Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi mengakibatkan semakin banyaknya aktivitas industri
dan produksi yang dilakukan, hal ini memberi dampak positif bagi perekonomian
masyarakat namun dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Dampak negatif yang dapat ditimbulkan akibat aktivitas manusia yakni
pencemaran air, tanah, dan udara. Pencemaran air adalah masuknya suatu zat,
energi maupun komponen lainnya baik berupa makhluk hidup maupun benda mati
ke dalam air yang menyebabkan penurunan kualitas air sehingga air tidak dapat
berfungsi sebagai mana mestinya. Bahan yang dapat mencemari air sangat
beragam sehingga dampak yang ditimbulkan dapat beragam pula.
Selain akibat aktivitas masyarakat yang semakin padat, kesadaran
masyarakat dalam menjaga lingkungan juga dirasa masih kurang, sehingga
pencemaran lingkungan masih sering terjadi. Untuk itu perlu dilakukan upaya
penanggulangan dampak pencemaran lingkungan khususnya pencearan di badan
air. Mengingat dewasa ini sumber air bersih sangat sulih untuk didapat dan sudah
masuk dalam tahap langka. Sebelum menentukan atau melakukan tindakan
pencegahan dan penanggulangan pencemaran badan air, perlu diadakannya
pemeriksaan secara menyeluruh terhadap badan air yang dianggap telah tercemar
atau terancam akan tercemar.
Untuk mengetahui keadaan badan air yang terindikasi telah tercemar oleh
polutan, langkah awal yang dapat diambil yakni pemeriksaan badan air dilihat dari
kondisi fisik badan air itu sendiri. Pemeriksaan fisik pada badan air meliputi
pemeriksaan warna/kekeruhan, bau, suhu, pH/keasaman dan rasa. Selain dengan
pemeriksaan secara fisik, dapat juga dilakukan pemeriksaan secara kimia terhadap
badan air. Pemeriksaan kimia badan air meliputi pemeriksaan BOD (Biological
Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Deman), dan TSS (Total Suspendid
Solid). (Anonim. 2014. Pencemaran Air)

1
Di daerah Sesetan Denpasar Selatan merupakan dimana daerah padat
penduduk yang sebagian besar membuang limbah rumah tangga hingga industri ke
saluran terbuka seperti sungai, karena sebagian besar penduduk di daerah tersebut
tidak memiliki tempat penampungan limbah. Hal tersebut yang membuat masalah
lingkungan semakin memburuk terutama kebersihan di lingkungan yakni pada
sungai. Di daerah Sesetan terdapat aliran sungai yang cukup besar dan terlihat
perubahan warna air yang terdapat di sepanjang air sungai. Dalam kesempatan ini,
kami ingin membahas suatu permasalahan yang terdapat di daerah Sesetan yaitu
pada air sungai dengan mendeteksi pencemaran fisik dan kimia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan masalah


sebagai berikut : “Bagaimanakah Tingkat Pencemaran Fisik dan Kimia Pada Air
Sungai Yang Terdapat di Sungai Sesetan Denpasar Selatan Tahun 2015”?.

C. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pencemaran fisik dan kimia pada air sungai yang
terdapat di sungai Sesetan Denpasar Selatan.

2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pemeriksaan parameter fisik di badan air (suhu, pH,
kekeruhan, bau dan warna).
b. Dapat melakukan pemeriksaan parameter kimia di badan air (BOD, COD
dan TSS).
c. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat adanya pencemaran di
badan air.

2
D. Manfaat Praktikum
1. Manfaat Teoritis
Laporan ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan dapat
digunakan sebagai bahan acuan dan bahan pembelajaran mengenai pemeriksaan
kualitas air di badan air .
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai sumber informasi dan pengetahuan dasar mengenai Pencemaran di
Badan Air.
b. Sebagai acuan atau pedoman untuk melaksanakan upaya pencegahan
dampak pencemaran di badan air.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pencemaran Air
1. Pengertian Pencemaran Air
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat
penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas
manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam
siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus
hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan.
Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia. Kemanfaatan
terbesar danau, sungi, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan
baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan
sebenarnya berpotensi sebagai objek wisata. Dalam PP No 20/1990 tentang
Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air di definisikan sebagai :
“Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga
kualitas dari air tersebut turun hingga batas tertentu yang menyebabkan air
tidak berguna lagi sesuai dengan peruntukannya.(Pasal 1, angka 2).
Berdasarkan defisini dari pencemaran air, dapat diketahui bahwa
penyebab pencemaran air dapat berupa masuknya makhluk hidup, zat, energi
ataupun komponen lain sehingga kualias air menurun dan air pun tercemar.
Banyak penyebab pencemaran air, tetapi secara umum dapat dikategorikan
menjadi 2 (dua) yaitu sumber kontaminan langsung dan dan tidak langsung.
Sumber langsung meliputi efluen yang keluar industri, TPA sampah, rumah
tangga dan sebagainya. Sumber tak langsung adalah kontaminan yang
memasuki badan air dari tanah, air tanah atau atmosfir berupa hujan. Pada
dasarnya sumber pencemaran air berasal dari industri, rumah tangga
(pemukiman) dan pertanian. Tanah dan air mengandung sisa dari aktifitas

4
pertanian seperti pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfir juga berasal
dari aktifitas manusia yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam.
Selain itu pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki
karakteristik yang berbeda-beda, seperti :
a. Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.
b. Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan
kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada
berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh
ekosistem.
c. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya
seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air
limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh
pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.
Zaman sekarang ini manusia telah mengenal banyak sekali jenis-jenis zat
kimia. Dan hampir 100.000 zat kimia digunakan secara komersil. Sebagian besar
sisa zat kimia tersebut dibuang ke badan air atau air tanah. Seperti pestisida yang
digunakan di pertanian, industri atau rumah tangga, deterjen yang digunakan di
rumah tangga, atau PCBs yang biasa digunakan dalam alat-alat elektronik. Adapun
beberapa komponen pencemaran air antara lain:
a) Bahan Buangan Padat
Bahan buangan padat adalah bahan buangan yang berbentuk padat, baik
yang kasar maupun yang halus, misalnya sampah. Buangan tersebut bila
dibuang ke air menjadi pencemaran dan akan menimbulkan pelarutan,
pengendapan ataupun pembentukan koloidal.
b) Bahan buangan organik dan olahan bahan makanan
Bahan buangan organic umumnya berupa limbah yang dapat membusuk
atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga bila dibuang ke perairan akan
menaikkan populasi mikroorganisme.

5
c) Bahan buangan anorganik
Bahan buangan anorganik sukar didegradasi oleh mikroorganisme,
umumnya adalah logam. Apabila masuk ke perairan, maka akan terjadi
peningkatan jumlah ion logam dalam air. Bahan buangan anorganik ini
biasanya berasal dari limbah industri yang melimbatkan unsur-unsur logam
seperti timbal (Pb), Arsen (As), Magnesium (Mg), dll.
d) Bahan buangan cairan berminyak
Bahan buangan berminyak yang dibuang ke air lingkungan akan
mengapung menutupi permukaan air. Jika bahan buangan minyak mengandung
senyawa yang volatile, maka akan terjadi penguapan dan luas permukaan
minyak yang menutupi permukaan air akan menyusut. Penyusutan minyak ini
tergantung jenis minyak dan waktu. Lapisan minyak pada permukaan air dapat
terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, tetapi membutuhkan waktu yang
lama.
e) Bahan buangan berupa panas
Perubahan kecil pada temperatur air lingkungan bukan saja dapat
menghalau ikan atau spesies lainnya, namun juga akan mempercepat proses
biologis pada tumbuhan dan hewan bahkan akan menurunkan tingkat oksigen
dalam air. Akibatnya akan terjadi kematian pada ikan atau akan terjadi
kerusakan ekosistem.
f) Bahan buangan zat kimia
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi dalam bahan
pencemaran air ini akan dikelompokkan menjadi :
1.Sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih lainnya),
2.Bahan pemberantas hama (insektisida),
3.Zat warna kimia,
4.Zat radioaktif.
Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air
minum, meracuni makanan hewan, ketidakseimbangan ekosistem sungai dan
danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan sebagainya. Di badan air, sungai

6
dan danau, nitrogen dan fosfat (dari kegiatan pertanian) telah menyebabkan
pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali (eutrofikasi berlebihan). Ledakan
pertumbuhan ini menyebabkan oksigen, yang seharusnya digunakan bersama oleh
seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati,
dekomposisi mereka menyedot lebih banyak oksigen. Sebagai akibatnya, ikan
akan mati, dan aktivitas bakteri menurun. Dampak pencemaran air pada umumnya
dibagi atas 4 kelompok, yaitu :
1. Dampak terhadap kehidupan biota air
Banyaknya zat pencemaran pada air limbah akan menyebabkan
menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga mengakibatkan
kehidupan dalam air membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi
perkembangannya.Banyaknya zat pencemaran pada air limbah akan
menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga
mengakibatkan kehidupan dalam air membutuhkan oksigen terganggu serta
mengurangi perkembangannya.
Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara
alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan air
limbah yang sulit terurai. Panas dari industri juga akan membawa dampak bagi
kematian organisme, apabila air limbah tidak didinginkan terlebih dahulu.
2. Dampak terhadap kualitas air tanah
Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform
telah terjadi dalam skala yang luas, hal ini dibuktikan oleh suatu survey sumur
dangkal di Jakarta. Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya
pencemaran tersebut.
3. Dampak terhadap kesehatan
Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain :
a. Air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen,
b. Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit,
c. Jumlah air yang tersedia tidak cukup, sehingga manusia bersangkutan
tak dapat membersihkan diri,

7
d. Air sebagai media untuk hidup vektor penyakit.
4. Dampak terhadap estetika lingkungan
Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan
perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai
dengan bau yang menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi
estetika lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi
estetika lingkungan.

2. Pencemaran Air Limbah Di Badan Air (Sungai)


Air dapat tercemar oleh komponen-komponen anorganik, diantaranya
berbagai logam berat yang berbahaya. Komponen-komponen logam berat ini
berasal dari kegiatan industri. Kegiatan industri yang melibatkan penggunaan
logam berat antara lain industri tekstil, pelapisaan logam, cat/ tinta warna,
percetakan, bahan agrokimia dll. Beberapa logam berat ternyata telah
mencemari air, melebihi batas yang berbahaya bagi kehidupan ( Wisnu, 1995).
Adanya logam berat dalam lingkungan perairan telah diketahui dapat
menyebabkan beberapa kerusakan pada kehidupan air. Di samping itu terdapat
fakta bahwa logam berat membunuh mikroorganisme. Hampir semua garam-
garam logam berat dapat larut dalam air dan membentuk larutan sehingga tidak
dapat dipisahkan dengan pemisahan fisik. Seiring dengan peningkatan
pertumbuhan penduduk, maka semakin meningkat pula usaha untuk memenuhi
berbagai kebutuhan yang mengikutinya. Sehingga semakin variatif pula
aktivitas manusia. Salah satunya aktivitas industri. Akan tetapi pertumbuhan
industri ini memiliki efek samping yang kurang baik. Sebab industri-industri
kecil tersebut pada umumnya membuang limbahnya langsung ke selokan /
badan air tanpa pengolahan terlebih dahulu. Hal ini dapat menyebabkan
pencemaran air karena dalam limbah tersebut mengandung unsur toksik yang
tinggi. Industri sablon merupakan salah satu industri penghasil limbah cair.
Bahan pencemar industri sablon berasal dari proses pewarnaan, proses produksi
film dan pelat processor. Bahan pencemar terdapat di tinta warna, bahan

8
pelarut, bahan pencair dan bahan pengering. Bahan pencemar mengandung
unsur/bahan kimia berbahaya seperti alkohol/aseton dan esternya serta logam
berat seperti krom, kadmium, cobalt, mangan dan timah. Kegiatan penyablonan
masih banyak dilakukan dengan skala kecil sampai skala sedang atau dapat
dikatakan sebagai usaha home industri rumah tangga. Industri rumah tangga
kurang mendapat pengawasan terhadap penanganan limbah cair. Sehingga
memicu untuk membuang limbah cairnya langsung ke badan air (terutama
selokan dan sungai). Di dalam kegiatan penyablonan, air yang telah digunakan
tidak boleh langsung dibuang ke sungai/selokan karena dapat menyebabkan
pencemaran.
Menurut Josua (2013), ada 3 jenis limbah rumah tangga yaitu limbah
pertama berupa sampah, kemudian limbah kedua berupa air limbah yang
dihasilkan dari kegiatan mandi dan mencuci, kemudian limbah ketiga adalah
kotoran yang dihasilkan manusia. Limbah-limbah ini, jika tak dikelola dengan
baik, dapat berpotensi tinggi mencemari lingkungan sekitar.
a) Sampah
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan didefinisikan oleh manusia
menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya
tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan
setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena
dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah
dapat dibagi menurut jenis-jenisnya. Berdasarkan sumbernya : Sampah
alam, Sampah manusia, Sampah konsumsi, Sampah nuklir, Sampah
industry, Sampah pertambangan. Berdasarkan sifatnya :
1) Sampah organik dapat diurai (degradable)
Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti
sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini
dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.

9
2) Sampah anorganik tidak terurai (undegradable)
Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk,
seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan,
botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini
dapat dijadikan sampah omersil atau sampah yang laku dijual untuk
dijadikan produk lainnya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual
adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas
minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun
karton.
b) Air limbah
Air Limbah adalah air buangan yang dihasilkan dari suatu proses
pruduksi industri maupun domestik (rumah tangga), yang terkadang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki
lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Dalam konsentrasi dan
kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negative terhadap
lingkungan tertutama kesehatan manusia sehingga dilakukan penanganan
terhadap limbah. Air kotor adalah air bekas pakai yang sudah tidak
memenuhi syarat kesehatan lagi dan harus dibuang agar tidak
menimbulkan wabah penyakit.
c) Sampah manusia
Sampah manusia (human waste) adalah istilah yang biasa
digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin.
Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat
digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang
disebabkan virus dan bakteri. Salah satu perkembangan utama pada
dialektika manusia adalah pengurangan penularan penyakit melalui sampah
manusia dengan cara hidup yang higienis dan sanitasi. Termasuk
didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing).
Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui
system urinoir tanpa air.

10
Selain itu sampah manusia juga dapat berupa sampah konsumsi.
Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia)
pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke
tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum dipikirkan manusia.
Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil
dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan
dan industri.

B. Pemeriksaan Parameter Air


1. Pemeriksaan Secara Fisik
Beberapa parameter fisik yang digunakan untuk menentukan kualitas air
meliputi suhu, kekeruhan, warna, jumlah zat padat terlarut, rasa, bau dan
kedalaman.
a. Suhu
Pola temperatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara
sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan
oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola
temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen
(faktor yang di akibatkan oleh aktivitas manusia) seperti limbah panas yang
berasal dari air pendingin pabrik, penggundulan DAS yang menyebabkan
hilangnya perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya matahari secara
langsung (Barus, 2003).
Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat
menyebabkan gangguan kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stres
yang ditandai dengan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal. Pada
suhu rendah, akibat yang ditimbulkan antara lain ikan menjadi lebih rentan
terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun.
Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih
tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan menurunnya laju pernafasan dan

11
denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat
kekurangan oksigen (Irianto, 2005).
b. Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang
terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan adanya bahan organik dan
anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus),
maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan
mikroorganisne lain (APHA, 1976; Davis dan Cornwell, 1991dalam Effendi
2003). Zat anorganik yang menyebabkan kekeruhan dapat berasal dari
pelapukan batuan dan logam, sedangkan zat organik berasal dari lapukan
hewan dan tumbuhan. Bakteri dapat dikategorikan sebagai materi organik
tersuspensi yang menambah kekeruhan air.
Padatan tersuspensi berkolerasi positif dengan kekeruhan. Semakin
tinggi nilai padatan tersuspensi, semakin tinggi nilai kekeruhan. Akan tetapi,
tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan.
Tingginya nilai kekeruhan dapat mempersulit usaha penyaringan dan
mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air.
c. Warna
Warna pada air disebabkan oleh adanya partikel hasil pembusukan
bahan organik, ion-ion metal alam (besi dan mangan), plankton, humus,
buangan industri, dan tanaman air. Adanya oksida besi menyebabkan air
berwarna kemerahan, sedangkan oksida mangan menyebabkan air berwarna
kecoklatan atau kehitaman. Kadar besi sebanyak 0,3 mg/l dan kadar mangan
sebanyak 0,05 mg/l sudah cukup dapat menimbulkan warna pada perairan
(peavy et al., 1985 dalam Effendi, 2003). Kalsium karbonat yang berasal dari
daerah berkapur menimbulkan warna kehijauan pada perairan. Bahan-bahan
organik, misalnya tanin, lignin, dan asam humus yang berasal dari
dekomposisi tumbuhan yang telah mati menimbulkan warna
kecoklatan.Dalam penyediaan air minum, warna sangat dikaitkan dengan segi

12
estetika. Warna air dapat dijadikan sebagai petunjuk jenis pengolahan yang
sesuai. Berdasarkan zat penyebabnya, warna air dapat dibedakan menjadi :
1. Warna Sejati (true color)
Warna sejati disebabkan adanya zat-zat organik dalam bentuk
koloid. Warna ini tidak akan berubah walaupun mengalami penyaringan
dan sentrifugasi. Pada penentuan warna sejati, bahan-bahan tersuspensi
yang dapat menyebabkan kekeruhan dipisahkan terlebih dahulu. Filtrasi
(penyaringan) bertujuan menghilangkan materi tersuspensi dalam air tanpa
mengurangi keaslian warna air. Sentrifugasi mencegah interaksi warna
dengan material penyaring. Warna sejati tidak dipengaruhi oleh kekeruhan.
Contoh dari warna sejati antara lain : warna air teh, warna air buangan
industri tekstil, serta warna akibat adanya asam humus, plankton, atau
akibat tanaman air yang mati.
2. Warna Semu (apparent color)
Warna semu disebabkan oleh adanya partikel-partikel tersuspensi
dalam air. Warna ini akan mengalami perubahan setelah disaring atau
disentrifugasi serta dapat mengalami pengendapan. Warna semu akan
semakin pekat bila kekeruhan air meningkat.Warna dapat diamati secara
visual (langsung) ataupun diukur berdasarkan skala platinum kobalt
(dinyatakan dengan satuan PtCo) dengan cara membandingkan warna
contoh air dengan warna standar. Air yang memiliki nilai kekeruhan rendah
biasanya memiliki warna yang sama dengan warna standar (APHA, 1976;
Davis dan Cornwell, 1991 dalam Effendi, 2003). Intensitas warna
cenderung meningkat dengan meningkatnya nilai pH (Sawyer dan
McCarty, 1978).
d. Jumlah Zat Padat Terlarut
Zat padat merupakan materi residu setelah pemanasan dan pengeringan
pada suhu 103 oC – 105 oC. Residu atau zat padat yang tertinggal selama
proses pemanasan pada temperatur tersebut adalah materi yang ada dalam
contoh air dan tidak hilang atau menguap pada 105 oC. Dimensi zat padat

13
dinyatakan dalam mg/l atau g/l, % berat (kg zat padat/kg larutan), atau %
volume (dm3 zat padat/liter larutan).
Dalam air alam, ditemui dua kelompok zat yaitu zat terlarut (seperti
garam dan molekul organis) serta zat padat tersuspensi dan koloidal (seperti
tanah liat dan kwarts). Perbedaan pokok antara kedua kelompok zat ini
ditentukan melalui ukuran/diameter partikel-partikelnya.
Analisa zat padat dalam air digunakan untuk menentukan komponen-
komponen air secara lengkap, proses perencanaan, serta pengawasan terhadap
proses pengolahan air minum maupun air buangan. Karena bervariasinya
materi organik dan anorganik dalam analisa zat padat, tes yang dilakukan
secara empiris tergantung pada karakteristik materi tersebut. Metode
Gravimetry digunakan hampir pada semua kasus. Jumlah dan sumber materi
terlarut dan tidak terlarut yang terdapat dalam air sangat bervariasi. Pada air
minum, kebanyakan merupakan materi terlarut yang terdiri dari garam
anorganik, sedikit materi organik, dan gas terlarut. Total zat padat terlarut
dalam air minum berada pada kisaran 20 – 1000 mg/L.
e. Bau
Air minum yang berbau, selain tidak estetis juga tidak disukai oleh
masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk terhadap kualitas air, misalnya
bau amis dapat disebabkan oleh adanya algae dalam air tersebut. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002,
diketahui bahwa syarat air minum yang dapat dikonsumsi manusia adalah tidak
berbau.
f. Kedalaman
Kedalaman disuatu perairan sangat penting untuk diperahatikan, hal ini
diakrenakan kedalaman suatu perairan dapat mempengaruhi jumlah cahaya
yang akan masuk ke perairan dan ketersediaan oksigen diperairan tersebut, jika
disuatu perairan kekurangan cahaya masuk kedalamnya maka ikan tersebut
akan stress. Begitu juga halnya dengan kandungan oksigen, biasanya

14
diperairan dalam ketersediaan oksigen lebih sedikit dibandingkan dengan
perairan dangkal.
2. Pemeriksaan Secara Kimia
a. Keberadaan Kadar oksigen biokimia atau BOD (Biologycal Oxygen Demand)
adalah sejumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk mendekomposisi
dan menstabilkan sejumlah bahan organik di dalam ekosistem air melalui
proses aerobik. Penetapan BOD dapat dilakukan dengan cara menganalisis
kadar oksigen terlarutnya pada saat t=0 dan t=5 hari. Selain itu, penetapan
BOD juga dapat dilakukan dengan cara menganalisis kadar oksigen melalui
indikator oksidasi reduksi yaitu metilen biru, sebagai hasil oksidasi akan
terbentuk karbondioksida, air, dan ammonia juga dapat dilakukan dengan
metode aerasi sampel air uji pada botol winkler. (Ruang Kimia, 2010)
b. Keberadaan kadar oksigen kimia atau COD (Chemical Oxygen Demand) yang
didasarkan atas kenyataan bahwa hampir semua senyawa organik dapat
dioksidasi dengan bantuan oksida terkuat dalam kondisi asam. Selama
penetapan COD, bahan-bahan organik akan diubah menjadi CO2 dan air tanpa
melihat kemampuan asimilasi secara biologis terhadap bahan-bahan tersebut.
Adapun penetapan COD dapat dilakukan dengan metode permangan atau
metodebikromat. (Ruang Kimia, 2010)
c. Total suspended solid (TSS) adalah salah satu parameter yang digunakan
untuk pengukuran kualitas ais, pengukuran TSS berdasarkan pada berat
kering partikel yang terperangkap oleh filter, biasanya dengan ukuran pori
tertentu. Umumnya filter yang digunakan memiliki ukuran pori 0,45 mm
(clescerl,1905) satuan TSS adalah miligram per liter (mg/l).

15
C. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah aliran sungai (DAS) dapat diartikan sebagai kawasan yang
dibatasi oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan
air hujan yang jatuh di atasnya ke sungai yang akhirnya bermuara ke danau/laut
(Manan, 1979). Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan ekosistem yang terdiri
dari unsur utama vegetasi, tanah, air dan manusia dengan segala upaya yang
dilakukan di dalamnya (Soeryono, 1979). Sebagai suatu ekosistem, di DAS
terjadi interaksi antara faktor biotik dan fisik yang menggambarkan
keseimbangan masukan dan keluran berupa erosi dan sedimentasi. Secara singkat
dapat disimpulkan bahwa pengertian DAS adalah sebagai berikut :
a Suatu wilayah daratan yang menampung, menyimpan kemudian mengalirkan
air hujan ke laut atau danau melalui satu sungai utama.
b Suatu daerah aliran sungai yang dipisahkan dengan daerah lain oleh pemisah
topografis sehingga dapat dikatakan seluruh wilayah daratan terbagi atas
beberapa DAS.
c Unsur-unsur utama di dalam suatu DAS adalah sumber daya alam (tanah,
vegetasi dan air) yang merupakan sasaran dan manusia
yang merupakan pengguna sumber daya yang ada.
d Unsur utama (sumber daya alam dan manusia) di DAS membentuk
suatu ekosistem dimana peristiwa yang terjadi pada suatu unsur akan
mempengaruhi unsur lainnya.

D. Pengertian Limbah dan Jenis-jenisnya


Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim,
disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black
water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Menurut Said (2001 : 9) limbah sungai terbagi atas dua bagian yaitu limbah
padat dan limbah cair. Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang
seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis.

16
Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik
dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran
limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan
manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya
keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik
limbah. Limbah cair adalah zat cair dari hasil pembuangan yang umumnya
bersumber dari sisa hasil produksi pabrik seperti minyak kotor dan zat-zat kimia
lainnya yang berwujud cair.
Limbah adalah sisa proses produksi dan bahan buangan yang terdapat di
berbagai tempat seperti sungai, pasar, rumah tangga, yang mengakibatkan
pencemaran lingkungan. Dan pengelolaan limbah padat dengan limbah cair
berbeda, karena dalam tulisan ini dibatasi pada limbah padat, maka pada kajian
teoritis pengelolaan limbah cair tidak dibahas. Jika didasarkan asalnya, jenis - jenis
limbah dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1. Limbah Organik

Gambar 1. Limbah Organik

Limbah ini terdiri atas bahan-bahan yang besifat organik seperti dari
kegiatan rumah tangga, kegiatan industri. Jenis limbah organik berupa daun,
buah2an, sayuran, ikan serta daging. Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan
melalui proses yang alami. Limbah pertanian berupa sisa tumpahan atau
penyemprotan yang berlebihan, misalnya dari pestisida dan herbisida, begitu pula
dengan pemupukan yang berlebihan. Limbah ini mempunyai sifat kimia yang
stabil sehingga zat tersebut akan mengendap kedalam tanah, dasar sungai, danau,
serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya.

17
Sedangkan limbah rumah tangga dapat berupa padatan seperti kertas, plastik dan
lain-lain, dan berupa cairan seperti air cucian, minyak goreng bekas dan lain-lain.
Limbah tersebut ada yang mempunyai daya racun yang tinggi misalnya : sisa obat,
baterai bekas, dan air aki. Limbah tersebut tergolong (B3) yaitu bahan berbahaya
dan beracun, sedangkan limbah air cucian, limbah kamar mandi, dapat
mengandung bibit-bibit penyakit atau pencemar biologis seperti bakteri, jamur,
virus dan sebagainya.
2. Limbah Anorganik

Gambar 2. Limbah Anorganik

Limbah ini terdiri atas limbah industri, Limbah anorganik berasal dari
sumber daya alam yang tidak dapat di uraikan dan tidak dapat diperbaharui. Jenis
limbah anorganik adalah kaleng, bekas minuman botol plastik, kaca, tas plastic dan
aluminium. Air limbah industri dapat mengandung berbagai jenis bahan anorganik,
zat-zat tersebut adalah :
a. Garam anorganik seperti magnesium sulfat, magnesium klorida yang berasal dari
kegiatan pertambangan dan industri.
b. Asam anorganik seperti asam sulfat yang berasal dari industri pengolahan biji
logam dan bahan bakar fosil.

c. Adapula limbah anorganik yang berasal dari kegiatan rumah tangga seperti botol
plastik, botol kaca, tas plastik, kaleng dan aluminium.

Jika berdasarkan sumbernya limbah dikelompokkan menjadi 4 yaitu:


1. Limbah Pabrik

18
Gambar 3. Limbah Pabrik

Limbah ini bisa dikategorikan sebagai limbah yang berbahaya karena limbah
ini mempunyai kadar gas yang beracun, pada umumnya limbah ini dibuang di
sungaisungai disekitar tempat tinggal masyarakat dan tidak jarang warga
masyarakat mempergunakan sungai untuk kegiatan sehari-hari, misalnya MCK
(Mandi, Cuci, Kakus) dan secara langsung gas yang dihasilkan oleh limbah pabrik
tersebut dikonsumsi dan dipakai oleh masyarakat.
2. Limbah Rumah Tangga

Gambar 4. Limbah Rumah Tangga

Limbah rumah tangga adalah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah
tangga limbah ini bisa berupa sisa-sisa sayuran seperti wortel, kol, bayam, slada dan
lain-lain bisa juga berupa kertas, kardus atau karton. Limbah ini juga memiliki daya
racun tinggi jika berasal dari sisa obat dan aki.
3. Limbah Industri

19
Gambar 5. Limbah Industri

Limbah ini dihasilkan atau berasal dari hasil produksi oleh pabrik atau
perusahaan tertentu. Limbah ini mengandung zat yang berbahaya diantaranya asam
anorganik dan senyawa organik, zat-zat tersebut jika masuk ke perairan maka akan
menimbulkan pencemaran yang dapat membahayakan makluk hidup pengguna air
tersebut misalnya, ikan, bebek dan makluk hidup lainnya termasuk juga manusia.
Dari bahan asal limbah tersebut, baik yang berasal dari bahan organik
maupun yang berasal dari bahan anorganik, klasifikasinya dapat dibuat menurut
pertimbangan cara pengelolaan dan pemanfaatannya, apakah bahan tersebut dapat
dipakai dan diolah menjadi suatau bentuk yang mempunyai daya guna kembali.
Alternatif yang mungkin akan dilaksanakan adalah, Daur Ulang atau
pemanfaatan kembali, misalnya untuk :
a. Dibuat kompos berupa kayu dan daun.
b. Dipakai untuk bahan makanan ternak berupa makanan basi.
c. Diolah kembali seperti produk semula seperti plastik.
d. Keperluan lainnya sesuai dengan konfresinya seperti aluminium
d. Dapat dibakar atau dipakai sebagai bahan bakar
e. Harus dibuang karena mengingat pertimbangan teknis dan ekonomis
4. Limbah Rumah Sakit

20
Gambar 6. Limbah Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan salah satu tempat yang mengharuskan penanganan


kebersihan dengan standar yang tinggi. Jelas karena Limbah medis rumah sakit
merupakan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Limbah rumah sakit jika
tidak tertangani dengan baik akan berdampak bagi manusia, mahluk hidup, serta
lingkungan di sekitar rumah sakit. Dampak tersebut dapat berupa pencemaran air,
pencemaran daratan, serta pencemaran udara.
Air yang tercemar menjadi tidak bermanfaat untuk keperluan rumah tangga
(misalnya air minum, memasak, mencuci), industri, pertanian (misalnya: air yang
terlaluasam/ basa akan mematikan tanaman/ hewan). Air yang telah tercemar oleh
senyawa organik maupun anorganik menjadi media berkembangnya berbagai
penyakit dan penularan langsung melalui air (misalnya Hepatitis A, Cholera,
Thypus Abdominalis, Dysentri, Ascariasis/ Cacingan, dan sebagainya). Selain itu,
air tercemar dapat menjadi penyebab penyakit tidak menular, yang muncul
terutama karena air lingkungan telah tercemar oleh senyawa anorganik terutama
unsurlogam (misalnya keracunan air raksa/ merkuri).

E. Dampak Limbah Sungai dan Sistem Penanggulangannya


Limbah dapat dijumpai hampir disetiap parit besar, selokan, jalan raya,
sungai, tempat permukiman kumuh, dan lain-lain. Sungai bagi masyarakat
memiliki manfaat yang tinggi. Sungai sebagai sumber air merupakan salah satu
sumber daya alam yang memiliki yang kompleks.
Beberapa manfaat sungai bagi manusia yaitu:

21
1. Tempat untuk memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari akan air bersih
seperti air minum, mencuci, dan mandi.

2. Sumber air bagi pengairan wilayah pertanian atau irigasi dan usaha
perikanan darat.

3. Sumber Pembangkit Listrik Tenaga Air ( PLTA)


4. Tempat untuk mengembang biakan dan menangkap ikan guna memenuhi
kebutuhan manusia akan protein hewani.

5. Tempat rekreasi, seperti melihat keindahan sungai, air terjun, memancing,


dan bendungan.

6. Tempat untuk berolah raga seperti sky air dan dayung.

Berdasarkan pendapat di atas ternyata sungai memiliki manfaat yang sangat


kompleks bagi manusia, karenanya sungai harus tetap dijaga kelestariaannya,
ditingkatkan fungsi dan kemanfaatannya, dan dikendalikan daya rusaknya.
Limbah terdapat di sungai ditandai dalam beberapa hal (Fardias 1992) adalah
sebagai berikut :
a. Air berwana hijau : Terdapat tumbuhan kecil yang dinamakan rumpair.
b. Air berlumpur : Terdapat kandungan atau endapan yang tinggi menyebabkan
ikan sukar bernafas.
c. Air berkilau : Mengandung tumpahan minyak di permukaan air.
d. Air berbusa/berbuih: Sabun atau buahan deterjen dari rumah tangga atau
mengalirkan zat-zat kimia yang bersumber dari pabrik.
e. Air bau telur busuk : Terdapat kumbahan di dalamnya.
f. Air berwarna kuning Jingga/kemerahan : Kilang/pabrik membuah bahan
pencemaran ke dalam anak sungai.
Air limbah merupakan benda sisa, maka sudah barang tentu bahwa air
limbah merupakan benda yang sudah tidak dapat dipergunakan lagi. Akan tetapi
tidak berarti bahwa air limbah tersebut tidak perlu dilakukan pengolahan, karena

22
apabila limbah ini tidak dikelola dengan baik akan dapat menimbulkan gangguan-
gangguan, baik terhadap lingkungan maupun kehidupan yang ada.
a. Dampak terhadap kesehatan
Kenyataan membuktikan sering orang terserang penyakit dari lingkungan
sungai yang tidak bersih, air tercemar oleh limbah baik itu kotoran pabrik, rumah
sakit, sampah rumah tangga, sampah pasar, maupun kotoran manusia yang
membuang hajat di sungai. Dampaknya yaitu dapat menyebabkan atau
menimbulkan penyakit.
Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
Penyakit diare dan tikus, penyakit ini terjadi karena virus yang berasal dari
sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat. Penyakit kulit misalnya kudis dan
kurap. Vibrio Kolera, yaitu bakteri yang menyebabkan penyakit kolera dengan
penyebaran utama melalui air limbah yang telah tercemar oleh kotoran manusia
yang mengandung vibrio kolera.
Salmonella Typhosa a dan b, yaitu bakteri penyebab penyakit tiphus yang
banyak terdapat dalam air limbah bila terjadi wabah. Prinsip penularannya adalah
melalui air dan makanan yang tercemar oleh kotoran manusia yang berpenyakit
thipus.
Salmonella Spp, yaitu bakteri yang menyebabkan keracunan makanan dan
jenis bakteri ini banyak terdapat pada air hasil pengolahan limbah. Shigelle Spp,
yaitu penyebab disentri bacsilliar dan banyak terdapat pada air tercemar. Adapun
cara penularannya adalah melalui kontak langsung dengan kotoran manusia
maupun melalui perantara makanan, lalat, dan tanah.
Bassilus Antrhaksi, yaitu bakteri penyebab penyakit antharak, terdapat
pada aliran limbah dan sporanya tahan terhdap pengolahan. Brusella, yaitu
bakteri yang menyebabkan penyakit demam malta serta menyebabkan keguguran
pada domba.
Mikrobakterium Tuberkulosa, yaitu bakteri penyebab tuberculosis dan
terutama terdapat pada air limbah yang berasal dari sanitorium. Entamuba
Histolitika, adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit disentri dengan

23
penyebaran melalui lumpur yang mengandung kista. Taenia Spp, yaitu bakteri
yang menyebabkan munculnya cacing pita, dimana cacing pita sangat tahan
terhadap cuaca.
Selain sebagai pembawa dan kandungan kuman penyakit, maka air
limbah di sungai juga dapat mengandung bahan-bahan beracun, penyebab iritasi,
bau, bahkan suhu yang tinggi serta bahan-bahan lainnya yang mudah terbakar.
Keadaaan yang demikian ini sangat dipengaruhi oleh sumber asal limbah.
b Dampak terhadap lingkungan
Cairan dari limbah – limbah yang masuk ke sungai akan mencemarkan
airnya sehingga mengandung virus-virus penyakit. Berbagai ikan dapat mati
sehingga mungkin lama kelamaan akan punah. Tidak jarang manusia juga
mengkonsumsi atau menggunakan air untuk kegiatan sehari-hari, sehingga
menusia akan terkena dampak limbah baik secara langsung maupun tidak
langsung. Selain mencemari, air lingkungan juga menimbulkan banjir karena
banyak orang-orang yang membuang limbah rumah tangga ke sungai, sehingga
pintu air mampet dan pada waktu musim hujan air tidak dapat mengalir dan air
naik menggenangi rumah-rumah penduduk, sehingga dapat meresahkan para
penduduk.
c. Gangguan terhadap kehidupan biotik
Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, maka
akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut dalam air. Ini
menyebabkan kehidupan di dalam air sungai yang membutuhkan oksigen
terganggu, dalam hal ini akan mempengaruhi perkembangannya. Selain kematian
kehidupan di dalam air disebabkan oleh kurangnya pasokan oksigen di dalam air,
dapat juga disebabkan karena adanya zat beracun yang ada di dalam air limbah
tersebut.
Selain mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya, kehidupan
makhluk hidup di dalam air juga dapat terganggu dengan adanya pengaruh fisik
seperti adanya temperatur tinggi yang dikeluarkan oleh industri yang

24
memerlukan proses pendinginan terlebih dahulu sebelum dibuang ke dalam
saluran air limbah.
d. Gangguan terhadap keindahan
Sungai adalah tempat rekreasi bagi manusia untuk mencari ketenangan
setelah lelah melakukan pekerjaan sehari-hari. Dengan air sungai yang bersih
berarti sungai akan menjadi pemandangan yang memberikan kesegaran mata
bagi orang yang melihatnya. Sebaliknya sungai yang kotor dengan tumpukan
sampah dan alirannya dipenuhi sampah sangat tidak nyaman untuk dipandang.
Karena itu sungai perlu dijaga kebersihannya, bahkan jika dikelola dengan baik
akan menghasilkan devisa bagi penduduk sekitar.

Keseluruhan dampak negatif limbah di atas tidak dapat dibiarkan dan harus
ditanggulangi segera. Beberapa cara penanggualangan dampak negatif limbah
sungai yaitu:
1. Mencegah polusi air, sungai jangan dijadikan tempat pembuangan sampah
rumah tangga, limbah industri, dan rumah sakit. Hal ini dapat mencemarkan air
sungai yang digunakan untuk usaha pertanian, peternakan, dan kehidupan
lainnya.
2. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan tidak menggunakan air pada
aliran sungai yang tercemar secara langsung untuk keperluan sehari-hari, seperti
mandi, mencuci perabot rumah tangga, air minum, dan membuang kotoran.
Masyarakat perlu dianjurkan untuk memanfaatkan sungai untuk keperluan
sehari-hari seperti mandi atau memasak dengan memanfaatkan air sungai yang
berhampiran dengan mata air. Hal ini disebabkan mengkonsumsi air pada aliran
sungai yang jauh dari mata air dan dekat dengan perumahan penduduk
umumnya sudah terkontaminasi oleh bermacam-macam jenis limbah yang
dibuang oleh penduduk sekitarnya.

3. Mencegah banjir yang dapat merusak lingkungan perlu dilakukan secara


terpadu di seluruh aliran sungai dengan cara-cara sebagai berikut:

25
a. Meningkatkan kesadaran penduduk dalam upaya memelihara lingkungan
hidup melalaui pendidikan formal, non formal, maupun melalui media
massa.

b. Upaya penghijauan dan penghutanan kembali wilayah gundul untuk


memepertinggi kapasitas peresapan air.

c. Pembuatan teras-teras dan petak-petak pada lahan miring, yang memenuhi


syarat bagi pencegahan erosi. Erosi di daerah aliran sungai menyebabkan
proses sedimentasi di lembah-lembah sungai dapat memperdangkal lembah
tersebut, akibatnya air sungai mudah meluap pada musim hujan.

d. Pembuatan tanggul-tanggul atau bedengan di pinggiran sungai untuk


menahan luapan air sungai pada musim hujan, dan diadakan pengerukan
dasar di lembah pada musim kemarau

e. Pembuatan bendungan serba guna untuk menampung dan memanfaatkan air


sepanjang tahun

f. Pembuatan terusan penampungan hujan.

Secara institusi, pemerintah merupakan badan yang bertanggung jawab dalam


mengatasi permasalahan limbah nasional, baik itu limbah darat maupun sungai.
Untuk mengatasi permasalahan limbah khususnya limbah padat, pemerintah daerah
telah membentuk instansi tertentu yang menanganinya seperti Dinas Kebersihan
Daerah.
Pemerintah daerah diharapkan dapat melakukan kebijakan politik khususnya
mengenai pengelolaan dan hendaknya didukung penuh oleh pemerintah pusat
dengan melibatkan seluruh stakeholder dalam teknis perencanaan, penyelenggaraan
dan pengembangannya. Hal ini diperlukan karena sampah pada dasarnya bukan
sekedar permasalahan Pemda atau Dinas Kebersihan Daerah saja, namun lebih dari
itu merupakan masalah bagi setiap individu, keluarga, organisasi dan akan menjadi
masalah Negara bila sistem perencanaan dan pelaksanaannya tidak dilakukan
dengan terpadu dan berkelanjutan.

26
Pada dasarnya polusi dan limbah adalah sejenis kotoran yang berasal dari
hasil pembuangan dan itu mengakibatkan dampak bagi lingkungan di sekitar tetapi
sekarang banyak ditemukan cara atau solusi untuk menangani dampak-dampak
yang dihasilkan oleh polusi dan limbah, meskipun demikian pada kenyataannya
cara atau solusi tersebut tidak ada hasilnya karena masih banyak asap-asap polusi
dan masih banyak pula kita jumpai limbah atau sampah di sungai dan didarat yang
dapat pula menimbulkan banjir.

27
BAB III
METODE PELAKSANAAN

1. Gambaran Lokasi Praktikum


Lokasi pengambilan sampel untuk praktikum mendeteksi pencemaran
secara fisik dan kimia air sungai dilakukan di Sungai Sesetan yang terletak di
Jalan Setra Dalem Sesetan Denpasar Selatan. Dengan batas-batas wilayah yakni
sebagai berikut:
Sebelah utara adalah Perumahan
Sebelah timur adalah Setra Sesetan
Sebelah selatan adalah Perumahan
Sebelah barat adalah Perumahan
Sungai Sesetan tidak dikelola dengan baik oleh warga setempat yang
tinggal di sepanjang aliran air sungai. Pihak kelurahan Sesetan juga tidak
berkontribusi banyak dalam upaya menjaga kualitas sungai Sesetan tersebut.
Banyaknya pembuangan limbah yang dialirkan/dibuang langsung ke sungai
baik limbah yang berasal dari rumah tangga seperti sampah padat, limbah dapur
maupun limbah kamar mandi dan juga limbah yang berasal dari limbah
perusahaan tekstil sehingga mengakibatkan warna pada air sungai selalu
berubah-ubah tergantung warna limbah tekstil yang dibuang. Air di sungai
Sesetan biasanya berwarna merah, hijau, biru dan ungu kehitaman. Aliran air di
sungai Sesetan sering mengalami penyumbatan yang dikarenakan banyaknya
sampah yang dibuang langsung ke sungai oleh masyarakat dan sampah hasil
upacara pengabenan di Setra Sesetan. Sampah yang terkumpul di sungai
tersebut mengakibatkan penyumbatan aliran hingga menyebabkan lumut
tumbuh pada sampah-sampah tersebut dan menutupi permukaan air. Oleh
karena hal tersebut, sungai Sesetan mengeluarkan bau yang tidak sedap dan
tingkat pencemaran yang cukup tinggi.

28
2. Waktu dan Tempat
Adapun pengambilan sampel dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Selasa, 1 Desember 2015
Waktu : 14.00 - 15.00 WITA
Lokasi :

3. Analisis Pengukuran
Adapun pemeriksaan parameter kimia yakni pemeriksaan BOD, COD dan TSS
dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Selasa, 1-7 Desember 2015
Waktu : 16.00 - 18.00 WITA

4. Cara Kerja Praktikum


a. Pemeriksaan Fisik
1) Kekeruhan, Bau dan warna
Melihat secara langsung dari aliran air sungai.
2) Kertas pH
a. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan

29
b. Mengambil kertas pH dari tempatnya
c. Mencelupkan kertas pH ke wadah air
d. Membaca perubahan warna yang terjadi pada kertas pH
e. Mencocokkan dengan urutan perubahan warna yang terdapat di wadah
kertas Ph
3) Termometer suhu air
a. Mencelupkan thermometer pada wadah air
b. Menunggu perubahan yang terjadi pada thermometer suhu air
c. Membaca thermometer
d. Mencatat hasil
b. Pemeriksaan Kimia
1. Pemeriksaan BOD
a) Menyiapkan alat dan bahan
b) Menyiapkan 5 botol tutup asah
c) Memberi label pada masing – masing botol dengan nomor urut 1 (DO
segera), 2 (DO AC segera), 3 (DO520AC), 4 (DO AP segera), 5 (DO520AP
d) Mengukur volume masing – masing botol dengan cara memasukan air dan
sisanya di ukur kembali dengan gelas ukur
e) Catat hasil yang diperoleh
f) Mengencerkan sampel lindi sebanyak 10 ml dalam volume 100 ml
(pengenceran dilakukan karena air lindi terlalu pekat)
g) Memasukan sampel yang telah diencerkan sampai penuh kedalam botol
tutup asah dan menutupnya
h) Memasukan 2 ml MnSO4 dan 2 ml PO kemudian menutup dan
menghomogenkannya degan membolak – balik kurang lebih 25 kali
i) Menunggu 5 – 15 menit sampai terlihat endapan
1) Bila endapan berwarna putih atau tidak terdapat endapan berarti
DOnya = 0
2) Bila endapan berwarna coklat maka dilanjutkan dengan langkah
selanjutnya

30
j) Menambah 2 ml H2SO4 pekat kemudian menutupnya dan membolak –
balikan botol sampai warnanya berubah menjadi kuning (bensin)
k) Membuka tutup botol menuangkan 100 ml (ukur dengan gelas ukur)
larutan tersebut kedalam labu erlenmeyer.
l) Menetesi 1 – 2 tetes amilum kemudian menghomogenkan larutan sampai
warnanya berubah menjadi ungu kebiruan
m) Mentitrasi dengan Na2S2O3 sampai warnanya menjadi jernih
n) Catat volume Na2S2O3 yang habis
Hitung DO segera sampel dengan rumus
1000
DO = 𝑣𝑜𝑙.𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙−4 x vol. Titran x N Na2S2O3 x factor BE O = ...............mg/lt

o) Menentukan air campuran (air sampel + air pengencer) dengan


memperhatikan tabel DO segera yang didapat dan air pengencer
DO segera pengenceran
8,0 – 9,0 1x
6,0 – 8,0 2–5x
5,0 – 6,0 5 – 10 x
3,0 – 5,0 10 – 15 x
1,0 – 3,0 15 – 20 x
0,0 – 1,0 20 – 25x
Hitung campuran pebandingannya dengan rumus
Air sampel = volume yang diinginkan : pengencer (sesuai tabel)
Air pengencer = volume yang diinginkan – volume sampel
p) Memasukan air pengencer dan sampel yang telah dihitung volumenya
kedalam gelas ukur.
q) Memasukan air sampel yang telah di campur air pengencer tadi kedalam
botol tutup asah
a. Botol 2 cari DO segeranya (DO AC)

31
b. Botol 3 di bungkus dengan kertas coklat untuk kemudian diinkubasi
dalam almari dengan suhu 200C selama 5 hari kemudian di cari
DO520AC
Hitung DO520AC dengan rumus :
1000
DO520AC = 𝑣𝑜𝑙.𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙−4 x vol. Titran x N Na2S2O3 x faktor x BE O

Sebagai O2 x koreksi waktu = ............... mg/lt


r) Memasukan air pengencer kedalam botol 4 dan 5
a. Botol 4 di cari DO segeranya (DOAP)
b. Botol 5 di bungkus dengan kertas coklat untuk kemudian diinkubasi
dalam almari dengan suhu 200C selama 5 hari kemudian dicari
DO520AP.
Hitung DO520AP dengan rumus
1000
DO520AP = 𝑣𝑜𝑙.𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙−4 x vol. Titran x N Na2S2O3 x faktor x BE O

Sebagai O2 x koreksi waktu = ................... mg/lt


s) Hitung BOD dengan rumus
a. BOD AC = DO segera AC – DO520 AC x koreksi vol.
b. BOD AP = DO segera AP – DO520 AP x koreksi vol.
Jadi BOD air sampel = BOD AC – BOD DOAP x pengencer =
........mg/lt sebagai O2
Catatan:
1) Data awal yang didapat adalah
a) DO segera air sampel
b) DO segera air pengencer
c) DO segera air campuran
2) Koreksi waktu diperlukan apabila masa inkubasi lebih dari 5 hari,
dengan cara melihat tabel koreksi waktu
3) Cara mencari koreksi volume =
𝑣𝑜𝑙. 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑎𝑡 − 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
𝑣𝑜𝑙. 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑎𝑡

32
4) Cara mencari koreksi waktu
a) Bila masa inkubasi tepat 5 hari dibaca sesuai dengan tabel
b) Bila masa inkubasi kurang :
Contoh : pkl. 10.00 wita, setelah 7 hari pkl. 08.00 wita
(24−2)
1,18 - x 1,18 – 1
24

Keterangan :
2 = selisih 10.00 – 08.00
1 = koreksi waktu 5 hari 200C
1,18 = koreksi waktu 7 hari 200C

2. Pemeriksaan COD
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
b. Memipet air sampel sebanyak 2 ml kemudian dimasukkan ke dalam
tabung reaksi COD – 2
c. Menambahkan 1 ml larutan kalium bikromat (KrCr2O7) kedalam
masing – masing tabung
d. Menambahkan 1 ujung sendok kecil (Hg SO4) Kristal kedalam masing
– masing tabung reaksi COD dan homogenkan ± 1 menit
e. Menambahkan reagen asam sulfat COD (Na2SO4 COD) sebanyak 3ml
pada masing – masing tabung reaksi COD. Akan terjadi reaksi panas,
kemudian dihomogenkan selama ± 1 menit
f. Memasukkan tabung reaksi COD ke dalam COD reactor dan atur pada
suhu 150°C diamkan/panaskan selama 2jam
g. Mengeluarkan tabung setelah 2jam dari COD reactor, kemudian
dinginkan
h. Memindahkan ke labu Erlenmeyer
i. Menambahkan aquadest sebanyak 6 ml dan ditambahkan 3 – 4 tetes
indicator ferroin
j. Mentitrasi dengan larutan FAS sampai terjadi perubahan warna
menjadi merah bata

33
k. Menghitung COD dengan rumus :
COD =
1000 (𝑚𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑔𝑘𝑜 − 𝑚𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙) 𝑥 𝑁 𝐹𝐴𝑆 𝑥 𝐵𝐸 𝑂
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

3. Pemeriksaan TSS
a. Memasukkan kertas saring ke dalam oven pada suhu 103 °C – 105 °C
selama 1 jam. Kemudian mendinginkan dalam desikator selam 15
menit dan menimbang dengan cepat, mengulangi pemanasan dan
menimbang sampai beratnya konstan dan berkurangnya berat sesudah
pemanasan ulang, kurang dari 0,5 mg, bisanya pemanasan 1 sudah
cukup.
b. Sampel yang sudah dikocok merata, sebanyak 100 ml dipindahkan
dengan menggunakan gelas ukur / pipet ke dalam alat penyaringan
yang sudah ada kertas saring didalamnya. Kemudian saring vakum
atau bantuan corong.
c. Kertas saring diambil dari alat penyaring dengan hati – hati dan
kemudian ditempatkan diatas cawan porselin, dimasukan dalam oven
untuk dipanasakn pada suhu 105 °C selama 1 jam.
d. Mendinginkan dalam desikator selama 15 menit dan kemudian
timbang dengan cepat, ulangi pemanasan dan penimbangan sampai
beratnya konstan atau berkurangnya berat sesudah pemanasan ulang,
kurang dari 0,5 mg, biasanya pemanasan 1 sampai 2 jam sudah cukup.
e. Agar hasil analisa teliti, harap dibuat duplikat
f. Pehitungan :
(𝐴−𝐵)𝑋 100
Mg / liter zat tersuspensi = 𝐶 100

Keterangan :
A = berat filter dan residu sesudah pemanasan (mg)
B = berat filter sesudah pemanasan 105°C (mg)
C = ml sampel

34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Pemeriksaan Fisik
Dari hasil pemeriksaan parameter fisik air sungai didapatkan hasil sebagai
berikut:

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Parameter Fisik Air Sungai


Baku Mutu
Permenkes RI
Titik Hasil
No Parameter Pengambilan Satuan No.
Pemeriksaan
KET
416/MENKES/
PER/IX/1990
0
1 Suhu Hulu C - 340C Rata-
rata
0
Tengah C - 310C suhu
Hilir 0
C - 330C 32,7 0C

2 Bau Hulu - Tidak berbau Bau Sangat


bau

Tengah

Hilir

3 Warna Hulu - Tidak Berwarna Warna


berwarna merah,
hijau.
Ungu
kehitam
an

Tengah

35
Hilir

4 Kekeruhan Hulu FAU 25 - Sangat


keruh

Tengah

Hilir

5 pH Hulu - 6,5 – 9,0 7 Rata-


rata pH
Tengah 7,3 7
Hilir 6,7

2. Pemeriksaan Kimia
a. Pemeriksaan BOD
Dari praktikum pemeriksaan BOD didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan BOD pada air sungai
NO Perhitungan Volume Botol Hasil Pemeriksaan

1 DO segera 280 ml Endapan Putih

2 DO AC segera 280 ml Endapan Putih

3 DO AP segera 280 ml Endapan Putih

4 DO520 AC 275 ml -

5 DO520 AP 280 ml -

b. Pemeriksaan COD
Dari praktikum yang telah dilakukan, maka memperoleh hasil sebagai berikut:
Diketahui :
a. ml titrasi blangko = 10 ml
b. ml titrasi sampel = 9 ml
c. N FAS = 0,25
d. BE O =8

36
Ditanya : COD....?
Jawab :
1000 (ml titrasi blangko−ml titrasi sampel)x N FAS x BE O
COD =
Volume contoh
1000 (10 ml−9 ml)x 0,25 x 8
=
2
1000 (1 ml)x 0,25 x 8
=
2
= 2000 mg/l
Hasil pemeriksaan COD di laboratorium Kimia mendapatkan hasil yakni 2000
mg/l

e. Pemeriksaan TSS
Dari praktikum yang telah dilakukan, mendapatkan hasil sebagai berikut :
Diketahui :

a. A = 0,5976  597,6 mg
b. B = 0,5981  591,4 mg
c. C = 100 ml

Ditanya : TSS ........?

Jawab :

(𝐴−𝐵)𝑋 1000
TSS (Total Suspended Solid) = 𝐶

(597,6 𝑚𝑔−591,4 𝑚𝑔)𝑋 1000


TSS = 100 𝑚𝑙

(6,2 𝑚𝑔)𝑋 1000


TSS = 100

TSS = 62 mg/ lt

Hasil pemeriksaan TSS di laboratorium Kimia mendapatkan hasil yakni 62 mg/l

37
B. Pembahasan
1. Pemeriksaan Fisik
Hasil pengukuran pada sungai Sesetan dengan melakukan tiga titik
pengukuran yaitu hulu, tengah dan hilir, dapat dibandingkan dengan Permenkes
RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 mendapatkan hasil sebagai berikut, rata-
rata suhu 32,70C memenuhi persyaratan. Hasil pengukuran bau tidak memenuhi
persyaratan karena air sungai tersebut sangat berbau. Hasil pengukuran warna
mendapatkan air sungai tersebut berwarna merah, hijau dan ungu kehitaman
akibat adanya perusahaan tekstil dan warga yang masih membuang limbah
yang dihasilkan ke sungai terdekat hal ini menunjukan air sungai tersebut tidak
memenuhi persyaratan dimana persyaratanya air tidak berwarna. Hasil
pengukuran pH yaitu rata-ratanya 7 memenuhi persyaratan dimana
persyaratannya yaitu 6,5 – 9,0. Dapat dikatakan dari menggunakan
perbandingan permenkes, air sungai tersebut tingkat pencemarannya cukup
tinggi dari segi fisik dan tidak layak digunakan kembali.

2. Pemeriksaan Kimia
a. Pemeriksaan BOD
Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa BOD yang
terkandung dalam air sungai adalah sebanyak......... sebagai O2 secara teoritis
waktu yang dibutuhkan untuk proses oksidasi yang sempurna, sehingga
bahan organik terurai menjadi CO2 dan H2O adalah tidak terbatas dan
biasanya berlangsung selama 5 hari karena dengan waktu 5 hari persentase
reaksi cukup besar dari total BOD ( Sawyer dan MC Carty, 1978).
Penentuan waktu inkubasi 5 hari, dapat mengurangi kemungkinan hasil
oksidasi amonia (NH3) yang tinggi. Amonia sebagai hasil sampingan dapat
dioksidasi menjadi ntrit dan nitrat sehingga mempengaruhi hasil penentu
BOD.
Menurut keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 112 tahun 2003
tentang baku mutu air limbah domestik batas maksimal BOD pada limbah

38
domestik yaitu 100 mg/lt sebagai O2, air sungai yang memenuhi persyataran
baku mutu air limbah domestik dengan hasil ......... mg/lt sebagai O2. Reaksi
oksidasi selama pemeriksaan BOD merupakan hasil dari aktivitas biologis
dengan kecepatan reaksi yang berlangsung sangat dipengaruhi jumlah
populasi dan suhu. Karena selama pemeriksaan BOD, suhu harus diusahakan
konstan pada suhu 20oC yang merupakan suhu yang umum di alam.
b. Pemeriksaan COD
Menurut Peraturan Gubernur No.8 tahun 2007 tentang baku mutu air
berdasarkan kelas I s/d IV menyatakan kandungan COD dalam air yang boleh
ada adalah 1000 mg/l. Jadi hasil praktikum yang telah di dapatkan
memperoleh hasil tidak memenuhi persyaratan yaitu 2000 mg/l karena
melebihi batas yang telah ditentukan dan kelas airnya adalah kelas IV yang
artinya air yang diperuntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut. Semakin tinggi jumlah COD yang terkandung di dalam
sampel maka nilai LC50 semakin rendah. Hal ini berarti semakin tinggi
kandungan COD maka semakin toksik sampel air lindi tersebut. Semakin
tinggi nilai COD akan menyebabkan turunnya nilai oksigen terlarut (DO)
(Effendi, 2003). Hal ini menjelaskan bahwa COD yang tinggi
mengindikasikan kandungan oksigen terlarut dalam air lindi menjadi rendah
sehingga mengakibatkan kematian hewan.
c. Pemeriksaan TSS
TSS (Total Suspended Solid) atau padatan tersuspensi total adalah
bahan-bahan tersuspensi dan tidakk terlarut dalam air (Bambang, 1996). TSS
terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari
sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel
mikroorganisme, dan sebagainya (Nasution, 2008). Material tersuspensi
mempunyai efek yang kurang baik terhadap kualitas badan air karena dapat
menyebabkan menurunkan kejernihan air dan dapat mempengaruhi
kemampuan ikan untuk melihat dan menangkap makanan serta menghalangi

39
sinar matahari masuk ke dalam air. Endapan tersuspensi dapat juga
menyumbat insang ikan, mencegah telur berkembang, meningkatnya penyakit
dan menyebabkan kematian. Sehingga reproduksi ikan menurun. Ketika
suspended solid tenang di dasar badan air, dapat menyembunyikan telur dan
terjadi pendangkalan pada badan air sehingga memerlukan pengerukan yang
memerlukan biaya operasional tinggi (Alabaster dan Lloyd ,1982). Beberapa
padatan total terlarut alami berasal dari pelapukan dan pelarutan batu dan
tanah (Anonymous, 2010). Peningkatan padatan terlarut dapat membunuh
ikan secara langsung, meningkatkan penyakit dan menurunkan tingkat
pertumbuhan ikan serta perubahan tingkah laku dan penurunan reproduksi
ikan. Selain itu, kuantitas makanan alami ikan akan semakin berkurang
(Alabaster dan Lloyd ,1982). Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup tahun 1995 mengenai buku mutu kualitas perairan yang di tetapkan
yakni 70 mg/lt, kualitas air sungai yang telah diperiksa mendapatkan hasil 62
mg/ lt. Jadi pemeriksaan TSS sudah memenuhi syarat.
Dengan demikian, dari hasil yang diperoleh pada pemeriksaan
parameter fisik dan kimia pada air sungai dapat dikaitkan dengan simpul-
simpul informasi analisis dampak kesehatan lingkungan. Dari hasil sekaligus
pengamatan yang telah dilakukan menyangkut pada simpul 1 yakni jenis dan
skala kegiatan yang diduga menjadi sumber pencemaran atau lokasi yang
menjadi tempat timbunan atau buangan bahan pencemar, sebagai contoh
buangan limbah dari pabrik atau usaha mandiri, tidak terdapatnya tempat
pembuangan limbah atau sampah yang dimiliki tiap rumah/warga. Hal
tersebut sangat berkaitan dengan analisis dampak lingkungan yang terjadi di
Indonesia dan kurun waktu belakangan ini, hal tersebut semakin marak terjadi
hingga menimbulkan dampak yang sangat merugikan yaitu mengganggu
kesehatan masyarakat hingga menyebabkan kematian, karena lingkungan
tempat dimana kita berada merupakan kebutuhan utama untuk tinggal dan
saling bersosialisasi dalam menjaga, merawat hingga melestarikan agar tetap
bersih dan sehat. (Wordpress,2012)

40
3. Dampak yang ditimbulkan akibat adanya pencemaran di badan air
a. Dampak terhadap kesehatan
Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain:
a. Air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen,
b. Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit,
c. Jumlah air yang tersedia tidak cukup, sehingga manusia bersangkutan
tak dapat membersihkan diri,
d. Air sebagai media untuk hidup vektor penyakit.
b. Dampak terhadap estetika lingkungan
Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan
perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya
ditandai dengan bau yang menyengat disamping tumpukan sampah dan
limbah yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Zat organik (KMnO4)
merupakan indikator umum bagi pencemaran. Tingginya zat organik yang
dapat dioksidasi menunjukkan adanya pencemaran. Zat organik mudah
diuraikan oleh mikroorganisme. Oleh sebab itu, bila zat organik banyak
terdapat di badan air, dapat menyebabkan jumlah oksigen di dalam air
berkurang. Bila keadaan ini terus berlanjut, maka jumlah oksigen akan
semakin menipis sehingga kondisi menjadi anaerob dan dapat menimbulkan
bau. Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika
lingkungan, cenderung biota yang hidup di sungai yang tercemar akan mati
dan tidak adanya kehidupan biota air.

41

Anda mungkin juga menyukai