Anda di halaman 1dari 9

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Nn. D
Usia : 21 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Perum bumi persada hijau L13/26 Benjeng. Gresik
Pendidikan : Mahasiswa
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Tgl Pemeriksaan : 23 10 - 2017
II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Binti kehitaman dipunggung
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh ada bintil di bagian punggung berbentuk kehitaman dan pasien
merasakan tidak nyaman sejak lama, 3 tahun yang lalu sempat di couter di
RSAL.Setelah d couter bintil hitam tetap muncul di bagian punggung.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi disangkal
Riwayat Asam Urat disangkal
Riwayat Alergi disangkal
Riwayat Diabetes Melitus disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat sakit seperti ini disangkal
Riwayat penyakit kulit disangkal
Riwayat Hipertensi disangkal
Riwayat Diabetes Melitus disangkal
Riwayat Alergi disangkal

1
5. Riwayat Pengobatan
Pasien awalnya datang ke RSAL 3 tahun yang lalu, kemudian sekarang
kontrol d poli kulit Kelamin RSUD Ibnu Sina.
6. Riwayat Kebiasaan
Pasien sehari-hari melakukan kegiatan d kampus sebagai mahasiswa
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign :
Nadi : 82x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36 oC
Kepala : Normochepali, Rambut hitam
Mata : Konjungtiva anemis (-),
Skelera icterus (-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Telinga : Normal
Hidung : Normal, Dyspneau (-)
Mulut : Sianosis (-)
Thorax : Tidak dilakukan
Abdomen : Tidak dilakukan
Extremitas atas : Akral hangat (+), Oedema (-)
Extremitas bawah : Akral hangat (+), Oedema (-)

2
b. Foto Pasien
Gambar 1.1 Tampak pada punggung belakang bintil warna kehitaman

Sumber : File pribadi (Sabtu, 19/08/2017

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan FNAB

LAPORAN PEMERIKSAAN
MIKROSKOPI:
Dilakukan 2x biopsi punksi pada dasar Nevus Verrucosus Punggung, bata tidak jelas.
Dapat massa darah.
MIKROSKOPI :
Hpusan menenjukan darah dan sel radang.
Tidak didapatkan sel ganas.
KESIMPULAN : Nodul Verruccosus Punggung, FNAB :
TIDAK DITEMUKAN KEGANASAN

3
V. DIAGNOSIS KERJA
Nevus Verrucosus
VI. DIAGNOSIS BANDING
- Keratosis Seboroik
-

4
VII. PENATALAKSANAAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendahuluan
Morbus Hansen (kusta, lepra) adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh kuman
Mycobacteerium leprae yang menyerang syaraf tepi (primer), kulit dan jaringan tubuh lainnya,
kecuali susunan syaraf pusat.1

2.2 Patofisiologi
Kuman masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan dan kulit yang tidak utuh. Sumber
penularan adalah penderita kusta yang banyak mengandung kuman (tipe multibasiler) yang
belum diobati. Setelah kuman masuk dalam tubuh, kuman menuju tempat predileksinya yaitu
syaraf tepi.1

2.3 Gejala Klinis2


a. Kelainan syaraf tepi
Kerusakan syaraf tepi bisa bersifat sensorik, motorik dan autonomik. Sensorik biasanya
berupa hipoaestesi ataupun anastesi pada lesi kulit yang terserang. Motorik berupa
kelemahan otot, biasanya di daerah ekstremitas atas, bawah, muka dan otot mata.
b. Kelainan kulit dan organ
Kelainan kulit bisa hipopigmentasi ataupun erimatus dengan adanya gangguan estesi
yang jelas. Bila gejala lanjut dapat timbul gejala-gejala akibat banyaknya kuman yaitu :
- Facies leiona (gejala infiltrasi yang difus di muka)

5
- Penebalan cuping telinga
- Madarosis (Penipisan alis mata bagian lateral)
- Anestesi simetris pada kedua tangan kaki (gloves & stocking anaesthesia)

2.4 Pemeriksaan Fisik2

1. Kulit

Dicari adanya gangguan sensibilitas terhadap suhu, nyeri dan rasa raba pada lesi

yang dicurigai

(a) Pemeriksaan sensibilitas suhu (terpenting) dilakukan dengan cara tes panas

dingin.

(b) Terhadap rasa nyeri digunakan jarum pentul

(c) Terhahap rasa raba digunakan kapas

(d) Gangguan autonomik terhadap kelenjar keringat dilakukan guratan tes (lesi

digores dengan tinta) penderita exercise, bila tinta masih jelas maka tes

menunjukkan positif (+)

2. Syaraf Tepi

Dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan syaraf tepi yang berjalan di dekat

permukaan kulit

Cara pemeriksaan :

1) N. Aricularis magnus

Kepala menoleh ke arah yang berlawanan, maka teraba syaraf menilang

muskulus Sternokleidomastoideus bagian 1/3 atas dan tengah

2) N. Ulnaris

6
Posisi tangan dalam keadaan pronasi ringan, sendi siku fleksi, jabat tangan

penderita, raba epikondilus medialis humerus, di belakang dan atas pada

sulkus ulnaris. Urut ke arah proksimal untuk membedakan dengan tendon

3) N. Peroneus lateralis homunis

Penderita duduk dalam keadaan fleksi 900, raba kapitulum fibulae, ke arah

bagian atas dan belakang.

4) N. Tibialis posterior

Raba maleolus medialis kaki, raba bagian posterior dan urutkan ke bawah

ke arah tumit. Pemeriksaan harus dibandingkan kiri dan kanan dalam hal

size (besar), shape (bentuk), texture (seratnya), dan tenderness (lunaknya).

2.5 Diagnosis

Berdasarkan WHO pada tahun 1997, diagnosis berdasarkan adanya tanda utama atau

Cardinal Sign berupa:

1. Kelainan kulit yang hipopigmentasi atau eritematosa dengan anastesi yang jelas

2. Kelainan syaraf tepi berupa penebalan syaraf dengan anastesi

3. Hapusan kulit positif untuk kuman tahan asam

Diagnosis ditegakkan bila dijumpai satu tanda utama tersebut diatas

2.6 Penentuan Tipe

Pembagian tipe kusta menurut Ridley Jopling adalah tipe TT; BT; BB; BL; dan LL

WHO membagi berdasarkan pengobatan yang diberikan hanya dengan tipe Multibasiler

(MB) dan Paubasiler (PB)

Tipe TT dan BT termasuk dalam tipe Paubasiler

Tipe BB; BL; LL termasuk tipe Multibasiler

7
BAB III

PEMBAHASAN

Morbus Hansen (kusta, lepra) adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
kuman Mycobacteerium leprae yang menyerang syaraf tepi (primer), kulit dan jaringan tubuh
lainnya, kecuali susunan syaraf pusat.
Pada pasien ini ditemukan gejala klinis berupa ambut alis terdapat kerontokan, bentuk
hidung seperti pelana, digiti 5 Manus Dekstra atrofi, anhidrosis (+), anestesi tidak jelas, terdapat
ulkus hiperemi pada regio pedis dekstra disertai multiple macula. Pada pemeriksaan penunjang
yang telah dilakukan, hasil dari pemeriksaan Index Bacteri +2. Dari gejala klinis dan
pemeriksaan penunjang sudah bisa ditetapkan bahwa pasien tersebut menderita Morbus Hansen
tipe BL disertai ulkus pedis dekstra.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Jopling W.H. Hand Book of Leprosy.5th .ed New Delhi : CBS. Published & Distributor.
1996.p.1-53, 92-100
2. Report of The International Leprosy Association Technical Forum. 25-28 February 2002;
Paris France
3. Depkes RI. Buku Pedoman Pemberantasan Kusta. Cetakan XIV. 2001

Anda mungkin juga menyukai