Anda di halaman 1dari 3

Tugas Stase Uro - Gimul

Nama : Adriani Sekar Cantika

NIM : 1806261774

Pembimbing : dr. Alfan Mahdi, SpAn KAO KAR

TURP SYNDROME

TURP (Transurethral Resection Prostate) adalah tindakan endoskopis


pengurangan masa prostat (prostatektomi) dengan tujuan urinasi pada
pasien yang mengalami Benign Prostate Hyperplasia (BPH) stadium
moderat atau berat selain open prostatectomy.

Indikasi TURP yaitu pasien dengan gejala sumbatan yang menetap,


progresif akibat pembesaran prostat, atau tidak dapat diobati dengan
terapi obat lagi, volume prostat kurang dari 60 gram dan pasien cukup
sehat untuk menjalani operasi.

Komplikasi yang dapat terjadi yaitu ejakulasi retrograde (60-90%),


infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh kolonisasi bakteri pada
prostat (2%), persistent urinary retention, stricture bladder, striktur
uretra, dan komplikasi kardiovaskuler (cth : AMI). Komplikasi lain
yang dapat menyebabkan kematian yaitu sindrom TURP.

TURP syndrome disebabkan karena kelebihan volume cairan irigasi


sehingga menyebabkan hiponatremia.

Penyebab dari TURP syndrome bermacam-macam seperti post TUR


tumor kandung kemih; diagnostik penyakit dengan cystoscopy,
percutaneus nephrolithotomy, arthroscopy; berbagai macam tindakan
ginekologi yang menggunakan endoskopi dan irigasi; kelebihan
penyerapan cairan irigasi TURP; terbukanya sinus pada prostat;
tingginya tekanan cairan irigasi; waktu operasi > 60 menit.
Patofisiologi terjadi nya TURP syndrome yaitu absorpsi cairan irigasi
melalui sinus prostatik selama TURP. 1 liter cairan irigasi yang
terserap ke pembuluh darah selama 1 jam operasi mampu
menurunkan konsentrasi natrium 5 hingga 8 mmol/L. Efek negatif dari
penurunan kadar natrium memunculkan osmotic gradient antara intra
seluler dan ekstra seluler dalam otak sehingga cairan intravaskuler
berpindah tempat kemudian menyebabkan brain edema,
meningkatkan tekanan intrakranial dan memunculkan gejala
neurologic.

Gejala dari hiponatremia yang muncul yaitu kebingungan, mual dan


muntah, hipertensi, bradikardi dan gangguan pengelihatan. pasien
dengan anestesi spinal menunjukkan gejala awal tidak dapat tenang,
gangguan cerebral dan gemetar.

Gejala yang ringan yaitu nyeri kepala, disorientasi, mual dan muntah,
kadar natrium (120-135 mmol/L), anemia, CRT > 3 detik. Hingga
muncul gejala yang berat yaitu hipertensi, takikardi, suara paru ronchi,
kadar ureum dan kreatinin meningkat, kadar natrium menurun (< 120
mmol/L), gangguan kadar kalium, koma, takipnue, fungsi
pengelihatan menurun, edema kaki

Penatalaksanaan TURP syndrome yaitu saat intraoperatif tindakan


dihentikan, pemberian cairan IV dihentikan, air yang di absorbsi
dihentikan ( Furosemid 40 mg IV), kemudian bantu pernafasan
dengan oksigen. Simtomatik hiponatremi diatasi dengan cairan
hipertonik (NaCl 3%) sampai gejala hilang. Dilakukan pemeriksaan
BGA, serum sodium , dan Hb. Pemberian dosis kecil midazolam (2-4
mg), diazepam ( 3-5mg), atau thiopental (50-100 mg). Intubasi
endotrakeal disarankan untuk mencegah aspirasi sampai status
mental kembali normal. Jika oedem dan hipotensi berlanjut maka
invasif hemodinamik monitoring direkomendasikan sebagai petunjuk
untuk penatalaksanaan farmakologis dan manajeman cairan.

Pencegahan agar tidak terjadi TURP syndrome adalah dengan cara


membatasi waktu operasi < 1jam. Kemudian melakukan operasi
dengan hati-hati untuk meminimalisasi sinus-sinus vena yang terbuka.
Memposisikan irigation bag maksimum 60 cm di atas area
pembedahan dan menggunakan cairan irigasi yang hangat

Anda mungkin juga menyukai