BAB I
STATUS PASIEN
1.2 ANAMNESIS
Tanggal pemeriksaan : 17 Juni 2019
Keluhan Utama : Lemas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD Kebidanan RSUD Waled Kabupaten Cirebon
pada tanggal 17 Juni 2019 pukul 17.00 WIB atas rujukan Klinik Sri Ratu
dengan keluhan lemas karena mengalami perdarahan aktif dari jalan lahir
setelah melahirkan pervaginam dengan ekstraksi vacum 1 jam
sebelumnya, menurut keterangan bidan pengantar setelah bayi lahir
dilakukan manual plasenta dikarenakan plasenta lengket dan masih ada
sisa. Sebelum di rujuk pasien sempat mengalami perdarahan aktif dari
jalan lahir sebanyak ± 500 cc. Diagnosis masuk adalah P2A0 post partum
ekstraksi vacuum dengan inversio uteri dan anemia. Saat diperiksa pasien
2
Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah 11 tahun lamanya dengan satu kali menikah.
Pertama kali menikah pasien berusia 26 tahun dan suami 25 tahun.
Riwayat Ginekologi
Riwayat kanker, kista ovarium, mioma uteri, perdarahan pervaginam
diluar menstruasi disangkal.
b. Status Obstetrikus
Pemeriksaan fisik luar :
Abdomen : Datar lembut, Defans muscular (-), pekak sisi/pekak
pindah (-/), Kontraksi (+), TFU teraba keras 2 jari diatas simpisis
pubis
Pemeriksaan fisik dalam :
V/V Tidak ada kelainan, tampak bekas jahitan pada perineum,
perdarahan aktif (-), tidak tampak massa pada dinding vagina, teraba
massa sebesar buah jeruk dengan konsistensi lunak.
1.4 RESUME
Pasien datang ke IGD Kebidanan RSUD Waled Kabupaten Cirebon
pada tanggal 17 Juni 2019 pukul 17.00 WIB atas rujukan Klinik Sri Ratu
dengan keluhan lemas karena mengalami perdarahan aktif dari jalan lahir
setelah melahirkan pervaginam dengan ekstraksi vacum 1 jam sebelumnya,
4
Elektrolit
Urin Lengkap
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Warna Kuning
Kekeruhan Keruh
Protein urin 150 <10 mg/dl
Glukosa urin 50 <15 mg/dl
pH 5 4,8-7,4 mg/dl
Bilirubin urin 1 <0,2 mg/dl
Urobilonogen Normal <1 mg/dl
Berat jenis urin 1.015 1.000-1.030 g/dl
Keton urin 150 <5 mg/dl
Lekosit 100 <10 /uL
Eritrosit 250 0-1 /Ul
Nitrit Neg Non detectable
Sedimen
Epitel 2-4 <10 /LPK
Eritrosit 35-40 <5 /LPB
Leukosit 15-20 <10 /LPB
Silinder Negative Negative
Kristal Negative Negative
1.6 DIAGNOSIS
P2A0 post partum ekstraksi vacum (luar) dengan inversio uteri, syok
hipovolemik e.c perdarahan + anemia + sisa plasenta
1.7 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Non Medikamentosa
6
1.8 PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Suatu bagian dinding uterus prolaps melalui serviks yang terbuka, atau
melipat ke depan
2. Relaksasi sebagian dinding uterus
3. Tarikan simultan ke arah bawah dari fundus uteri
Secara klinis, faktor penting yang mempermudah terjadinya inversio uteri
adalah implantasi plasenta di fundus, kelemahan miometrium di sekitar
tempat implantasi dan adanya serviks postpartum yang terbuka. Pada kasus
tertentu, tali pusat yang pendek atau kesalahan penanganan kala III dengan
penarikan tali pusat tidak terkendali mempermudah terjadinya inversio uteri.
Bahkan inversio uteri pada seksio sesarea dapat terjadi setelah pemberian
tokolitik kuat, seperti nitroglycerin. Pada sebagian besar kasus adanya
kelemahan miometrium bagian fundus uteri merupakan faktor penting. Jika
uterus tetap lembek, segera setelah persalinan ditambah dengan implantasi
plasenta di fundus, terjadinya lekukan fundus mudah terjadi. Dengan
mekanisme yang unik, kelemahan miometrium ini (ditambah dengan
penarikan tali pusat tidak terkendali) menyebabkan fundus melekuk dengan
atau tanpa adanya plasenta yang masih melekat. Hal ini menyebabkan
terjadinya inversio uteri.3
Untuk terjadinya inversio uteri, uterus harus terus berkontraksi pada saat
yang sama untuk mendorong fudus yang terinversi sebelumnya atau massa
fundus-plasenta ke arah bawah, sehingga makin masuk ke arah segmen
bawah uterus. Jika serviks terbuka dan kontraksi cukup kuat, massa
myometrium-plasenta dapat terperas ke dalam serviks, menyebabkan
terjadinya inversio komplit (inversio uteri derajat III). Pada keadaan yang
lebih ringan, dinding fundus uteri yang melekuk kedalam terperangkap secara
spontan ke dalam kavum uteri, menyebabkan terjadinya inversio inkomplit.3
kasus kronis, dapat terjadi nekrosis (Gambar 2.2 ) dan bahkan dapat
meninggalkan jaringan parut.3
6. General anesthesi.
15
Gambar 12. Operasi Spinelli untuk inversio uteri. A.Insisi transversal vagina di
atas serviks. B.Insisi berbentuk T untuk memperluas. C.Mulai dilakukan insisi
cincin serviks. D. Jika diperlukan dilakukan pemotongan dinding uterus. E. Uterus
telah direposisi dan luka dijahit. F. Membran mukosa telah disatukan.13
4. Prosedur pembedahan Kustner
Prosedur Kustner menggunakan pendekatan melalui vagina, sama
seperti Prosedur Spinelli, hanya saja pada prosedur ini, kolpotomi
23
DAFTAR PUSTAKA
13. Oboro VO, Akinola SE, Apantaku BD. Surgical Management Of Subacute
Puerperal Uterine Inversion. International Journal Of Gynecology and
Obstetrics 2006;94:126-7.
14. Junizaf. Inversio Uteri. Dalam: Junizaf, Santoso BI, editors. Buku Ajar
Uroginekologi Indonesia. Jakarta: Himpunan Uroginekologi Indonesia; 2011.