Anda di halaman 1dari 11

E.

Mutu
1. Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Menurut sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh
Standar Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (Kemenkes, 2011) dan JCI Acredition,
maka sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut :
1) Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien
2) Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif
3) Sasaran III :Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
(high alert medications)
4) Sasaran IV : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat pasien
operasi.
5) Sasaran V : Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
6) Sasaran VI : Pengurangan risiko pasien jatuh.
Sasaran I: Ketepatan identifikasi pasien, meliputi standar berikut.
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis (lihat juga).
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan atau
prosedur.
5. Kebijakan dan prosedur mendukung praktik identifikasi yang konsisten
pada semua situasi dan lokasi.
Hasil analisi :
Berdasarkan hasil pengkajian dilakukan selama 24 - 26
desember 2019, perawat ruangan Airlangga melakukan identifikasi pasien
yang di rawat inap dengan memberikan gelang identitas sesuai prosedur yang
berlaku, mengidentifikasi identitas pasien dari buku rekam medis pasien saja
dan tidak melakukan validasi kembali seperti menanyakan usia serta nomer
registrasi sambil melihat gelang indentitas pasien dan hanya menanyakan
nama pasien sebelum melakukan tindakan keperawatan.
\

Sasaran II: Peningkatan komunikasi yang efektif (SBAR)


1) Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut.
2) Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan secara
lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut.
3) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang
memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
4) Kebijakan dan prosedur mendukung praktik yang konsisten dalam
melakukan verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan melalui
telepon.
Hasil analisis :
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan selama tanggal 24 - 26
desember 2019 didapatkan seluruh perawat ruang Airlangga RSUD
Kanjuruhan kabupaten Malang dalam mendokumentasikan semua hal yang
berhubungan dengan komunikasi sudah dilakukan sesuai standart.
Sasaran III: Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-
alert medications)

1) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengatur


identifikasi, lokasi, pemberian label, dan penyimpanan obat-obat yang
perlu diwaspadai.
2) Kebijakan dan prosedur diimplementasikan.
3) Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah
pemberian yang tidak sengaja di area tersebut, bila diperkenankan
kebijakan.
4) Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi
label yang jelas dan disimpan dengan cara yang membatasi akses
(restrict access).
Hasil analisis :
Setiap obat jika salah penggunaannya dapat membahayakan pasien
bahkan bahayanya dapat menyebabkan kematian atau kecacatan pada
pasien. Terutama obat-obatan yang perlu di waspadai, obat yang perlu
diwaspadai adalah obat yang mengandung resiko tinggi yang mana bila kita
salah menggunakan dan dapat menimbulkan kerugian besar pada pasien.
Di ruang Airlangga kewaspadaan dan keamanan obat menggunakan
metode penyimpanan dalam loker pasien. Pemberian obat injeksi di ruang
Airlangga dengan cara obat diambil di kotak penyimpanan obat pasien,
kemudian obat dimasukkan ke dalam spuit sesuai dosis yang dibutuhkan.
Apabila ada obat yang perlu diencerkan, obat akan diencerkan terlebih
dahulu. Kemudian, spuit di beri label dengan bed pasien menggunakan
sepidol. Sedangkan untuk pemberian obat oral dimasukkan ke dalam plastik
klip yang sudah diberi label bed pasien dan waktu untuk minum obat.
Sasaran lV: Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
1) Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien dalam proses
penandaan/pemberian tanda.
2) Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
melakukan verifikasi praoperasi tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-
pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia,
tepat/benar, dan fungsional.
3) Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat
/mendokumentasikan prosedur sign in (sebelum induksi); “sebelum
insisi/time-out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan
pembedahan dan sign out (sebelum meninggalkan kamar operasi).
4) Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman
proses guna memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien,
termasuk prosedur medis dan tindakan pengobatan gigi/dental yang
dilaksanakan di luar kamar operasi.
Hasil analisis :
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 24 - 26 desember 2019
didapatkan hasil bahwa DPJP sudah melakukan markering sebelum operasi dan
sesuai dengan SPO.
Sasaran V: Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
1) Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru
yang baru-baru ini diterbitkan dan sudah diterima secara umum (antara lain
dari WHO Patient Safety).
2) Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mendukung pengurangan
secara berkelanjutan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
Hasil analisis :
Pada observasi tanggal 25 Desember 2019 terdapat 6 perawat Ruang
Airlangga sudah menerapkan 5 momen cuci tangan (sebelum kontak dengan pasien,
sebelum melakukan tindakan aseptik, setelah kontak dengan pasien, setelah kontak
dengan cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan lingkungan pasien) dengan 6
langkah cuci tangan dan menggunakan handscoon pada setiap tindakan aseptik.
Setelah pasien pulang dilakukan pembersihan pada bed pasien. Saat pasien baru
datang keluarga pasien diedukasi tentang peraturan di ruang Airlangga meliputi
pembuangan sampah, jam berkunjung, dan cuci tangan.
Sasaran VI: Pengurangan risiko pasien jatuh
1) Rumah sakit menerapkan proses assesment awal resiko pasien jatuh dan
melakukan pengkajian ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan.
2) Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi mereka
yang pada hasil assesment dianggap beresiko.
3) Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan pengurangan
cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak disengaja.
4) Kebijakan dan/atau prosedur mendukung pengurangan berkelanjutan dari
resiko cedera pasien akibat jatuh di rumah sakit.
Hasil analisis :
Banyak cedera yang terjadi di unit rawat inap dan rawat jalan akibat pasien
jatuh. Berbagai factor yang meningkatkan resiko pasien jatuh antara lain: kondisi
pasien; gangguan fungsional pasien (contoh gangguan keseimbangan, gangguan
penglihatan, perubahan status kognitif): lokasi atau situasi lingkungan rumah sakit;
riwayat jatuh pasien, konsumsi obat tertentu; konsumsi alcohol.
Di ruang Airlangga menerapkan assesment resiko jatuh pada pasien. Pada
pasien dengan risiko jatuh tinggi dipasang gelang resiko jatuh berwarna kuning
serta terpasang pengaman tempat tidur. Pengkajian pasien resiko jatuh di ruang
Airlangga dilakukan dengan penilaian Morse Fall Risk Assesment. Pencegahan
pasien jatuh pada pasien yang gelisah menggunakan restrain, yang merupakan suatu
kebijakan dari pihak rumah sakit dan melalui kie dan tanda tangan lembar
persetujuan dilakukan restrain. Data pada bulan oktober 2019 – November 2019
tidak didapatkan pasien jatuh (0%)
Tabel 3.25 Penilaian Pasien Risiko Jatuh di Ruang Airlangga RSUD Kanjuruhan
Kepanjen Malang Pada Tanggal 24 desember 2019 – 25 Desember 2019

No Tgl Resiko Jatuh ∑pasien Persentase


1. 24/12/2019 Risiko Tinggi 0 0%
2. Risiko Sedang 0 0%
3. Resiko Rendah 0 0%
Total 0 0%

No Tgl Resiko Jatuh ∑pasien Persentase


1. 25/06/2019 Risiko Tinggi 0 0%
2. Risiko Sedang 0 0%
3. Resiko Rendah 0 0%
Total 0 0%

No Tgl Resiko jatuh ∑pasien Persentase


1. 26/12/2019 Risiko Tinggi 0 0%
2. Risiko Sedang 0 0%
3. Resiko Rendah 0 0%
Total 0 0%
Dari tabel 3.22 didapatkan hasil penilaian pasien risiko jatuh yang terdapat
di status pasien yang dilakukan pada tanggal 24 Desember 2019 didapatkan
penilaian pasien jatuh sudah sesuai dengan SPO.
Berikut adalah penerapan beberapa parameter pengukuran keselamatan
yang bisa digunakan dirumah sakit. Parameter secara lengkap bisa dilihat
pada halaman lain pada buku ini
1) Angka kejadian jatuh
Dari data hasil didapatkan bahwa 100% pasien tidak mengalami jatuh
selama dilakukan perawatan oleh perawat ruangan . Meskipun sebagian
pasien mempunyai resiko jatuh, akan tetapi dari hasil tabulasi menunjukkan
tidak ada pasien yang mengalami jatuh
Rumus kejadian pasien jatuh:
Jumlah pasien jatuh x 100%
Jumlah pasien yang beresiko jatuh

23 desember 24 desember 26 desember


No Variabel Total
2019 2019 2019
1 Jumlah pasien jatuh 0 0 0 0
Jumlah pasien beresiko
2 0 0 0 0
jatuh

2) Kesalahan pengobatan (medical error)


Kejadian kesalahan pemberian obat yang meliputi tidak tepat obat, tidak tepat
cara pemberian, tidak tepat dosis, tidak tepat pasien, tidak tepat waktu pemberian
dan tidak waspada terhadap efek pemberian obat tidak terjadi selama periode
bulan Oktober – November, pemberian obat dilakukan secara benar sesuai
indikasi yang diberikan oleh dokter

Rumus Angka KTD / sentinel dalam pemberian obat:


Jumlah pasien yang terkena KTD dalam pemberian obat x100%
Jumlah pasien pada hari tersebut
Rumus KNC dalam pemberian obat:
Jumlah pasien yang terkena KNC dalam pemberian obat x 100%
Jumlah pasien pada hari tersebut
Kejadian Tidak Diharapkan 24 – 26 desember 2019
Tanggal
No Variabel 23 desember 24 desember 25 desember
Total
2019 2019 2019
1 Jumlah pasien yang terkena 0 0 0 0
KTD dalam pemberian obat:
1) Tidak tepat pasien
2) Tidak tepat obat
3) Tidak tepat waktu
pemberian
4) Tidak tepat dosis obat
5) Tidak tepat cara
pemberian
6) Tidak tepat dokumentasi
2 Jumlah pasien pada hari 11 12 12 35
tersebut
Angka kejadian KTD: 0%
Kejadian Nyaris Cidera 24 – 26 Desember 2019
Tanggal
No Variabel 23 desember 24 desember 25 desember
Total
2019 2019 2019
1 Jumlah pasien yang terkena 0 0 0 0
KNC dalam pemberian obat :
1) Tidak tepat pasien
2) Tidak tepat obat
3) Tidak tepat waktu
pemberian
4) Tidak tepat dosis obat
5) Tidak tepat cara pemberian
6) Tidak tepat dokumentasi
2 Jumlah pasien pada hari 11 12 12 35
tersebut
Angka kejadian KNC: 0%
Hasil Analisa : Selama pengkajian 3 hari tidak ditemukan KTD dan KNC.

3) Angka kejadian Phlebitis


Salah satu penilaian mutu rumah sakit atau ruangan adalah angka kejadian
phlebitis. Phlebitis adalah peradangan akut apda lapisan intravena yang ditandai
oleh rasa sakit dan nyeri di sepanjang vena, kemerahan, bengkak, dan hangat, serta
dapat dirasakan di daerah sekitar penusukan. Visual Infusion Phlebitis (VIP) adalah
alat ukur yang digunakan untuk memantau area pemasangan infuse.
INSTRUMEN SKALA PHLEBITIS
Skala Tanda Keterangan
0 Letak IV tebalik Tidak ada tanda Phlebitis

1 Sedikit nyeri di dekat letak IV atau sedikit Tanda awal kemungkinan terjadi
kemerahan di dekat IV Phlebitis
Satu dari tanda berikut:
2 1. Nyeri di letak IV Tahap awal Phlebitis
2. Kemerahan /
3. Bengkak
Ditemukan semua tanda:
3 1. nyeri sepanjang kanula Tanda menengah Phlebitis
2. kemerahan
3. indusari
4 Skala 3 ditambah hal berikut: Vena teraba keras, Tahap lanjut Phlebitis atau awal
ulkus thrombosphlebius
5 Skala 4 ditambah panas tinggi Tahap akhir thrombosphlebius
Keterangan: kriteria phlebitis adalah skala 2 sampai 5
Rumus Kejadian Phlebitis:
Jumlah kejadian Phlebitis x 100%
Jumlah pasien yang beresiko Phlebitis
24 25 26
No Variabel desember desember desember Total
2019 2019 2019
1 Jumlah kejadian 3 2 1 6
Phlebitis
a. Mechanical
b. Bacterial
c. Chemical
2 Jumlah pasien beresiko 0 0 0 0
terjadi Phlebitis
Angka kejadian Phlebitis:
1 : 6 (x 100% = 10 %
Dari Tabel diatas didapatkan hasil penilaian pencegahan pengendalian
infeksi dengan menggunakan Visual Infusion Phlebitis (VIP) didapatkan 6 (6 %)
pasien yang mengalami phlebitis.
Kepuasan
1. Tingkat kepuasan pasien

No Klasifikasi Frekuensi Presentase


1 Sangat Puas 8 66,7 %
2 Puas 4 33,3 %
3 Tidak Puas
4 Sangat Tidak Puas
TOTAL 12 100%

sangat puas Puas tidak puas sangat tidak puas


0%

33, 3 %

66,6 %

Berdasarkan hasil dari kuesioner yang telah di bagikan di Ruang Airlangga


dari 12 pasien didapatkan hasil bahwa 4 (33,3%) pasien merasa puas dengan seluruh
pelayanan yang telah diberikan dan 8 (66,6 %) pasien merasa sangat puas terhadap
pelayanan yang di terima dari perawat berupa caring, empati, Sopan santun,
kejujuran, serta kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pelayanan terhadap
pasien .
d. Kenyamanan

Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan sistem saraf untuk


mengubah barbagai stimulus mekanis, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi
yang dijalarkan ke sistem saraf pusat. Nyeri merupakan suatu mekanisme protektif
bagi tubuh yang akan muncul bila jaringan tubuh rusak, sehingga individu akan
bereaksi atau berespons untuk menghilangkan mengurangi rasa nyeri.

Rumus:

Persentase pasien dengan nyeri yang terdokumentasi dalam askep


Jumlah total pasien nyeri yang terdokumentasi x 100%
Jumlah total pasien per periode waktu tertentu

24 desember 24 desember 25 desember


No Variabel
2019 2018 2018
1 Jumlah pasien yang 5 5 5
terdokumentasi
2. Jumlah pasien yang tidak 0 0 0
terdokumentasi
2 Total pasien 11 12 12
Angka kenyamanan pasien:
Tanggal 02 desember adalah 5 x 100% = 45,4 %
11
Tanggal 03 desember adalah 5 x 100% = 41,6 %
12
Tanggal 04 desember adalah 5 x 100% = 41,6 %
12
Total rata-rata selama 3 hari 42,8 %
5 M5 (Mutu) Bobot Rating Bobot x Rating
Internal Faktor (IFAS)
S = Strenght = kekuatan
Ruangan sudah menggunakan 6 4 3 4 x 3 = 12
sasaran keselamatan pasien (SKP)
yang sesuai.
Total
W = Weakneses = kelemahan
Pada SOP di Ruang Airlangga 4 2 4x2=8
Dalam bahwa penggantian infus
maksimal diganti setiap 3 hari
sekali, sedangkan faktanya diruang
Airlangga pengantian infus
dilakukan apabila terjadi flebitis
dan 5 – 6 hari sekali baru diganti

Total
Extrernal Faktor (EFAS)
O = Opportunity = peluang
Dengan adanya SOP di Ruang 4 3 4 x 3 = 12
Airlangga sehingga perawat
memiliki acuan dalam melakukan
tindakan keperawatan.
Total
T =Treat = Ancaman
Adanya peningkatan standar 4 3 4 x 3 = 12
masyarakat yang harus dipenuhi

Ukuran pembobotan Ukuran rating


1 = Sedikit penting 1 = Sedikit Kuat
2 = Agak penting 2 = Agak kuat
3 = Penting 3 = Kuat
4 = Sangat penting 4 = Sangat kuat

Anda mungkin juga menyukai