Anda di halaman 1dari 9

STEFANIE HAPPY LISABELA 172310101173

PUTU ANNESIA WARSITO 172310101180


JASMINE PRADITHA SARI 172310101191
ALDI RAHARDIAN PUJIYONO 172310101195
MUHAMMAD ALDI 172310101199
ANGGALIA NUR MAHJUROH 172310101200
ANS WIDYAWATI 172310101204
AYU PUTRIYAS NINGSIH 172310101210
FERITA ELSA WIHANDARI 172310101214
OTIUS SIMALYA 172310101208
Usia toddler adalah merupakan golden period atau periode emas pada anak, sebab
hal tersebut berlangsung singkat dan pendek, tingkat kinerja otak tinggi sehingga
akan lebih terbuka untuk proses pembelajaran dan bimbingan. Aspek-aspek
perkembangan meliputi motorik kasar dan halus, bahasa dan bicara, sosialisasi dan
kemandirian (Kemenkes,2011).
Golden period merupakan masa dimana kemampuan otak anak untuk menyerap
segala bentuk informasi sangatlah tinggi, karena sekitar 80% otak anak
berkembang pada periode emas tersebut (Ambarwati & Handoko, 2011).
Masa toddler berada dalam rentang dari masa kanak-kanak mulai berjalan sendiri
sampai mereka berjalan dan berlari dengan mudah, yaitu mendekati usia 12 sampai
36 bulan (Potter & Perry, 2010).
Anak merupakan aset berharga suatu bangsa. Hal ini dikarenakan anak merupakan
generasi penerus, sehingga dibutuhkan anak yang berkualitas untuk mencapai masa
depan bangsa yang baik (Kadi, Garna, & Fadlyana, 2008). Kualitas anak yang baik
dapat dicapai dengan memastikan bahwa proses tumbuh kembang anak juga baik.
Dalam perkembangan terdapat tahapan yang harus dilalui anak untuk menuju usia
dewasa. Tahapan yang terpenting adalah pada masa 3 tahun pertama, karena pada
masa ini tumbuh kembang berlangsung dengan pesat dan menentukan masa depan
anak kelak (IDAI, 2009).
Toddler adalah anak yang berusia 1 – 3 tahun yang umumnya sehat, dan kebanyakan
dari mereka memiliki sumber perawatan kesehatan yang baik (96%). Sebanyak 87%
anak usia 4 tahun dilaporkan oleh orang tua mereka berada dalam kesehatan yang
sangat baik (Nasional Pusat Statistik Kesehatan [NCHS], 2005).
Data angka kejadian keterlambatan perkembangan umum belum diketahui dengan pasti,
namun diperkirakan sekitar 1 – 3% anak di bawah usia 5 tahun mengalami keterlambatan
perkembangan umum yang meliputi perkembangan motorik, bahasa, sosio–emosional,
dan kognitif (Medise, 2013).
Hasil penelitian perkembagan motorik pada anak dibawah 5 tahun, mengemukakan
keterlambatan perkembangan motorik sebanyak 49%, akibat kurangnya penhetahuan
ibu. Di Asia 50% anak umur 1-3 tahu mengalami keterlambatan perkembangan motorik,
sebanyak 30% di Afrika dan 20% di Amerika Latin (Sitoresmi dkk,2015).
Jumlah balita di Indonesia 0-2 thun sebanyak 14.228.917 jiwa. Balita dengan umur 1-4
tahun sebanyak 19.388.791 jiwa. Dari jumlah tersebut sebnayak 16% balita di Indonesia
mengalami gangguan perkembangan syaraf da otak mulai ringan dan berat. Sebanyak 1-
3 % balita megalami keterlambatan perkembangan umum meliputi perkembangan
motorik, bahasa, sosio-emosional dan kognitif (Sitoresmi dkk,2015).
1. Pencegahan primer (primary prevention)
Tingkat pencegahan paling awal yang dilakukan dengan cara menghindari atau
mengatasi faktor-faktor resiko. Contohnya adalah adanya program wajib imunisasi bgi anak
yang telah diberikan oleh pemerintah secara gratis dan juga dengan cara melakukan promosi
kesehatan ke masyarakat teutama yang memiliki anak usia 1-3 tahun.
2. Pencegahan sekunder (secondary prevention)
Tingkat pencegahan yang dilakukan dengan cara melakukan deteksi dini pada penyakit
saat penyakit tersebut masih belum menampilkan gejala-gejalanya yang khas, sehingga
pengobatan dini masih mampu untuk menghentikan perjalanan penyakit lebih lanjut. Contohnya
adalah merujuk langsung ke yankes terdekat.
3. Pencegahan tersier (tertiery prevention)
Merupakan tingkat pencegahan dengan cara melakukan tindakan klinis yang bertujuan
untuk mencegah kerusakan lebih lanjut atau mengurangi komplikasi setelah penyakit tersebut
diketahui, misalnya adalah pemberian terapi kelompok terapeutik baik secara farmako maupun
non-farmako
1. Permenkes RI Nomor 155/Menkes/Per/1/2010 tentang "Penggunaan Kartu Menuju Sehat
(KMS) bagi Balita“.
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2011 tentang "Pedoman Pengintegrasian
Layanan Sosial Dasar di Pos Pelayanan Terpadu“.
3. Permenkes RI Nomor 70 Tahun 2013 tentang "Penyelenggaraan Manajemen Terpadu Balita
Sakit Berbasis Masyarakat (MTBS-M)“.
4. Permenkes RI Nomor 25 Tahun 2014 tentang "Upaya Kesehatan Anak" Pasal 21
5. Permenkes RI Nomor 23 Tahun 2014 tentang "Upaya Perbaikan Gizi“.
6. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional No 12 Tahun 2018
tentang "Pengelolaan Bina Keluarga Balita Holistik Intrgratif (BKB HI)“.
PEMBAHASAN
Anak usia 1-3 tahun merupakan anak dengan usia yang sangat cepat
pertumbuhan dan perkembangannya, guna mencapai hasil maksimal perlu
dukungan yang optimal dari orangtua dalam mencukupi tugas pertumbuhan dan
perkembangan anak tersebut. Dalam hal ini, pemberian gizi yang layak dan
pengetahuan yang cukup menjadi senjata utama untuk menaungi tugas
pertumbuhan dan perkembangan sang anak.
SARAN
Dalam hal ini, anak usia 1-3 tahun harus benar-benar mendapat asupan gizi
dan pelayanan kesehatan yang optimal, hal ini guna mencegah adanya masalah
yang sering terjadi seperti terjadinya gizi buruk. Untuk itu, peran pemerintah dan
orangtua sangat diperlukan guna mencegah terjadinya masalah pada anak usia
toddler.
Allender, J. A., et all. 2010. Community Health Nursing. China. Wolters Kluwer Health.
Ambarwati, F.D., & Handoko, I.S. (2011). Apa kata pakar: golden age. Platinum mom for platinum
generation, edisi7, hlm. 12. Diperoleh tanggal 20 Februari 2014 dari www.kalbenutritionals.com.
Kementrian Kesehatan RI. (2011). Standar antropometri penilaian status gizi anak. Jakarta: Kemenkes
RI.
Potter, P. A., & Perry, A.G. (2010). Fundamental of nursing. (buku 1 edisi
7). Jakarta: EGC
Medise, Bernie Endyarni. 2013. Seputar Kesehatan Anak. (www.idai.or.id), diakses 8
September 2017.
IDAI., 2009, Perkembangan Anak, jilid 1, Jakarta: Erlangga
Kadi, F.A., Garna, H., & Fadlyana, E. (2008). Kesetaraan hasil skrining risiko penyimpangan menurut
cara kuesioner praskrining perkembangan (KPSP) dan denver II pada anak usia 12–14 bulan
dengan berat lahir rendah. Sari Pediatri, 10 (1), 29–33.
Sitoresmi, S., Kusnanto., & Krisnana, I. (2014). Perkembangan motorik anak toddler pada ibu bekerja
dan ibu tidak bekerja. Jurnal Pediomaternal, 3 (1), 66–72.

Anda mungkin juga menyukai