan Bp. J pendek Sedangkan cara berjalan Ibu H
normal seperti biasanya. normal seperti biasanya.
Bentuk dan ukuran tubuh Proporsional sesuai dengan tinggi Proporsional sesuai dengan tinggi
badan, memiliki ukuran tubuh yang badan, memiliki ukuran tubuh yang
berlebih dengan tubuh yang buncit. berlebih.
Tanda-tanda vital TD : 120/80 mmHg TD: 110/80 mmHg
RR: 15 X / menit

Pemeriksaan Penunjang Asam Urat: 3,5 mg/dl Asam urat : 4,3 mg/dl
Gula Darah: 141 mg/dl Gula Darah: 116 mg/dl
Kolestrol : 134 mg/dl Kolestrol: 216 mg/dl
2. Status mental dan cara berbicara
Status emosi Stabil Stabil
Orientasi Dapat mengenal waktu, tempat, dan Dapat mengenal waktu, tempat, dan
orang orang
Proses berfikir Tindak loncat-loncat dalam berbicara, Tindak loncat-loncat dalam berbicara,
cepat tanggap dalam berkomunikasi cepat tanggap dalam berkomunikasi
Gaya bicara Bicara dengan gerakan dan lancar Bicara dengan gerakan dan lancar
PEMERIKSAAN KULIT Kulit terlihat bersih, bebas dari bau, Kulit terlihat bersih, bebas dari bau,
warna sawo matang, elastis, tidak ada warna sawo matang, elastis, tidak ada
lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul. lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul.
Kuku Bersih Bersih
PEMERIKSAAN KEPALA
Bentuk & sensori Simestris (normal) Simestris (normal)
Rambut Persebaran merata dan lebat akan tetapi Persebaran merata dan lebat akan tetapi
terdapat banyak rambut yang berwarna terdapat banyak rambut.
putih hampir diseluruh bagian rambut.
Mata Mata berbentuk bulat dengan adanya Mata berbentuk bulat dengan adanya
kantung mata kantung mata
Hidung Hindung tampak mancung Hidung tampak mancung
Telinga Simestris (normal) Simestris (normal)
Mulut Simestris (normal) Simestris (normal)
Leher Tampak adanya jakut disertai adanya Simestris (normal)
keriput
Dada (pernafasan) Simestris (Normal) Simestris (normal)
Dada (kardiovaskuler) Simestris (Normal) Simestris (normal)
PERUT Tampak buncit Tampak buncit
GENETALIA DAN ANUS Tidak dikaji Tidak dikaji
EKSTREMITAS atas dan bawah Dapat berfungsi dengan baik Dapat berfungsi dengan baik namun
terkadang terdapat rasa linu dibagian
ekstermitas bawah.
Interpretasi hasil pemeriksaan fisik :

Bp. J

Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, memiliki postur tubuh simestris.


Dapat berjalan tanpa bantuan.

Ibu H

Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, memiliki postur tubuh smestris.


Dapat berjalan tanpa bantuan
3.2 Analisa Data

Data Masalah Penyebab Diagnosa Keperawatan


DS: Rasa nyeri dibagian lutut Tidak meminum Ketidakefektifan
- Status Sosial Ekonomi pada Bp. J berhubungan obat asam urat, Manajemen Kesehatan
Saat ini Ibu H tidak memiliki hutang tetapi memiliki 1 dengan ketidakmampuan obesitas, dan beban Keluarga (00080)
tanggungan barang kredit tiap minggunya membayar keluarga untuk mencegah kerja yang tinggi.
Rp. 10.000,- sebayak 10 kali saat ini Ibu H baru dan mengatasi rasa nyeri
sampai pada pembayaran ke-3. pada lutut
- Tahap Perkembangan Keluarga yang belum terpenuhi
Di usinya yang telah usia lanjut Bp. J dan Ibu H berusaha
untuk dapat memenuhi kebutuhan kesehariannya
tanpa meminta kepada anakanya.
Bp. J setiap hari akan merasakan nyeri di bagian kakinya
apabila tidak meminum obat asam urat yang dibelinya
di apotek.
- Karakteristik Rumah
saat ini Bp. J sedang mengalami sesak napas dan nyeri di
bagian kaki sedangkan Ibu H memiliki penyakit asam
lambung, ketika asam lambung meningkat maka
hipertensi yang diderita akan muncul.
untuk air yang digunakan berasal dari sumur dimana air
sumur ini juga digunakan untuk keperluan toileting
rumah tersebut, jarak septik tank dengan sumur sangat
berdekatan
- Sistem pendukung keluarga
ketika obat ini tidak di minum oleh sang Bp. J maka di
pagi hari Bp. J akan mengalami nyeri di bagian lutut
hingga tidak bisa berjalan.
- Fungsi perawatan keluarga
Kebiasaan tidur yang dilakukan oleh keluarga Bp. J setiap
harinya, tidur dari jam 22.00 WIB dan akan terbangun
subuh jam 04.00 WIB. Durasi tidur keluarga Bp. J 6
jam per harinya dengan tidak ada tambahan tidur di
siang hari, hal ini tidak sesuai dengan anjuran tidur per
harinya yaitu 8 jam per hari.

DO:
- Bp. J memegang lutut yang linu dengan wajah
meringis
- Bp. J
TTV:
TD: 120/80 mmHg
RR: 15 X/menit
GCU:
Asam urat: 3,5 mg/dl
Gula darah: 141 mg/dl
Kolestrol: 134 mg/dl
- Ibu H
TTV:
TD: 110/80 mmHg
GCU:
Asam urat: 4,3 mg/dl
Gula darah: 116 mg/dl
Kolestrol: 216 mg/dl
DS: Mampu mengatasi masalah Informasi yang Domain 1. Kelas 1. 00261
- Karakteristik Rumah dengan cara meminum air didapat dari Kesiapan meningkatkan
Meskipun kebersihan rumahnya masih perlu di perbaiki hangat tanpa alasan yang saudaranya literasi kesehatan
terkait dengan sampah dan bekas makanan / jajan jelas
sang cucu. Terkadang juga barang sang cucu tercecer
dimana – mana. Namun bagi mereka rumah ini sudah
sangat nyaman dan meraka suka tinggal di rumah
tersebut
Secara umum keadaan lingkungan fisik rumah keluarga
Bp. J adalah kurang sehat dan nyaman untuk hunian
sebuah keluarga dari aspek kesehatannya.
- Karakteristik tetangga dan komunitas
Di lingkungan sekitar rumah Bp. J masih banyak rumah
yang saling berdempetan
Keluarga Bp. J tidak percaya terhadap praktek pelayanan
kesehatan terdekat seperti adanya praktek bidan
wilayah tersebut.
- Sistem pendukung keluarga
Ibu H mengatakan dirinya sehat karena minum air putih
hangat 3x sehari yaitu pagi hari saat selesai sholat
shubuh, siang hari setelah sholat shubuh, dan malam
hari ketika akan tidur, Ibu H mendapatkan saran
seperti ini dari saudaranya dan tidak memiliki alasan
yang jelas
- Ibu H mengatakan apabila gejala dari penyakit
muncul maka klien melakukan penanganan yang ia
tahu
- Ibu H mengatakan setiap harinya meminum air hangat
untuk meningkatkan kesehatan yang diperoleh dari
saudaranya
DO:
- Di depan teras rumah Bp. J dan Ibu H terdapat
tumpukan barang yang tidak di pakai
- Bp. J
TTV:
TD: 120/80 mmHg
RR: 15 X/menit
GCU:
Asam urat: 3,5 mg/dl
Gula darah: 141 mg/dl
Kolestrol: 134 mg/dl
- Ibu H
TTV:
TD: 110/80 mmHg
GCU:
Asam urat: 4,3 mg/dl
Gula darah: 116 mg/dl
Kolestrol: 216 mg/dl
3.3. Prioritas Masalah

a. Rasa nyeri dibagian lutut pada Bp. J berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
untuk mencegah dan mengatasi rasa nyeri pada lutut

No. Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


1. Sifat Masalah 3/3 X 1 1 Masalah yang telah
Skala: terjadi Bp. J mengalami
Aktual ketidakmampuan untuk
mencegah terjadinya rasa
nyeri yang dirasakan.
2. Kemungkinan ½X2 1 Bp. J mau mendengarkan
masalah dapat diubah nasehat dan saran yang
Skala: diberikan oleh ibu H.
Sebagian

3. Potensi masalah untuk 3/3 X1 1 Ibu H dan Bp. J memiliki


dicegah watu luang untuk
Skala: memberikan arahan
Tinggi untuk mengatasi nyeri
yang dirasakan.
4. Menonjolnya masalah 2/2 X 1 1 Bp. J mengatakan nyeridi
Skala: bagian lutut hingga
Harus segera wajahnya meringis.
ditangani

Total 4
b. kebiasaan meminum air hangat pada keluarga Bp. J berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga untuk mencegah dan mengatasi rasa nyeri pada lutut

No. Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


1. Sifat Masalah 3/3 X 1 1 Masalah yang telah
Skala: terjadi Bp. J mengalami
Aktual ketidakmampuan untuk
mencegah terjadinya rasa
nyeri yang dirasakan.
2. Kemungkinan ½X2 1 Bp. J mau mendengarkan
masalah dapat diubah nasehat dan saran yang
Skala: diberikan oleh ibu H.
Sebagian

3. Potensi masalah untuk 1/3 X1 1/3 Ibu H dan Bp. J memiliki


dicegah watu luang untuk
Skala: memberikan arahan
Rendah untuk mengatasi nyeri
yang dirasakan.
4. Menonjolnya masalah 2/2 X 1 1 Bp. J mengatakan nyeri
Skala: di bagian lutut hingga
Harus segera wajahnya meringis.
ditangani

Total 3 1/3
3.4 Rencana Keperawatan

Diagnosa Kriteria Evaluasi


Tujuan
No Keperawatan Khusus Rencana Tindakan
Umum
Keluarga Kriteria Standar
1. Rasa nyeri Setelah 1. Setelah 1.1 Menjelaskan nyeri di 1.1.1 Mendiskusikan
dibagian lutut dilakukan 3 dilakukan 3 definisi faktor persendian mengenai definisi,
pada Bp. J kali kali penyebab lutut yang faktor penyebab
berhubungan kunjungan kunjungan nyeri terjadi akibat dengan keluarga
dengan rumah, rasa rumah selama persendian rematik 1.1.2 Anjurkan keluarga
ketidakmampuan linu pada 60 menit lutut (osteoarthritis) untuk
keluarga untuk keluarga Bp. setiap kali mengungkapkannya
mencegah dan J khususnya kunjungan kembali
mengatasi rasa Bp. J dapat diharapkan 1.1.3 Beri pujian atas
nyeri pada lutut berkurang keluarga dapat kemampuan keluarga
mengetahui 1.2 Menjelaskan Terapi 1.2.1 Mendiskusikan terapi
terapi untuk terapi keperawatan yang bisa dilakukan
mengatasi keperawatan yang bisa untuk menangani
rasa nyeri untuk digunakan masalah nyeri pada
menangani untuk lutut
nyeri mengatasi
persendian nyeri 1.2.2 Beri penjelasan di
lutut persendian setiap terapi
seperti : 1.2.3 Anjurkan keluarga
kompres untuk
hangat basah mengungkapkannya
kembali
1.2.4 Beri pujian atas
kemampuan keluarga
1.3 Memberikan Pandan wangi 1.3.1 Identifikasi bersama
terapi sebagai cara keluarga terapi yang
komplementer alternatif agar akan dilakukan
keluarga tidak 1.3.2 Mendiskusikan
bergantung jadwal terapi yang
pada obat akan dilakukan
1.3.3 Beri pujian atas
kemampuan keluarga
3.5 Implementasi

3.6 Evaluasi

No Diagnosis Hari/Tanggal Tindakan Keperawatan Evaluasi TandaTangan


1. Ketidakefektifan Selasa, 12 1. Melakukan Pengecekan Bp. J
Manajemen November Kadar asam urat, Kolestrol, S: “Bp. J mengatakan
Kesehatan 2019 dan Gula darah pada keluarga lebih tenang ketika
Keluarga (00080) Bp. J dan Ibu H mengetahui hasil dari tes
Rasa nyeri dibagian 2. Melakukan prioritas asam urat, kolestrol dan
lutut pada Bp. J Diagnosa menggunakan gula darah”
berhubungan skala untuk menentukan O:
dengan prioritas asuhan keperawatan TTV:
ketidakmampuan keluarga (Bailon dan TD: 120/80 mmHg
keluarga untuk Maglaya, 1978). RR: 15 X/menit
mencegah dan GCU:
mengatasi rasa Asam urat: 3,5 mg/dl
nyeri pada lutut Gula darah: 141 mg/dl
Kolestrol: 134 mg/dl
A: Masalah teratasi
P:Lanjutkan
intervensi,Memberikan
terapi keperawatan dan
terapi komplementer
untuk mengatasi
masalah nyeri

Ibu H
S: “Ibu H mengatakan
lebih tenang karena telah
mengetahui hasil tes
asam urat dan gula
darah”
O:
TTV:
TD: 110/80 mmHg
GCU:
Asam urat: 4,3 mg/dl
Gula darah: 116 mg/dl
Kolestrol: 216 mg/dl
A: Masalah terasi
P:Lanjutkan
intervensi,Memberikan
terapi keperawatan dan
terapi komplementer
untuk mengatasi
masalah nyeri
Selasa, 19 1. Melengkapi kekurangan data Bp. J
November pengkajian S: “Bp. J mengatakan
2019 2. Melakukan pengkajian head sangat bersemangat
to toe terkait penjadwalan
3. Melakukan konfirmasi terkait implementasi yang akan
jadwal sepervisi dilakukan”
implementasi O: RR: 15 X / Menit
A: masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi
Ibu H
S: “Ibu. H mengatakan
sangat bersemangat
terkait penjadwalan
implementasi yang akan
dilakukan”
O: tidak terdapat nyeri
tekan dibagian kepala
A: masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi

Sabtu, 24 1. Melakukan cek kolestrol Bp. J


November pada Ibu H S: “Bp. J mengatakan
2019 2. Demontrasi terkait terjadinya akan menerapkan terapi
osteoartritis menggunakan kompres hangat dan
miniatur kaki pandan wangi”
3. Melakukan terapi kompres O: Bp. J sangat
hangat dan pandan wangi bersemangat untuk
melakukan
implementasi
A: Masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi
Ibu H
S: “Ibu H mengatakan
akan menerapkan terapi
kompres hangat dan
pandan wangi”
O: Ibu. H sangat
bersemangat untuk
melakukan
implementasi
A: Masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi
Rabu, 27 1. Melakukan evaluasi terhadap Bp. J
November implementasi kompreshangat
2019 dan pandan wangi yang telah
diberikan

Minggu, 01 1. Melakukan evaluasi terhadap


Desember 2019 implementasi kompres
hangat dan pandan wangi
yang telah diberikan
2. Melakukan jadwal kontrak
untuk dilakukan
implementasi selanjutnya
Senin, 02 1. Melakukan jadwal kontrak
Desember 2019 untuk dilakukan
implementasi selanjutnya
Selasa, 03 1. Melakukan evaluasi terhadap
Desember implementasi kompres
hangat dan pandan wangi
yang telah diberikan
2. Melakukan jadwal kontrak
untuk dilakukan
implementasi selanjutnya

3.7 Rencana Tindak Lanjut


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian
- Dalam jurnal : tertulis bahwa penyakit osteoarthritis adalah penyakit persendian
yang menyerang usia lanjut, faktor yang mempengaruhinya adalah usia, jenis
kelamin, berat badan, genetic, pekerjaan, kelainan anatomis, aktivitas fisik, dan
trauma lutut. (FK UNEJ)
- Realitanya : di usia Bp. J yaitu 63 tahun dimana beliau sudah memasuki masa
usia lanjut / lansia, Bp. J masih bekerja sebagai kuli bangunan dan sering
mengangkat barang. Alasan kenapa Bp. J tetap bekerja adalah karena Bp. J dan
Ibu H tidak mau membebani kedua anaknya
- Dalam jurnal : -
- Realitanya : Bp. J sangat bergantung terhadap obat, ketika tiddak meminum
obat pada malam harri maka di pagi harinya Bp. J akan merasakan nyeri
- Dalam jurnal : -
- Realitanya : Bp. J tidak tahu akan apa penyakit yang di deritanya dan apa yang
harus dilakukan untuk mengatasinya
- Dalam jurnal : Pencahayaan dan juga ventilasi rumah sangatlah berpengaruh
terhadap keberadaan bakteri Mycobacterium Tuberculosis, jika pencahayaan
kurang maka tidak ada yang memperhambat pertumbuhan daripada bakteri ini,
kemudia ventilasi rumah disini berguna untuk membebaskan ruangan dari
bakteri tersebut. (JKL UNAIR)
- Realitanya : di rumah Bp. J pencahayaaan dan juga ventilasi sangatlah kurang
dimana ventilasi dan pencahayaannya hanya bergantung terhadap pintu utama
dan 2 jendela biasa yang ada di sebelah pintu tersebut
- Dalam jurnal : dalam kasus DBD faktor – faktor yang mempengaruhi penyakit
ini adalah lingkungan rumah, dimana jarak antar rumah, kebersihan rumah,
pembuangan sampah. (FK UL)
- Realitanya : rumah Bp. J sangatlah berdekatan dengan tetangganya bahkan
hanya tersisa 1 meter untuk jalan dan juga kebersihan rumah dan juga sampah
yang ada di rumah masih belum terkendali masih banyak barang – barang yang
menumpuk di setiap sudut
- Dalam jurnal : kebutuhan tidur di lansia sangatlah penting karena berpengaruh
terhadap kesehatannya dan juga aktifitas hariannya, lansia dengan keluahan
insomnia biasanya dipengaruhi oleh faktor kecemasan. Maka untuk
meningkatkan kebutuhan tidurnya kita harus mengatasi kecemasan yang
dialaminya.
- Realitanya : Bp. J sering kebangun karena nyeri yang dialaminya, kebutuhan
tidur Bp. J dan Ibu H hanya 6 jam dalam sehari
- Dalam jurnal : hasil nilai daripada pengukuran kolesterol tidak ada
hubungannya dengan keparahan osteoarthritis yang di alami (junal MM)
- Realitanya : Bp. J memiliki nilai kolesterol sedikit melewati batas normal yaitu
216 mg/dl
4.2 Diagnosa
- Dalam jurnal : penderita osteoarthritis yang harus melakukan latihan terhadap
lututnya seperti ROM, strengthening exercise, dan aerobik. (Jurnal Yogya)
- Realitanya : Bp J hanya meminum air putih hangat di pagi hari dan juga
bergantung terhadap obat
4.3 Intervensi
- Intervensi 1 : Pendidikan Kesehatan Terkait Osteoarthritis
Dalam jurnal : pendidikan kesehatan haruslah di berikan kepada penderita
osteoarthritis karena penyakit ini hampir di derita oleh kebanyakan warga
Indonesia (prevalensi) diharapkan ketika sudah mendapatkan pendidikan
tersebut keluarga dapat melakukan preventif sekunder, primer, dan tersier
Realitanya : Bp. J dan Ibu H tidak mengetahui apa – apa tentang osteoarthritis
itu
- Intervensi 2 : Kompres hangat basah
Dalam jurnal : pemberian kompres hangat basah sangatlah efektif pada
penderita osteoarthritis dalam hal penurunan tingkat nyeri daripada kompres
dingin
Realitanya : Bp. J jarang sekali melakukan hal tersebut
- Intervensi 3 : Terapi pandan wangi
Dalam jurnal : hasil penelitian membuktikan bahwasannya terapi pandan wangi
juga dapat menurunkan skala nyeri penderita osteoarthritis sehingga dapat
memudahkan aktifitas fisik, istirahat, dan membuat lansia lebih nyaman
Realitanya : Bp. J tidak suka dengan pandan wangi ketika mencium baunya
maka aka nada reflex muntah dari Bp. J
- Intervensi 4 : ROM dan ROP
Dalam jurnal : ROM dan ROP cocok untuk melatih lutut penderita osteoarthritis
karena latihan tersebut efektif untuk menurunkan nyeri dan memelihara sendi
penderita
Realitanya : Bp. J dan Ibu H sangatlah senang dengan letihan tersebut, mereka
mengatakan bahwasannya latihan tersebut membuat badannya lebih nyaman
dan enak serta mengurangi nyeri lutut Bp. J
4.4 Implementasi
- Implementasi 1 : Pendidikan Kesehatan Terkait Osteoarthritis
- Implementasi 2 : Kompres hangat basah
- Implementasi 3 : Terapi pandan wangi
- Implementasi 4 : ROM dan ROP
4.5 Evaluasi
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai