2. Tujuan OREF
Tujuan dilakukan tindakan antara lain :
a. Untuk menghilangkan rasa nyeri.
Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun
karena terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut.
b. Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.
c. Agar terjadi penyatuan tulang kembali
Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan
menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. Namun terkadang terdapat
gangguan dalam penyatuan tulang, sehingga dibutuhkan graft tulang.
d. Untuk mengembalikan fungsi seperti semula
Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan kakunya
sendi. Maka dari itu diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkin
3. Indikasi OREF
a. Fraktur terbuka grade II (Seperti grade I dengan memar kulit dan otot ) dan III
(Luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf otot dan kulit )
b. Fraktur terbuka yang disertai hilangnya jaringan atau tulang yang parah.
c. Fraktur yang sangat kominutif ( remuk ) dan tidak stabil.
d. Fraktur yang disertai dengan kerusakan pembuluh darah dan saraf.
e. Fraktur pelvis yang tidak bisa diatasi dengan cara lain.
f. Fraktur yang terinfeksi di mana fiksasi internal mungkin tidak cocok. Misal
: infeksi pseudoartrosis ( sendi palsu ).
5. Hal hal yang Harus Diperhatikan pada Klien dengan Pemasangan Eksternal Fiksasi
a. Persiapan psikologis
Penting sekali mempersiapkan pasien secara psikologis sebelum dipasang fiksator
eksternal Alat ini sangat mengerikan dan terlihat asing bagi pasien. Harus
diyakinkan bahwa ketidaknyamanan karena alat ini sangat ringan dan bahwa
mobilisasi awal dapat diantisipasi untuk menambah penerimaan alat ini, begitu
juga keterlibatan pasien pada perawatan terhadap perawatan fiksator ini.
Pencegahan infeksi
Perawatan pin untuk mencegah infeksi lubang pin harus dilakukan secara rutin.
Tidak boleh ada kerak pada tempat penusukan pin, fiksator harus dijaga
kebersihannya. Bila pin atau klem mengalami pelonggaran , dokter harus
diberitahu. Klem pada fiksator eksternal tidak boleh diubah posisi dan ukurannya.
d. Latihan isometrik
Latihan isometrik dan aktif dianjurkan dalam batas kerusakan jaringan bisa
menahan. Bila bengkak sudah hilang, pasien dapat dimobilisasi sampai batas
cedera di tempat lain. Pembatasan pembebanan berat badan diberikan untuk
meminimalkan pelonggaran puin ketika terjadi tekanan antara interface pin dan
tulang.
6. Path Way
Trauma , Patologi
Trauma, Patologi
Fraktur
Luka Terbuka
Kehilangan integritas
tulang
Kerusakan rongga
neuromuskular
OREF, pembedahan
Terputusnya jaringan
lunak
immobilisasi
Deficit perawatan
diri
Kerusakan mobilitas
fisik
Kehilangan cairan
Syok hipovolemik
Saluran invasif
Kerusakan
integritas kulit
Nyeri akut
Resiko tinggi
infeksi
b. Pencegahan Injury
1) Pencegahan Injury dengan Traksi
Traksi adalah Suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh. Traksi
digunakan
untuk
meminimalkan
spasme
otot
untuk
mereduksi,
dalam.
Definisi ROM
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan
untuk
mempertahankan
atau
memperbaiki
tingkat
kesempurnaan
Jenis ROM
a) ROM Pasif
Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien
dengan bantuan perawat setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan fasif
adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan
mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan
rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien
dengan paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008). Rentang gerak
pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat
mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
b) ROM Aktif
Latihan ROM aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan
membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara
mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal. Hal ini untuk
Tujuan
a) Mencegah terjadinya kelumpuhan pada otot otot.
b) Memprlancar predaran darah.
c) Mencegah terjadinya atrofi.
d) Untuk mendorong dan membantu agar pasien dapat menggunakan lagi
anggota gerak yang lumpuh.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Pre operasi :
a) Nyeri b/d trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat fraktur
ditandai dengan mengeluh sakit, sulit bergerak, tampak meringis dan memegangi
tubuh yang cedera
b) Kecemasan b/d ancaman integritas biologis sekunder akibat operasi d/d
mengeluh takut operasi, takut dipasang alat, khawatir tangan dan kaki tidak
berfungsi, tampak gelisah dan murung , tachicardi.
2) Post operasi :
a) Resti infeksi b/d tempat masuknya organisme sekunder akibat adanya jalur
invasif (pin ).
Rasionalisasi
a. Mengetahui tingkat nyeri
tindakan invasif
c. c.Tingkat nyeri dapat diketahui
dari vital sign.
Rasionalisasi
a. a. Sebagai acuan membuat
strategi tindakan.
menghadapi operasi.
diberikan.
2. Post operasi
a) Resti infeksi b/d tempat masuknya organisme sekunder akibat adanya jalur
invasif (pin ).
Rencana tujuan :
Setelah diberikan askep selama 1 minggu diharapkan tidak terjadi infeksi
Rencana tindakan
a. a. Jaga kebersihan di daerah
pemasangan eksternal fiksasi.
b. b. Lakukan perawatan luka secara
aseptik di daerah pin.
cc. Observasi vital sign dan tanda-
Rasionalisasi
a. Mencegah kolonisasi kuman.
b. b. Mencegah infeksi kuman
melalui pin
c. c. Menemukan tanda-tanda infeksi
secara dini.
mengobati infeksi.
Rasionalisasi
a. Mencegah cedera akibat
b. Agar pasien
mengantisipasi gerakan
Rasionalisasi
a. a. Mencegah terjadinya atrofi
disuse .
kekuatan
c. c. Mempercepat kemampuan
isometrik di daerah
Rencana tindakan
tersebut.
Rasionalisasi
klien.
Rasionalisasi
a. Dapat mengidentifikasi
gambaran klien tentang
dirinya.
b. Membantu meningkatkan
rasa percaya diri klien.
c. Merngurangi kecemasan,
meningkatkan rasa percaya
diri dan adaptasi terhadap
keadaan sekarang,serta
memperoleh citra diri yang
positif.
DAFTAR PUSTAKA