No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal :
Terbit
Halaman : 1/
PUSKESMAS dr. YORDAN PRADIKSA
PANDU SENJAYA
NIP. 19820121 201001 1 011
1. Pengertian Reaksi gigitan serangga (insect bite reaction) adalah reaksi hipersensitivitas atau
alergi pada kulit akibat gigitan (bukan terhadap sengatan/stings), dan kontak
dengan serangga. Gigitan hewan serangga, misalnya oleh nyamuk, lalat, bugs,
dan kutu, yang dapat menimbulkan reaksi peradangan yang bersifat lokal sampai
sistemik.Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah mekanisme refluks
melalui inkompeten sfingter esofagus.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan penegakan diagnosis
penyakit di puskesmas.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor : …/…/SK/PS/2020 tentang panduan
praktek klinis di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 514 Tahun 2015
5. Prosedur 1. Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Pasien datang dengan keluhan gatal, rasa tidak nyaman, nyeri, kemerahan, nyeri
tekan, hangat atau bengkak pada daerah tubuh yang digigit, umumnya tidak
tertutup pakaian.Rasa panas dan terbakar di retrosternal atau epigastrik dan dapat
menjalar ke leher. Hal ini terjadi terutama setelah makan dengan volume besar dan
berlemak. Keluhan ini diperberat dengan posisi berbaring terlentang.Keluhan ini
juga dapat timbul oleh karena makanan berupa saos tomat, peppermint, coklat,
kopi, dan alkohol.Keluhan sering muncul pada malam hari.
Keluhan lain akibat refluks adalah tiba tiba ada rasa cairan asam di mulut,
cegukan, mual dan muntah. Refluks ini dapat terjadi pada pria dan wanita. Sering
dianggap gejala penyakit jantung.
Kebanyakan penderita datang sesaat setelah merasa digigit serangga, namun ada
pula yang datang dengan delayed reaction, misalnya 10-14 hari setelah gigitan
berlangsung. Keluhan kadang-kadang diikuti dengan reaksi sistemik gatal seluruh
tubuh, urtikaria, dan angioedema, serta dapat berkembang menjadi suatu ansietas,
disorientasi, kelemahan, GI upset (cramping, diarrhea, vomiting), dizziness, sinkop
bahkan hipotensi dan sesak napas. Gejala dari delayed reaction mirip seperti
serum sickness, yang meliputi demam, malaise, sakit kepala, urtikaria,
limfadenopati dan poliartritis.
Faktor Risiko
a. Lingkungan tempat tinggal yang banyak serangga.
b. Riwayat atopi pada diri dan keluarga.
c. Riwayat alergi.
d. Riwayat alergi makanan.Faktor risiko
Usia > 40 thn, obesitas, kehamilan, merokok, kopi, alkohol, coklat, makan
berlemak, beberapa obat di antaranya nitrat, teophylin dan verapamil, pakaian
yang ketat, atau pekerja yang sering memgangkat beban berat.
1
2. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (objective)
Pemeriksaan Fisik
Tanda Patognomonis
a. Urtika dan papul timbul secara simultan di tempat gigitan, dikelilingi zona
eritematosa.
b. Di bagian tengah tampak titik (punktum) bekas tusukan/gigitan, kadang
hemoragik, atau menjadi krusta kehitaman.
c. Bekas garukan karena gatal.
Pada reaksi lokal yang parah dapat timbul eritema generalisata, urtikaria, atau edema
pruritus, sedangkan bila terdapat reaksi sistemik menyeluruh dapat diikuti dengan
reaksi anafilaksis.
Pemeriksaan Fisik
Tidak terdapat tanda spesifik untuk GERD. Tindakan untuk pemeriksaan adalah
dengan pengisian kuesioner GERD. Bila hasilnya positif, maka dilakukan tes
dengan pengobatan PPI (Proton Pump Inhibitor).
Diagnosis Banding
Prurigo
Komplikasi
a. Infeksi sekunder akibat garukan.
b. Bila disertai keluhan sistemik, dapat terjadi: syok anafilaktik hingga kematian.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis yang cermat. Kemudian untuk di
pelayanan primer, pasien diterapi dengan PPI test, bila memberikan respon positif
terhadap terapi, maka diagnosis definitive GERD dapat disimpulkan.
Standar baku untuk diagnosis definitif GERD adalah dengan endoskopi saluran
cerna bagian atas yaitu ditemukannya mucosal break di esophagus namun
tindakan ini hanya dapat dilakukan oleh dokter spesialis yang memiliki kompetensi
tersebut.
Diagnosis Banding ;
2
a. Angina pektoris
b. Akhalasia
c. Dispepsia
d. Ulkus peptik
e. Ulkus duodenum
f. Pankreatitis
Komplikasi ;
a. Esofagitis
b. Ulkus esofagus
c. Perdarahan esofagus
d. Striktur esofagus
e. Barret’s esophagus
f. Adenokarsinoma
g. Batuk dan asma
h. Inflamasi faring dan laring
i. Cairan pada sinus dan telinga tengah
j. Aspirasi paru
3
lambung (asam, pedas).
5. Kriteria rujukan : -
aJika kondisi memburuk, yaitu dengan makin bertambahnya patch eritema, timbul
bula, atau disertai gejala sistemik atau komplikasi.
. Pengobatan empirik tidak menunjukkan hasil
b. Pengobatan empirik menunjukkan hasil namun kambuh kembali
c. Adanya alarm symptom:
1. Berat badan menurun
2. Hematemesis melena
3. Disfagia (sulit menelan)
4. Odinofagia (sakit menelan)
5. Anemia
6. Sarana Prasarana
a. Lup
b. Intubasi dan alat resusitasi
c. Tabung dan masker oksigen
d. Obat-obat emergency
e. OksimetriKuesioner GERD.
7. Prognosis
Prognosis umumnya bonam. Quo ad sanationam untuk reaksi tipe cepat dan reaksi
tidak biasa adalah dubia ad malam, sedangkan reaksi tipe lambat adalah
bonam.Prognosis sangat tergantung dari kondisi pasien saat datang dan
pengobatannya. Pada umumnya, prognosis bonam, namun untuk quo ad
sanationam GERD adalah dubia ad bonam.
6. Unit Terkait Prosedur ini terkait semua bagian di Puskesmas Pandu Senjaya.
7. Dokumen Rekam medis
Terkait
8. Rekaman No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai
Historis diberlakukan
Perubahan