Anda di halaman 1dari 8

SISTEM RUJUKAN BALIK BPJS

PUSKESMAS KELURAHAN PETUKANGAN UTARA

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat


dalam menempuh Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh:
RizkyYhulianti Safitri 030.12.238
Sekar Saras Ayu H 030.14.172
Syifa Nabila Putri 030.14.187

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / KESEHATAN


MASYARAKAT
PERIODE 28 OKTOBER 2019 – 4 JANUARI 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
1. SISTEM RUJUKAN BALIK BPJS
1.1 Definisi
Rujukan adalah penyerahan tanggung jawab dari satu pelayanan kesehatan ke
pelayanan kesehatan yang lain. Pengertian sistem rujukan menurut Sistem Kesehatan
Nasional Depkes RI 2009, merupakan suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu/lebih kasus
penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dari unit berkemampuan kurang kepada
unit yang lebih mampu atau secara horizontal antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya.
Pelayanan Rujuk Balik adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada penderita
di Fasilitas Kesehatan atas rekomendasi/rujukan dari Dokter Spesialis/Sub Spesialis yang
merawat. Sedangkan Pelayanan Program Rujuk Balik adalah Pelayanan Kesehatan yang
diberikan kepada penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan
pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang yang dilaksanakan di Faskes Tingkat
Pertama atas rekomendasi/rujukan dari Dokter Spesialis/Sub Spesialis yang merawat.

1.2 Manfaat
a. Bagi peserta
- Meningkatkan kemudahan akses pelayanan kesehatan
- Meningkatkan pelayanan kesehatan yang mencakup akses promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif
- Meningkatkan hubungan dokter dengan pasien dalam konteks pelayanan
holistik
- Memudahkan untuk mendapatkan obat yang diperlukan
b. Bagi faskes tingkat pertama
- Meningkatkan fungsi Faskes selaku Gate Keeper dari aspek pelayanan
komprehensif dalam pembiayaan yang rasional
- Meningkatkan kompetensi penanganan medik berbasis kajian ilmiah terkini
(evidence based) melalui bimbingan organisasi/dokter spesialis
- Meningkatkan fungsi pengawasan pengobatan
c. Bagi faskes rujukan tingkat lanjutan
- Mengurangi waktu tunggu pasien di poli RS
- Meningkatkan kualitas pelayanan spesialistik di Rumah Sakit
- Meningkatkan fungsi spesialis sebagai koordinator dan konsultan manajemen
penyakit

1.3 Ruang lingkup program rujuk balik


a. Jenis penyakit
Penyakit yang termasuk program rujuk balik:
 Diabetus Mellitus
 Hipertensi
 Jantung
 Asma
 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
 Epilepsy
 Schizophrenia
 Stroke
 Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Sesuai dengan rekomendasi Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia dan Komite
Formularium Nasional, program rujuk balik tidak dapat dilakukan pada penyakit
sirosis hepatis dengan alasan sirosis hepatis merupakan penyakit yang tidak curable,
tidak ada obat untuk sirosis hepatis, setiap gejala yang timbul pada penyakit ini
mengarah kegawatdaruratan sehingga harus ditangani di faskes rujukan tingkat
lanjutan serta tindakan medik untuk gejala umumnya hanya dapat dilakukan di faskes
rujukan tingkat lanjutan.
b. Jenis obat
- Obat utama
Obat utama pada sistem rujukan adalah obat kronis yang diresepkan dokter
spesialis/subspesialis di faskes tingkat lanjutan dan tercantum pada formularium
nasional untuk obat program rujuk balik.
- Obat tambahan
Obat yang mutlak diberikan bersama obat utama dan diresepkan oleh dokter
spesialis/subspesialis di faskes rujukan tingkat lanjutan untuk mengatasi
penyakit penyerta atau mengurangi efek samping akibat obat utama.
1.4 Peserta program rujuk balik
Peserta dengan diagnosa penyakit kronis yang telah ditetapkan dalam kondisi
terkontrol/stabil oleh Dokter Spesialis/Sub Spesialis dan telah mendaftarkan diri untuk
menjadi peserta Program Rujuk Balik.

1.5 Mekanisme pendaftaran peserta program rujuk balik


Peserta mendaftarkan diri pada petugas Pojok PRB dengan menunjukan kartu
identitas peserta BPJS Kesehatan, Surat Rujuk Balik (SRB) dari dokter spesialis, Surat
Elijibilitas Peserta (SEP) dari BPJS Kesehatan, serta lembar resep obat/salinan resep. Lalu
peserta mengisi formulir pendaftaran peserta PRB, setelah itu peserta menerima buku
kontrol Peserta PRB.

1.6 Mekanisme pelayanan obat program rujuk balik


1. Pelayanan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
 Peserta melakukan kontrol ke Faskes Tingkat Pertama (tempatnya terdaftar) dengan
menunjukkan identitas peserta BPJS, SRB dan buku kontrol peserta PRB.
 Dokter Faskes Tingkat Pertama melakukan pemeriksaan dan menuliskan resep obat
rujuk balik yang tercantum pada buku kontrol peserta PRB.
2. Pelayanan pada Apotek/depo Farmasi yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
untuk pelayanan obat PRB
 Peserta menyerahkan resep dari Dokter Faskes Tingkat Pertama
 Peserta menunjukkan SRB dan Buku Kontrol Peserta
 Peserta melampirkan surat tanda kunjungan ke Faskes Tingkat Pertama
3. Pelayanan obat rujuk balik dilakukan 3 kali berturut- turut selama 3 bulan di Faskes
Tingkat Pertama.
4. Setelah 3 bulan peserta dapat dirujuk kembali oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan untuk dilakukan evaluasi
oleh dokter spesialis/subspesialis.
5. Apabila kondisi peserta tidak stabil, peserta dapat dirujuk kembali ke dokter
Spesialis/Sub Spesialis sebelum 3 bulan dengan menyertakan keterangan medis
dan/atau hasil pemeriksaan klinis dari dokter Faskes Tingkat Pertama yang
menyatakan kondisi pasien tidak stabil atau mengalami gejala/tanda- tanda yang
mengindikasikan perburukan dan perlu penatalaksanaan oleh Dokter Spesialis/Sub
Spesialis.
6. Apabila hasil evaluasi kondisi peserta dinyatakan masih terkontrol/stabil oleh dokter
spesialis/sub- spesialis, maka pelayanan program rujuk balik dapat dilanjutkan
kembali dengan memberikan SRB baru kepada peserta.

Gambar 1. Mekanisme peserta rujukan balik

1.7 Ketentuan pelayanan obat program rujuk balik


a. Obat PRB diberikan untuk kebutuhan maksimal 30 (tiga puluh) hari setiap kali
peresepan dan harus sesuai dengan Daftar Obat Formularium Nasional untuk Obat
Program Rujuk Balik serta ketentuan lain yang berlaku.
b. Perubahan/penggantian obat program rujuk balik hanya dapat dilakukan oleh
Dokter Spesialis/ sub spesialis yang memeriksa di Faskes Tingkat Lanjutan dengan
prosedur pelayanan RJTL. Dokter di Faskes Tingkat Pertama melanjutkan resep
yang ditulis oleh Dokter Spesialis/sub-spesialis dan tidak berhak merubah resep
obat PRB. Dalam kondisi tertentu Dokter di Faskes Tingkat Pertama dapat
melakukan penyesuaian dosis obat sesuai dengan batas kewenangannya.
c. Obat PRB dapat diperoleh di Apotek/depo farmasi yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan untuk memberikan pelayanan Obat PRB.
d. Jika peserta masih memiliki obat PRB, maka peserta tersebut tidak boleh dirujuk
ke Faskes RujukanTingkat Lanjut, kecuali terdapat keadaan emergency atau
kegawatdaruratan yang menyebabkan pasien harus konsultasi ke Faskes Rujukan
Tingkat Lanjut.
Gambar 2. Skema Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan di Indonesia
2. SISTEM RUJUK BALIK PUSKESMAS KELURAHAN PETUKANGAN UTARA

Sistem program rujuk balik Puskesmas Kelurahan Petukangan Utara sama dengan
program rujuk balik BPJS dimana pasien dengan penyakit kronis yang sudah stabil di Faskes
Rujukan Tingkat Lanjutan dapat di rujuk kembali untuk kontrol di puskesmas dan mendapat
obat sesuai dengan yang tertera di buku PRB. Obat peserta program rujuk balik di Apotek /
Depo farmasi yang bekerja dengan BPJS. Dokter di Puskesmas Kelurahan Petukangan Utara
dapat merujuk ke Faskes Rujukan dalam kurun waktu 3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun sesuai
dengan anjuran dokter spesialis / subspesialis, kecuali apabila terdapat kondisi darurat pada
pasien. Penyakit-penyakit yang paling sering di rujuk balik ke Puskesmas Kelurahan
Petukangan Utara yaitu hipertensi, dan diabetes mellitus, Coronary Artery Disease (CAD),
Congestive Heart Failure (CHF), Hipertensive Heart Disease (HHD)

Gambar 3. Skema sistem rujukan


Gambar 4. Skema sistem rujukan di Puskesmas Kelurahan Petukangan Utara

Anda mungkin juga menyukai