Anda di halaman 1dari 6

BAB 3.

METODE PENCARIAN JURNAL

3.1 PICO (Problem, Intervention, Comparative, Outcome)


3.1.1 Problem (Masalah yang ditemukan di Tempat Praktik)
Cedera kepala merupakan kasus trauma yang sering ditemui oleh para ahli
bedah dan ahli bedah saraf. Trauma kepala merupakan penyebab utama kematian
dankecacatan. Hampir setengah dari seluruh kematian karena trauma disebabkan
olehtrauma kepala, hal ini disebabkan karena kepala merupakan bagian yang
sering dan rentan terlibat dalam suatu kecelakaan (Kristiyanto 2015). Indonesia
merupakan salah satu nengara berkembang dimana angka kematian dan kecacatan
karena cedera kepala sangat tinggi. Terutama cedera yang diakibatkan oleh
kecelakaan lalu lintas karena terjadinya peningkatan motorisasi, sehingga hal ini
menjadi penyebab utama kematian dan cedera (Safitri 2018). Setiap tahun
diperkirakan 1,2 jutaorang meninggal dunia mengalami cederaatau cacat sebagai
akibatdari kecelakaan lalu lintas (WHO, 2014).
Pasien yang mengalami cedera kepala memerlukan perawatan intensif
karena rata-rata pasien mengalami penurunan kesadaran, retriksi mobilitas dan
tirah baring yang lama. Hal-hal tersebut merupakan faktor terjadinya deprivasi
sensori, dimana pasien akan mengalami gangguan persepsi sensori sehingga
mengalami defisit perawatan diri, hambatan komunikasi dan beberapa pasien
memungkinkan mengalami gangguan memori. Kondisi-kondisi tersebut tentunya
dapat menambah kegawatan pada pasien apabila tidak ditangani sejak dini
(Lumbantobing dan Anna, 2015). Perawatan di ruang rawat inap yang
berkepanjangan, isolasi sosial dan tirah baring akan mengakibatkan berkurangnya
persepsi sensorik sekunder akibat berkurangnya input sensorik. Program stimulasi
sensorik terstruktur pada mereka yang mengalami cedera otak traumatis akan
memfasilitasi proses pemulihan dan mencegah kekurangan sensorik. Salah satu
stimulasi motorik yaitu dalam stimulasi auditorik yaitu mendengarkan musik.
Musik dapat berfungsi sebagai alat terapi kesehatan. Saat seseorang
mendengarkan musik, gelombang listrik yang ada di otak dapat di perlambat atau
dipercepat, dan pada saat yang sama kinerja sistem tubuh pun mengalami
perubahan.
Sejumlah rumah sakit di luar negeri mulai menerapkan terapimusik pada
pasien-pasien rawat inap (FathurRasyid, 2010). Hasil penelitian Siegel (1999),
yang didasarkan atas teori neuron (sel kondiktor pada sistem saraf), menjelaskan
bahwa neuron akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik, rangsangan yang
berupa gerakan, sentuhan. Suara mengakibatkan neuron yang terpisah bertautan
dan mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak. Semakin banyak rangsangan musik
diberikan akan semakin kompleks jalinan antar neuron. Stimulasi sensoris
(terutama stimuli musik) adalah pendekatan kebangkitan eksperimental yang
menunjukkan keunggulan dibandingkan metode non-invasif dan memiliki risiko
rendah. Ini didasarkan pada gagasan bahwa stimulasi sensorik berpotensi
mempengaruhi jaringan saraf, mempercepat plastisitas otak, dan menghindari
kekurangan sensorik ().
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi
Pendidikan Profesi Ners Stase Medikal di ruang rawat inap 12 HCU RSUD dr.
Saiful Anwar Malang, Mayoritas pasien pada bulan Desember 2019 mengalami
cidera otak sehingga terjadi penurunan kesadaran atau penurunan nilai Glasgow
Coma Scale. Sehingga perawat perlu memberikan sebuah intervensi
nonfarmakologis yang bisa meningkatkan tingkat kesadaran pasien tersebut.

3.1.2 Intervention
Perawat memiliki peran yaitu memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif dan sesuai dengan respon pasien yang muncul saat itu aspek
biopsiko sosio kultural. Perawat juga mempunyai tindakan mandiri seperti
tindakan terapi non farmakologis atau tindakan diluar obat-obatan untuk
mengurangi masalah yang dialami pasien dengan kolaborasi tindakan medis.
Salah satu respon pasien dengan cidera otak yaitu adanya penurunan tingkat
kesadaran yang ditandai dengan penurunan nilai Glasglow Coma Scale. Perawat
bisa melakukan terapi nonfarmakologis yaitu terapi musik untuk meningkatkan
kesadaran pasien yang dapat ditandai dengan peningkatan score Glasglow Coma
Scale.

3.1.3 Comparasion Intervention


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh mahasiswa Program
Studi Pendidikan Profesi Ners Stase Medikal di ruang rawat inap 12 HCU RSUD
dr. Saiful Anwar Malang, tindakan yang dilakukan diruangan 12 HCU yang
bertujuan untuk meningkatkan Glasglow Coma Scale pada pasien cidera otak
adalah . Intervensi tersebut bisa dilengkapi dengan intervensi alternative seperti
terapi music sehingga dapat meningkatkan kesadaran pasien yang dapat ditandai
dengan peningkatan score Glasglow Coma Scale.
3.1.4 Outcome
Penerapan intervensi keperawatan dengan terapi musik dapat meningkatkan
Glasglow Coma Scale pada pasien cidera otak.

3.2 PertanyaanKlinis
Apakah pemberian intervensi akupressure yang diberikan pada penderita
kanker yang menjalani kemoterapi dapat mengurangi fatigue pasien di Ruang 12
IRNA 1 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang?
3.3 Metode Penyusunan Jurnal
Unsur
PICO Analisis Kata Kunci
(Terapi)

Nursing Intervention;
Intervensi keperawatan terapi musik untuk
P peningkatan kesadaran pasien dengan patient brain injury,
cidera otak patients loss of

consciousness
Music Therapy and
I
alternative medicine
C Music Therapy

Nursing Intervention;

O patient brain injury,

patients loss of

consciousness

Jurnal Database yang digunakan


Menggunakan kata kunci dan beberapa sinonimnya dari analisa PICO,
penelitian memasukkan kedalam search engine jurnal sebagai berikut:
1. https://www.proquest.com/
2. https://www.sciencedirect.com/journal
3. https://scholar.google.com/
4. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles

3.5 Temuan artikel pilihan dari kata kunci yang digunakan untuk sebagai
rujukan
Berdasarkan hasil pencarian menggunakan kata kunci, kami memilih 3
jurnal yang sesuai dengan topik yang kami bahas, 1 jurnal sebagai jurnal utama, 1
jurnal sebagai jurnal pendukung dan 1 jurnal terakhir sebagai jurnal pembanding.
a. Penjelasan journal utama pelaksanaan EBN
Pemanfaatan Terapi Musik Untuk Meningkatkan Status
Kesadaran Pasien Trauma Kepala Berat
Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan penggunaan terapi musik
untuk meningkatkan tingkat kesadaran pasien cedera otak traumatis parah dan
untuk mengetahui respon fisiologi dan psikososial pasien selama terapi.
Metode eksperimen semu dengan desain kelompok kontrol pretest-posttest non
acak. Responden adalah pasien cedera otak traumatis parah di Cempaka dan ruang
ICU Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto yang dipilih
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Total responden adalah 20 responden
yang dibagi menjadi 10 responden sebagai kelompok perlakuan dan 10 responden
sebagai kelompok kontrol. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji t satu
sampel dan analisis deskriptif juga digunakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi musik berguna untuk meningkatkan
tingkat kesadaran pasien cedera otak traumatis parah (nilai uji t = 11.781> nilai
tabel; CI = 95%, dan nilai p = 0.000). Dari data deskriptif dapat disimpulkan
bahwa respon pasien psikologi dan psikososial cedera otak traumatis parah pada
kelompok perlakuan adalah positif signifikan untuk membangkitkan dan
meningkatkan kegembiraan kinerja gerakan.
Kesimpulan menunjukkan bahwa terapi musik berguna untuk meningkatkan
tingkat kesadaran pasien cedera otak traumatis parah dan musik yang akrab juga
dapat meningkatkan respons positif dari respon pasien psikologi dan psikososial.
b. Penjelasan jurnal pendukung 1 EBN
Tujuan Untuk menguji efek terapi musik dengan perawatan standar versus
perawatan standar saja atau perawatan standar yang dikombinasikan dengan terapi
lain pada gaya berjalan, fungsi ekstremitas atas, komunikasi, suasana hati dan
emosi, keterampilan sosial, rasa sakit, hasil perilaku, aktivitas kehidupan sehari-
hari dan efek samping .
Metode review menilai kualitas metodologi dan data yang diekstraksi secara
independen. Kami menyajikan hasil menggunakan perbedaan rata-rata
(menggunakan skor post-test) karena semua hasil diukur dengan skala yang sama.
Hasil menunjukkan bahwa stimulasi auditori ritmik bermanfaat untuk
meningkatkan parameter gaya berjalan pada pasien stroke, termasuk kecepatan
gaya berjalan, irama, panjang langkah dan simetri gaya berjalan. Hasil ini
didasarkan pada dua penelitian yang menerima risiko skor bias yang rendah.
Tidak ada data yang cukup untuk memeriksa efek terapi musik pada hasil lainnya.
Kesimpulan terapi music mungkin bermanfaat untuk peningkatan gaya berjalan
pada orang dengan stroke. Tetapi lebih banyak pemeriksan diperlukan sebelum
rekomendasi dapat dibuat untuk praktik klinis. Penelitian lebih lanjut diperlukan
untuk menguji efek terapi musik pada hasil lain pada orang dengan cedera kepala.
c. Penjelasan jurnal pendukung 2 EBN
Effect of acoustic stimuli in patients with disorders of consciousness: a
quantitative electroencephalography study
Efek stimuli akustik pada pasien dengan gangguan kesadaran: studi
elektroensefalografi kuantitatif

Tujuan: untuk melihat ada tidaknya aktivasi otak bila diberikan musik, bisikan
suara, dan white noise (sebagaimana ditentukan oleh QEEG dalam keadaan
penurunan kesadaran dan stimulasi akustik) untuk menyelidiki nilai prediktif
QEEG di berbagai daerah otak pasien DOC.
Metode: Studi kasus kontrol ini, 14 pasien (11 pria dan 3 wanita) direkrut dari
Unit Rehabilitasi Neuro Rumah Sakit Hangzhou Korps Polisi Bersenjata Zhejiang
di Tiongkok.
Hasil: Pada tujuh kasus sindrom bangun tidak responsif (lima laki-laki dan dua
perempuan, berusia 45,7 ± 16,8 tahun) dan tujuh kasus keadaan sadar minimal
(enam laki-laki dan satu perempuan, berusia 42,3 ± 20,8 tahun). Secara
bersamaan, empat belas kontrol sehat (10 pria dan 4 wanita, berusia 51,7 ± 9,7
tahun) juga berpartisipasi dalam percobaan. Respons otak terhadap musik, nama
subjek sendiri, dan kebisingan dimonitor oleh electroencephalography kuantitatif
(QEEG) dalam keadaan istirahat dan dengan stimulasi akustik. Nilai QEEG
prediktif di berbagai daerah otak diselidiki. Hasil kami menunjukkan bahwa
aktivasi otak tinggi pada subyek yang dirangsang oleh namanya sendiri, terutama
di lobus temporal pada pasien dengan gangguan kesadaran. Oleh karena itu,
peneliti berspekulasi bahwa memangggil nama subjek sendiri dan stimulasi
dengan terapi pemberian musik mungkin merupakan terapi peningkatan yang
efektif untuk pasien dengan gangguan kesadaran.
Kesimpulan: terapi musik dan terapi memanggil nama pasien merupakan terapi
paling tepat untuk meningkatkan kesadaran. Hal tersebut terjadi karena terapi
musik dapat merespon sensorik khususnya audiotorik pada pasien untuk
meningkatkan status kesadaran.

Anda mungkin juga menyukai