Anda di halaman 1dari 4

Reaksi Gigitan Serangga

No. ICPC II : S12 Insect bite/sting


No. ICD X : T63.4 Venom of other arthropods

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal :
Terbit
Halaman : 1/
PUSKESMAS dr. YORDAN PRADIKSA
PANDU SENJAYA
NIP. 19820121 201001 1 011

1. Pengertian Reaksi gigitan serangga (insect bite reaction) adalah reaksi hipersensitivitas atau
alergi pada kulit akibat gigitan (bukan terhadap sengatan/stings), dan kontak
dengan serangga. Gigitan hewan serangga, misalnya oleh nyamuk, lalat, bugs,
dan kutu, yang dapat menimbulkan reaksi peradangan yang bersifat lokal sampai
sistemik.Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah mekanisme refluks
melalui inkompeten sfingter esofagus.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan penegakan diagnosis
penyakit di puskesmas.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor : …/…/SK/PS/2020 tentang panduan
praktek klinis di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 514 Tahun 2015
5. Prosedur 1. Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Pasien datang dengan keluhan gatal, rasa tidak nyaman, nyeri, kemerahan, nyeri
tekan, hangat atau bengkak pada daerah tubuh yang digigit, umumnya tidak
tertutup pakaian.Rasa panas dan terbakar di retrosternal atau epigastrik dan dapat
menjalar ke leher. Hal ini terjadi terutama setelah makan dengan volume besar dan
berlemak. Keluhan ini diperberat dengan posisi berbaring terlentang.Keluhan ini
juga dapat timbul oleh karena makanan berupa saos tomat, peppermint, coklat,
kopi, dan alkohol.Keluhan sering muncul pada malam hari.
Keluhan lain akibat refluks adalah tiba tiba ada rasa cairan asam di mulut,
cegukan, mual dan muntah. Refluks ini dapat terjadi pada pria dan wanita. Sering
dianggap gejala penyakit jantung.
Kebanyakan penderita datang sesaat setelah merasa digigit serangga, namun ada
pula yang datang dengan delayed reaction, misalnya 10-14 hari setelah gigitan
berlangsung. Keluhan kadang-kadang diikuti dengan reaksi sistemik gatal seluruh
tubuh, urtikaria, dan angioedema, serta dapat berkembang menjadi suatu ansietas,
disorientasi, kelemahan, GI upset (cramping, diarrhea, vomiting), dizziness, sinkop
bahkan hipotensi dan sesak napas. Gejala dari delayed reaction mirip seperti
serum sickness, yang meliputi demam, malaise, sakit kepala, urtikaria,
limfadenopati dan poliartritis.

Faktor Risiko
a. Lingkungan tempat tinggal yang banyak serangga.
b. Riwayat atopi pada diri dan keluarga.
c. Riwayat alergi.
d. Riwayat alergi makanan.Faktor risiko
Usia > 40 thn, obesitas, kehamilan, merokok, kopi, alkohol, coklat, makan
berlemak, beberapa obat di antaranya nitrat, teophylin dan verapamil, pakaian
yang ketat, atau pekerja yang sering memgangkat beban berat.

1
2. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (objective)
Pemeriksaan Fisik
Tanda Patognomonis
a. Urtika dan papul timbul secara simultan di tempat gigitan, dikelilingi zona
eritematosa.
b. Di bagian tengah tampak titik (punktum) bekas tusukan/gigitan, kadang
hemoragik, atau menjadi krusta kehitaman.
c. Bekas garukan karena gatal.

Dapat timbul gejala sistemik seperti:


a. Takipneu
b. Stridor
c. Wheezing
d. Bronkospasme
e. Hiperaktif peristaltik
f. Dapat disertai tanda-tanda hipotensi orthostatic

Pada reaksi lokal yang parah dapat timbul eritema generalisata, urtikaria, atau edema
pruritus, sedangkan bila terdapat reaksi sistemik menyeluruh dapat diikuti dengan
reaksi anafilaksis.

Pemeriksaan Penunjang Tidak ada yang spesifik.

Pemeriksaan Fisik
Tidak terdapat tanda spesifik untuk GERD. Tindakan untuk pemeriksaan adalah
dengan pengisian kuesioner GERD. Bila hasilnya positif, maka dilakukan tes
dengan pengobatan PPI (Proton Pump Inhibitor).

3. Penegakan Diagnosis (assesment)


Diagnosis Klinis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.


Klasifikasi berdasarkan waktu terjadinya:
a. Reaksi tipe cepat. Terjadi segera hingga 20 menit setelah gigitan, bertahan
sampai 1-3 jam.
b. Reaksi tipe lambat. Pada anak terjadi > 20 menit sampai beberapa jam setelah
gigitan serangga. Pada orang dewasa dapat muncul 3-5 hari setelah gigitan.
c. Reaksi tidak biasa. Sangat segera, mirip anafilaktik.

Klasifikasi berdasarkan bentuk klinis:


a. Urtikaria iregular.
b. Urtikaria papular.
c. Papulo-vesikular, misalnya pada prurigo.
d. Punctum (titik gigitan), misalnya pada pedikulosis kapitis atau phtirus pubis.

Diagnosis Banding
Prurigo

Komplikasi
a. Infeksi sekunder akibat garukan.
b. Bila disertai keluhan sistemik, dapat terjadi: syok anafilaktik hingga kematian.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis yang cermat. Kemudian untuk di
pelayanan primer, pasien diterapi dengan PPI test, bila memberikan respon positif
terhadap terapi, maka diagnosis definitive GERD dapat disimpulkan.
Standar baku untuk diagnosis definitif GERD adalah dengan endoskopi saluran
cerna bagian atas yaitu ditemukannya mucosal break di esophagus namun
tindakan ini hanya dapat dilakukan oleh dokter spesialis yang memiliki kompetensi
tersebut.

Diagnosis Banding ;

2
a. Angina pektoris
b. Akhalasia
c. Dispepsia
d. Ulkus peptik
e. Ulkus duodenum
f. Pankreatitis

Komplikasi ;
a. Esofagitis
b. Ulkus esofagus
c. Perdarahan esofagus
d. Striktur esofagus
e. Barret’s esophagus
f. Adenokarsinoma
g. Batuk dan asma
h. Inflamasi faring dan laring
i. Cairan pada sinus dan telinga tengah
j. Aspirasi paru

4. Rencana Penatalaksanaan komprehensif (Plan)


Tatalaksana
a. Prinsip penanganan kasus ini adalah dengan mengatasi respon peradangan
baik yang bersifat lokal maupun sistemik. Reaksi peradangan lokal dapat
dikurangi dengan sesegera mungkin mencuci daerah gigitan dengan air dan
sabun, serta kompres es.
b. Atasi keadaan akut terutama pada angioedema karena dapat terjadi obstruksi
saluran napas. Penanganan pasien dapat dilakukan di Unit Gawat Darurat. Bila
disertai obstruksi saluran napas diindikasikan pemberian ephinefrin sub kutan.
Dilanjutkan dengan pemberian kortikosteroid Prednison 60-80 mg/hari selama 3
hari, dosis diturunkan 5-10 mg/hari.Penatalaksanaan
• Modifikasi gaya hidup: Mengurangi berat badan, berhenti merokok, tidak
mengkonsumsi zat yang mengiritasi lambung seperti kafein, aspirin, dan alkohol.
Posisi tidur sebaiknya dengan kepala yang lebih tinggi. Tidur minimal setelah 2
sampai 4 jam setelah makanan, makan dengan porsi kecil dan kurangi makanan
yang berlemak.
• Terapi dengan medikamentosa dengan cara memberikan Proton Pump Inhibitor
(PPI) dosis tinggi selama 7-14 hari.Bila terdapat perbaikan gejala yang signifikan
(50-75%) maka diagnosis dapat ditegakkan sebagai GERD. PPI dosis tinggi
berupa Omeprazole 2x20 mg/hari dan lansoprazole 2x 30 mg/hari.
• Setelah ditegakkan diagnosis GERD, obat dapat diteruskan sampai 4 minggu dan
boleh ditambah dengan prokinetik seperti domperidon 3x10 mg.
• Pada kondisi tidak tersedianya PPI , maka penggunaan H2 Blocker 2x/hari:
simetidin 400-800 mg atau Ranitidin 150 mg atau Famotidin 20 mg.
Dalam kondisi stabil, terapi yang dapat diberikan yaitu:
1. Antihistamin sistemik golongan sedatif: misalnya hidroksizin 2x25 mg per
hari selama 7 hari atau Chlorpheniramine Maleat 3x4 mg selama 7 hari
atau Loratadine 1x10 mg per hari selama 7 hari.
2. Topikal: Kortikosteroid topikal potensi sedang-kuat: misalnya krim
mometasone furoat 0.1% atau krim betametasone valerat 0.5% diberikan
selama 2 kali sehari selama 7 hari.

Konseling dan Edukasi


Keluarga diberikan penjelasan mengenai:
a. Minum obat secara teratur.
b. Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal, memakai baju berlengan
panjang dan celana panjang, pada beberapa kasus boleh memakai mosquito
repellent jika diperlukan, dan lain-lain agar terhindar dari gigitan
serangga.Pemeriksaan penunjang dilakukan pada fasilitas layanan sekunder
(rujukan) untuk
Endoskopi.

Konseling dan Edukasi ;


Edukasi pasien dan keluarga mengenai GERD dan terutama dengan pemilihan
makanan untuk mengurangi makanan yang berlemak dan dapat mengiritasi

3
lambung (asam, pedas).

5. Kriteria rujukan : -
aJika kondisi memburuk, yaitu dengan makin bertambahnya patch eritema, timbul
bula, atau disertai gejala sistemik atau komplikasi.
. Pengobatan empirik tidak menunjukkan hasil
b. Pengobatan empirik menunjukkan hasil namun kambuh kembali
c. Adanya alarm symptom:
1. Berat badan menurun
2. Hematemesis melena
3. Disfagia (sulit menelan)
4. Odinofagia (sakit menelan)
5. Anemia

6. Sarana Prasarana
a. Lup
b. Intubasi dan alat resusitasi
c. Tabung dan masker oksigen
d. Obat-obat emergency
e. OksimetriKuesioner GERD.

7. Prognosis
Prognosis umumnya bonam. Quo ad sanationam untuk reaksi tipe cepat dan reaksi
tidak biasa adalah dubia ad malam, sedangkan reaksi tipe lambat adalah
bonam.Prognosis sangat tergantung dari kondisi pasien saat datang dan
pengobatannya. Pada umumnya, prognosis bonam, namun untuk quo ad
sanationam GERD adalah dubia ad bonam.
6. Unit Terkait Prosedur ini terkait semua bagian di Puskesmas Pandu Senjaya.
7. Dokumen Rekam medis
Terkait
8. Rekaman No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai
Historis diberlakukan
Perubahan

Anda mungkin juga menyukai