Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang mengambil topik
“Bronkitist”. Bronkitis merupakan suatu masalah yang cukup sering ditemukan di
masyarakat.
Laporan ini disusun dalam rangka menjalani Program Internsip Dokter
Indonesia (PIDI) periode 2018 s/d 2019 di RSU Pusdik Brimob Pasuruan. Tidak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan kasus ini, terutama kepada dr. Bambang Andikayana dan dr. Putu
Surya Utami, selaku dokter pendamping yang telah memberikan bimbingan kepada
kami dalam penyusunan dan penyempurnaan laporan kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat dalam bidang kedokteran
khususnya Bagian Ilmu Penyakit Dalam.

Surabaya, - November 2019

Penulis

26
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bronkitis ( bronchitis ) adalah peradangan (inflamasi) pada selaput lendir


(mukosa) bronkus (saluran pernafasan dari trachea hingga saluran napas di dalam
paru-paru). Peradangan ini mengakibatkan permukaan bronkus membengkak
(menebal) sehingga saluran pernapasan relatif menyempit. Bronkitis terbagi atas 2
jenis, yakni: bronkitis akut dan bronkitis kronis. Perlu diingat bahwa istilah akut dan
kronis adalah terminologi (istilah) berdasarkan durasi berlangsungnya penyakit, bukan
berat ringannya penyakit. Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat
(beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun
adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan
batuk berkepanjangan. Kebanyakan brokitis pada anak yaitu brokitis akut sedangkan
bronkitis kronis terjadi pada usia dewasa. 2

27
28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Adalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang melibatkan jalan nafas
yang besar. Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat(beberapa hari
hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namunadakalanya sangat
mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan.

2. Epidemiologi
Bonkitis akut paling banyak terjadi pada anak kurang dari 2 tahun, dengan puncak
lain terlihat pada kelompok anak usia 9-15 tahun. Kemudian bronkitis kronik dapat
mengenai orang dengan semua umur namun lebih banyak pada orang diatas 45 tahun.
Lebih sering terjadi di musim dingin (di daerah non-tropis) atau musim hujan (didaerah
tropis).2

29
Gambar. Mukus klirens pada saluran napas yang normal 3

3. Mekanisme klirens saluran napas.3,4,5

Pertama, mukus didorong ke proksimal saluran napas oleh gerakan silia,yang akan
membersihkan partikel-partikel inhalasi, patogen dan menghilangkan bahan-bahan
kimia yang mungkin dapat merusak paru. Musin polimerik secara terus-menerus
disintesis dan disekresikan untuk melapisi lapisan mukosa.Kecepatan normal silia 12
sampai 15x/detik, menghasilkan kecepatan 1mm/menit untuk membersihkan lapisan
mukosa. Kecepatan mucociliary clearance meningkat dalam keadaan hidrasi tinggi. Dan
kecepatan gerakan silia meningkat oleh aktivitas purinergik, adrenergik, kolinergik dan
reseptor agonis adenosin,serta bahan iritan kimia. Mekanisme kedua, adalah dengan
mengeluarkan mukus dengan refleks batuk. Ini mungkin dapat membantu menjelaskan
mengapa penyakit paru yang disebabkan oleh kerusakan fungsi silia tidak terlalu berat
dibandingkan dengan yang disebabkan dehidrasi, yang menghalangi kedua mekanisme
klirens saluran napas. Meskipun batuk berkontribusi dalam membersikan mukus pada

30
penyakit dengan peningkatan produksi mukus atau gangguan fungsi silia, ini dapat
menyulitkan gejala. 3

4. Etiologi 1

Bronkitis akut dapat disebabkan oleh :

 Infeksi virus : influenza virus, parainfluenza virus, respiratory syncytialvirus


(RSV), adenovirus, coronavirus, rhinovirus, dan lain-lain.
 Infeksi bakteri : Bordatella pertussis, Bordatella parapertussis, Haemophilus
influenzae, Streptococcus pneumoniae, atau bakteri atipik (Mycoplasma
pneumoniae, Chlamydia pneumonia, Legionella).
 Jamur
 Noninfeksi : polusi udara, rokok, dan lain-lain.

Penyebab bronkitis akut yang paling sering adalah infeksi virus yakni sebanyak 90%
sedangkan infeksi bakteri hanya sekitar < 10%. 4 Belum ada bukti yang meyakinkan
bahwa bakteri lain merupakan penyebab primer Bronkitis Akut pada anak. Di
lingkungan sosio-ekonomi yang baik jarang terdapat infeksi sekunder oleh bakteri.
Alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas dapat memudahkan terjadinya
bronkitis akut.

5. Patogenesis 2

Bronkitis akut terjadi karena adanya respon inflamasi dari membran mukosa
bronkus. Pada orang dewasa, bronkitis kronik terjadi akibat hipersekresi mukus dalam
bronkus karena hipertrofi kelenjar submukosa dan penambahan jumlah sel goblet dalam
epitel saluran nafas. Pada sebagian besar pasien, hal ini disebabkan oleh paparan asap
rokok. Pembersihan mukosiliar menjadi terhambat karena produksi mukus yang
berlebihan dan kehilangan silia, menyebabkan batuk produktif. Pada anak-anak,
bronkitis kronik disebabkan oleh respon endogen, trauma akut saluran pernafasan, atau
paparan alergen atau iritan secara terus-menerus. Saluran nafas akan dengan cepat
merespon dengan bronkospasme dan batuk, diikuti inflamasi, udem, dan produksi
mukus. Apabila terjadi paparan secara kronik terhadap epitel pernafasan, seperti aspirasi
yang rekuren atau infeksi virus berulang, dapat menyebabkan terjadinya bronkitis
kronik pada anak-anak. Bakteri patogen yang paling banyak menyebabkan infeksi
saluran respirasi bagian bawah pada anak-anak adalah Streptococcus pneumoniae.
31
Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis dapat patogen pada balita (umur <5
tahun), sedangkan Mycoplasma pneumoniae pada anak usia sekolah (umur >5-18 tahun).

Seperti disebutkan sebelumnya penyebab dari bronkitis akut adalah virus,namun


organisme pasti penyebab bronkitis akut sampai saat ini belum dapat diketahui, oleh
karena kultur virus dan pemeriksaan serologis jarang dilakukan. Adapun beberapa virus
yang telah diidentifikasi sebagai penyebab bronkitis akut adalah virus – virus yang
banyak terdapat di saluran pernapasan bawah yakni influenza B, influenza A,
parainfluenza dan respiratory syncytial virus (RSV). Influenza sendiri merupakan virus
yang timbul sekali dalam setahun dan menyebar secara cepat dalam suatu populasi.
Gejala yang paling sering akibat infeksi virus influenza diantaranya adalah lemah, nyeri
otot, batuk dan hidung tersumbat. Apabila penyakit influenza sudah mengenai hampir
seluruh populasi disuatu daerah, maka gejala batuk serta demam dalam 48 jam pertama
merupakan prediktor kuat seseorang terinfeksi virus influenza. RSV biasanya
menyerangorang – orang tua yang terutama mendiami panti jompo, pada anak kecil
yangmendiami rumah yang sempit bersama keluarganya dan pada tempat penitipananak.
Gejala batuk biasanya lebih berat pada pasien dengan bronkitis akut akibatinfeksi RSV.
5

Virus yang biasanya mengakibatkan infeksi saluran pernapasan atas seperti


rhinovirus, adenovirus dapat juga mengakibatkan bronkitis akut. Gejala yang dominan
timbul akibat infeksi virus ini adalah hidung tersumbat, keluar sekret encer dari telinga
(rhinorrhea) dan faringitis 4 Bakteri juga memerankan perannya dalam pada bronkitis
akut, antara lain,Bordatella pertusis, Bordatella parapertusis, Chlamydia pneumoniae
dan Mycoplasma pneumoniae. Infeksi bakteri ini biasanya paling banyak terjadi
dilingkungan kampus dan di lingkungan militer. Namun sampai saat ini, peranan infeksi
bakteri dalam terjadinya bronkitis akut tanpa komplikasi masih belum pasti, karena
biasanya ditemukan pula infeksi virus atau terjadi infeksi campuran(Sidney S. Braman,
2006).Pada kasus eksaserbasi akut dari bronkitis kronik, terdapat bukti klinis bahwa
bakteri – bakteri seperti Streptococcus pneumoniae, Moraxella catarrhalis dan
Haemophilus influenzae mempunyai peranan dalam timbulnya gejala batuk dan
produksi sputum. Namun begitu, kasus eksaserbasi akut bronkitis kronik merupakan
suatu kasus yang berbeda dengan bronkitis akut, karena ketiga bakteritersebut dapat
mendiami saluran pernapasan atas dan keberadaan mereka dalamsputum dapat berupa
suatu koloni bakteri dan ini bukan merupakan tanda infeksi akut. 4

Penyebab batuk pada bronkitis akut tanpa komplikasi bisa dari berbagai penyebab dan
biasanya bermula akibat cedera pada mukosa bronkus. Pada keadaan normal, paru-paru
memiliki kemampuan yang disebut mucocilliary defence, yaitu sistem penjagaan paru-
paru yang dilakukan oleh mukus dan siliari. Pada pasien dengan bronkhitis akut, sistem
mukosiliar defence paru-paru mengalami kerusakan sehingga lebih mudah terserang
infeksi. Ketika infeksi timbul, akan terjadi pengeluaran mediator inflamasi yang

32
mengakibatkan kelenjar mukus menjadi hipertropi dan hiperplasia (ukuran membesar
dan jumlah bertambah) sehingga produksi mukus akan meningkat. Infeksi juga
menyebabkan dinding bronkhial meradang, menebal (sering kali sampai dua kali
ketebalan normal), dan mengeluarkan mukus kental. Adanya mukus kental dari
dinding bronkhial dan mukus yang dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak
akan menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara
besar.Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan
napasterutama selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolapsdan udara
terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Pasien mengalamikekurangan 02,
iaringan dan ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, di manaterjadi penurunan PO2
Kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan nilai PCO,sehingga pasien terlihat
sianosis. 6 Pada bronkitis akut akibat infeksi virus, pasien dapat mengalami reduksinilai
volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (FEV1) yang reversibel. Sedangkan pada infeksi
akibat bakteri M. pneumoniae atau C. Pneumoniae biasanyamempunyai nilai reduksi
FEV1yang lebih rendah serta nilai reversibilitas yang rendah pula 6

Virus dan bakteri biasa masuk melalui port d’entre mulut dan hidung
“droppletinfection” yang selanjutnya akan menimbulkan viremia/bakterimia dan gejala
ataureaksi tubuh untuk melakukan perlawanan.

33
Invasi kuman ke jalan nafas
ALERGEN

infeksi
Aktivasi IgE

iritasi mukosa bronkus


Peningkatan
pelepasan histamin
Penyebaran bakteri/virus
Edema mukosa  sel keseluruh tubuh.
goblet di produksi

hitertermi Peningkatan
Bersihan jalan Peningkatan
laju
nafas tdk efektif akumulasi sekret
metabolisme

Batuk produktif Penyempita


n jalan Demam melaise

nyeri
Penggunaan otot-
otot pernapasan

gambar: patogenesis bronkitis

34
6. Manifestasi klinis 2

Gejala utama bronkitis akut adalah batuk-batuk yang dapat berlangsung 2-3 minggu.
Batuk bisa atau tanpa disertai dahak. Dahak dapat berwarna jernih, putih, kuning
kehijauan,atau hijau. Selain batuk, bronkitis akut dapat disertai gejala berikut ini :

 Demam (biasanya ringan)


 Batuk (berdahak ataupun tidak berdahak).
 Sesak napas, rasa berat bernapas,
 Bunyi napas mengi atau ± ngik
 Rasa tidak nyaman di dada atau sakit dada
 Kadang batuk darah

Gejala bronkitis akut tidaklah spesifik dan menyerupai gejala infeksi saluran
pernafasan lainnya. Bronkitis akut akibat virus biasanya mengikuti gejala – gejala
infeksi saluran respiratori seperti rhinitis dan faringitis. Batuk biasanya muncul 3 – 4
hari setelah rhinitis. Batuk pada mulanya keras dan kering, kemudian
seringkali berkembang menjadi batuk lepas yang ringan dan produktif. Karena anak –
anak biasanya tidak membuang lendir tapi menelannya, maka dapat terjadi gejala
muntah pada saat batuk keras dan memuncak. Pada anak yang lebih besar,keluhan utama
dapat berupa produksi sputum dengan batuk serta nyeri dada padakeadaaan yang lebih
berat.
Karena bronchitis akut biasanya merupakan kondisi yang tidak berat dan dapat
membaik sendiri, maka proses patologis yang terjadi masih belum diketahui secara
jelasa karena kurangnya ketersediaan jaringan untuk pemeriksaan. Yangdiketahui
adalah adanya peningkatan aktivitas kelenjar mucus dan terjadinya deskuamasi sel – sel
epitel bersilia. Adanya infiltrasi leukosit PMN ke dalam dinding serta lumen saluran
respiratori menyebabkan sekresi tampak purulen. Akan tetapi karena migrasi leukosit
ini merupakan reaksi nonspesifik terhadap kerusakan jalan napas, maka sputum yang
purulen tidak harus menunjukkan adanya superinfeksi bakteri. Pemeriksaan auskultasi
dada biasanya tidak khas pada stadium awal.Seiring perkembangan dan progresivitas
batuk, dapat terdengar berbagai macam ronki, suara napas yang berat dan kasar,
wheezing ataupun suara kombinasi. Hasil pemeriksaan radiologis biasanya normal atau
didapatkan corakan bronkial. Pada umumnya gejala akan menghilang dalam 10 -14 hari.
Bila tanda – tanda klinis menetap hingga 2 – 3 minggu, perlu dicurigai adanya infeksi
kronis. Selain itu dapat pula terjadi infeksi sekunder.

35
7. Diagnosis 5

Diagnosis dari bronkitis akut dapat ditegakkan bila; pada anamnesa pasien
mempunyai gejala batuk yang timbul tiba – tiba dengan atau tanpa sputum dan tanpa
adanya bukti pasien menderita pneumonia,common cold , asma akut,eksaserbasi akut
bronkitis kronik dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).Pada pemeriksaan fisik
pada stadium awal biasanya tidak khas. Dapat ditemukanadanya demam, gejala rinitis
sebagai manifestasi pengiring, atau faring hiperemis.Sejalan dengan perkembangan
serta progresivitas batuk, pada auskultasi didadapat terdengar ronki,wheezing ,
ekspirium diperpanjang atau tanda obstruksi lainnya. Bila lendir banyak dan tidak terlalu
lengket akan terdengar ronki basah. 5Dalam suatu penelitian terdapat metode untuk
menyingkirkan kemungkinan pneumonia pada pasien dengan batuk disertai dengan
produksi sputum yang dicurigai menderita bronkitis akut, yang antara lain bila
tidak ditemukan keadaan sebagai berikut:

 Denyut jantung > 100 kali per menit


 Frekuensi napas > 24 kali per menit
 Suhu > 38°C
 Pada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat focal konsolidasi dan peningkatan
suara napas.
Keadaan tersebut tidak ditemukan, kemungkinan pneumonia dapat disingkirkan dan
dapat mengurangi kebutuhan untuk foto thorax 5).
Tidak ada pemeriksaan penunjang yang memberikan hasil definitif untuk diagnosis
bronkitis. Pemeriksaan kultur dahak diperlukan bila etiologi bronkitis harus ditemukan
untuk kepentingan terapi. Hal ini biasanya diperlukan pada bronkitis kronis. Pada
bronkitis akut pemeriksaan ini tidak berarti banyak karena sebagian besar penyebabnya
adalah virus. Pemeriksaan radiologis biasanya normal atau tampak corakan bronkial
meningkat. Pada beberapa penderita menunjukkanadanya penurunan ringan uji fungsi
paru. Akan tetapi uji ini tidak perlu dilakukan pada penderita yang sebelumnya sehat. 5

Pemeriksaan fisik 3

 Keadaan umum baik: tidak tampak sakit berat, tidak sesak atau takipnea. Mungkin
ada nasofaringitis
 Paru:ronki basah kasar yang tidak tetap (dapat hilang atau pindah setelah
batuk),wheezing dan krepitasi

36
Pemeriksaan laboratorium 3,4,5

Pemeriksaan dahak dan rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa


dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain. Bila penyebabnya bakteri, sputumnya
akan seperti nanah. Untuk pasien anak yang diopname, dilakukan tes C-reactive protein,
kultur pernafasan, kultur darah, kultur sputum, dan tes serum aglutinin untuk membantu
mengklasifikasikan penyebab infeksi apakah dari bakteri atau virus. Untuk anak yang
diopname dengan kemungkinan infeksi Chlamydia, mycoplasma,atau infeksi virus
saluran pernafasan bawah, lakukan pemeriksaan sekresi nasofaringeal untuk membantu
pemilihan antimikroba yang cocok. Serum IgM mungkin dapat membantu.Untuk anak
yang diduga mengalami imunodefisiensi, pengukuran serum immunoglobulin total,
subkelas IgG, dan produksi antibodi spesifik direkomendasikan untuk menegakkan
diagnosis.

8. Diagnosi banding 3,4,5

Batuk dengan atau tanpa produksi sputum dapat dijumpai pada commoncold.
Common cold sendiri merupakan istilah konvensional dari infeksi saluran pernapasan
atas yang ringan, gejalanya terdiri dari adanya sekret dari hidung, bersin, sakit tenggorok
dan batuk serta bias juga dijumpai demam, nyeri otot danlemas. Seringkali common cold
dan bronkitis akut memiliki gejala yang sama dan sulit dibedakan. Batuk pada common
cold merupakan akibat dari infeksi saluran pernapasan atas yang disertai post nasal drip
dan pasien biasanya sering berdeham.

Batuk pada bronkitis akut disebabkan infeksi pada saluran pernapasan bawah yang
dapat didahului oleh infeksi pada saluran pernapasan atas dan oleh sebab itu
mempersulit penegakkan diagnosis penyakit ini. 5 Bronkitis akut juga sulit dibedakan
dengan eksaserbasi akut bronkitis kronik dan asma akut dengan gejala batuk. Dalam
suatu penelitian mengenai bronkitis akut, asma akut seringkali didiagnosa sebagai suatu
bronkitis akut pada1/3 pasien yang datang dengan gejala batuk. Oleh karena kedua
penyakit ini memiliki gejala yang serupa, maka satu – satunya alat diagnostik adalah
dengan mengevaluasi bronkitis akut tersebut, apakah merupakan suatu penyakit
tersendiri atau merupakan awal dari penyakit kronik seperti asma. 5 Bronkitis akut
merupakan penyakit saluran pernapasan yang dapat sembuh sendiri dan bila batuk lebih
dari 3 minggu maka diagnosis diferensial lainnya harus dipikirkan. Pasien dengan
riwayat penyakit paru kronik sebelumnya seperti bronkitis kronik, PPOK dan
bronkiektasis, pasien dengan gagal jantung dan dengan gangguan sistem imun seperti
AIDS atau sedang dalam kemoterapi, merupakan kelompok yang beresiko tinggi terkena
bronkitis akut dan dalam halini kelompok tersebut merupakan pengecualian. 5
37
9. Penatalaksanaan 3,4,5

Sebagian besar pengobatan bronkitis akut bersifat simptomatis (meredakan


keluhan). Obat-obat yang lazim digunakan, yakni:

 Antitusif (penekan batuk):

DMP (dekstromethorfan) 15 mg, diminum 2-3 kali sehari. Codein 10 mg,


diminum 3 kali sehari. Doveri 100 mg, diminum 3 kali sehari. Obat-obat ini
bekerja dengan menekan batuk pada pusat batuk di otak. Karenanya antitusif
tidak dianjurkan pada kehamilan dan bagi ibu menyusui. Demikian pula pada
anak-anak, para ahli berpendapat bahwa antitusif tidak dianjurkan, terutama pada
anak usia 6 tahun ke bawah. Pada penderita bronkitis akut yang disertai sesak
napas, penggunaan antitusif hendaknya dipertimbangkan dan diperlukan feed
back dari penderita. Jika penderita merasa tambah sesak, maka antitusif
dihentikan.

Penggunaan codein atau dekstrometorphan untuk mengurangi frekuensi batuk


dan perburukannya pada pasien bronkitis akut sampai saat ini belum diteliti
secara sistematis. Dikarenakan pada penelitian sebelumnya, penggunaan kedua
obat tersebut terbukti efektif untuk mengurangi gejala batuk untuk pasien
dengan bronkitis kronik, maka penggunaan pada bronkitis akut diperkirakan
memiliki nilai kegunaan. Suatu penelitian mengenai penggunaan kedua obat
tersebut untuk mengurangi gejala batuk pada common cold dan penyakit saluran
napas akibat virus, menunjukkan hasil yang beragam dan tidak
direkomendasikan untuk sering digunakan dalam praktek keseharian (Lee P,
Jawad M, Eccles R, 2008) Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa kedua
obat ini juga efektif dalam menurunkan frekuensi batuk per harinya. Dalam suatu
penelitian, sebanyak 710 orang dewasa dengan infeksi saluran pernapasan atas
dan gejala batuk, secara acak diberikan dosis tunggal 30 mg Dekstromethorpan
hydrobromide atau placebo dan gejala batuk kemudian di analisa secara objektif
menggunakan rekaman batuk secara berkelanjutan. Hasilnya menunjukkan

38
bahwa batuk berkurang dalam periode 4 jam pengamatan (Pavesi L, Subburaj S,
Porter – ShawK, 2009).

 Ekspektorant: adalah obat batuk pengencer dahak agar dahak mudah


dikeluarkan sehingga napas menjadi lega. Ekspektorant yang lazim digunakan
diantaranya: GG (glyceryl guaiacolate), bromhexine, ambroxol, dan lain-lain.
 Antipiretik : parasetamol (asetaminofen), dan sejenisnya, digunakan jika
penderita demam.
 Bronkodilator ,

diantaranya: salbutamol, terbutalin sulfat, teofilin, aminofilin, dan lain-lain.


Obat-obat ini digunakan pada penderita yang disertai sesak napas atau rasa berat
bernapas. Penderita hendaknya memahami bahwa bronkodilator tidak hanya
untuk obat asma, tapi dapat juga digunakan untuk melonggarkan napas pada
bronkitis. Selain itu, penderita hendaknya mengetahui efek samping obat
bronkodilator yang mungkin dialami oleh penderita, yakni: berdebar, lemas,
gemetar dan keringat dingin. Andaikata mengalami efek samping tersebut, maka
dosis obat diturunkan menjadi setengahnya. Jika masih berdebar, hendaknya
memberitahu dokter agar diberikan obat bronkodilator jenis lain.

Dalam suatu studi penelitian dari Cochrane, penggunaan bronkodilator tidak


direkomendasikan sebagai terapi untuk bronkitis akut tanpa
komplikasi.Ringkasan statistik dari penelitian Cochrane tidak menegaskan
adanya keuntungan dari penggunaan β-agonists oral maupun dalam mengurangi
gejala batuk pada pasien dengan bronkhitis akut (Hueston WJ, 2008). Namun,
pada kelompok subgrup dari penelitian ini yakni pasien bronkhitis akutdengan
gejala obstruksi saluran napas dan terdapat wheezing ,
penggunaan bronkodilator justru mempunyai nilai kegunaan.Efek samping dari
penggunaan β-agonists antara lain, tremor, gelisah dan tangan gemetar (Smucny
J, Flynn C,Becker L,et al , 2007). Penggunaan antikolinergik oral untuk
meringankan gejala batuk pada bronkitis akut sampai saat ini belum diteliti dan
oleh karena itu tidak dianjurkan (Sidney S. Braman, 2006).

Dikarenakan pada penelitian ini disebutkan bahwa gejala batuk lebih banyak
berasal dari bronkitis akut, maka penggunaan antitusif sebagai terapiempiris
untuk batuk pada bronkitis akut dapat digunakan (Sidney S. Braman,2006).

 Antibiotika. Hanya digunakan jika dijumpai tanda-tanda infeksi oleh bakteri.

Pemeriksaan penunjang 6

a. Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia


39
b. Laboratorium : Leukosit > 17.500.

10. Prognosis 6

Perjalanan dan prognosis penyakit ini bergantung pada tatalaksana yang tepat atau
mengatasi setiap penyakit yang mendasari.

Komplikasi 6

a. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik


b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang
dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
c. Pleuritis
d. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi
e. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis

Ringkasan

Bronkitis akut adalah peradangan akut pada bronkus dan cabang-cabangnya, yang
disebabkan sebagian besar oleh virus dan mengakibatkanterjadinya edema dan
pembentukan mukus. Gejala yang paling menonjol adalah batuk dengan atau tanpa
sputum, berlangsung tidak lebih dari 2 minggu. Untuk menegakkan diagnosis dari
penyakit ini harus disingkirkan kemungkinan adanya penyakit pernapasan lainnya
seperti pneumonia, common cold, asma akut,eksaserbasi akut bronkitis kronik dan
PPOK.
Pada penatalaksanaan bronkitis akut, antibiotik diperbolehkan biladicurigai
penyebabnya adalah bakteri. Pemberian bronkodilator diperbolehkan bila gejala batuk
berbarengan dengan asma. Pemberian agen mukolitik tidak direkomendasikan dan
pemberian antitusif dengan Dekstrometorphan terbukti dapat menekan gejala batuk.

40
BAB III

STATUS PENDERITA

Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seorang anak penderita
bronkhitis, berjenis kelamin perempuan dan berusia 11 bulan. Penderita memiliki
permasalahan dari segi biomedis.

Identitas Penderita
Nama : An.M
Umur : 1 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jurang pelen 01/15 Balusari. Gempol
Tanggal Periksa : 14 Oktober 2011

Nama Ayah : Tn.E


Umur Ayah : 37 th
Pekerjaan Ayah : Swasta
Nama Ibu : Ny.N
Umur Ibu : 32 th
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Jurang pelen 01/15 Balusari. Gempol

41
Anamnesa (Alloanamnesa)
1. Keluhan Utama : panas
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
An.M dibawa ke IGD pusdik brimob watukosek oleh ayah dan ibunya dengan
keluhan panas sejak 3 hari yang lalu. Panasnya seluruh tubuh sepanjang hari.
Awalnya tidak begitu panas, tetapi setelah beberapa hari panasnya semakin tinggi.
Ada pilek dan juga batuk sejak 3 hari ini. Pasien rewel, tidak mau makan dan minum.
Tidak ada diare, mual dan muntah. Pada hari ke-4, keluarga langsung membawa
pasien ke rumah sakit untuk diperiksa.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :


 Riwayat Mondok : disangkal
 Riwayat Hipertensi : disangkal
 Riwayat DM : disangkal
 Riwayat Asma : disangkal
 Riwayat Gout : disangkal
 Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
 Riwayat Sakit Kejang : disangkal
 Riwayat Alergi Obat dan Makanan : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
 Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal
 Riwayat Hipertensi : disangkal
 Riwayat DM : disangkal
 Riwayat Jantung : disangkal
 Riwayat Ginjal : disangkal
5. Riwayat Kehamilan Ibu
Ibu pasien mengatakan tidak pernah sakit waktu hamil An.M. Hanya mual dan
muntah saat awal-awal kehamilan. Tetapi setelah usia 4 bulan ke atas tidak ada
keluhan. Kontrol rutin selama kehamilan juga dilakukan ke bidan.
6. Riwayat Kelahiran
42
Persalinan normal ditolong oleh bidan. Kelahiran cukup bulan. Berat anak pertama
waktu lahir 2,9 kg, sekarang berumur 5 tahun. Sedangkan berat anak ke-2 (An.M)
waktu lahir adalah 3 kg, sekarang berumur 1 tahun. Tidak pernah mengalami abortus.
7. Riwayat Imunisasi
Ibu pasien mengatakan bahwa An.M sudah diberikan imunisasi BCG, hepatitits B,
polio, DPT dan campak.

8. Riwayat Gizi
Pasien makan sehari-hari biasanya 2-3 kali sehari dengan nasi tim, sayur dan lauk
yang lembek. An.M juga diberi susu formula.
9. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan : Normal

10. Riwayat Kebiasaan :


 Riwayat Merokok :-
 Riwayat Minum Alkohol :-
 Riwayat Olahraga :-
 Riwayat Pengisisan Waktu Luang :-
11. Riwayat Sosial Ekonomi :
An.M adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara dengan ayah (Tn.E) sebagai karyawan
swasta dan ibu (Ny.N) sebagai ibu rumah tangga. Kakak perempuannya, An.A saat ini
berusia 6 tahun dan duduk di TK. Biaya sekolah, biaya hidup sehari-hari dan biaya
rumah sakit ditanggung oleh orang tua dan penghasilan cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Hubungan Tn.E dengan istri dan anaknya nampak harmonis
dan perhatian.

Anamnesis Sistem
1. Kulit : kulit gatal(-), keriput (-)
2. Kepala : sakit kepala(-), pusing(-), rambut rontok(-), luka(-),
benjolan(-), demam(+)
3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang(-), penglihatan kabur(-),
ketajaman penglihatan berkurang(-), penglihatan ganda(-)
43
4. Hidung : tersumbat(+), mimisan(-)
5. Telinga : pendengaran berkurang(-), berdengung(-), cairan(-), nyeri(-)
6. Mulut : sariawan(-), mulut kering(-), lidah terasa pahit(-)
7. Tenggorokan : nyeri menelan(-), suara serak(-)
8. Pernafasan : sesak nafas(+), batuk(+), mengi(+)
9. Kardiovaskuler : nyeri dada(-), berdebar-debar(-), ampeg(-).
10. Gastrointestinal : mual(-), muntah(-), diare(-), nafsu makan menurun(+), nyeri
perut(-), BAB normal
11. Genitourinaria : BAK normal
12. Neurologik : lumpuh(-), kaki kesemutan(-), kejang (-)
13. Psikiatrik : emosi stabil(+), mudah marah(-)
14. Muskolokeletal : kaku sendi(-), nyeri sendi pinggul(-), nyeri tangan dan kaki(-
), nyeri otot(-)
15. Ekstremitas atas : bengkak(-), sakit(-), telapak tangan pucat(-), kebiruan(-),
luka(-)
16. Ekstremitas bawah : bengkak (-), sakit(-), telapak kaki pucat(-), kebiruan(-), luka(-
)

Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : pasien tampak rewel dan badannya panas
2. Kesadaran : GCS 456 compos mentis
3. Tanda vital :
 BB : 5 kg
 Tensi : - mmHg
 Suhu : 39oC
 N : 144x/menit, regular
 RR : 36x/menit
4. Kulit : sawo matang, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (-),
spider nevi (-), petechie (-), eritem (-), venektasi (-)

44
5. Kepala : bentuk mesocephal, luka (-), rambut mudah dicabut (-),
keriput (-), atrofi m.temporalis (-), kelainan mimik
wajah/bells palsy (-), papul (-), nodul (-), makula (-)
6. Mata : conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+),
reflek kornea (+/+), warna kelopak coklat, radang (-/-),
eksoftalmus (-), strabismus (-)
7. Hidung : nafas cuping hidung (-/-), rhinorrhea (+/+), epistaksis (-/-),
deformitas hidung (-/-), hiperpigmentasi (-/-), saddle nose(-/-
)
8. Mulut : mukosa bibir pucat (-/-), sianosis bibir (-/-), bibir kering (-/-),
gusi berdarah (-) lidah kotor (-), tepi lidah hiperemis (-), papil
lidah atrofi (-)
9. Telinga : otorrhea (-/-), pendengaran berkurang (-/-), nyeri tekan
mastoid (-/-), cuping teling dbn, serumen (-/-)
10. Tenggorokan : tonsil membesar (+/+), pharing hiperemis (+)
11. Leher : lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran KGB
(-), deviasi trakea (-), tortikolis (-)
12. Thorax : normochest, simetris, pernafasan thoracoabdominal, retraksi
(+), massa (-), krepitasi (-), kelainan kulit (-), nyeri (-)
Cor:
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas kiri atas : ICS II Linea para sternalis sinistra
Batas kanan atas : ICS II Linea para sternalis dekstra
Batas kiri bawah : ICS V medial linea medio clavicularis
sinistra
Batas kanan bawah : ICS IV linea para sternalis dekstra
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-), bunyi
jantung tambahan (-), HR : 112x/menit
Pulmo :
Statis (depan dan belakang)

45
Inspeksi : bentuk normal, pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri
Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan

Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : + + + + - -
suara dasar vesikuler + wheezing - ronkhi -

+ + - - - -

Dinamis (depan dan belakang)


Inspeksi : pergerakan dada kanan sama dengan dada kiri, irama regular, otot
bantu nafas (+), pola nafas abnormal (-)
Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : + + + + - -
suara dasar vesikuler + wheezing - ronkhi -
+ + - - - -
13. Abdomen :
Inspeksi : datar/sejajar dinding dada, venektasi (-), massa (-), bekas jahitan (-)
Palpasi : supel, nyeri epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba, turgor baik,
massa (-), asites (-)
Perkusi : timpani seluruh lapangan perut
Auskultasi : bising usus normal
14. Sistem Collumna Vertebralis :
Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
15. Ekstremitas : palmar eritem (-)
Akral dingin Oedem

- - - -

- - - -

46
L : deformitas (-), luka (-)
F : nyeri tekan (-), krepitasi (-)
M: normal
16. Sistem genitalia : normal
17. Pemeriksaan neurologik :
Kesadaran : GCS 456 composmentis
Fungsi luhur : dalam batas normal
Fungsi vegetatif : dalam batas normal

N N
Fungsi sensorik
N N

Fungsi motorik

5 5 N N N N - -

5 5 N N N N - -

Kekuatan Tonus
Ref.Fisiologis Ref.Patologis

Pemeriksaan Penunjang

-Lab Darah Lengkap


-Foto Thoraks PA
-CRP (-)

47
DARAH LENGKAP
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
Hemoglobin 12,2 g/dl 12.0 – 16.0
Hitungan Eritrosit 4,30 Jt/ul 4.0 - 5.0
Hematokrit 36 % 36 - 48
MCV 84,7 fL 84 - 96
MCH 28,3 Pg/cell 28 - 34
MCHC 33,4 g/dL 32 - 36
RDW 12,2 % 11.5 – 14.5
Limfosit 36 % 25 - 33
Monosit 5 % 2-5

Granulosit 59 % 42 - 74
Hitungan 266 % 150.000 – 450.000
Trombosit
MPV 8.2 /fL 7.2 – 11.1

48
FOTO THORAKS PA

49
Resume
a) Anamnesis : An.M dibawa ke IGD pusdik brimob watukosek oleh ayah dan
ibunya dengan keluhan panas sejak 3 hari yang lalu. Panasnya seluruh tubuh
sepanjang hari. Awalnya tidak begitu panas, tetapi setelah beberapa hari panasnya
semakin tinggi. Ada pilek dan juga batuk sejak 3 hari ini. Pasien rewel, tidak mau
makan dan minum. Tidak ada diare, mual dan muntah.
b) Pemeriksaan Fisik : Dari hasil pemeriksaan didapatkan keadaan umum pasien
tampak rewel dan badannya panas, kesadaran GCS 456 compos mentis, BB=5 kg,
suhu 39oC, nadi 144x/menit, regular, RR 38x/menit. Review of system menunjukkan
adanya nafas cuping hidung, rinorrhea, pembesaran tonsil, pharing hiperemis,
retraksi otot-otot pernafasan dan wheezing pada lapang atas paru.
c) Pemeriksaan Penunjang : Foto thoraks PA, Lab darah lengkap dan CRP (-).

Diagnosis Holistik
An.M adalah putra dari Tn.E dan Ny.N, usia 1 tahun, adalah penderita bronkhitis yang
tinggal dalam nuclear family. An.M adalah anak kedua dari 2 bersaudara.
1. Diagnosis dari segi biologis :
An.M adalah penderita bronkhitis.
2. Diagnosis dari segi psikologis :
Hubungan An.M dengan keluarga baik.
3. Diagnosis dari segi sosial, ekonomi, dan budaya :
An.M adalah anak kedua dan keluarganya hanya sebagai anggota masyarakat biasa
di lingkungannya.

50
Penatalaksanaan

Non Medikamentosa:
a. Edukasi dan KIE kepada orang tua pasien tentang penyakit dan kondisi An.M
b. Istirahat/tirah baring
c. Asupan gizi cukup

Medikamentosa:
- Infus KAEN-3B 700cc/24jam
- Progesic 3x1/2 cth
- Mucohexin 3x1 puyer
- Inj. celocef 2x175mg

Diagnosa :

Bronkhitis Akut

Prognosis :

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam

51
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Diagnosis Holistik An. M adalah :
a. Diagnosa Biologis : Bronkitis akut
b. Diagnosis Psikologis : Hubungan An.D dengan anggota keluarganya cukup
baik.
c. Diagnosis Ekonomi : Status ekonomi mengah, cukup untuk kebutuhan sehari-
hari
d. Diagnosis Sosial : Hubungan keluarga An.M dengan masyarakat sekitar
baik.
2. Saran untuk pencegahan
 Untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak
bertambah parah.
 Membatasi aktivitas anak
 Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang
tertutup lehernya
 Hindari makanan yang merangsang
 Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak
dengan air hangat
 Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
 Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Ajar respirologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta . 2010.hal.330-332

2. Ed. Nelson, waldo E. dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol.2 Ed 15. Jakarta: EGC.
Hal. 1483

3. Fahy JV,Dickey BF. Review Artikel Airway Mucus Function andDysfunction. New
England of Jurnal Medicine. Vol 363. No.23. Dec 2, 2010.

4. Gonzales R, Sande M. Uncomplicated acute bronchitis.Ann Intern Med 2008;133: 981–


991

5. Sidney S. Braman. Chronic Cough Due to Acute Bronchitis :ACCP Evidence-Based


Clinical Practice Guidelines. Chest Journal. 2006;129;95S-103S.

6. Melbye H, Kongerud J, Vorland L. Reversible airflow limitation in adultswith


respiratory infection. Eur Respir J 2009 7:1239–1245

7. http://ww.medicastore.com/med

Anda mungkin juga menyukai